Praktikum ini mengamati proses difusi dan osmosis pada sel kentang dengan menggunakan larutan sukrosa dengan konsentrasi berbeda. Hasilnya menunjukkan adanya perubahan tinggi larutan dalam pipa osmometer yang menandakan terjadinya proses difusi dan osmosis, dengan kecepatan yang dipengaruhi oleh konsentrasi larutan.
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
LAPORAN RESMI
1. LAPORAN RESMI FISIOLOGI TUMBUHAN DASAR
DIFUSI OSMOSIS
DISUSUN OLEH:
Ria Anggun T (15308141009)
Aisya Shahrani T (15308141010)
Muhson Isroni (15308141012)
Werdo Handayani (15308141023)
Saraswati Puji A (15308141025)
Agsa Ghina M (15308141027)
KELOMPOK 5
KELAS BIOLOGI B
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul
Difusi Osmosis
B. Tujuan
1. Menemukan fakta mengenai gejala difusi-osmosis.
2. Mengamati efek konsentrasi larutan terhadap kecepatan difusi.
3. Menunjukkan arah gerakan air pada petistiwa difusi-osmosis.
4. Mendeskripsikan pengertian difusi dan osmosis.
C. Latar Belakang
Sel tumbuhan berbeda dengan sel pada hewan, perbedaannya
terdapat pada ada tidaknya dinding sel sehingga tidak sembarang senyawa
atau zat dapat masuk ke dalam sel pada tumbuhan. Kondisi seperti ini sangat
menguntungkan bagi tumbuhan, karena tumbuhan untuk memenuhi
kebutuhan materi dan mempertahankan keseimbangan fisiologi di dalam
tubuhnya memerlukan nutrisi dan zat hara yang dihasilkan dari beberapa
proses seperti absorpsi, transportasi, dan transpirasi.
Proses transport atau perpindahan yang melalui membran plasma
terdiri dari 2 macam, yaitu transport aktif dan transport pasif. Transpor pasif
merupakan perpindahan zat yang tidak memerlukan energi dari sel,
sedangkan transpor aktif merupakan perpindahan zat yang memerlukan
energi. Perpindahan zat ini terjadi karena perbedaan konsentrasi antar
larutan. Transpor aktif melalui peristiwa endositosis, dan eksositosis.
Transpor pasif melalui peristiwa difusi dan osmosis.
Untuk memenuhi kebutuhan materi dan nutrisi, sel tumbuhan dapat
melakukan pertukaran atau penyerapan ion melalui sel–sel akar.
Berdasarkan hal tersebut untuk mengetahui kebenaran mengenai penyerapan
ion melalui sel akar, maka dalam praktikum ini digunakan kentang sebagai
bahan percobaan dengan topik “Dapatkah air ber-osmosis menembus
membran sel jaringan tumbuhan” .
3. BAB II
KAJIAN TEORI
Difusi ialah penyebaran molekul-molekul suatu zat, penyebaran itu
ditimbulkan oleh suatu gaya yang identik dengan energi kinetis. Baik gas,
maupun zat cair dan zat padat, molekul-molekulnya ada kecendrungan
untuk menyebar merata ke segala arah sampai dimana-mana terdapat suatu
konsentrasi yang sama. Arah gerakan difusi yaitu dari tempat yang
konsentrasinya tinggi menuju ke tempat yang konsentrasinya lebih rendah.
Contoh difusi yaitu apabila kita mencampurkan suatu gula dengan air biasa
maka setelah beberapa waktu seluruh air akan berasa manis (Dwijoseputro,
1978 : 59 ).
Peristiwa difusi adalah peristiwa yang lambat, tapi proses difusi ini
berperan besar dalam penyerapan dan pendistribusian zat-zat yang
diperlukan sel hidup, seperti sebagai faktor penghambat dalam proses
osmosis. Beberapa eksperimen menunjukkan bahwa gas yang lebih rapat,
berdifusi lebih lambat dari gas yang kurang rapat, pada temperatur yang
sama. Hal ini tentunya berlaku juga untuk difusi larutan. Rapatan (density) /
massa jenis larutan yang lebih besar akan berdifusi lebih lambat dari larutan
yang massa jenisnya lebih kecil (Brandy James E, 1999 : 408).
Osmosis adalah difusi dari tiap pelarut melalui suatu selaput yang
permiabel secara diferensial. Pada osmosis yang bergerak melalui
membrane semipermiabel ialah air dari larutan hepotesis (konsentrasi air
tinggi ke konsentrasi air rendah) ke hipertonis (konsentasi air rendah ke
konsentrasi terlarut tinggi) (Kimball, 1983 : 28).
Pada peristiwa osmosis, molekul air akan berdifusi dari potensial air
lebih tinggi di luar menuju potensial air yang lebih rendah dalam larutan sel,
artinya air akan berdifusi menuruni gradien potensial air ke dalam larutan.
Alat ukur osmosis disebut osmometer. Umumnya, osmometer adalah
perkakas laboratorium, tapi sel hidup dapat pula dianggap sebagai sistem
osmotik (Salisbury Frank, 1995 : 46 ).
Fenomena proses osmosis yaitu perendaman bengkuang di dalam
larutan gula menyebabkan terjadinya peristiwa osmosis dikarenakan tekanan
osmotik dalam bengkuang kurang dari tekanan osmotik di lingkungan.
Perpindahan air ini terjadi karena sel-sel bengkuang hipotonis terhadap
larutan gula yang hipertonis. Sel-sel bengkuang kekurangan air (isi sel),
akibatnya terjadi plasmolisis yang mengakibatkan penurununan tekanan
turgor. Jika tekanan turgor menurun akibatnya bengkuang menjadi empuk
dan lembek sehingga terjadi penurunan bobot bengkuang akibat
perpindahan air dari sel-sel bengkuang kelarutan (Arlita, Malyan Afri.,
Waluyo,S.,dan Warji. 2013 : 1: 85-94).
4. BAB III
METODE
A. Waktu dan Tempat
Pengamatan dilakukan pada hari Kamis, 23 Februari 2017 di
Laboratorium Biokimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
B. Alat dan Bahan
Alat :
a. Pipa kaca berkala biru (2 buah)
b. Karet penyumbat berlubang (2 buah)
c. Cawan petri (2 buah)
d. Pipet tetes mulut panjang (2 buah)
e. Pisau tajam (1 buah)
f. Tutup bolpoin (2 buah)
g. Pelubang kentang (1 buah)
Bahan :
a. Kentang (2 buah)
b. Sukrosa (0%, 5%, 50% dan 100%)
c. Air ½ tinggi cawan petri (2 buah)
C. Cara Kerja
Alat-alat disiapkan terlebih dahulu, kentang diiris dengan bentuk
kubus 3 x 3 x 3 cm sebanyak 2 buah. Kemudian pada kentang dibuat
sumur seukuran dengan karet penyumbatnya sedalam 2 cm, diusahakan
jangan sampai menembus dasar kentang. Larutan sukrosa 0 % dan 100 %
dimasukkan kedalam sumur kentang sampai setengah tinggi lubang
sumuran. Kemudian sumur ditutup dengan karet penyumbat yang telah
diberi pipa kaca berskala biru, diusahakan larutan sukrosa terlihat pada
pipa kaca. Setelah dipastikan rapat maka kentang ditempatkan pada
cawan petri yang sudah berisi air setengah tinggi cawan petri. Lalu
perubahan ketinggian air pada pipa kaca diamati tiap 2 menit sekali
dalam 10 menit.
5. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel. Data hasil percobaan pada kentang
Menit
ke
Pertambahan tinggi larutan gula dalam pipa kaca
berskala (mm)
0 % 5 % 50 % 100 %
2 -0,75 -1,00 0,00 1,00
4 -0,75 -1,00 1,00 1,00
6 -0,63 -1,50 0,67 0,83
8 -1,25 -0,50 0,17 0,67
10 -0,25 -0,50 0,50 0,83
Jumlah -3,63 -4,50 2,33 4,33
Rata-rata
tiap 2
menit
-0,72 -0,90 0,47 0,87
B. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil
bahwa pada percobaan menggunakan sukrosa 0%, 5%, 50% dan 100%
terjadi pengurangan dan pertambahan tinggi larutan gula pada pipa kaca
berskala. Perubahan tersebut terjadi karena adanya beda konsentrasi
larutan gula dalam pipa osmometer dengan pelarut yang merendam
kentang.
Pada percobaan menggunakan sukrosa 0% terjadi pengurangan
tinggi larutan gula pada pipa kaca berskala. Rata-rata pengurangan tinggi
larutan gula tiap 2 menit yaitu 0,7 mm. Hal ini tidak sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa larutan yang lebih pekat mempunyai potensial
air yang lebih rendah sehingga air akan mengalir dari potensial air yang
tinggi menuju ke potensial air yang lebih rendah dan akan berhenti
setelah masing-masing konsentrasinya sama (Salisbury Frank dan Cleon,
1995 : 47). Seharusnya pada percobaan menggunakan sukrosa 0% tidak
terjadi pertambahan atau pengurangan tinggi larutan gula pada pipa kaca
berskala karena sukrosa 0% tidak mengandung molekul sukrosa, jadi
konsentrasi gula dan pelarutnya sama. Ketidaksesuaian ini kemungkinan
disebabkan karena besarnya lubang pada kentang tidak sesuai dengan
besarnya lubang karet penyumbat sehingga larutan gula dapat merembes
ke kentang.
Pada percobaan menggunakan sukrosa 5% terjadi pengurangan
tinggi larutan gula pada pipa kaca berskala. Rata-rata pengurangan tinggi
larutan gula tiap 2 menit yaitu 0,9 mm. Hal ini tidak sesuai teori yang
6. menyatakan bahwa larutan yang lebih pekat mempunyai potensial air
yang lebih rendah sehingga air akan mengalir dari potensial air yang
tinggi menuju ke potensial air yang lebih rendah dan akan berhenti
setelah masing-masing konsentrasinya sama (Salisbury Frank dan Cleon,
1995 : 47). Seharusnya pada percobaan menggunakan sukrosa 5% terjadi
pertambahan tinggi larutan gula pada pipa kaca berskala karena larutan
gula lebih pekat dari pelarutnya. Ketidaksesuaian ini kemungkinan
disebabkan karena besarnya lubang pada kentang tidak sesuai dengan
besarnya lubang karet penyumbat, sehingga larutan gula dapat merembes
ke kentang. Selain itu kemungkinan karena konsentrasi sukrosa yang
rendah menyebabkan molekul-molekul sukrosa kecil sehingga terjadi
difusi larutan yang menyebabkan larutan gula pada pipa kaca berskala
dapat menembus membran kentang.
Pada percobaan menggunakan sukrosa 50% dan 100% terjadi
pertambahan tinggi larutan gula pada pipa kaca berskala. Rata-rata
pertambahan tinggi larutan gula masing-masing yaitu 0,47 mm dan 0,87
mm. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa larutan yang
lebih pekat mempunyai potensial air lebih rendah sehingga air akan
mengalir dari potensial air tinggi menuju ke potensial air yang lebih
rendah (Salisbury Frank dan Cleon, 1995 : 47). Konsentrasi sukrosa yang
sangat tinggi menyebabkan larutan menjadi sangat pekat sehingga
molekul-molekul gula tertahan dan tidak dapat menembus membran
semipermeabel dan hanya molekul-molekul air saja yang dapat
menembus sehingga pelarut mengalir menuju ke larutan gula
(Dwidjoseputro, 1978 : 60).
Pada percobaan menggunakan empat konsentrasi sukrosa yang
berbeda menunjukkan adanya perbedaan kecepatan pertambahan tinggi
larutan gula pada pipa kaca berskala yang ditandai dengan jumlah
pertambahan tinggi larutan gula. Apabila jumlah pertambahan tinggi
larutan gula besar maka pertambahan larutan gulanya cepat. Pada
praktikum ini kecepatan pertambahan tinggi larutan gula dari yang paling
besar adalah sukrosa 100%, 50%, 0% dan 5%. Hal ini tidak sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa kecepatan difusi dipengaruhi oleh
konsentrasi terlarut. Rapatan (density) / massa jenis larutan yang lebih
besar akan berdifusi lebih lambat dari larutan yang massa jenisnya lebih
kecil (Brandy James E, 1994:408). Semakin tinggi konsentrasi larutan
maka semakin cepat pelarut menuju kelarutan sukrosa artinya naiknya air
dalam pipa kaca akan semakin cepat dan banyak. Ketidaksesuaian ini
kemungkinan karena pada pengukuran perubahan tinggi larutan gula
sukrosa 0% dan 5% mengalami kesalahan. Seharusnya jika dilihat pada
konsentrasinya maka kecepatan kenaikan ketinggian larutan gula dari
yang lebih besar ke kecil yaitu 100%, 50%, 5%, 0%.
7. BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa :
1) Adanya fakta terjadinya gejala difusi-osmosis yang dibuktikan
dengan terjadinya pengurangan atau pertambahan tinggi larutan
gula dalam pipa kaca berskala pada percobaan.
2) Konsentrasi larutan berpengaruh terhadap kecepatan difusi,
semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin cepat pula air
dalam kentang berdifusi kelarutan sukrosa artinya naiknya air
dalam pipa kaca akan semakin cepat dan banyak.
3) Pada peristiwa difusi-osmosis arah gerakan air mengalir dari
daerah yang potensial airnya lebih tinggi ke daerah yang potensial
airnya lebih rendah.
4) Pengertian difusi adalah gerakan penyebaran suatu partikel dari
daerah yang memiliki potensial kimia tinggi ke daerah yang
memiliki potensial kimia rendah. Sedangkan osmosis adalah
difusi dari daerah yang memiliki potensial air lebih tinggi menuju
ke daerah dengan potensial air rendah melewati membran semi
permeable.
B. Saran
Pemasangan alat pada praktikum perlu diperhatikan, harus berhati-
hati dan lebih teliti agar tidak terjadi kesalahan yang akan mempengaruhi
hasil akhir praktikum, terutama dalam pemasangan karet penyumbat
gabus. Selain itu diusahakan untuk benar-benar memahami apa yang akan
di lakukan dalam praktikum agar tidak mengalami hambatan.
8. DAFTAR PUSTAKA
Arlita, Malyan Afri., Waluyo,S.,dan Warji.2013. Pengaruh Suhu dan
Konsentrasi terhadap Penyerapan Larutan Gula pada Bengkuang
(pachyrrhizus erosus). Jurnal Teknik Pertanian Lampung– Vol. 2,
No. 1: 85-94
Brandy, James E. 1999. Mekanika Fluida. Jakarta : Erlangga.
Dwijoseputro. 1978. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia.
Kimball, Jhon W. 1983. Biologi Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Salisbury, Frank B dan Cleon W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung
: ITB.