1. O L E H : H J . D I N I R A H M A S A T U T I , S . F A R M . , M . S C . , A P T .
I N S T A L A S I F A R M A S I R S U D D R . A G O E S D J A M K E T A P A N G
K K U , 2 9 J U N I 2 0 1 9
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK YANG BIJAK
UNTUK PENCEGAHAN RESISTENSI
Dini Rahma Satuti
1
2. OUTLINE
• Antibiotik ?
• Resistensi Antibiotik?
• Penggunaan Antibiotik? Demam Tifoid
Dini Rahma Satuti 2
3. ANTIBIOTIK……???
. Antibiotik adalah obat untuk mematikan atau menghambat
pertumbuhan BAKTERI penyebab infeksi
. Tidak bisa mematikan VIRUS atau JAMUR
Dini Rahma Satuti 3
5. RESISTENSI ANTIBIOTIK
• Resistensi antibiotik
masalah global
tantangan global
Menyebabkan peningkatan
jumlah kematian dan beban
ekonomi
Perpanjangan lama rawat inap
Penggunaan antibiotik yang
lebih lama dan mahal
Dini Rahma Satuti 5
9. PENYEBAB UTAMA
RESISTENSI ANTIBIOTIK
Dini Rahma Satuti 9
Penggunaan
antibiotik yang tidak tepat
pada manusia
Penggunaan
antibiotik yang tidak tepat
pada hewan
Pembuangan limbah
antibiotik ke lingkungan
c
e
g
a
h
Penggunaan
antibiotik yang
bijak
Patuh terhadap prinsip
pencegahan dan
pengendalian infeksi
15. PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
YANG RASIONAL
Penggunaan antibiotik yang rasional di Rumah Sakit
Dini Rahma Satuti 15
Antibiotik
yang
rasional
Dokter
Laboratorium
Apoteker
Perawat
dan Bidan
PPR
A
PP
I
16. PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
DI RUMAH SAKIT
Penggunaan antibiotika untuk pengobatan empiris maksimal 48 - 72 jam,
setelah itu evaluasi kembali data penunjang, kondisi klinis pasien untuk
menentukan terapi definitif
Penggunaan antibiotika profilaksis harus memperhatikan beberapa prinsip:
- Pilih antibiotika yang efektif terhadap patogen yang kemungkinan akan
dihadapi
- Berikan antibiotika dengan toksisitas rendah
- Berikan secara tunggal dengan dosis penuh secara iv 30-60 menit sebelum
pembedahan
- Berikan dosis kedua jika lama operasi melebihi 4 jam atau 2 kali waktu
paruh antibiotika
- Berikan 2 atau 3 kali pasca bedah. Tidak perlu diberikan melebihi 24 jam
Dini Rahma Satuti 16
17. PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
DI RUMAH SAKIT
Rute pemberian oral seharusnya menjadi pilihan pertama untuk
terapi infeksi. Tetapi jika infeksi sedang sampai berat dapat
dipertimbangkan penggunaan antibiotik parenteral.
Pemberian antibiotik empiris selain mempertimbangkan kondisi
klinis pasien sebaiknya mempertimbangkan pola kuman yang ada di
Rumah Sakit tersebut.
Pertimbangan untuk mengganti antibiotik parenteral ke antibiotik
oral dengan mempertimbangkan kondisi pasien.
Dini Rahma Satuti 17
18. PEMBERIAN TERAPI ANTIBIOTIK
PADA DEMAM TIFOID
• Terapi pada demam tifoid merupakan tantangan tersendiri karena
MDR yang terjadi pada strain Salmonella Typhi dan S. Paratyphi
terhadap (Ampicillin, choramphenicol dan cotrimoxazole) yang
dulunya merupakan first line agent untuk pengobatan demam tifoid.
• WHO menyaran untuk tes sensitivitas antibiotik untuk pengobatan
demam tifoid dikarenakan pola resistensi kuman yang berbeda pada
tiap negara dan wilayah.
Dini Rahma Satuti 18
19. PEMBERIAN TERAPI ANTIBIOTIK
PADA DEMAM TIFOID
(WHO)
Antimicrobial agents
Route of administration Children Adult
Ceftriaxone IM/IV 50 mg/kg per day IV; for 7–10
days
1–2 g per day IV; for 7–10 days
Ciprofloxacin, levofloxacin or
other FQ†
Oral/IV – FQ given in full doses as
recommended; for 7–10 days
Azithromycin Oral Used in complicated cases 500 mg twice a day for 5 days
Cefixime–ofloxacin Oral – 200–200 mg; for 7–14 days
Dini Rahma Satuti 19
High-dose therapy is based on antimicrobial susceptibility profile of the infected typhoidal
Salmonella strain, as majorities are nonsusceptible to quinolones. Least preferred as majority of the isolates
show intermediate resistance to quinolones.
FQ: Fluoroquinolone; IM: Intramuscular; IV: Intravenous.
20. KESIMPULAN
• Resistensi antibiotik dapat dicegah dengan penggunaan
antibiotik yang rasional dan patuh pada prinsip pencegahan dan
pengendalian infeksi.
• Antibiotik hanya digunakan untuk pengobatan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri. Bukan untuk penyakit yang
disebabkan oleh virus atau jamur.
• Resistensi antibiotik merupakan tanggung jawab dari semua
profesi kesehatan dan lintas sektor dalam pencegahan dan
penangannya.
Dini Rahma Satuti 20
21. SIR ALEXANDER FLEMMING
In his 1945 Nobel Prize lecture, Fleming himself warned of the
danger of resistance –
“ it is not difficult to make microbes resistant to penicillin in
the laboratory by exposing them to concentrations not
sufficient to kill them, and the same thing has occasionally
happen in the body.. And by exposing his microbesto non
– lethal quantities of the drug make them resistant.”
Dini Rahma Satuti 21