SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
312
Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022
MetodologiTafsirModern - Kontemporerdi Indonesia
Muallifah, Khodijah Samosir, Hasani Ahmad Said
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
E-mail: muallifah98@gmail.com Khodijahsamosir07@gmail.com
hasaniahmadsaid@uinjkt.ac.id
Abstrak: Al-Qur’an adalah korpus terbuka yang sangat potensial untuk menerima segala
bentuk eksploitasi, baik berupa pembacaan, penerjemahan, penafsiran, hingga
pengambilannya sebagai sumber rujukan. Metode penafsiran sungguh sangat beragam
sejak zaman klasik hingga modern, akan tetapi pada tulisan ini hanya akan menjelaskan
potret metodologi tafsir di Indonesia saat ini, era modern-kontemporer. Metodologi
penafsiran di Indonesia adalah kontekstual dalam hal ini termasuk pada kategori model
sosial kemasyarakatan (adabi ijtima’ie). Ada pun beberapa karakteristik yang
dimunculkan oleh para mufassir kontemporer, pertama, bernuansa hermeneutis dengan
lebih menekankan pada aspek epistemologis-metodologis. Hal ini dilakukan agar
menghasilkan pembacaan yang produktif akan Al-Qur’an dan bukannya pembacaan
repetitif atau pembacaan ideologis-tendensius. Kedua, kontekstual dan berorientasi pada
spirit Al-Qur’an, ini dilakukan melalui hasil pembacaan ayat Al-Qur’an dari banyak
keilmuan (interdisipliner) dengan memanfaatkan perangkat keilmuan modern seperti
filsafat, semantik, antropologi, sosiologi, sains dan lainnya.
Kata kunci: Metodologi, Tafsir Modern-Kontemporer Indonesia
Abtract: Al-Qur'an is an open corpus that has the potential to receive all forms of
exploitation, whether in the form of reading, translating, interpreting, to taking it as a
reference source.Methods of interpretation are very diverse from classical to modern
times, however, this paper will only describe a portrait of the methodology of
interpretation in Indonesia today, the modern-contemporary era. The methodology of
interpretation in Indonesia is contextual in that it is included in the category of social
models (adabi ijtima'ie). There are also several characteristics raised by contemporary
interpreters, first, hermeneutical nuances with more emphasis on epistemological-
methodological aspects. This is done in order to produce productive reading of the Qur'an
and not repetitive reading or ideological-tendential reading. Second, contextual and
oriented towards the spirit of the Qur'an, this is done through reading the verses of the
Qur'an from many disciplines (interdisciplinary) by utilizing modern scientific tools such
as philosophy, semantics, anthropology, sociology, science and others.
Keywords: Methodology, Indonesian Modern-Contemporary Interpretation
313
Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022
Pendahuluan
Al-Qur’an adalah korpus terbuka yang sangat potensial untuk menerima segala bentuk
eksploitasi, baik berupa pembacaan, penerjemahan, penafsiran, hingga pengambilannya sebagai
sumber rujukan. Kehadiran teks al-Qur’an ditengah umat Islam telah melahirkan pusat pusaran
wacana keIslaman yang tak pernah berhenti dan menjadi pusat inspirasi bagi manusia untuk
melakukan penafsiran dan pengembangan makna atas ayat-ayatnya. Maka dapat dikatakan
bahwa al-Qur’an hingga kini masih menjadi teks inti (core text) dalam peradaban Islam.1
Penafsiran al-Qur’an sudah tumbuh sejak masa Rasulullah. Beliau sering memberikan penjelasan
kepada sahabatnya tentang al-Qur’an. Beliau menjelaskan kepada sahabat-sahabatnya mengenai
arti dan kandungan al-Qur’an, terutama pada ayat-ayat yang sulit dipahami atau samar artinya.
Keadaan tersebut berlangsung hingga beliau wafat.
Selajutnya, Pada masa sahabat dalam memahami al-Qur’an dan mengetahui tafsir al-
Qur’an, karena pada saat itu setelah Rasulullah wafat ada sejumlah ayat al-Qur’an yang belum
dijelaskan oleh beliau sehingga mengharuskan sahabat mencari maksud dari ayat tersebut.
Begitupun pada masa tabi’in, setelah masa sahabat berakhir dan penafsiran al-Qur’an dari para
sahabat terhenti, sedang tantangan zaman serta konflik yang silih berganti, mengharuskan tabi’in
menjawab tantangan tersebut dengan tetap berpegang teguh pada al-Qur’an dan sunnah. Tidak
sampai di sini, para sahabat dan para tabi’in yang yang menafsirkan al-Qur’an bukanlah orang
sembarangan, mereka adalah mufasir-mufasir yang tidak diragukan dalam keilmuan al-Qur’an.
Upaya menafsirkan al-Qur’an juga terus berlangsung sampai saat ini. Seiring dengan
perkembangan zaman yang dipenuhi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Al-
Qur’an yang nota-benenya sesuai untuk segala masa dan tempat juga diinterpretasikan oleh para
mufassir sesuai dengan perkembangan tersebut, sehingga al-Qur’an benar-benar menjadi solusi
terhadap berbagai persoalan ummat manusia sejak dulu sampai sekarang dan pada masa yang
akan datang.2Menafsirkan al-Qur’an merupakan salah satu hal yang penting lantaran tafsir
merupakan suatu alat yang menunjukkan atas fungsi al-Qur’an, dan tafsir dijadikan sebagai
produk yakni suatu hasil atas penafsiran penafsirnya juga sebagai proses yakni terjadinya suatu
aktivitas interpretasi teks dan realitas. Pada realitanya, suatu karya tafsir tercipta tidak dapat
dipisahkan dengan doktrin agama yang melingkupunya, tidak terkecuali di Indonesia.
Mengingat rekonstruksi metodologis tafsir dari zaman ke zaman sangat dipengarui oleh
situasi dan kondisi yang berada di sekitar mufasir, maka metode juga akan terus berkembang dan
bergerak selama keilmuan itu sendiri masih terus hidup karena kebudayan manusia masih terus
bergulir. Ditambah pula dengan adanya modernisasi yang memberikan dampak pada dunia Islam
dengan melahirkan lebih banyak pemikir-pemikir Islam yang produktif, untuk merepon
1Muhammad Syahrur,Prinsip Dan Dasar Hermeneutika AlQur’an Kontemporer,(Yogyakarta: Teras, 2008), hal. 14
2Muhammad Amin,“Kontribusi Tafsir Kontemporer Dalam Menjawab Persoalan Ummat”,Jurnal Substantia, Vol.
15, No. 01, (2013), hal. 2
314
Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022
sensitivitas masyarakat Muslim modern. Hal ini juga memunculkan artikulasi ajaran agama yang
sensitif terhadap isu-isu masa kini dan menjadikan al-Qur’an sebagai referensi dan diskursus
utama pada ide-ide pembaruan keagamaan Islam. Pada era modern ini, dengan metode tafsir
yang beraneka ragam model, bentuk, dan pendekatannya, al-Qur’an masih terkesan seolah-olah
belum mampu menjawab semua permasalahan yang ada, yakni al-Qur’an masih banyak
mengandung rahasia ilahi yang belum terungkap maksud dan kandungannya.3
Tafsir modern-kontemporer hadir dengan memposisikan al-Qur’an sebagai kitab petunjuk
dengan nuansa hermeneutis, kontesktual dan berorientasi pada spirit al-Qur’an serta ilmiah,
kritis, dan banyak lagi. Urgensi tafsir modern ini yakni bahwa al-Qur’an shalih li kulli zaman wa
makan yang bertujuan agar al-Qur’an tidak ditinggalkan, dengan cara mendialogkan al-Qur’an
dengan setiap generasi sepanjang zaman lantaran al-Qur’an merupakan panduan moral dalam
menghadapi setiap perkembangan pada era modern-kontemporer. Hal ini terjadi karena setiap
zaman memiliki tingkat permasalahan dan kebutuhan yang berbeda-beda sedangkan al-Qur’an
memiliki sifat shalih li kulli zaman wa makan.
Definisi Metodologi dan Tafsir
Metodologi merupakan terjemahan bahasa Inggris methodology, yang pada dasarnya
berasal dari bahasa Latin methodus dan logia. Kemudian kata ini diserap oleh bahasa Yunani
menjadi methodos (dirangkai dari kata meta dan hodos) yang berarti cara atau jalan, dan logos
yang berarti kata atau pembicaraan. Dengan demikian metodologi merupakan wacana tentang
cara melakukan sesuatu. Dalam bahasa Arab, metodologi diterjemahkan dengan mānhāj atau
mįnhāj seperti disebutkan dalam ayat al-Qur'an al Māidah (5) : 48 yang berarti jalan yang terang.
Sementara itu dalam bahasa Indonesia, metodologi diartikan dengan ilmu atau uraian metode.
Sedangkan metode sendiri berarti “cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
maksud (dalam ilmu pengetahuan dan lain sebagainya).4
Kata tafsir di dalam Al-Qur’an hanya ditemukan satu kali, yaitu dalam QS. Al-Furqan
[25]: 33, Allah berfirman:
َ
‫َل‬َ‫و‬
ۗ ‫ا‬ً‫ْر‬‫ي‬ِ‫س‬ْ‫ف‬َ‫ت‬ َ‫ن‬َ‫س‬ْ‫ح‬َ‫ا‬َ‫و‬ ِ‫ق‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ َ‫ك‬ٰ‫ن‬ْ‫ئ‬ِ‫ج‬ ‫ا‬
‫َِل‬‫ا‬ ٍ‫ل‬َ‫ث‬َ‫م‬ِ‫ب‬ َ‫َك‬‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫ت‬ْ‫أ‬َ‫ي‬
Artinya: “Dan mereka (orang-orang kafir itu) tidak datang kepadamu (membawa)
sesuatu yang aneh, melainkan Kami datangkan kepadamu yang benar dan penjelasan
yang paling baik.”
3Muhamad Ali Mustofa Kamal, “Pembacaan EpistemologiIlmu Tafsir Klasik,” Jurnal MAGHZA, Vol. 01, No. 1,
(2016), 67-83.
4Abdurrohim, “Metodologi Tafsir Kontemporer Dalam Buku MajorThemes Of The Quran Karya Fazlur Rahman”,
Jurnal Pustaka,Vol. 08, No. 01, (2020), 73.
315
Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022
Tafsir secara terminologi memiliki serangkaian definisi yang diungkapkan oleh
ulama5, antara lain:
1. Abu Hāyyān: tafsir adalah ilmu yang membahas tata-cara pengucapan kata-kata al-
Qur'an, maknanya, hukum-hukum yang terkandung di dalamnya, baik perkata
maupun rangkaian kata dan kelengkapannya, seperti pengetahuan tentang Nāskh,
Asbabu al-Nuzul dan lain-lain.
2. Al-Zarkasyī: tafsir, adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memahami Al-Qur'an
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, menjelaskan makna-maknanya dan
mengeluarkan hukum-hukum dan hikmah-hikmahnya.
3. Abu al-Tåghliby: tafsir adalah menerangkan maksud lafadz, baik secara hakikat
maupun majas.
4. Al-Ashbahanī, tafsir adalah membuka makna Al-Qur'an dan menerangkan maksud
(dari makna tersebut).
5. Al-Zarkasyī: tafsir adalah ilmu yang menerangkan tentang turunnya ayat,
surah, dan cerita di balik turunnya ayat tersebut, nilai-nilai substansinya,
urutan ayatnya (makki, madani), nasikh-mansukh, khash-‘am, ayat muthlaq dan
muqayyad-nya, ayat mujmal dan mufassar-nya.
Dari uraian definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tafsir merupakan
ilmu yang digunakan untuk memperjelas kandungan Al-Qur'an, baik dari segi lafadz
maupun makna. Berdasarkan dari definisi ini maka tafsir lebih umum dari pada
ta’wil.Secara etimologi, kata kontemporer berasal dari bahasa Inggris (adjective)
dengan makna: “Belonging to the same time”, “existing or happening now”,
atau“belonging to the same or a stated period in the past”. Senada dengan makna
kontemporer dalam KBBI, yang dapat merujuk kepada makna: “pada waktu yang
sama, semasa, sewaktu, pada masa kini, dewasa kini”. Dari definisi kata kontemporer
ini, dapat diambil kesimpulan bahwa kata kontemporer mengandung arti, masa
kekinian, masa yang sedang terjadi, dan periode yang sama.
Pendapat Abdul Mustaqim dalam memaknai kata kontemporer dalam artian:
era masa kini, zaman sekarang atau yang bersifat kekinian. Kontemporer lahir dari
modernitas sehingga istilah modern dan kontemporer, meskipun merujuk kepada dua
era, keduanya tidak memiliki penggalan waktu yang pasti. Namun demikian,
Mustaqim memberikan batasan pemikiran kontemporer yang dimulai pada tahun
1967, yakni sejak kekalahan dunia Arab oleh Israel.6
Istilah metodologi tafsir kontemporer juga tidak terlepas dari latar belakang
dan dan asumsi terhadap Al-Qur'an sebagai objek. Ada beberapa asumsi dalam
5Abdurrohim, “Metodologi TafsirKontemporer…hal.74
6Abdul Mustaqim, Epistimologi TafsirKontemporer, (Yogyakarta: LkiS, 2010), hal. 11
316
Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022
paradigma tafsir kontemporer7, antara lain:
1. Al-Qur'an Shalih li Kulli Zaman wa Makan
Al-Qur'an yang merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi
terakhir, Muhammad SAW dan sekaligus sebagai kitab terakhir yang diturunkan.
Sehingga sangat logis Al-Qur'an bila mengandung prinsip-prinsip universal yang
akan senantiasa relevan untuk setiap waktu dan tempat.8 Asumsi ini memberi
implikasi bahwa pelbagai problem di era modern akan dapat dijawab oleh Al-
Qur'an dengan cara melakukan kontekstualisasi penafsiran secara terus-menerus
seiring dengan semangat dan tuntutan-tuntutan kontemporer.
2. Teks yang Statis dan Konteks yang Dinamis
Kodifikasi Al-Qur'an sedemikian rupa mengesankan Al-Qur'an secara
literal tidak dapat berkembangan, sementara berbagai problem terus berkembang.
Sehingga para mufassir selalu berusaha mengaktualkan dan mengontekstualisasi
pesan-pesan universal Al-Qur'an ke dalam konteks partikular era kontemporer.
Hal ini hanya dapat dilakukan jika Al-Qur'an ditafsirkan sesuai dengan semangat
zamannya, berdasarkan nilai dan prinsip-prinsip dasar universal Al-Qur'an.
3. Penafsiran bersifat Relatif dan Tentatif
Secara normatif, Al-Qur'an diyakini memiliki kebenaran mutlak namun
kebenaran produk penafsrian Al-Qur'an bersifat relatif dan tentatif. Sebab, tafsir
adalah respons mufassir ketika memahami teks kitab suci, situasi, dan problem
sosial yang dihadapinya. Jadi sesungguhnya ada jarak antara Al-Qur'an dan
penafsirnya. Oleh karena itu, tidak ada penafsiran yang benar-benar objektif,
karena seorang mufassir sudah memiliki prior text yang menyebabkan kandungan
teks tersebut “tereduksi”.
Potret Metode Tafsir Kontemporer Di Indonesia
Hasani Ahmad Said sebagai pengampu materi di bidang Tafsir di UIN
Jakartamengatakan bahwa potret metodologi tafsir di Indonesia merupakan kontekstual dan ini
termasuk pada kategori model sosial kemasyarakatan (adabi ijtima’ie). Pemilihan metode ini
dengan menimbang empat hal yaitu:9
1. Gejala atau fenomena yang diteliti lebih merupakan gejala sosial yang bersifat dinamis,
yakni respond dan perilaku kontekstual masyarakat dalam tasfri al-Qur’an, dalam hal ini
dalam tafsir Nusantara.
2. Subject Matter dalam dalam studi ini adalah menyangkut suatu dinamika sosial, hukum,
7Abdurrohim, “Metodologi TafsirKontemporer… hal. 77-78.
8Abdul Mustaqim, Epistimologi TafsirKontemporer…hal.54
9 Hasani Ahmad Said, Jaringan dan Pembaharuan Ulama Tafsir Nusantara, (Bandung : IKAPI, 2020), hal. 13
317
Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022
politik dan hasil-hasil, dan keberlangsungan produk tafsir khas Nusantara.
3. Merupakan pertimbangan subyektif peneliti, yakni dinamika kemasyarakatan di Indonesia
bukanlah diskursus sederhana, karenanya baru bisa dipahami dengan baik apabila data dan
informasinya dipaparkan secara lengkap dengan mengembangkan kategori-kategori
relevan, termasuk dengan analisis interpretatifnya.
4. Dapat dinyatakan sebagai gugusan teori dalam paradigma pluralis karena penelitian ini
pada akhirnya menunjukkan wataknya yang empirik. Selanjutnya paragdigma yang
digunakan pada penelitian ini adalah paradigma kontruktivisme.
Di era kontemporer, para mufassir kontemporer berusaha menafsirkan ayat-ayat
Al-Qur’an dengan cara menggabungkan dua atau lebih metode agar tafsir yang
diciptakannya tidak seperti mengulang keilmuan yang telah ada. Untuk melakukan hal
demikian, maka cara pandang atau karakteristik yang digunakan juga perlu ada perbedaan
untuk mencapai sebuah penafsiran baru. Ada beberapa karakteristik yang dimunculkan
oleh para mufassir kontemporer, yaitu pertama bernuansa hermeneutis dengan lebih
menekankan pada aspek epistemologis-metodologis, hal ini dilakukan agar menghasilkan
pembacaan yang produktif akan Al-Qur’an dan bukannya pembacaan repetitive atau
pembacaan ideologis-tendensius.
Kedua, kontekstual dan berorientasi pada spirit Al-Qur’an, ini dilakukan melalui
hasil pembacaan ayat Al-Qur’an dari banyak keilmuan (interdisipliner) dengan
memanfaatkan perangkat keilmuan modern seperti filsafat, semantik, antropologi,
sosiologi, sains dan lainnya. Ini merupakan sebagai reaksi dari apa yang oleh para mufassir
pikirkan : “Al-Qur’an itu abadi, namun penyajiannya selalu kontekstual sehingga meskipun
ia turun di Arab dan menggunakan bahasa Arab, tetapi ia berlaku universal, melampaui
waktu dan tempat yang dialami manusia”.
Ketiga, ilmiah, kritis dan non-sektarian. Dikatakan ilmiah karena produk tafsirnya
dapat diuji kebenarannya berdasarkan konsistensi metodologi yang dipakai mufassir dan
siap menerima kritik dari komunitas akademik. Dikatakan kritis dan non-sektarian karena
umumnya para mufassir kontemporer tidak terjebak pada kungkungan madzhab. Mereka
justru bersikap kritis terhadap pendapat-pendapat para ulama klasik maupun kontemporer
318
Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022
yang dianggap sudah tidak kompatibel dengan era sekarang.10
Tokoh-tokoh Mufassir Modern-Kontemporer di Indonesia
1. Metode Penafsiran Buya Hamka Tafsir Al-Azhar
Metode Penafsiran Metode yang digunakan Hamka dalam Tafsir al-Azhar adalah
dengan menggunakan metode tahlili yaitu mengkaji ayat-ayat al-Qur’an dari segala segi
dan maknannya, menafsirkan ayat demi ayat, surat demi surat, sesuai dengan urutan
Mushaf Utsmani, menguraikan kosa kata dan lafaznya, menjelaskan arti yang dikehendaki,
sasaran yang dituju dan kandungan ayat yakni unsur Balaghah, i’jâz dan keindahan
susunan kalimat, menisbatkan hukum dari ayat tersebut, serta mengemukakan kaitan antara
yang satu dengan yang lain, merujuk kepada asbâbun nuzul, hadits Rasulullah saw, riwayat
dari Sahabat dan Tabi’in.11
Tafsir al-Azhar layak disebut tafsir al-Qur’an, karena pemahaman mufasir
(Hamka) memenuhi kriteria penafsiran. Di antara kriteria itu ialah dari segi penjelasan
lafaz, kalimat atau ayat dengan sumber, alat dan satuan kajian dan pemahaman, mufassir
telah menerapkan prinsip-prinsip penafsiran yang berlaku. Secara umum metode yang
digunakan dalam tafsir al-Azhar adalah metode tahlili dengan pendekatan sastra, dan
bercorak adabi ijtim’ie dengan metode tahlîlî (analitis).12
Hamka menafsirkan al-Qur’an mengikuti sistem al-Qur’an sebagaimana yang ada
dalam mushaf, dibahas dari berbagai segi mulai dari asbâb al-nuzul, munasabah, kosa
kata, susunan kalimat dan sebagainya. Pendekatan Hamka dalam menafsirkan
menggunakan pendekatan sastra yakni penjelasan dan pembahasan ayat atau lafaz dengan
menggunakan ungkapan sastra. Salah satu buktinya adalah penonjolan munasabah
(korelasi) antara bagian-bagian ayat. Penggunaan munasabah ini menandai kemiripan-
kemiripan al-Azhar dengan Tafsir Fî Zilâl al-Qur’an yang sekaligus membuktikan
kebenaran pengakuan Hamka bahwa tafsir yang mempengaruhinya adalah Tafsir Fî Zilâl
al-Qur’an.
Ketika Hamka menjelaskan Q.S. Ali Imran/3: 28-29 tentang taqiyah di hadapan
penguasa kafir yang zalim, ia menghubungkan dengan makna ayat: 8, 9 dan 60 surah al-
Mumtahanah. Menurutnya sesuai ayat 8 orang muslim dapat hidup bersama kalau orang
kafir tidak memerangi dan mengusir, namun jika mereka memerangi seperti dalam ayat 9
surah al-Mumtahanah, maka tidak boleh bersahabat dan berhubungan dengan mereka.13
2. Metode dan Penafsiran M. Quraish Shihab Tafsir Al-Mishbah
10Muhammad Asnajib, “Penafsiran Kontemporer di Indonesia: Studi Kitab Tafsir At-Tanwir,” Jurnal Studi Al-Qur’an,
Vol. 16, No. 02, (2020), hal. 186-187.
11 Wely Dozan, Dinamkika Pemikiran Al-Qur’an di Indonesia, dalam Jurnal Ijtimaiyya, Vol. 13, No. 2, Desember,
(2020),hal. 12
12 Wely Dozan, Dinamkika Pemikiran Al-Qur’an di Indonesia,…..hlm., 12-13.
13 Wely Dozan, Dinamkika Pemikiran Al-Qur’an di Indonesia,…..hlm., 13.
319
Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022
Adapun metode yang di gunakan dalam tafsir al-Mishbah adalah menggunkan
urutan al-Qur’an mushaf ustmani dengan dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri dengan
surat al-Nas kemudian dia memberi pegantar pada setiap ayat yang akan ditafsirkan dalam
uarainya adalah segai berikut:
a. Penyebutan nama surat serta alasan-alasan penamaan, juga diseratai dengan keteranan
ayat-ayat yang dijadikan namaa surat.
b. Jumlah ayat dan sebab turunnya.
c. Penomoran surat berdasarkan penurunan dan penuisan mushaf, terkadan pula
dicantuman surat sebeluma atau sesudahnya.
d. Menyebutkan tema pokok dan tujuan serta menyetakan pendapat ulama-ulama tetang
tema yang sedang dibahsa.
e. Menjelaskan hubungan antara ayat sebelum dan sesudahnya.
f. Menjelaskan tentang subab-sebab turunnya ayat atau surat, jika ada proses inilah yang
M. Quraish Shihab upayakan untuk mengembangkan uraian tafsir, sehingga cita-cita
untuk membumikan al-Qu’an tercapai dalam masyarakat yang menjadi sasarannya.14
Terdapat bebrapa corak yang digunakan pada ulama-ulama indonesia dalam
menafsirkan al-Qur’an al-Karim, pandangan quasi–obyektifis tradisionalis yang
kemudian membagi menjadi dua bagian, yaitu obyek trasdisonalis dan obyektifis
modernis. Maka dapat disimpulkan bahwa apa yang dilakukan M. Quraish Shihab
dalam menafsirkan al-Qur’an al-Karim menggunakan corak quasi obyektifis
modernis.15
Konsep tafsir di era modern-kontemporer yang berkembang dan bernuansa
kontekstual adalah salah satu upaya para mufassir untuk menemukan makna-makna dan
nilai-nilai Al-Qur’an tersebut. Konsep tafsir tersebut harus mampu merealisasikan
masyarakat dan dipahami secara keadilan dan bukan semata-mata menafsirkan teks.
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad Abduh yang berkembang
tafsir di era modern bahwa prinsip yang menjadi dasar tempat berpikir kebangkitan
umat Islam adalah Al-Qur’an sebagai pedoman hidup yang bersifat universal dan di
dalamnya meliputi segalanya. Al-Qur’an tidak terbatas waktu, juga tidak untuk umat
Islam semata, akan tetapi untuk semua manusia. Al-Qur’an sebagai sumber ajaran dapat
diaplikasikan dalam kehidupan umat sepanjang zaman. Oleh karena itu, akal dan nalar
haruslah digunakan dalam menafsirkan Al-Qur’an secara benar dan komprehensif,
sehingga dapat bermanfaat bagi umat Islam sepanjang zaman.16
3. Metode dan Pendekatan Penafsiran Gender Nasaruddin Umar
14 Wely Dozan, Dinamkika Pemikiran Al-Qur’an di Indonesia,…..hlm.,23.
15 Wely Dozan, Dinamkika Pemikiran Al-Qur’an di Indonesia,…..hlm.,24.
16 Wely Dozan, Dinamkika Pemikiran Al-Qur’an di Indonesia,…..hlm.,24-25
320
Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022
Dalam penafsirannya nasaruddin Umar menggunakan berbagai macam
pendekatan-pendekatan, tentu semua itu tidak terlepas dari hasil rujukan kepada metode-
metode para ulama klasik dalam arti nasaruddin umar menggunakan konotasi bahasa tan
bentuk kata-kata yang termuat dalam al-Qur’an. Sehingga dalam hal ini dapat diuraikan
secara singkat mengenai metode dan prinsip nasaruddin umar untuk menafsirkan ayat-
ayat al-Qur’an yang berkaitan tentang kesetaraan gender. Adapun metode-metode secara
umum di antaranya. Pertama metode analisis.17
Dalam hal ini nasaruddin umar dalam menafsirkan gender tidak pernah terlepas
dari analisis ayat-ayat al-Qur’an baik dari segi asbâb nuzulnya, bentuk-bentuk kata yang
merupakan landasan dari ilmu nahwu. Oleh karenanya dengan metode agar dapat
menarik kesimpulan tentang hakikat kesetaraan gender yang sebenarnya. Kedua, metode
tafsir ijmâlî. Nasaruddin umar dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an mengenai gender
selalu menjelaskan ayat al-Qur’an yang bersifat global dalam arti pesan-pesan pokok ayat
Al-Qur’an yang ditafsirkan menggunakan istilah-istilah ilmu-ilmu al-Qur’an. Kerja
metode ini berusaha menafsirkan al-Qur’an secara singkat dan global agar terkait suatu
ayat yang ditafsirkan lebih spesipik dan terperinci.18
Kontribusi Tafsir Kontemporer
1. Pembaharuan (Tajdid)
Tafsir kontemporer dinilai oleh banyak kalangan akan memberikan angin segar
bagi perkembangan tafsir, meskipun tidak sedikit juga kalangan yang memandangnya
sinis. Dengan paradigm baru yang digunakan maka segala bentuk dogmatisme dan
otoritarianisme penafsiran dapat meminimalisir sedemikian rupa. Sebab paradigma tafsir
kontemprer meniscayakan adanya kritisisme, objektivitas, dan keterbukaan dimana setiap
produk penafsiran tidak ada yang kebal kritik.
Dengan memerhatikan pergeseran paradigm dalam tradisi penafsiran mulai dari era
formatif-klasik, era afirmatif pertengahan, hingga era reformatif di masa modern-
kontemporer maka tampak bahwa paradigm tafsir kontemporer memiliki signifikansi
dalam merespon dan menjawab isu-isu global kontemporer, seperti demokrasi, pluralism,
HAM dan kesetaraan gender. Isu-isu yang muncul di era global ini tidak lagi dijawab
dengan menggunakan paradigm tafsir klasik atau pertengahan yang cenderung sectarian,
ideologis, dan deskriminatif.
Paradigma tafsir kontemporer meniscayakan al-Qur’an untuk terus ditafsirkan
seiring dan senafas dengan perubahan, perkembangan serta problem yang dihadapi
manusia modern-kontemporer. Sebab, produk penafsiran pada hakikatnya anak zamannya.
Ini mengandung arti bahwa paradigm tafsir era formatif dan afirmatif yang cenderung
17 Wely Dozan, Dinamkika Pemikiran Al-Qur’an di Indonesia,…..hlm.,25.
18 Wely Dozan, Dinamkika Pemikiran Al-Qur’an di Indonesia,….hlm., 27.
321
Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022
deduktif-normatif-tekstual perlu diubah dan diganti dengan paradigma induktif-kritis-
kontekstual. konsekuensinya, akan muncul perubahan, perbedaan, dan bahkan mungkin
kontradiksi antara hasil penafsiran yang menggunakan paradigm baru dengan penafsiran
terdahulu yang dibukukan dan dibakukan dalam literature kitab-kitab tafsir.19
Namun, produk-produk penafsiran kontemporer tentu saja hanya dapat diterima
umat Islam jika ia memang dapat memberikan solusi konkret atas problem sosial yang
dihadapi oleh umat manusia. Sebab, tujuan menafsirkan al-Qur’an pada hakikatnya
bukanah sekedar untuk memahami ayat, melainkan juga untuk diamalkan dan dijadikan
solusi alternatif atas problem yang dihadapi umat Islam. Dengan kata lain, kebenaran
sebuah produk penafsiran tidak lagi hanya diukur secara teoritis di atas meja, melainkan
juga dibuktikan secara prakstis di lapangan, dalam arti sejauh mana produk penafsiran itu
mampu memberikan solusi alternatif atas problem sosial umat Islam.
Kritik atau perdebatan dalam ilmu pengetahuan merupakan hal yang biasa dalam
dunia akademisi ataupun para ulama. Mereka mengalami kegelisahan terhadap kajian
keilmuan ulama salaf yang masih terlalu kaku dan mengkerdilkan ranah berfikir umat
Islam. Sehingga yang dilakukan adalah taqlid terhadap suatu keilmuan yang sudah ada
tanpa adanya sikap kritis yang akan menjadikan suatu pengembangan ataupun perubahan
ke hal yang lebih baik. kesadaran terhadap kekauan ini membuat salah satu tokoh
kontemporer yang terkenal dengan teori double movementnya mengkritik sehingga lahirlah
metode hermuneutika karena menurutnya dunia ini sangat dinamis, oleh karena itu
manusia hendaknya berfikir sesuai dengan konteks, sehingga gagasan yang dicetuskan
selaras dengan kehidupan ini maka akan terjadi yang namanya harmonisasi antara ilmu
pengetahuan dan kehidupan manusia.
Tafsir kontemporer menyesuaikan dengan kondisi kekinian sehingga sejalan
dengan tajdid yaitu usaha untuk menyesuaikan ajaran agama dengan kehidupan
kontemporer dengan jalan menafsirkan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
serta kondisi sosial masyarakat karena dalam ilmu tafsir yang berkembang selama ini
adalah adanya dua kelompok yang saling berlawanan, yang satu berpegang teguh pada
kaidah ‫السبب‬ ‫بخصوص‬ ‫َل‬ ‫اللفظ‬ ‫بعموم‬ ‫العبرة‬ sedangkan yang lain berpegang pada kaidah ‫العبرة‬
‫اللفظ‬ ‫َلبعموم‬ ‫السبب‬ ‫بخصوص‬ maka pada masa kontemporer ini muncul kaidah ‫الشريعة‬ ‫بمقاصد‬ ‫العبرة‬
bahwa yang seharusnya menjadi pegangan adalah apa yang dikehendaki oleh syari’ah (Al-
Qur’an). Berangkat dari kaidah yang terakhir inilah muncul berbagai upaya dikalangan
sebagian mufassir kontemporer untuk mencari nilai universal al-Qur’an yang menjadikan
kitab suci umat Islam ini shalil li kulli zaman wa makan.20
19 Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer, LKiS Group : Yogyakarta, 2012,hlm., 85
20 Muhammad Amin, Kontribusi Tafsir Kontemporer dalam Menjawab Persoalan Umat, dalam Jurnal Substantia
Vol. 15, No. 1, April (2013),hal. 10
322
Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022
Di sini, dan juga dalam ranah ini, paradigm tafsir kontemporer tampaknya
menemukan relevansinya. Sebab, perkembangan ilmu pengetahuan begitu pesat dan cepat
sehingga para mufassir juga harus mampu merespon perkembangan baru dari teori-teori
ilmu pengetahuan tersebut. Namun demikian dalam konteks penafsiran al-Qur’an tidak
perlu terjadi “pemaksaan-pemaksaan” penafsiran hanya untuk menjustifikasi dan
melegitimasi teori ilmu pengetahuan.
2. Melepas Kekakuan Berfikir
Berbicara tentang penafsiran maka problem utamanya adalah bagaimana memberi
makna terhadap sebuah teks masa lalu yang kita baca. Apakah seorang mufassir
hanya sekedar mengulang makna masa lalu ketika teks itu muncul atau sebenarnya
dia juga diberi hak dan bahkan dituntut untuk kreatif memproduksi makna-makna
baru sesuai dengan epistem dan tuntutan zamannya? Fazlur Rahman dan Muhammad
Syahrur sama-sama sepakat bahwa al-Qur’an adalah kitab yang akan selalu relevan
untuk segala ruang dan waktu, tetapi harus dibaca dengan kreatif dan produktif
sehingga dia benar-benar mampu menjadi solusi alternatif bagi pemecahan atas
problem-problem sosial-keagamaan umat manusia kontemporer.
Selaras dengan hal ini, al-Afghani juga berpandangan Islam berarti dan identik
dengan gerak aktivitas. Sikap yang benar bagi seorang muslim bukanlah sifat beku
dan pasif, melainkan sifat dinamis yang penuh dengan gerak aktivitas. Manusia
bertanggung jawab kepada Tuhan atas segala perbuatannya, bertanggung jawab atas
masyarakatnya dan kegagalannya dalam hal ini adalah kegagalannya sendiri.21 Salah
satu karakteristik tafsir al-Qur’an di era kontemporer adalah sifatnya yang kontekstual
dan berorientasi pada semangat al-Qur’an. Hal itu dilakukan dengan cara
mengembangkan dan bahkan tidak segan-segan mengganti metode dan paradigm
penafsiran lam.
Jika metode yang penafsisran al-Qur’an yang digunakan oleh para mufassir
klasik-tradisional adalah metode analitik yang berdifat atomistik dan parsial maka
tidak demikan halnya dengan para mufassir kontemporer yang menggunakan metode
tematik. Tidak hanya itu, mereka juga menggunakan pendekatan interdisipliner
dengan memanfaatkan perangkat keilmuan modern, seperti filsafat bahasa, semantic,
semiotik, antropologi, sosiologi, dan sains. Salah satu diktum yang menjadi jargon
para mufassir kontemporer berbunyi : Al-Qur’an itu abadi, namun penyajiannya
selalu kontekstual sehingga meskipun itu turun di Arab dan menggunakan bahasa
Arab, tetapi ia berlaku universal, melampaui waktu dan tempat yang dialami
manusia.22
21 Faisal Isma’iel, Studi Islam Kontemporer, (IRCSoD : Yogyakarta, 2018),hal. 171
22 Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer,…..hlm., 63
323
Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022
Kesimpulan
Tafsir kontemporer muncul sebagai upaya bentuk kritis ulama mufassir saat ini terhadap
metode lama yang digunakan oleh ulama salaf (ortodoks) karena dianggap sebagai bentuk
pengkakuan terhadap pemikiran umat Islam tersendiri. Ruang ijtihad tidak diberikan ruang untuk
berkembang sehingga yang ada hanya sebuah taqlid umat terhadap aturan yang ada. Oleh karena
itu kemudian tafsir kontempomper ini memberikan warna untuk dunia penasiran al-Qur’an
dengan mengusung qawaid “ibrah bi maqasidi al-syari’ah.” Metode ini digunakan dengan cara
kolaboratif antara penafsiran ulama klasik dengan era pertengahan sehingga menghasilkan tafsir
kontemporer ini.
Ucapan Terimakasih
Kami ucapkan segenap rasa syukur kepada Allah SWT. serta lantunan shalawat kepada baginda
Rasulullah SAW. karena kami dapat menyelesaikan tugas ilmiah ini, dan tak lupa kami haturkan
rasa terimakasih yang terhingga kepada dosen pengampu materi Pendekatan Studi Qur’an dan
Tafsir, Dr. Hasani Ahmad Said, MA., yang telah memberikan arahan pada penulisan ini.
324
Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrohim, “Metodologi Tafsir Kontemporer Dalam Buku Major Themes Of The Quran Karya
Fazlur Rahman”, Jurnal Pustaka,Vol. 08, No. 01, (2020).
Ahmad Ilham Wahyudi, Sabila Rafiqah Fitriani, Moh. Mauluddin,. “Revolusi Mental Generasi
Muda Indonesia Guna Menyiapkan Golden Age 2045 Dalam Telaah Al-Qur’an
Surah Al-Ra’d Ayat 11: Studi Kajian Tafsir Tematik”. Al Furqan: Jurnal Ilmu Al
Quran dan Tafsir 4, no. 2 (December 16, 2021): 196-206. Accessed December 16,
2023. https://ejournal.iai-tabah.ac.id/index.php/Alfurqon/article/view/759.
Amin, Muhammad. “Kontribusi Tafsir Kontemporer Dalam Menjawab Persoalan Ummat”,
Jurnal Substantia, Vol. 15, No. 01, (2013),
Asnajib, Muhammad. “Penafsiran Kontemporer di Indonesia (Studi Kitab Tafsir At-Tanwir)”,
Jurnal Studi Al-Qur’an, Vol. 16, No. 02, (2020),
Ali Mustofa Kamal, Muhamad. “Pembacaan Epistemologi Ilmu Tafsir Klasik,” Jurnal
MAGHZA, Vol. 01, No. 1, (2016).
Ahmad Said, Hasani. Jaringan dan Pembaharuan Ulama Tafsir Nusantara, (Bandung : IKAPI,
2020).
Dozan, Wely. “Dinamkika Pemikiran Al-Qur’an di Indonesia, dalam Jurnal Ijtimaiyya,” Vol.
13, No. 2, Desember (2020).
Fahimah, Siti. “Kritik Epistemologi Metode Hermeneutika: Studi Kritis Terhadap
Penggunaannya Dalam Penafsiran Al Quran”. Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir 2, no.
2 (December 16, 2019): 109 - 124. Accessed December 16, 2023. https://ejournal.iai-
tabah.ac.id/index.php/Alfurqon/article/view/461.
Fithrotin, Fithrotin. “Metodologi Dan Karakteristik Penafsiran Ahmad Mustafa Al Maraghi
Dalam Kitab Tafsir Al Maraghi: (Kajian Atas QS. Al Hujurat Ayat: 9)”. Al Furqan:
Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir 1, no. 2 (December 16, 2018): 107 -. Accessed
325
Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022
December 16, 2023. https://ejournal.iai-
tabah.ac.id/index.php/Alfurqon/article/view/289.
Mauluddin, Moh. “Sunnatullah Dalam Kisah Musa Dan Fir’aun”. Al Furqan: Jurnal Ilmu Al
Quran dan Tafsir 4, no. 1 (June 16, 2021): 66-80. Accessed December 16, 2023.
https://ejournal.iai-tabah.ac.id/index.php/Alfurqon/article/view/638.
Moh. Mauluddin, Khusnul Muttaqin, and Ahmad Syafi’i. “Ibrah Kisah Penolakan Nabi Yusuf
Terhadap Ajakan Imra’at Al-Aziz Perspektif Tafsir Maqashidi”. Al Furqan: Jurnal
Ilmu Al Quran dan Tafsir 5, no. 1 (June 30, 2022): 107 - 123. Accessed December
16, 2023. https://ejournal.iai-tabah.ac.id/index.php/Alfurqon/article/view/987.
Mustaqim, Abdul. Epistimologi Tafsir Kontemporer , (Yogyakarta: LkiS, 2010).
Faisal Isma’iel, Studi Islam Kontemporer, IRCSoD : Yogyakarta, 2018.
Syahrur, Muhammad. Prinsip Dan Dasar Hermeneutika AlQur’an Kontemporer, (Yogyakarta:
Teras, 2008).
326
Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022

More Related Content

Similar to Metodologi Tafsir Modern - Kontemporer di Indonesia - 1401-Article Text-2181-1-10-20230115.pdf

Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lksContoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Akram Atjeh
 
20140306100342 modul unit 1 5 (1)
20140306100342 modul unit 1 5 (1)20140306100342 modul unit 1 5 (1)
20140306100342 modul unit 1 5 (1)
Sukor Bakar
 
Konsep Tanzil: Arkoun dan Zarqani
Konsep Tanzil: Arkoun dan ZarqaniKonsep Tanzil: Arkoun dan Zarqani
Konsep Tanzil: Arkoun dan Zarqani
Anwar Ma'rufi
 
Hermeneutika dan pengembangan ulumul qur’an
Hermeneutika dan pengembangan ulumul qur’anHermeneutika dan pengembangan ulumul qur’an
Hermeneutika dan pengembangan ulumul qur’an
Iffa Tabahati
 
Tafsir feminis tantangan terhadap konsep wahyu dan tafsir
Tafsir feminis tantangan terhadap konsep wahyu dan tafsirTafsir feminis tantangan terhadap konsep wahyu dan tafsir
Tafsir feminis tantangan terhadap konsep wahyu dan tafsir
Hibatul Wafi
 

Similar to Metodologi Tafsir Modern - Kontemporer di Indonesia - 1401-Article Text-2181-1-10-20230115.pdf (20)

KEL.2 TAFSIR TAHLILI.pptx
KEL.2 TAFSIR TAHLILI.pptxKEL.2 TAFSIR TAHLILI.pptx
KEL.2 TAFSIR TAHLILI.pptx
 
PPT Corak Tafsir Periode Pertengahan (1).pptx
PPT Corak Tafsir Periode Pertengahan (1).pptxPPT Corak Tafsir Periode Pertengahan (1).pptx
PPT Corak Tafsir Periode Pertengahan (1).pptx
 
Mencari Model Tafsir Alternatif
Mencari Model Tafsir AlternatifMencari Model Tafsir Alternatif
Mencari Model Tafsir Alternatif
 
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lksContoh modul pai, sk,kd,id dan lks
Contoh modul pai, sk,kd,id dan lks
 
TUGAS-2 PENGENALAN TAFSIR TEMATIK OLEH Ahmad Mutawalli Nasution. SM IV-C MD. ...
TUGAS-2 PENGENALAN TAFSIR TEMATIK OLEH Ahmad Mutawalli Nasution. SM IV-C MD. ...TUGAS-2 PENGENALAN TAFSIR TEMATIK OLEH Ahmad Mutawalli Nasution. SM IV-C MD. ...
TUGAS-2 PENGENALAN TAFSIR TEMATIK OLEH Ahmad Mutawalli Nasution. SM IV-C MD. ...
 
Pemikiran M arkoun
Pemikiran M arkounPemikiran M arkoun
Pemikiran M arkoun
 
TUGAS-2 TAFSIR TEMATIK OLEH Robi Winata. SM IV MD-B FDK UINSU 2019/2020
TUGAS-2 TAFSIR TEMATIK OLEH Robi Winata. SM IV MD-B FDK UINSU 2019/2020TUGAS-2 TAFSIR TEMATIK OLEH Robi Winata. SM IV MD-B FDK UINSU 2019/2020
TUGAS-2 TAFSIR TEMATIK OLEH Robi Winata. SM IV MD-B FDK UINSU 2019/2020
 
TUGAS-2 TAFSIR TEMATIK OLEH Aprialdi. SM IV MD-B FDK UINSU 2019/2020
TUGAS-2 TAFSIR TEMATIK OLEH Aprialdi. SM IV MD-B FDK UINSU 2019/2020TUGAS-2 TAFSIR TEMATIK OLEH Aprialdi. SM IV MD-B FDK UINSU 2019/2020
TUGAS-2 TAFSIR TEMATIK OLEH Aprialdi. SM IV MD-B FDK UINSU 2019/2020
 
TUGAS-2 Tafsir Tematik OLEH Aulia Nur. SM IV MD-B FDK UINSU 2019/2020
TUGAS-2 Tafsir Tematik OLEH Aulia Nur. SM IV MD-B FDK UINSU 2019/2020TUGAS-2 Tafsir Tematik OLEH Aulia Nur. SM IV MD-B FDK UINSU 2019/2020
TUGAS-2 Tafsir Tematik OLEH Aulia Nur. SM IV MD-B FDK UINSU 2019/2020
 
1 makalah studi islam
1 makalah studi islam1 makalah studi islam
1 makalah studi islam
 
20140306100342 modul unit 1 5 (1)
20140306100342 modul unit 1 5 (1)20140306100342 modul unit 1 5 (1)
20140306100342 modul unit 1 5 (1)
 
PP Skripsi Albaqir.pptx
PP Skripsi Albaqir.pptxPP Skripsi Albaqir.pptx
PP Skripsi Albaqir.pptx
 
Klp 4 PAI.pptx
Klp 4 PAI.pptxKlp 4 PAI.pptx
Klp 4 PAI.pptx
 
Hasani Ahmad S, Corak pemikiran kalam tafsir fath al-qadir al-syaukani, TESIS...
Hasani Ahmad S, Corak pemikiran kalam tafsir fath al-qadir al-syaukani, TESIS...Hasani Ahmad S, Corak pemikiran kalam tafsir fath al-qadir al-syaukani, TESIS...
Hasani Ahmad S, Corak pemikiran kalam tafsir fath al-qadir al-syaukani, TESIS...
 
Konsep Tanzil: Arkoun dan Zarqani
Konsep Tanzil: Arkoun dan ZarqaniKonsep Tanzil: Arkoun dan Zarqani
Konsep Tanzil: Arkoun dan Zarqani
 
Hermeneutika dan pengembangan ulumul qur’an
Hermeneutika dan pengembangan ulumul qur’anHermeneutika dan pengembangan ulumul qur’an
Hermeneutika dan pengembangan ulumul qur’an
 
Hermenutik double movement fazlur rahman
Hermenutik double movement fazlur rahmanHermenutik double movement fazlur rahman
Hermenutik double movement fazlur rahman
 
Landasan Manajemen
Landasan ManajemenLandasan Manajemen
Landasan Manajemen
 
Tafsir feminis tantangan terhadap konsep wahyu dan tafsir
Tafsir feminis tantangan terhadap konsep wahyu dan tafsirTafsir feminis tantangan terhadap konsep wahyu dan tafsir
Tafsir feminis tantangan terhadap konsep wahyu dan tafsir
 
Resensi buku ilmu kalam
Resensi buku ilmu kalamResensi buku ilmu kalam
Resensi buku ilmu kalam
 

More from Hasaniahmadsaid

More from Hasaniahmadsaid (20)

Dr. KH. Hasani Ahmad Said, M.A. - Sejarah al-Qur'ab - MRAH - Sabtu 9 Sep 23.pptx
Dr. KH. Hasani Ahmad Said, M.A. - Sejarah al-Qur'ab - MRAH - Sabtu 9 Sep 23.pptxDr. KH. Hasani Ahmad Said, M.A. - Sejarah al-Qur'ab - MRAH - Sabtu 9 Sep 23.pptx
Dr. KH. Hasani Ahmad Said, M.A. - Sejarah al-Qur'ab - MRAH - Sabtu 9 Sep 23.pptx
 
Dr. KH. Hasani Ahmad Said, M.A. - Dalil-dalil-Perayaan-Maulid-Nabi-Muhammad-S...
Dr. KH. Hasani Ahmad Said, M.A. - Dalil-dalil-Perayaan-Maulid-Nabi-Muhammad-S...Dr. KH. Hasani Ahmad Said, M.A. - Dalil-dalil-Perayaan-Maulid-Nabi-Muhammad-S...
Dr. KH. Hasani Ahmad Said, M.A. - Dalil-dalil-Perayaan-Maulid-Nabi-Muhammad-S...
 
Karya Dr. Hasani Ahmad Said, M.A..pdf
Karya Dr. Hasani Ahmad Said, M.A..pdfKarya Dr. Hasani Ahmad Said, M.A..pdf
Karya Dr. Hasani Ahmad Said, M.A..pdf
 
Cv Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. pdf feb 2022 (1).pdf
Cv Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. pdf feb 2022 (1).pdfCv Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. pdf feb 2022 (1).pdf
Cv Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. pdf feb 2022 (1).pdf
 
Dr- Hasani 04-Jul-2022 22-16-10.pdf
Dr- Hasani 04-Jul-2022 22-16-10.pdfDr- Hasani 04-Jul-2022 22-16-10.pdf
Dr- Hasani 04-Jul-2022 22-16-10.pdf
 
Tafsir Ijmali Tadabur atas Tafsir Surah al-Anfal.pptx
Tafsir Ijmali Tadabur atas Tafsir Surah al-Anfal.pptxTafsir Ijmali Tadabur atas Tafsir Surah al-Anfal.pptx
Tafsir Ijmali Tadabur atas Tafsir Surah al-Anfal.pptx
 
tvri - kedudukan harta dalam al-Qur'an - by Hasani Ahmad Said, 3 Nov 2022 2.pptx
tvri - kedudukan harta dalam al-Qur'an - by Hasani Ahmad Said, 3 Nov 2022 2.pptxtvri - kedudukan harta dalam al-Qur'an - by Hasani Ahmad Said, 3 Nov 2022 2.pptx
tvri - kedudukan harta dalam al-Qur'an - by Hasani Ahmad Said, 3 Nov 2022 2.pptx
 
Cv Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. pdf feb 2022 (1).pdf
Cv Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. pdf feb 2022 (1).pdfCv Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. pdf feb 2022 (1).pdf
Cv Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. pdf feb 2022 (1).pdf
 
Hasani Ahamad Said at. all. - The Digital Al-Qur'an Viewed by Indonesian Musl...
Hasani Ahamad Said at. all. - The Digital Al-Qur'an Viewed by Indonesian Musl...Hasani Ahamad Said at. all. - The Digital Al-Qur'an Viewed by Indonesian Musl...
Hasani Ahamad Said at. all. - The Digital Al-Qur'an Viewed by Indonesian Musl...
 
Hasani Ahmad Said et. all. - The Polemic Prohibition of Wearing Veil in Persp...
Hasani Ahmad Said et. all. - The Polemic Prohibition of Wearing Veil in Persp...Hasani Ahmad Said et. all. - The Polemic Prohibition of Wearing Veil in Persp...
Hasani Ahmad Said et. all. - The Polemic Prohibition of Wearing Veil in Persp...
 
Hasani Ahmad Said at. all. - The Review Of Castration Punishment For Pedophil...
Hasani Ahmad Said at. all. - The Review Of Castration Punishment For Pedophil...Hasani Ahmad Said at. all. - The Review Of Castration Punishment For Pedophil...
Hasani Ahmad Said at. all. - The Review Of Castration Punishment For Pedophil...
 
Jurnal IRATDE - Hasani Ahmad Said et. all. - The Polemic Prohibition of Weari...
Jurnal IRATDE - Hasani Ahmad Said et. all. - The Polemic Prohibition of Weari...Jurnal IRATDE - Hasani Ahmad Said et. all. - The Polemic Prohibition of Weari...
Jurnal IRATDE - Hasani Ahmad Said et. all. - The Polemic Prohibition of Weari...
 
Hasani Ahmad Said - Jurnal Afkaruna - Kalimatun Sawa‘ - 5761-23418-1-PB.pdf
Hasani Ahmad Said - Jurnal Afkaruna - Kalimatun Sawa‘ - 5761-23418-1-PB.pdfHasani Ahmad Said - Jurnal Afkaruna - Kalimatun Sawa‘ - 5761-23418-1-PB.pdf
Hasani Ahmad Said - Jurnal Afkaruna - Kalimatun Sawa‘ - 5761-23418-1-PB.pdf
 
Hasani Ahamad Said at. all. - The Digital Al-Qur'an Viewed by Indonesian Musl...
Hasani Ahamad Said at. all. - The Digital Al-Qur'an Viewed by Indonesian Musl...Hasani Ahamad Said at. all. - The Digital Al-Qur'an Viewed by Indonesian Musl...
Hasani Ahamad Said at. all. - The Digital Al-Qur'an Viewed by Indonesian Musl...
 
Dr. Hasani AHmad Said, M.A. - Masjid Asmaul Husna - I'jaz Alquran dalam Hal P...
Dr. Hasani AHmad Said, M.A. - Masjid Asmaul Husna - I'jaz Alquran dalam Hal P...Dr. Hasani AHmad Said, M.A. - Masjid Asmaul Husna - I'jaz Alquran dalam Hal P...
Dr. Hasani AHmad Said, M.A. - Masjid Asmaul Husna - I'jaz Alquran dalam Hal P...
 
Masjid al-Bina Senayan - Ketika Usia 40 Tahun - Dr. Hasani Ahmad Said.pptx
Masjid al-Bina Senayan - Ketika Usia 40 Tahun - Dr. Hasani Ahmad Said.pptxMasjid al-Bina Senayan - Ketika Usia 40 Tahun - Dr. Hasani Ahmad Said.pptx
Masjid al-Bina Senayan - Ketika Usia 40 Tahun - Dr. Hasani Ahmad Said.pptx
 
DR. HASANI AHMAD SAID, M.A. - SERAMBI ISLAMI TVRI - JEJAK PERADABAN MADINAH ...
DR. HASANI AHMAD SAID, M.A. - SERAMBI ISLAMI TVRI  - JEJAK PERADABAN MADINAH ...DR. HASANI AHMAD SAID, M.A. - SERAMBI ISLAMI TVRI  - JEJAK PERADABAN MADINAH ...
DR. HASANI AHMAD SAID, M.A. - SERAMBI ISLAMI TVRI - JEJAK PERADABAN MADINAH ...
 
DR. HASANI AHMAD SAID, M.A. - SERAMBI ISLAMI TVRI KERAGAMAN SERAMBI ISLAMI 19...
DR. HASANI AHMAD SAID, M.A. - SERAMBI ISLAMI TVRI KERAGAMAN SERAMBI ISLAMI 19...DR. HASANI AHMAD SAID, M.A. - SERAMBI ISLAMI TVRI KERAGAMAN SERAMBI ISLAMI 19...
DR. HASANI AHMAD SAID, M.A. - SERAMBI ISLAMI TVRI KERAGAMAN SERAMBI ISLAMI 19...
 
Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. - Serambi Islami TVRI - Keutamaan Surah Yasin - S...
Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. - Serambi Islami TVRI - Keutamaan Surah Yasin - S...Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. - Serambi Islami TVRI - Keutamaan Surah Yasin - S...
Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. - Serambi Islami TVRI - Keutamaan Surah Yasin - S...
 
Serambi Islami TVRI - Kedudukan Harta dalam al-Qur'an - by Dr. Hasani Ahmad S...
Serambi Islami TVRI - Kedudukan Harta dalam al-Qur'an - by Dr. Hasani Ahmad S...Serambi Islami TVRI - Kedudukan Harta dalam al-Qur'an - by Dr. Hasani Ahmad S...
Serambi Islami TVRI - Kedudukan Harta dalam al-Qur'an - by Dr. Hasani Ahmad S...
 

Recently uploaded

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
AtiAnggiSupriyati
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
saptari3
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 

Recently uploaded (20)

PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 

Metodologi Tafsir Modern - Kontemporer di Indonesia - 1401-Article Text-2181-1-10-20230115.pdf

  • 1. 312 Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022 MetodologiTafsirModern - Kontemporerdi Indonesia Muallifah, Khodijah Samosir, Hasani Ahmad Said Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta E-mail: muallifah98@gmail.com Khodijahsamosir07@gmail.com hasaniahmadsaid@uinjkt.ac.id Abstrak: Al-Qur’an adalah korpus terbuka yang sangat potensial untuk menerima segala bentuk eksploitasi, baik berupa pembacaan, penerjemahan, penafsiran, hingga pengambilannya sebagai sumber rujukan. Metode penafsiran sungguh sangat beragam sejak zaman klasik hingga modern, akan tetapi pada tulisan ini hanya akan menjelaskan potret metodologi tafsir di Indonesia saat ini, era modern-kontemporer. Metodologi penafsiran di Indonesia adalah kontekstual dalam hal ini termasuk pada kategori model sosial kemasyarakatan (adabi ijtima’ie). Ada pun beberapa karakteristik yang dimunculkan oleh para mufassir kontemporer, pertama, bernuansa hermeneutis dengan lebih menekankan pada aspek epistemologis-metodologis. Hal ini dilakukan agar menghasilkan pembacaan yang produktif akan Al-Qur’an dan bukannya pembacaan repetitif atau pembacaan ideologis-tendensius. Kedua, kontekstual dan berorientasi pada spirit Al-Qur’an, ini dilakukan melalui hasil pembacaan ayat Al-Qur’an dari banyak keilmuan (interdisipliner) dengan memanfaatkan perangkat keilmuan modern seperti filsafat, semantik, antropologi, sosiologi, sains dan lainnya. Kata kunci: Metodologi, Tafsir Modern-Kontemporer Indonesia Abtract: Al-Qur'an is an open corpus that has the potential to receive all forms of exploitation, whether in the form of reading, translating, interpreting, to taking it as a reference source.Methods of interpretation are very diverse from classical to modern times, however, this paper will only describe a portrait of the methodology of interpretation in Indonesia today, the modern-contemporary era. The methodology of interpretation in Indonesia is contextual in that it is included in the category of social models (adabi ijtima'ie). There are also several characteristics raised by contemporary interpreters, first, hermeneutical nuances with more emphasis on epistemological- methodological aspects. This is done in order to produce productive reading of the Qur'an and not repetitive reading or ideological-tendential reading. Second, contextual and oriented towards the spirit of the Qur'an, this is done through reading the verses of the Qur'an from many disciplines (interdisciplinary) by utilizing modern scientific tools such as philosophy, semantics, anthropology, sociology, science and others. Keywords: Methodology, Indonesian Modern-Contemporary Interpretation
  • 2. 313 Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022 Pendahuluan Al-Qur’an adalah korpus terbuka yang sangat potensial untuk menerima segala bentuk eksploitasi, baik berupa pembacaan, penerjemahan, penafsiran, hingga pengambilannya sebagai sumber rujukan. Kehadiran teks al-Qur’an ditengah umat Islam telah melahirkan pusat pusaran wacana keIslaman yang tak pernah berhenti dan menjadi pusat inspirasi bagi manusia untuk melakukan penafsiran dan pengembangan makna atas ayat-ayatnya. Maka dapat dikatakan bahwa al-Qur’an hingga kini masih menjadi teks inti (core text) dalam peradaban Islam.1 Penafsiran al-Qur’an sudah tumbuh sejak masa Rasulullah. Beliau sering memberikan penjelasan kepada sahabatnya tentang al-Qur’an. Beliau menjelaskan kepada sahabat-sahabatnya mengenai arti dan kandungan al-Qur’an, terutama pada ayat-ayat yang sulit dipahami atau samar artinya. Keadaan tersebut berlangsung hingga beliau wafat. Selajutnya, Pada masa sahabat dalam memahami al-Qur’an dan mengetahui tafsir al- Qur’an, karena pada saat itu setelah Rasulullah wafat ada sejumlah ayat al-Qur’an yang belum dijelaskan oleh beliau sehingga mengharuskan sahabat mencari maksud dari ayat tersebut. Begitupun pada masa tabi’in, setelah masa sahabat berakhir dan penafsiran al-Qur’an dari para sahabat terhenti, sedang tantangan zaman serta konflik yang silih berganti, mengharuskan tabi’in menjawab tantangan tersebut dengan tetap berpegang teguh pada al-Qur’an dan sunnah. Tidak sampai di sini, para sahabat dan para tabi’in yang yang menafsirkan al-Qur’an bukanlah orang sembarangan, mereka adalah mufasir-mufasir yang tidak diragukan dalam keilmuan al-Qur’an. Upaya menafsirkan al-Qur’an juga terus berlangsung sampai saat ini. Seiring dengan perkembangan zaman yang dipenuhi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Al- Qur’an yang nota-benenya sesuai untuk segala masa dan tempat juga diinterpretasikan oleh para mufassir sesuai dengan perkembangan tersebut, sehingga al-Qur’an benar-benar menjadi solusi terhadap berbagai persoalan ummat manusia sejak dulu sampai sekarang dan pada masa yang akan datang.2Menafsirkan al-Qur’an merupakan salah satu hal yang penting lantaran tafsir merupakan suatu alat yang menunjukkan atas fungsi al-Qur’an, dan tafsir dijadikan sebagai produk yakni suatu hasil atas penafsiran penafsirnya juga sebagai proses yakni terjadinya suatu aktivitas interpretasi teks dan realitas. Pada realitanya, suatu karya tafsir tercipta tidak dapat dipisahkan dengan doktrin agama yang melingkupunya, tidak terkecuali di Indonesia. Mengingat rekonstruksi metodologis tafsir dari zaman ke zaman sangat dipengarui oleh situasi dan kondisi yang berada di sekitar mufasir, maka metode juga akan terus berkembang dan bergerak selama keilmuan itu sendiri masih terus hidup karena kebudayan manusia masih terus bergulir. Ditambah pula dengan adanya modernisasi yang memberikan dampak pada dunia Islam dengan melahirkan lebih banyak pemikir-pemikir Islam yang produktif, untuk merepon 1Muhammad Syahrur,Prinsip Dan Dasar Hermeneutika AlQur’an Kontemporer,(Yogyakarta: Teras, 2008), hal. 14 2Muhammad Amin,“Kontribusi Tafsir Kontemporer Dalam Menjawab Persoalan Ummat”,Jurnal Substantia, Vol. 15, No. 01, (2013), hal. 2
  • 3. 314 Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022 sensitivitas masyarakat Muslim modern. Hal ini juga memunculkan artikulasi ajaran agama yang sensitif terhadap isu-isu masa kini dan menjadikan al-Qur’an sebagai referensi dan diskursus utama pada ide-ide pembaruan keagamaan Islam. Pada era modern ini, dengan metode tafsir yang beraneka ragam model, bentuk, dan pendekatannya, al-Qur’an masih terkesan seolah-olah belum mampu menjawab semua permasalahan yang ada, yakni al-Qur’an masih banyak mengandung rahasia ilahi yang belum terungkap maksud dan kandungannya.3 Tafsir modern-kontemporer hadir dengan memposisikan al-Qur’an sebagai kitab petunjuk dengan nuansa hermeneutis, kontesktual dan berorientasi pada spirit al-Qur’an serta ilmiah, kritis, dan banyak lagi. Urgensi tafsir modern ini yakni bahwa al-Qur’an shalih li kulli zaman wa makan yang bertujuan agar al-Qur’an tidak ditinggalkan, dengan cara mendialogkan al-Qur’an dengan setiap generasi sepanjang zaman lantaran al-Qur’an merupakan panduan moral dalam menghadapi setiap perkembangan pada era modern-kontemporer. Hal ini terjadi karena setiap zaman memiliki tingkat permasalahan dan kebutuhan yang berbeda-beda sedangkan al-Qur’an memiliki sifat shalih li kulli zaman wa makan. Definisi Metodologi dan Tafsir Metodologi merupakan terjemahan bahasa Inggris methodology, yang pada dasarnya berasal dari bahasa Latin methodus dan logia. Kemudian kata ini diserap oleh bahasa Yunani menjadi methodos (dirangkai dari kata meta dan hodos) yang berarti cara atau jalan, dan logos yang berarti kata atau pembicaraan. Dengan demikian metodologi merupakan wacana tentang cara melakukan sesuatu. Dalam bahasa Arab, metodologi diterjemahkan dengan mānhāj atau mįnhāj seperti disebutkan dalam ayat al-Qur'an al Māidah (5) : 48 yang berarti jalan yang terang. Sementara itu dalam bahasa Indonesia, metodologi diartikan dengan ilmu atau uraian metode. Sedangkan metode sendiri berarti “cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan lain sebagainya).4 Kata tafsir di dalam Al-Qur’an hanya ditemukan satu kali, yaitu dalam QS. Al-Furqan [25]: 33, Allah berfirman: َ ‫َل‬َ‫و‬ ۗ ‫ا‬ً‫ْر‬‫ي‬ِ‫س‬ْ‫ف‬َ‫ت‬ َ‫ن‬َ‫س‬ْ‫ح‬َ‫ا‬َ‫و‬ ِ‫ق‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ َ‫ك‬ٰ‫ن‬ْ‫ئ‬ِ‫ج‬ ‫ا‬ ‫َِل‬‫ا‬ ٍ‫ل‬َ‫ث‬َ‫م‬ِ‫ب‬ َ‫َك‬‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫ت‬ْ‫أ‬َ‫ي‬ Artinya: “Dan mereka (orang-orang kafir itu) tidak datang kepadamu (membawa) sesuatu yang aneh, melainkan Kami datangkan kepadamu yang benar dan penjelasan yang paling baik.” 3Muhamad Ali Mustofa Kamal, “Pembacaan EpistemologiIlmu Tafsir Klasik,” Jurnal MAGHZA, Vol. 01, No. 1, (2016), 67-83. 4Abdurrohim, “Metodologi Tafsir Kontemporer Dalam Buku MajorThemes Of The Quran Karya Fazlur Rahman”, Jurnal Pustaka,Vol. 08, No. 01, (2020), 73.
  • 4. 315 Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022 Tafsir secara terminologi memiliki serangkaian definisi yang diungkapkan oleh ulama5, antara lain: 1. Abu Hāyyān: tafsir adalah ilmu yang membahas tata-cara pengucapan kata-kata al- Qur'an, maknanya, hukum-hukum yang terkandung di dalamnya, baik perkata maupun rangkaian kata dan kelengkapannya, seperti pengetahuan tentang Nāskh, Asbabu al-Nuzul dan lain-lain. 2. Al-Zarkasyī: tafsir, adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memahami Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, menjelaskan makna-maknanya dan mengeluarkan hukum-hukum dan hikmah-hikmahnya. 3. Abu al-Tåghliby: tafsir adalah menerangkan maksud lafadz, baik secara hakikat maupun majas. 4. Al-Ashbahanī, tafsir adalah membuka makna Al-Qur'an dan menerangkan maksud (dari makna tersebut). 5. Al-Zarkasyī: tafsir adalah ilmu yang menerangkan tentang turunnya ayat, surah, dan cerita di balik turunnya ayat tersebut, nilai-nilai substansinya, urutan ayatnya (makki, madani), nasikh-mansukh, khash-‘am, ayat muthlaq dan muqayyad-nya, ayat mujmal dan mufassar-nya. Dari uraian definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tafsir merupakan ilmu yang digunakan untuk memperjelas kandungan Al-Qur'an, baik dari segi lafadz maupun makna. Berdasarkan dari definisi ini maka tafsir lebih umum dari pada ta’wil.Secara etimologi, kata kontemporer berasal dari bahasa Inggris (adjective) dengan makna: “Belonging to the same time”, “existing or happening now”, atau“belonging to the same or a stated period in the past”. Senada dengan makna kontemporer dalam KBBI, yang dapat merujuk kepada makna: “pada waktu yang sama, semasa, sewaktu, pada masa kini, dewasa kini”. Dari definisi kata kontemporer ini, dapat diambil kesimpulan bahwa kata kontemporer mengandung arti, masa kekinian, masa yang sedang terjadi, dan periode yang sama. Pendapat Abdul Mustaqim dalam memaknai kata kontemporer dalam artian: era masa kini, zaman sekarang atau yang bersifat kekinian. Kontemporer lahir dari modernitas sehingga istilah modern dan kontemporer, meskipun merujuk kepada dua era, keduanya tidak memiliki penggalan waktu yang pasti. Namun demikian, Mustaqim memberikan batasan pemikiran kontemporer yang dimulai pada tahun 1967, yakni sejak kekalahan dunia Arab oleh Israel.6 Istilah metodologi tafsir kontemporer juga tidak terlepas dari latar belakang dan dan asumsi terhadap Al-Qur'an sebagai objek. Ada beberapa asumsi dalam 5Abdurrohim, “Metodologi TafsirKontemporer…hal.74 6Abdul Mustaqim, Epistimologi TafsirKontemporer, (Yogyakarta: LkiS, 2010), hal. 11
  • 5. 316 Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022 paradigma tafsir kontemporer7, antara lain: 1. Al-Qur'an Shalih li Kulli Zaman wa Makan Al-Qur'an yang merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi terakhir, Muhammad SAW dan sekaligus sebagai kitab terakhir yang diturunkan. Sehingga sangat logis Al-Qur'an bila mengandung prinsip-prinsip universal yang akan senantiasa relevan untuk setiap waktu dan tempat.8 Asumsi ini memberi implikasi bahwa pelbagai problem di era modern akan dapat dijawab oleh Al- Qur'an dengan cara melakukan kontekstualisasi penafsiran secara terus-menerus seiring dengan semangat dan tuntutan-tuntutan kontemporer. 2. Teks yang Statis dan Konteks yang Dinamis Kodifikasi Al-Qur'an sedemikian rupa mengesankan Al-Qur'an secara literal tidak dapat berkembangan, sementara berbagai problem terus berkembang. Sehingga para mufassir selalu berusaha mengaktualkan dan mengontekstualisasi pesan-pesan universal Al-Qur'an ke dalam konteks partikular era kontemporer. Hal ini hanya dapat dilakukan jika Al-Qur'an ditafsirkan sesuai dengan semangat zamannya, berdasarkan nilai dan prinsip-prinsip dasar universal Al-Qur'an. 3. Penafsiran bersifat Relatif dan Tentatif Secara normatif, Al-Qur'an diyakini memiliki kebenaran mutlak namun kebenaran produk penafsrian Al-Qur'an bersifat relatif dan tentatif. Sebab, tafsir adalah respons mufassir ketika memahami teks kitab suci, situasi, dan problem sosial yang dihadapinya. Jadi sesungguhnya ada jarak antara Al-Qur'an dan penafsirnya. Oleh karena itu, tidak ada penafsiran yang benar-benar objektif, karena seorang mufassir sudah memiliki prior text yang menyebabkan kandungan teks tersebut “tereduksi”. Potret Metode Tafsir Kontemporer Di Indonesia Hasani Ahmad Said sebagai pengampu materi di bidang Tafsir di UIN Jakartamengatakan bahwa potret metodologi tafsir di Indonesia merupakan kontekstual dan ini termasuk pada kategori model sosial kemasyarakatan (adabi ijtima’ie). Pemilihan metode ini dengan menimbang empat hal yaitu:9 1. Gejala atau fenomena yang diteliti lebih merupakan gejala sosial yang bersifat dinamis, yakni respond dan perilaku kontekstual masyarakat dalam tasfri al-Qur’an, dalam hal ini dalam tafsir Nusantara. 2. Subject Matter dalam dalam studi ini adalah menyangkut suatu dinamika sosial, hukum, 7Abdurrohim, “Metodologi TafsirKontemporer… hal. 77-78. 8Abdul Mustaqim, Epistimologi TafsirKontemporer…hal.54 9 Hasani Ahmad Said, Jaringan dan Pembaharuan Ulama Tafsir Nusantara, (Bandung : IKAPI, 2020), hal. 13
  • 6. 317 Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022 politik dan hasil-hasil, dan keberlangsungan produk tafsir khas Nusantara. 3. Merupakan pertimbangan subyektif peneliti, yakni dinamika kemasyarakatan di Indonesia bukanlah diskursus sederhana, karenanya baru bisa dipahami dengan baik apabila data dan informasinya dipaparkan secara lengkap dengan mengembangkan kategori-kategori relevan, termasuk dengan analisis interpretatifnya. 4. Dapat dinyatakan sebagai gugusan teori dalam paradigma pluralis karena penelitian ini pada akhirnya menunjukkan wataknya yang empirik. Selanjutnya paragdigma yang digunakan pada penelitian ini adalah paradigma kontruktivisme. Di era kontemporer, para mufassir kontemporer berusaha menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara menggabungkan dua atau lebih metode agar tafsir yang diciptakannya tidak seperti mengulang keilmuan yang telah ada. Untuk melakukan hal demikian, maka cara pandang atau karakteristik yang digunakan juga perlu ada perbedaan untuk mencapai sebuah penafsiran baru. Ada beberapa karakteristik yang dimunculkan oleh para mufassir kontemporer, yaitu pertama bernuansa hermeneutis dengan lebih menekankan pada aspek epistemologis-metodologis, hal ini dilakukan agar menghasilkan pembacaan yang produktif akan Al-Qur’an dan bukannya pembacaan repetitive atau pembacaan ideologis-tendensius. Kedua, kontekstual dan berorientasi pada spirit Al-Qur’an, ini dilakukan melalui hasil pembacaan ayat Al-Qur’an dari banyak keilmuan (interdisipliner) dengan memanfaatkan perangkat keilmuan modern seperti filsafat, semantik, antropologi, sosiologi, sains dan lainnya. Ini merupakan sebagai reaksi dari apa yang oleh para mufassir pikirkan : “Al-Qur’an itu abadi, namun penyajiannya selalu kontekstual sehingga meskipun ia turun di Arab dan menggunakan bahasa Arab, tetapi ia berlaku universal, melampaui waktu dan tempat yang dialami manusia”. Ketiga, ilmiah, kritis dan non-sektarian. Dikatakan ilmiah karena produk tafsirnya dapat diuji kebenarannya berdasarkan konsistensi metodologi yang dipakai mufassir dan siap menerima kritik dari komunitas akademik. Dikatakan kritis dan non-sektarian karena umumnya para mufassir kontemporer tidak terjebak pada kungkungan madzhab. Mereka justru bersikap kritis terhadap pendapat-pendapat para ulama klasik maupun kontemporer
  • 7. 318 Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022 yang dianggap sudah tidak kompatibel dengan era sekarang.10 Tokoh-tokoh Mufassir Modern-Kontemporer di Indonesia 1. Metode Penafsiran Buya Hamka Tafsir Al-Azhar Metode Penafsiran Metode yang digunakan Hamka dalam Tafsir al-Azhar adalah dengan menggunakan metode tahlili yaitu mengkaji ayat-ayat al-Qur’an dari segala segi dan maknannya, menafsirkan ayat demi ayat, surat demi surat, sesuai dengan urutan Mushaf Utsmani, menguraikan kosa kata dan lafaznya, menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat yakni unsur Balaghah, i’jâz dan keindahan susunan kalimat, menisbatkan hukum dari ayat tersebut, serta mengemukakan kaitan antara yang satu dengan yang lain, merujuk kepada asbâbun nuzul, hadits Rasulullah saw, riwayat dari Sahabat dan Tabi’in.11 Tafsir al-Azhar layak disebut tafsir al-Qur’an, karena pemahaman mufasir (Hamka) memenuhi kriteria penafsiran. Di antara kriteria itu ialah dari segi penjelasan lafaz, kalimat atau ayat dengan sumber, alat dan satuan kajian dan pemahaman, mufassir telah menerapkan prinsip-prinsip penafsiran yang berlaku. Secara umum metode yang digunakan dalam tafsir al-Azhar adalah metode tahlili dengan pendekatan sastra, dan bercorak adabi ijtim’ie dengan metode tahlîlî (analitis).12 Hamka menafsirkan al-Qur’an mengikuti sistem al-Qur’an sebagaimana yang ada dalam mushaf, dibahas dari berbagai segi mulai dari asbâb al-nuzul, munasabah, kosa kata, susunan kalimat dan sebagainya. Pendekatan Hamka dalam menafsirkan menggunakan pendekatan sastra yakni penjelasan dan pembahasan ayat atau lafaz dengan menggunakan ungkapan sastra. Salah satu buktinya adalah penonjolan munasabah (korelasi) antara bagian-bagian ayat. Penggunaan munasabah ini menandai kemiripan- kemiripan al-Azhar dengan Tafsir Fî Zilâl al-Qur’an yang sekaligus membuktikan kebenaran pengakuan Hamka bahwa tafsir yang mempengaruhinya adalah Tafsir Fî Zilâl al-Qur’an. Ketika Hamka menjelaskan Q.S. Ali Imran/3: 28-29 tentang taqiyah di hadapan penguasa kafir yang zalim, ia menghubungkan dengan makna ayat: 8, 9 dan 60 surah al- Mumtahanah. Menurutnya sesuai ayat 8 orang muslim dapat hidup bersama kalau orang kafir tidak memerangi dan mengusir, namun jika mereka memerangi seperti dalam ayat 9 surah al-Mumtahanah, maka tidak boleh bersahabat dan berhubungan dengan mereka.13 2. Metode dan Penafsiran M. Quraish Shihab Tafsir Al-Mishbah 10Muhammad Asnajib, “Penafsiran Kontemporer di Indonesia: Studi Kitab Tafsir At-Tanwir,” Jurnal Studi Al-Qur’an, Vol. 16, No. 02, (2020), hal. 186-187. 11 Wely Dozan, Dinamkika Pemikiran Al-Qur’an di Indonesia, dalam Jurnal Ijtimaiyya, Vol. 13, No. 2, Desember, (2020),hal. 12 12 Wely Dozan, Dinamkika Pemikiran Al-Qur’an di Indonesia,…..hlm., 12-13. 13 Wely Dozan, Dinamkika Pemikiran Al-Qur’an di Indonesia,…..hlm., 13.
  • 8. 319 Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022 Adapun metode yang di gunakan dalam tafsir al-Mishbah adalah menggunkan urutan al-Qur’an mushaf ustmani dengan dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat al-Nas kemudian dia memberi pegantar pada setiap ayat yang akan ditafsirkan dalam uarainya adalah segai berikut: a. Penyebutan nama surat serta alasan-alasan penamaan, juga diseratai dengan keteranan ayat-ayat yang dijadikan namaa surat. b. Jumlah ayat dan sebab turunnya. c. Penomoran surat berdasarkan penurunan dan penuisan mushaf, terkadan pula dicantuman surat sebeluma atau sesudahnya. d. Menyebutkan tema pokok dan tujuan serta menyetakan pendapat ulama-ulama tetang tema yang sedang dibahsa. e. Menjelaskan hubungan antara ayat sebelum dan sesudahnya. f. Menjelaskan tentang subab-sebab turunnya ayat atau surat, jika ada proses inilah yang M. Quraish Shihab upayakan untuk mengembangkan uraian tafsir, sehingga cita-cita untuk membumikan al-Qu’an tercapai dalam masyarakat yang menjadi sasarannya.14 Terdapat bebrapa corak yang digunakan pada ulama-ulama indonesia dalam menafsirkan al-Qur’an al-Karim, pandangan quasi–obyektifis tradisionalis yang kemudian membagi menjadi dua bagian, yaitu obyek trasdisonalis dan obyektifis modernis. Maka dapat disimpulkan bahwa apa yang dilakukan M. Quraish Shihab dalam menafsirkan al-Qur’an al-Karim menggunakan corak quasi obyektifis modernis.15 Konsep tafsir di era modern-kontemporer yang berkembang dan bernuansa kontekstual adalah salah satu upaya para mufassir untuk menemukan makna-makna dan nilai-nilai Al-Qur’an tersebut. Konsep tafsir tersebut harus mampu merealisasikan masyarakat dan dipahami secara keadilan dan bukan semata-mata menafsirkan teks. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad Abduh yang berkembang tafsir di era modern bahwa prinsip yang menjadi dasar tempat berpikir kebangkitan umat Islam adalah Al-Qur’an sebagai pedoman hidup yang bersifat universal dan di dalamnya meliputi segalanya. Al-Qur’an tidak terbatas waktu, juga tidak untuk umat Islam semata, akan tetapi untuk semua manusia. Al-Qur’an sebagai sumber ajaran dapat diaplikasikan dalam kehidupan umat sepanjang zaman. Oleh karena itu, akal dan nalar haruslah digunakan dalam menafsirkan Al-Qur’an secara benar dan komprehensif, sehingga dapat bermanfaat bagi umat Islam sepanjang zaman.16 3. Metode dan Pendekatan Penafsiran Gender Nasaruddin Umar 14 Wely Dozan, Dinamkika Pemikiran Al-Qur’an di Indonesia,…..hlm.,23. 15 Wely Dozan, Dinamkika Pemikiran Al-Qur’an di Indonesia,…..hlm.,24. 16 Wely Dozan, Dinamkika Pemikiran Al-Qur’an di Indonesia,…..hlm.,24-25
  • 9. 320 Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022 Dalam penafsirannya nasaruddin Umar menggunakan berbagai macam pendekatan-pendekatan, tentu semua itu tidak terlepas dari hasil rujukan kepada metode- metode para ulama klasik dalam arti nasaruddin umar menggunakan konotasi bahasa tan bentuk kata-kata yang termuat dalam al-Qur’an. Sehingga dalam hal ini dapat diuraikan secara singkat mengenai metode dan prinsip nasaruddin umar untuk menafsirkan ayat- ayat al-Qur’an yang berkaitan tentang kesetaraan gender. Adapun metode-metode secara umum di antaranya. Pertama metode analisis.17 Dalam hal ini nasaruddin umar dalam menafsirkan gender tidak pernah terlepas dari analisis ayat-ayat al-Qur’an baik dari segi asbâb nuzulnya, bentuk-bentuk kata yang merupakan landasan dari ilmu nahwu. Oleh karenanya dengan metode agar dapat menarik kesimpulan tentang hakikat kesetaraan gender yang sebenarnya. Kedua, metode tafsir ijmâlî. Nasaruddin umar dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an mengenai gender selalu menjelaskan ayat al-Qur’an yang bersifat global dalam arti pesan-pesan pokok ayat Al-Qur’an yang ditafsirkan menggunakan istilah-istilah ilmu-ilmu al-Qur’an. Kerja metode ini berusaha menafsirkan al-Qur’an secara singkat dan global agar terkait suatu ayat yang ditafsirkan lebih spesipik dan terperinci.18 Kontribusi Tafsir Kontemporer 1. Pembaharuan (Tajdid) Tafsir kontemporer dinilai oleh banyak kalangan akan memberikan angin segar bagi perkembangan tafsir, meskipun tidak sedikit juga kalangan yang memandangnya sinis. Dengan paradigm baru yang digunakan maka segala bentuk dogmatisme dan otoritarianisme penafsiran dapat meminimalisir sedemikian rupa. Sebab paradigma tafsir kontemprer meniscayakan adanya kritisisme, objektivitas, dan keterbukaan dimana setiap produk penafsiran tidak ada yang kebal kritik. Dengan memerhatikan pergeseran paradigm dalam tradisi penafsiran mulai dari era formatif-klasik, era afirmatif pertengahan, hingga era reformatif di masa modern- kontemporer maka tampak bahwa paradigm tafsir kontemporer memiliki signifikansi dalam merespon dan menjawab isu-isu global kontemporer, seperti demokrasi, pluralism, HAM dan kesetaraan gender. Isu-isu yang muncul di era global ini tidak lagi dijawab dengan menggunakan paradigm tafsir klasik atau pertengahan yang cenderung sectarian, ideologis, dan deskriminatif. Paradigma tafsir kontemporer meniscayakan al-Qur’an untuk terus ditafsirkan seiring dan senafas dengan perubahan, perkembangan serta problem yang dihadapi manusia modern-kontemporer. Sebab, produk penafsiran pada hakikatnya anak zamannya. Ini mengandung arti bahwa paradigm tafsir era formatif dan afirmatif yang cenderung 17 Wely Dozan, Dinamkika Pemikiran Al-Qur’an di Indonesia,…..hlm.,25. 18 Wely Dozan, Dinamkika Pemikiran Al-Qur’an di Indonesia,….hlm., 27.
  • 10. 321 Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022 deduktif-normatif-tekstual perlu diubah dan diganti dengan paradigma induktif-kritis- kontekstual. konsekuensinya, akan muncul perubahan, perbedaan, dan bahkan mungkin kontradiksi antara hasil penafsiran yang menggunakan paradigm baru dengan penafsiran terdahulu yang dibukukan dan dibakukan dalam literature kitab-kitab tafsir.19 Namun, produk-produk penafsiran kontemporer tentu saja hanya dapat diterima umat Islam jika ia memang dapat memberikan solusi konkret atas problem sosial yang dihadapi oleh umat manusia. Sebab, tujuan menafsirkan al-Qur’an pada hakikatnya bukanah sekedar untuk memahami ayat, melainkan juga untuk diamalkan dan dijadikan solusi alternatif atas problem yang dihadapi umat Islam. Dengan kata lain, kebenaran sebuah produk penafsiran tidak lagi hanya diukur secara teoritis di atas meja, melainkan juga dibuktikan secara prakstis di lapangan, dalam arti sejauh mana produk penafsiran itu mampu memberikan solusi alternatif atas problem sosial umat Islam. Kritik atau perdebatan dalam ilmu pengetahuan merupakan hal yang biasa dalam dunia akademisi ataupun para ulama. Mereka mengalami kegelisahan terhadap kajian keilmuan ulama salaf yang masih terlalu kaku dan mengkerdilkan ranah berfikir umat Islam. Sehingga yang dilakukan adalah taqlid terhadap suatu keilmuan yang sudah ada tanpa adanya sikap kritis yang akan menjadikan suatu pengembangan ataupun perubahan ke hal yang lebih baik. kesadaran terhadap kekauan ini membuat salah satu tokoh kontemporer yang terkenal dengan teori double movementnya mengkritik sehingga lahirlah metode hermuneutika karena menurutnya dunia ini sangat dinamis, oleh karena itu manusia hendaknya berfikir sesuai dengan konteks, sehingga gagasan yang dicetuskan selaras dengan kehidupan ini maka akan terjadi yang namanya harmonisasi antara ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia. Tafsir kontemporer menyesuaikan dengan kondisi kekinian sehingga sejalan dengan tajdid yaitu usaha untuk menyesuaikan ajaran agama dengan kehidupan kontemporer dengan jalan menafsirkan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta kondisi sosial masyarakat karena dalam ilmu tafsir yang berkembang selama ini adalah adanya dua kelompok yang saling berlawanan, yang satu berpegang teguh pada kaidah ‫السبب‬ ‫بخصوص‬ ‫َل‬ ‫اللفظ‬ ‫بعموم‬ ‫العبرة‬ sedangkan yang lain berpegang pada kaidah ‫العبرة‬ ‫اللفظ‬ ‫َلبعموم‬ ‫السبب‬ ‫بخصوص‬ maka pada masa kontemporer ini muncul kaidah ‫الشريعة‬ ‫بمقاصد‬ ‫العبرة‬ bahwa yang seharusnya menjadi pegangan adalah apa yang dikehendaki oleh syari’ah (Al- Qur’an). Berangkat dari kaidah yang terakhir inilah muncul berbagai upaya dikalangan sebagian mufassir kontemporer untuk mencari nilai universal al-Qur’an yang menjadikan kitab suci umat Islam ini shalil li kulli zaman wa makan.20 19 Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer, LKiS Group : Yogyakarta, 2012,hlm., 85 20 Muhammad Amin, Kontribusi Tafsir Kontemporer dalam Menjawab Persoalan Umat, dalam Jurnal Substantia Vol. 15, No. 1, April (2013),hal. 10
  • 11. 322 Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022 Di sini, dan juga dalam ranah ini, paradigm tafsir kontemporer tampaknya menemukan relevansinya. Sebab, perkembangan ilmu pengetahuan begitu pesat dan cepat sehingga para mufassir juga harus mampu merespon perkembangan baru dari teori-teori ilmu pengetahuan tersebut. Namun demikian dalam konteks penafsiran al-Qur’an tidak perlu terjadi “pemaksaan-pemaksaan” penafsiran hanya untuk menjustifikasi dan melegitimasi teori ilmu pengetahuan. 2. Melepas Kekakuan Berfikir Berbicara tentang penafsiran maka problem utamanya adalah bagaimana memberi makna terhadap sebuah teks masa lalu yang kita baca. Apakah seorang mufassir hanya sekedar mengulang makna masa lalu ketika teks itu muncul atau sebenarnya dia juga diberi hak dan bahkan dituntut untuk kreatif memproduksi makna-makna baru sesuai dengan epistem dan tuntutan zamannya? Fazlur Rahman dan Muhammad Syahrur sama-sama sepakat bahwa al-Qur’an adalah kitab yang akan selalu relevan untuk segala ruang dan waktu, tetapi harus dibaca dengan kreatif dan produktif sehingga dia benar-benar mampu menjadi solusi alternatif bagi pemecahan atas problem-problem sosial-keagamaan umat manusia kontemporer. Selaras dengan hal ini, al-Afghani juga berpandangan Islam berarti dan identik dengan gerak aktivitas. Sikap yang benar bagi seorang muslim bukanlah sifat beku dan pasif, melainkan sifat dinamis yang penuh dengan gerak aktivitas. Manusia bertanggung jawab kepada Tuhan atas segala perbuatannya, bertanggung jawab atas masyarakatnya dan kegagalannya dalam hal ini adalah kegagalannya sendiri.21 Salah satu karakteristik tafsir al-Qur’an di era kontemporer adalah sifatnya yang kontekstual dan berorientasi pada semangat al-Qur’an. Hal itu dilakukan dengan cara mengembangkan dan bahkan tidak segan-segan mengganti metode dan paradigm penafsiran lam. Jika metode yang penafsisran al-Qur’an yang digunakan oleh para mufassir klasik-tradisional adalah metode analitik yang berdifat atomistik dan parsial maka tidak demikan halnya dengan para mufassir kontemporer yang menggunakan metode tematik. Tidak hanya itu, mereka juga menggunakan pendekatan interdisipliner dengan memanfaatkan perangkat keilmuan modern, seperti filsafat bahasa, semantic, semiotik, antropologi, sosiologi, dan sains. Salah satu diktum yang menjadi jargon para mufassir kontemporer berbunyi : Al-Qur’an itu abadi, namun penyajiannya selalu kontekstual sehingga meskipun itu turun di Arab dan menggunakan bahasa Arab, tetapi ia berlaku universal, melampaui waktu dan tempat yang dialami manusia.22 21 Faisal Isma’iel, Studi Islam Kontemporer, (IRCSoD : Yogyakarta, 2018),hal. 171 22 Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer,…..hlm., 63
  • 12. 323 Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022 Kesimpulan Tafsir kontemporer muncul sebagai upaya bentuk kritis ulama mufassir saat ini terhadap metode lama yang digunakan oleh ulama salaf (ortodoks) karena dianggap sebagai bentuk pengkakuan terhadap pemikiran umat Islam tersendiri. Ruang ijtihad tidak diberikan ruang untuk berkembang sehingga yang ada hanya sebuah taqlid umat terhadap aturan yang ada. Oleh karena itu kemudian tafsir kontempomper ini memberikan warna untuk dunia penasiran al-Qur’an dengan mengusung qawaid “ibrah bi maqasidi al-syari’ah.” Metode ini digunakan dengan cara kolaboratif antara penafsiran ulama klasik dengan era pertengahan sehingga menghasilkan tafsir kontemporer ini. Ucapan Terimakasih Kami ucapkan segenap rasa syukur kepada Allah SWT. serta lantunan shalawat kepada baginda Rasulullah SAW. karena kami dapat menyelesaikan tugas ilmiah ini, dan tak lupa kami haturkan rasa terimakasih yang terhingga kepada dosen pengampu materi Pendekatan Studi Qur’an dan Tafsir, Dr. Hasani Ahmad Said, MA., yang telah memberikan arahan pada penulisan ini.
  • 13. 324 Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022 DAFTAR PUSTAKA Abdurrohim, “Metodologi Tafsir Kontemporer Dalam Buku Major Themes Of The Quran Karya Fazlur Rahman”, Jurnal Pustaka,Vol. 08, No. 01, (2020). Ahmad Ilham Wahyudi, Sabila Rafiqah Fitriani, Moh. Mauluddin,. “Revolusi Mental Generasi Muda Indonesia Guna Menyiapkan Golden Age 2045 Dalam Telaah Al-Qur’an Surah Al-Ra’d Ayat 11: Studi Kajian Tafsir Tematik”. Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir 4, no. 2 (December 16, 2021): 196-206. Accessed December 16, 2023. https://ejournal.iai-tabah.ac.id/index.php/Alfurqon/article/view/759. Amin, Muhammad. “Kontribusi Tafsir Kontemporer Dalam Menjawab Persoalan Ummat”, Jurnal Substantia, Vol. 15, No. 01, (2013), Asnajib, Muhammad. “Penafsiran Kontemporer di Indonesia (Studi Kitab Tafsir At-Tanwir)”, Jurnal Studi Al-Qur’an, Vol. 16, No. 02, (2020), Ali Mustofa Kamal, Muhamad. “Pembacaan Epistemologi Ilmu Tafsir Klasik,” Jurnal MAGHZA, Vol. 01, No. 1, (2016). Ahmad Said, Hasani. Jaringan dan Pembaharuan Ulama Tafsir Nusantara, (Bandung : IKAPI, 2020). Dozan, Wely. “Dinamkika Pemikiran Al-Qur’an di Indonesia, dalam Jurnal Ijtimaiyya,” Vol. 13, No. 2, Desember (2020). Fahimah, Siti. “Kritik Epistemologi Metode Hermeneutika: Studi Kritis Terhadap Penggunaannya Dalam Penafsiran Al Quran”. Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir 2, no. 2 (December 16, 2019): 109 - 124. Accessed December 16, 2023. https://ejournal.iai- tabah.ac.id/index.php/Alfurqon/article/view/461. Fithrotin, Fithrotin. “Metodologi Dan Karakteristik Penafsiran Ahmad Mustafa Al Maraghi Dalam Kitab Tafsir Al Maraghi: (Kajian Atas QS. Al Hujurat Ayat: 9)”. Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir 1, no. 2 (December 16, 2018): 107 -. Accessed
  • 14. 325 Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022 December 16, 2023. https://ejournal.iai- tabah.ac.id/index.php/Alfurqon/article/view/289. Mauluddin, Moh. “Sunnatullah Dalam Kisah Musa Dan Fir’aun”. Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir 4, no. 1 (June 16, 2021): 66-80. Accessed December 16, 2023. https://ejournal.iai-tabah.ac.id/index.php/Alfurqon/article/view/638. Moh. Mauluddin, Khusnul Muttaqin, and Ahmad Syafi’i. “Ibrah Kisah Penolakan Nabi Yusuf Terhadap Ajakan Imra’at Al-Aziz Perspektif Tafsir Maqashidi”. Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir 5, no. 1 (June 30, 2022): 107 - 123. Accessed December 16, 2023. https://ejournal.iai-tabah.ac.id/index.php/Alfurqon/article/view/987. Mustaqim, Abdul. Epistimologi Tafsir Kontemporer , (Yogyakarta: LkiS, 2010). Faisal Isma’iel, Studi Islam Kontemporer, IRCSoD : Yogyakarta, 2018. Syahrur, Muhammad. Prinsip Dan Dasar Hermeneutika AlQur’an Kontemporer, (Yogyakarta: Teras, 2008).
  • 15. 326 Al Furqan: Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, Volume 5 Nomor 2 Desember 2022