Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, tafsir tematik berdasarkan surah digagas oleh Syaikh Mahmud Syaltut pada 1960, sedangkan tafsir tematik berdasarkan subjek digagas oleh Ahmad Sayyid al-Kumiy. Kedua, terdapat dua macam tafsir tematik yaitu yang membahas satu surat secara menyeluruh dan yang menghimpun ayat berdasarkan tema tertentu. Ketiga, ada tujuh lang
3. Sejarahtafsir
tematik
menurut catatan quraish, tafsir berdasarkan surah digagas pertama
kali oleh seorang guru besar jurusan tafsir, fakultas ushuluddin universitas al-
azhar, syaikh mahmud syaltut, pada januari 1960. karya ini termuat dalam
kitabnya. Tafsir al-quran al-karim. Sedangkan tafsir maudu’I berdasarkan
subjek digagas pertama kali oleh ahmad sayyid al-kumiy, seorang guru besar
institusi yang sama dengan syaikh mahmud syaltut, jurusan tafsir, fakultas
ushuluddin universitas al-azhar, dan menjadi ketua jurusan tafsir sampai tahun
1981.
model tafsir ini digagas pada tahun 1960. buah dari tafsir model
ini menurut quraish shihab diantaranya adalah karya-karya abbas mahmud al-
aqqad, al-insan fi al-qur’an, al-mar’ah fi al-qur’an, dan karya abul A’la al-
maududi, al-riba al-qur’an. Kemudian tafsir model ini di kembangkan dan
disempurnakan lebis sistematis oleh abdul hay al-farmawi, pada tahun 1977,
dalam kitabnya al-bidayah fi al-tafsir al-maudu’I: dirasa manhajiyah.
namun kalau merujuk pada catatan lain, kelahiran tafsir tematik
jauh lebih awal dari apa yang dicatat quraish shihab, baik tematik berdasarkan
surah maupun berdasarkan subyek. Kaitannya dengan tafsir tematik berdasar
surah al-qur’an , zarkashi (745-794/1344-1392), dengan karyanya al-burhan,
misalnya adalah salah satu contoh yang paling awal yang menekankan
pentingnya tafsir yang menekankan bahasan surah demi surah. demikian juga
suyuti (w.911/1505) dalam karyanya al-itqan.
4. Macam macam
tafsir maudhu’i
Secara umum menurut al-farmawi. Metode tafsir maudhu’I memiliki dua
macam bentuk, keduanya memiliki tujuan yang sama yakni menyingkap hukum-hukum,
keterkaitan di dalam al-qur’an sebagaimana yang dilontarkan para orientalis, dan
menangkap petunjuk al-qur’an mengenal kemaslahatan mahluk, berupa undang-undang
syari’at yang adil yang mendatangkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pertama membahas satu surat al-qur’an secara menyeluruh,
memperkenalkan dan menjelaskan maksud-maksud umum dan khususnya secara garis
besar, dengan pokok masalah yang lain. Metode maudhu’I seperti ini bisa juga disebut
sebagai tematik plural (al-maudhu’I al-jami’), karena tema-tema yang dibahas lebih dari
satu. Berkenaan dengan metode ini, al-sya’tibi sebagai diikuti oleh alfarmawi,
mengakatan satu surah al-qur’an mengandung banyak masalah, yang pada dasarnya
masalah-masalah itu satu, karena hakikatnya menunjuk pada suatu maksud.
kedua, tafsir yang menghimpun dan menyusun ayat-ayat al-qur’an yang
memiliki kesamaan arah dan tema, kemudian memberikan kejelasan dan mengambil
kesimpulan. Bentuk yang satu ini sering digunakan dan istilah maudhu’I identik dengan
bentuk seperti ini. Metode ini juga bisa dinamakan metode tematik singular atau tunggal
(al-maudhu’I al-ahadi) karena melihat tema yang dibahas hanya satu.
5. Langkah-langkah
Menerapkan tafsir tematik
Lanjutan
Menyusun pembahasan dalam
kerangka yang sempurna.
Melengkapi pembahasan dengan
hadis-hadis yang relevan dengan
pokok pembahasan.
Lanjutan
Menyusun runtutan ayat sesuai masa
turunnya. Disertai pengetahuan
tentang azbabun nuzulnya.
lanjutan
Memahami kolerasi ayat-ayat
tersebut dalam surahnya
masing-masing
Menurut abdul hay al-farmawiy
Dalam bukunya Al-Bidayah fi Al-Tafsir Al- maudhu’I
secara rinci menyebutkan ada tujuh langkah ditempuh
dalam menerapkan metode tematik ini. Yaitu:
Menetapkan masalah yang akan dibahas
Menghimpun ayat-ayat yag berkaitan dengan
masalah tersebut
6. Keistimewaantafsirtematikmenuntaskan
persoalanmasyarakatkontemporer
• menafsirkan ayat dengan ayat atau
dengan hadis nabi adalah suatu cara
terbaik di dalam menafsirkan Al-
qur’an
• Kesimpulan yang dihasilkan oleh
metode tematik mudah dipahami.
• Metode ini memungkinkan
seseorang untuk menolak anggapan
adanya ayat-ayat bertentangan
dalam Al-qur’an, sekaligus
membuktikan bahwah al-qur’an
sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan masyarakat.
7. Sumber/referensi
Al-aridh, Ali Hasan. Sejarah Metodologi Tafsir.
Jakarta, PT. Raja Grapindo Persada, 1994.
Abdul Al-hayy Al-farmawiy, Al-bidayah Fi Al-
tafsir Al-maudhu’i, Jakarta, 2008.
Al-sadr, Muhammad Baqir, Tafsir Maudhu’i Wa
Tafsir Al-tajzi’i Fi Al-qur’an Al-karim. Beirut Al-matb’at,
1980