Tafsir tematik berdasarkan surah pertama kali digagas oleh Syaikh Mahmud Syaltut pada 1960, sedangkan berdasarkan tema digagas oleh Prof. Ahmad Sayyid. Metode ini melibatkan penetapan topik, penghimpunan ayat terkait, pelengkapan dengan hadis, pembahasan dan kesimpulan. Keunggulannya adalah menafsirkan Al-Quran secara keseluruhan dan mudah dipahami serta mampu menjawab masalah masyarakat
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Optimized Tafsir Tematik Manajemen Dakwah
1. TAFSIR TEMATIK MANAJEMEN
DAKWAH
DOSEN PENGAMPU: H. MUHAMMAD IQBAL A. MUIN, LC, MA
Nama: Aulia Nur
NIM: 0104182060
Semester: IV (empat)
Jurusan: Manajemen Dakwah-b
Fakultas: Dakwah dan Komunikasi
2. PENGERTIAN TAFSIR
*Tafsir Secara Bahasa*
Tafsir berasal dari bahasa Arab,
fassara-yufassiru-tafsiran yang
berarti penjelasan, pemahaman dan
perincian.
*Tafsir Menurut Istilah*
Menurut imam al-zarqani bahwa
tafsir adalah ilmu yg membahas
kandungan al-quran baik dari segi
pemahaman makna atau arti sesuai
kehendak Allah, menurut kadar
kesanggupan manusia.
3. TAFSIR MENURUT PARA AHLI
Menurut Imam Al-maturidi bahwa
tafsir merupakan penjelasan yang
pasti dari maksud satu lafal
dengan persaksian bahwa allah
bermaksud demikian dengan
menggunakan dalil-dalil
Menurut al-Zarkasyi bahwa tafsir adalah
ilmu yang fungsinya untuk menegetahui
kandungan kitabullah (alquran) yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
dengan cara mengambil maknyanya,
hukum serta hikmah yang terkandung
didalamnya.
4. SEJARAH PERKEMBANGAN TAFSIR
TEMATIK
Menurut catatan Quraish, tafsir tematik berdasarkan surah
digagas pertama kali oleh seorang guru besar jurusan
Tafsir, fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar,
Syaikh Mahmud Syaltut, pada Januari 1960. Karya ini
termuat dalam kitabnya, Tafsir al-Qur’an al-Karim.
Sedangkan tafsir
maudu‘i berdasarkan subjek digagas pertama kali oleh
Prof. Dr. Ahmad Sayyid al-Kumiy, seorang guru besar
di institusi yang sama dengan Syaikh Mahmud
Syaltut, jurusan Tafsir, fakultas Ushuluddin Universitas
al-Azhar, dan menjadi ketua jurusan Tafsir sampai
tahun 1981.
5. LANGKAH-LANGKAH
MENERAPKAN METODE TAFSIR
Menurut Abdul Hay Al-Farmawiy dalam bukunya Al-
Bidayah fi Al-Tafsir Al-mawdhu’i secara rinci
menyeabutkan ada tujuh langkah yang ditempauh
dalam menerapkan metode tematik ini, yaitu ;
(1) Menetapkan masalah yang akan dibahas ( topik
)
(2) Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan
masalah terseabut ;
(3) Menyusun runtutan ayat sesuai masa
turunnya.disertai pengetahuan tentang azbabun
nuzulnya;
(4) Memahami kolerasi ayat-ayat tersebut dalam
surahnya masing-masing;
(5) Menyusun pembahasan dalam kerangka yang
sempurna;
(6) Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis
yang relevan dengan pokok pembahasan;
(7) Mempelajari ayat-ayat tersebut secara
keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-
ayatnya yang mempunyai pengertian yang sama,
atau mengkompromikan antara yang ‘am ( umum)
dan yang khash (khusus), muthlak dan muqayyad,
atau yang pada lahirnya
6. KEISTIMEWAAN TAFSIR TEMATIK
• Keistimewaan Tafsir Tematik Menuntaskan Persoalan Masyarakat Kontemporer
•
Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa tafsir tematik mempunyai keistimewaan di dalam
menuntaskan persoalan-persoalan masyarakat dibandingkan metode lainnya, antara lain,
• (a) menafsirkan ayat dengan ayat atau dengan hadis Nabi adalah suatu cara terbaik di dalam
menafsirkan Al-Qur’an,
• (b) kesimpulan yang dihasilkan oleh metode tematik mudah dipahami. Hal ini disebabkan ia
membawa pembaca kepada petunjuk Al-Qur’an tanpa mengemukakan berbagai pembahasan
terperinci dalam satu disiplin ilmu.Dengan demikian ia dapat membawa kita kepada pendapat
Al-Qur’an tentang berbagai problem hidup disertai dengan jawaban-jawabannya. Hal ini
membuktikan bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk hidup.
• (c) metode ini memungkinkan seseorang untuk menolak anggapan adanya ayat-ayat yang
bertentangan dalam Al-Qura’an, sekaligus membuktikan bahwa Al-Qur’an sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat19.
7. PENUTUP
Dari uraian yang dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa
sejarah munculnya tafsir tematik berdasarkan surah digagas
pertama kali oleh seorang guru besar Al-Azhar Syaikh Mahmud
Syaltut, pada tahun 1960, sedangkan berdasarkan tema digagas
pertama kali oleh Prof.Dr. Ahmad Sayyid.
Langkah yang dilakukan dalam metode tematik ini adalah menetapkan masalah
yang akan dibahas, menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan topik
tersebut, melengkapi ayat-ayat dengan hadis-hadis yang relevan dengan topik
pembahasan kemudian dibahas dan disimpulkan.
Keistimewaan tafsir metode tematik adalah menafsirkan ayat dengan ayat atau
dengan hadis Nabi merupakan cara terbaik dalam menafsirkan Al-Qur’an,
sementara itu kesimpulan yang diambil mudah dipahami tanpa mengemukakan
berbagai pembahasan terperinci dalam satu disiplin ilmu
dan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup secara konkrit dapat menjawab problem-
problem yang dihadapi masyarakat.[]