TUGAS-3 HADIS TEMATIK OLEH Dimas Jhodi Pradana (0101183169). SM IV KPI-D FDK UINSU 2019/2020
1. HADIS TEMATIK DAKWAH &
KOMUNIKASI
MENERJEMAHKAN & MENGANALISIS HADIS
TEMATIK & DAKWAH
Dosen Pengampu : H. Mohd Iqbal Muin, Lc, M.A
NAMA: DIMAS JHODI PRADANA (0101183169)
KELAS: KPI-D SEMESTER IV
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
4. TERJEMAHAN HADIS TEMATIK & DAKWAH
Dari Abdullah bin Amr bin 'As semoga Allah meridhoi keduanya, bahwasanya Nabi
Muhammad SAW berkata (sampaikan) perintah atas kewajiban yg fardhu kifayah
(dari ku walaupun satu ayat) Imam Baidhowi Berkata : tidak kurang walaupun satu
hadits, karena perintah untuk menyampaikan hadis dipahami dengan cara ini lebih
baik, maka sesungguhnya beberapa ayat dengan penyebarannya dan banyak
membawanya, Allah SWT menjamin dengan penjagaan dan pelestariannya dari
penghilangan dan penambahan huruf apabila wajib untuk menyampaikan, maka
hadist-hadist yang tidak termasuk di dalamnya dengan apa yang telah di sebutkan
lebih baik dengan yang demikian, selesai. (Dan ceritakanlah apa yang kalian dengar
dari Bani Israil) nama rahasia untuk Ya'qub yang makna nya Abdullah (dan tidak apa
{dosa}). Seorang Ulama berkata tentang makna nya : tidak ada kesempitan terhadap
kalian dalam menceritakan mereka, karena dia terdahulu dari nya Nabi
Shallahu’alaihi wa sallam mengambil dari mereka dan memandang kitab-kitab
mereka, kemudian perluasan itu datang/berhasil.
5. Dan dikatakan makna Kalimat La Haraja yaitu jangan lah kaliam sempitkan dada
kalian dengan apa yang kalian dengar dari mereka tentang keajaiban-keajaiban karena
yang demikian itu banyak terjadi kepada mereka, dan dikatakan kalimat La Haraja
bahasa nya janganlah kalian ceritakan tentang mereka, karena bahwa perkataannya
yang pertama, kalimat Haddisu adalah berbentuk amar yang membutuhkan kewajiban
maka kalimat itu menunjukkan untuk peniadaan kewajiban, karena amar di situ untuk
menjawab artinya tidak apa meninggalkan bercerita tentang mereka, dan dikatakan
tidak apa untuk meniru kata-kata mereka, seperti perkataan mereka (pergilah kamu
dan Tuhan mu bertarung), dan perkataan mereka (jadikan kepada kami satu tuhan)
dan dikatakan makna kalimat Haddisu 'anhum yaitu dengan gambaran yang
bersambung dengan cerita tentang mereka dari gangguan karena tidak bisa
menceritakan tentang mereka, dengan perbedaan hukum-hukum Islam, karena
sesungguhnya asal menderita tentang mereka itu bersambung dan tidak ada ganggu
karena masa yang dekat, dan atas setiap keadaan, maka tidak boleh berdusta tentang
bercerita dengan berbohong atas mereka.
6. Imam Syafi’i berkata : dari yang di ketahui bahwasanya Rasulullah SAW, tidak boleh
bercerita dengan berbohong, maka makna Haddisu 'anhum yaitu dengan apa yang
tidak kalian ketahui, dan adapun apa yang membolehkan mereka maka tidak apa
menceritakan tentang mereka, dan dia hadis pendamping “apabila Ahli kitab sedang
bercerita kepada kalian maka jangan kalian benarkan dan jangan kalian dustakan”.
(Siapa saja yang berdusta atas namaku maka ia telah mengambil tempatnya di neraka)
hadits itu sebagai dalil bahwasanya bercerita mengatas namakan Rasulullah SAW
adalah dosa besar, tetapi di ceritakan dari ayah Imam Al-Haramain : bahwasanya
orang yang melakukan itu kekal di dalam neraka yang sudah tentu. Dan itu di bawa
kepada orang yang menghalalkan yang demikian atau atas bahwasanya itu
menghilangkan pena, dan jumlah khabariah tholob lafzan khabariah dengan makna,
maka dia telah menyiapkan tempat nya di neraka. (Hadis Riwayat Bukhari, Ahmad,
dan Tirmidzi).
7. ANALISIS HADIS TEMATIK & DAKWAH
Hadis di atas membicarakan tentang penyampaian informasi. Rasul menjelaskan
ayat yang beliau baru terima tidak selalu didepan semua sahabat. Adakalanya saat
menerima wahyu Rasul didampingi oleh 2-3 sahabat, atau saat memberikan
penjelasan di masjid, ada sahabat yang tidak hadir. Ini sebabnya dalam riwayat lain
Nabi bersabda “Hendaklah yang hadir menyampaikan pada yang tidak hadir” (HR
Bukhari-Muslim). Inilah konteks Hadis dari “sampaikan dariku meski satu ayat”.
Sahabat diminta menyampaikan penjelasan Rasul kepada yang tidak hadir atau tidak
mendengar langsung dari Rasul agar mereka juga tahu apa penjelasan dari Rasul.
Jadi, meski seorang sahabat hanya mendengar satu ayat, tapi kalau satu ayat itu tidak
diketahui oleh yang lain, sampaikanlah. Penjelasan tersebut adalah merupakan
penjelasan dari Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari Syarh Shahih Al-Bukhari.
Hadis di atas juga memberikan kabar bahwa info yang disebar itu bukan hanya dari
Rasulullah Shalallallahu’alaihi wa sallam saja tapi juga dari Bani israil. Hadis ini
juga berisi kebolehan menceritakan sesuatu dari Bani Israil, disebutkan bawah
kebolehan menceritakan dari Bani Israil terkait dengan “pembicaraan yang tidak
bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadis yang shahih. Dalam artian seorang
muslim boleh menceritakan sesuatu dari Bani Israil dan ataupun mengabaikan.
8. Karena hukum menyampaikan sesuatu dari Bani Israil dalam hadis ini mubah.
Adapun, menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya tentang cerita-cerita tentang bani Israil
itu ada tiga macam :
1. Yang telah diketahui kebenaran dan kesahihannya oleh syara’ dan perkara-
perkara yang baik. Maka inilah yang dimaksud dengan sabda Nabi
Shallallahu’alaihi wa sallam diatas.
2. Yang telah diketahui kebatilan dan kedustaannya oleh syara. Maka tidak boleh
kita ceritakan, kecuali untuk menjelaskan kebatilan dan dustanya.
3. Yang tidak atau belum diketahui benar dan dustanya. Maka tidak boleh kita
imani atau dustai, dan menceritakannya pun tidak faedahnya sama sekali.
Ada satu larangan dalam Hadis di atas, yaitu kita tidak boleh bohong atas nama
Rasul atau mengada-ngadakan cerita atas nama Rasul. Karena melakukan dusta atas
nama Rasul ini akan dijamin masuk neraka seperti dikatakan dalam bagian akhir
Hadis di atas. Dan para ulama juga sepakat bahwa merupakan dosa besar orang yang
sengaja berdusta atas nama Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam, bahkan ada
yang menghukuminya dengan kafir.
9. TERIMA KASIH
TERIMA KASIH
JANGAN LUPA TERSENYUM, KARENA
“SENYUMMU DI HADAPAN SAUDARA
(SESAMA MUSLIM) BERNILAI SEDEKAH
BAGIMU.” (HR. TIRMIDZI)