Dokumen tersebut membahas tentang peternakan Indonesia pasca dua tahun larangan penggunaan antibiotik sebagai pertumbuhan hewan (AGP). Beberapa poin utama yang diangkat antara lain: (1) larangan AGP telah diterapkan di berbagai negara untuk mengurangi resistensi antibiotik, (2) diperlukan pendekatan holistik untuk mengurangi penggunaan antibiotik di sektor peternakan, dan (3) Indonesia perlu meningkatkan sistem pemant
1. PEMBAHASAN
“PETERNAKAN INDONESIA
PASCA DUA TAHUN
PELARANGAN AGP”
Drh. Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
Centre for Indonesian Veterinary Analytical Studies
Seminar ASOHI “Peternakan Indonesia Pasca 2 Tahun
Pelarangan AGP” – Jakarta, 27 Februari 2020
2. 2
Peran antibiotik dan resistensi
antimikroba
• Antibiotik memainkan peran yang penting dalam kesehatan
hewan, kesejahteran hewan dan manajemen produksi.
• Antibiotik sejak lama digunakan sebagai agen sub-
terapeutik, profilaksis, metafilaktik dan terapeutik di sektor
peternakan.
• Kemungkinan perpindahan gen-gen resisten antibiotik di
antara ternak melalui rantai pangan dan lingkungan adalah
suatu ancaman terhadap kesehatan masyarakat.
Sumber: Thakur et al., 2019. Strategies to Minimize the Impact of Antibiotic Resistance in Livestock
Production System. Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci (2019) 8(3): 2293-2310.
3. 3
• Penggunaan antimikroba (antimicrobial) pada hewan
penghasil pangan (food-producing animal) meningkat
secara cepat, didorong oleh peningkatan permintaan akan
protein hewani dan ternak secara global.
• Produksi ternak adalah pengguna antibiotik terbesar (70%
dari total dunia)
• Volume antimikroba yang digunakan pada ternak
melampaui yang digunakan untuk pengobatan penyakit
pada manusia dan menciptakan tekanan seleksi yang
signifikan terhadap evolusi resistensi antimikroba.
Peningkatan penggunaan antimikroba
Sumber: Teillant, 2015. Costs and Benefits of Antimicrobial Use In Livestock. Animal
Husbandry and Antimicrobial Resistance.
4. 4
• Patogen resisten dan resistensi gen dapat bersirkulasi di
antara manusia, hewan, pangan, air dan lingkungan dan
ada kesadaran yang lebih besar terhadap hubungan yang
mendalam antara kesehatan hewan dan kesehatan
manusia.
• Perdagangan, perjalanan dan migrasi membawa organisme
resisten secara global pada kecepatan yang belum pernah
terjadi sebelumnya, dan menekankan pada kebutuhan untuk
kerjasama antar negara dan sektor untuk mengendalikan
penyebaran resistensi antimikroba.
Penyebaran resistensi gen dan
bakteri resisten
Sumber: Teillant, 2015. Costs and Benefits of Antimicrobial Use In Livestock. Animal
Husbandry and Antimicrobial Resistance.
5. 5
Tiga alur utama pelimpahan resistensi gen dan
patogen resisten dari hewan penghasil pangan
ke populasi manusia
1) Pelepasan bakteri resisten
antimikroba ke lingkungan;
2) Penularan resisten melalui
rantai pangan;
3) Perolehan strain resisten
melalui kontak langsung
dengan pangan.
Sumber: Teillant, 2015. Costs and Benefits of Antimicrobial Use In Livestock. Animal
Husbandry and Antimicrobial Resistance.
6. 6
• Penggunaan antimikroba pemacu pertumbuhan
(antimicrobial growth promoter) mengacu kepada
penggunaan antimikroba untuk meningkatkan tingkat
kenaikan berat badan dan/atau efisiensi pemanfaatan
pakan pada hewan dengan cara lain yang murni nutrisi.
• Istilah ini tidak berlaku untuk penggunaan antimikroba untuk
tujuan khusus seperti pengobatan, pengendalian, atau
pencegahan penyakit menular, bahkan ketika suatu respon
pertumbuhan dapat diperoleh.
Penggunaan antimikroba pemacu
pertumbuhan pada hewan penghasil pangan
Sumber: WHO Guidelines on Use of Medically Important Antimicrobials in Food-producing
Animals. Geneva: World Health Organization; 2017.
7. 7
• Swedia adalah negara pertama di dunia dan Korea Selatan
negara pertama di Asia yang menlarang total penggunaan
antibiotik pada pakan.
• Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Jepang, Hongkong, China
dan India membatasi penggunaan antimikroba pada pakan.
• Sejak 2017, antibiotik tidak dapat digunakan lagi untuk tujuan
penggertak pertumbuhan di seluruh AS.
• Berikutnya Bangladesh, Malaysia, dan Indonesia.
• Sejumlah negara lain memiliki persyaratan terbatas dengan
peresepan untuk menggunakan antibiotik pada hewan penghasil
pangan. Di antara negara-negara tersebut, Australia, Brazil dan
Ukraine tidak memiliki pembatasan nasional yang resmi.
Sejarah pelarangan AGP di dunia
Sumber: Salim et al., 2018. Global restriction of using antibiotic growth promoters
and alternative strategies in poultry production. Science Progress, 101(1), 52-75.
8. 8
• Untuk mencegah penyakit, ternak seringkali diberikan
sejumlah antibiotik yang juga digunakan untuk manusia.
• Penggunaan yang ekstensif antibiotik pada dosis rendah
untuk pencegahan (profilaksis) dan untuk memaksimalkan
produktivitas ternak sebagai AGP dan untuk meningkatkan
tingkat pertumbuhan dan produksi daging, susu dan telur
sudah dalam tahap yang sangat mengkhawatirkan.
• Pada babi dan ayam, antimikroba yang sering digunakan
untuk AGP adalah penicilins, third generation of
cephalosporins, quinolones, aminoglycoside, polymyxins,
dan macrolides.
Praktik pemberian AGP
Sumber: Responsible Use of Antibiotics and the Role of Functional Feed Additives After
AGPs Ban. Special Feature IAHJ.
9. 9
Rekomendasi 1: WHO merekomendasikan pengurangan
secara menyeluruh penggunaan seluruh kelas antimikroba
yang penting secara medis pada penghasil pangan (food-
producing animals).
Rekomendasi WHO tentang penggunaan antimikroba
yang penting pada hewan penghasil pangan
Sumber: Who Guidelines on Use of Medically Important Antimicrobials in Food-
producing Animals. Geneva: World Health Organization; 2017.
Rekomendasi 2: WHO merekomendasikan pembatasan
penggunaan seluruh kelas antimikroba yang penting secara
medis dalam memproduksi hewan penghasil pangan (food-
producing animals) untuk promosi pertumbuhan.
Sumber: WHO Guidelines on Use of Medically Important Antimicrobials in Food-
producing Animals. Geneva: World Health Organization; 2017.
10. 10
Rekomendasi WHO tentang penggunaan antimikroba
yang penting pada hewan penghasil pangan
Rekomendasi 3: WHO merekomendasikan pembatasan
penggunaan yang komplit seluruh kelas antimikroba yang
penting secara medis pada hewan penghasil pangan untuk
pencegahan penyakit menular yang belum didiagnosa
secara klinis.
Sumber: WHO Guidelines on Use of Medically Important Antimicrobials in Food-
producing Animals. Geneva: World Health Organization; 2017.
11. 11
Tumpah tindih antara WHO Critically Important
List dengan OIE Veterinary Important List
Tumpah tindih
dengan OIE
Tidak ada tumpang tindih
Tumpang tindih dengan OIE
sebagai Critically Important
Tumpang tindih dengan OIE
sebagai Highly Important
Tumpang tindih dengan
OIE sebagai Important
• Banyak antimikroba yang digunakan pada
hewan penghasil pangan adalah identik,
atau terkait erat, dengan antimikroba yang
digunakan pada manusia.
12. 12
Survei OIE tentang penggunaan AGP
• Survei OIE pada 2017
menunjukkan bahwa total
110 negara (n = 155; 71%)
menjawab tidak
menggunakan AGP.
• Sisanya 45 negara (n =
155; 29%) melaporkan
penggunaan AGP.
• Hasil ini menunjukkan
peningkatan yang nyata
dari survei sebelumnya.
Tidak menggunakan AGP
Menggunakan AGP
13. 13
• Alternatif terhadap antibiotic growth promoters (AGP)
adalah praktik-praktik yang dapat meminimalkan kebutuhan
antibiotik dan akhirnya membantu untuk mengurangi
kontribusi sektor peternakan terhadap munculnya resistensi
antibiotik yaitu:
• Adopsi ‘good husbandry practices’ (GHP) and ‘good
hygiene practices’ (GHP).
• Perbaikan biosekuriti.
• Produksi ternak organik.
• Praktik manajeman pupuk.
• Pengujian residu antibiotik reguler dalam pangan asal
hewan.
Praktik-praktik yang dapat meminimalkan
kebutuhan antibiotik
14. 14
• Pengobatan yang tepat
• Pengendalian infeksi
• Pengendalian yang ketat terhadap agen
antimikroba
• Diagnosa dini klinis dan mikrobiologik
• Implementasi standar-standar produksi ternak
yang ketat.
Diperlukan pendekatan manajemen kesehatan
hewan yang holistik untuk mengurangi AMR
Sumber: Responsible Use of Antibiotics and the Role of Functional Feed Additives After
AGPs Ban. Special Feature IAHJ.
15. 15
Rekomendasi 4a: WHO menyarankan antimikroba yang
diklasifikasikan sebagai ‘critically important’ untuk
kedokteran manusia harus tidak boleh digunakan untuk
mengendalikan penyebaran penyakit menular yang
didiagnosa secara klinis dalam kelompok hewan penghasil
pangan.
Rekomendasi WHO tentang penggunaan antimikroba
yang penting pada hewan penghasil pangan
Sumber: WHO Guidelines on Use of Medically Important Antimicrobials in Food-
producing Animals. Geneva: World Health Organization; 2017.
Rekomendasi 4b: WHO menyarankan antimikroba yang
diklasifikasikan sebagai ‘highest priority critically important’
untuk kedokteran manusia harus tidak boleh digunakan
untuk pengobatan hewan penghasil pangan dengan
penyakit menular yang didiagnosa secara klinis.
16. 16
Komponen Analisa Risiko
Analisa risiko
Manajemen
risiko
Penilain risiko
Komunikasi
risiko
Pelepasan
(Release)
Dampak
(Consequence)
Pendedahan
(Exposure)
Sumber: Dr Shabbir Simjee, 2016. Global Overview on Antibiotic Use Policies in
Veterinary Medicine (Presentation).
17. 17
• Suatu antibiotik harus memilih bakteri yang dapat
ditularkan dari pangan yang memperoleh resistensi
antibiotik dari hewan selama pengobatan.
• Pelepasan (Release)
• Seseorang harus menelan daging dari seekor
hewan yang diobati yang terkontaminasi dengan
bakteri yang resisten tersebut.
• Pendedahan (Exposure)
• Seseorang yang menelan bakteri yang resisten
tersebut harus menjadi sakit dengan infeksi bakteri
yang tidak dapat diobati secara tepat dengan
antibiotik sebagai akibat dari bakteri resisten
antibiotik yang berasal dari hewan.
• Dampak (Consequence)
Proses 3 langkah Analisa Risiko
18. 18
• Penggunaan ionophores pada hewan penghasil pangan
tidak menimbulkan suatu risiko kepada kesehatan
manusia karena tidak ada kriteria risiko yang terpenuhi.
Risiko Ionophore
Suatu antibiotik harus diseleksi dari bakteri asal
pangan yang memperoleh resistensi antibiotik……….
Seseorang harus menelan daging dari seekor
hewan yang diobati yang terkontaminasi.……………
Seseorang yang menelan bakteri tersebut harus
menjadi sakit dengan infeksi bakteri………………….
19. 19
Risiko Orthosomycin
• Penggunaan orthosomycin pada hewan penghasil pangan
tidak menimbulkan suatu risiko kepada kesehatan
manusia karena kriteria risiko No. 3 tidak terpenuhi.
Suatu antibiotik harus diseleksi dari bakteri asal
pangan yang memperoleh resistensi antibiotik……….
Seseorang harus menelan daging dari seekor
hewan yang diobati yang terkontaminasi.……………
Seseorang yang menelan bakteri tersebut harus
menjadi sakit dengan infeksi bakteri………………….
20. 20
Tidak ada risiko vs Risiko rendah:
Macrolides
• Penggunaan macrolides pada hewan penghasil pangan
berpotensi kompromi dengan risiko kesehatan manusia;
semua kriteria risiko terpenuhi.
Suatu antibiotik harus diseleksi dari bakteri asal
pangan yang memperoleh resistensi antibiotik……….
Seseorang harus menelan daging dari seekor
hewan yang diobati yang terkontaminasi.……………
Seseorang yang menelan bakteri tersebut harus
menjadi sakit dengan infeksi bakteri………………….
21. 21
Ada kesenjangan pengetahuan utama tentang luasnya
penggunaan antimikroba pada ternak secara global.
Tinjauan tentang penggunaan
antimikroba pada ternak (AMU)
• Sistim surveilans yang memonitor kuantitas antimikroba
yang digunakan pada hewan penghasil pangan relatif
hanya ada di sedikit negara (termasuk Uni Eropa, Amerika
Serikat, Kanada, Jepang, Korea Selatan dan Selandia
Baru).
• Data mengenai penggunaan antimikroba adalah kurang di
daerah dimana produksi pangan meningkat pesat, seperti
China, India atau Brazil.
Sumber: Teillant, 2015. Costs and Benefits of Antimicrobial Use In Livestock. Animal
Husbandry and Antimicrobial Resistance.
22. 22
• Indonesia belum memiliki data kuantitatif secara nasional
tentang agen antimikroba yang ditujukan untuk penggunaan
pada hewan sesuai dengan templat OIE.
• Indonesia belum membuat suatu laporan nasional
(national report) yang diterbitkan di web untuk agen
antimikroba yang digunakan pada hewan sesuai dengan
templat OIE.
• Survei OIE yang ke-4 pada 2017 menunjukkan 81 negara
(n = 118; 69%) tidak mempublikasikan laporan nasional
secara online. Eropa merupakan satu-satunya wilayah
dimana > 50% laporan nasional negara tersedia di web.
Perlunya peningkatan surveilans AMU
di Indonesia
Sumber: OIE Annual Report on Antimicrobial Agents Intended for Use in Animals.
Fourth Report.
23. 23
Kendala dalam menyampaikan data
kuantitatif agen antimikroba nasional
Kerangka hukum
lemah
Koordinasi/kerjasama
antara otoritas
nasional dan sektor
swasta lemah
Alat IT, dana dan
sumberdaya manusia
lemah
Penegakan
hukum yang tidak
memadai
Situasi yang
menghalangi
monitoring agen
antimikroba
Jumlahnegarayangmelaporkankendala
dalammenyampaikandatakuantitatif
• 35 negara (n = 153; 23%) menyediakan hanya informasi baseline, tanpa
data kuantitatif. Di antaranya 29 negara (n = 35; 83%) menyampaikan
kendala dalam melaporkan data kuantitatif (dibagi menjadi 5 kategori).