SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
LAPORAN GROUP PROJECT BIOKIMIA
UJI PROTEIN TERHADAP BAYAM HIJAU DAN
BAYAM MERAH
Disusun oleh :
1. Nurma Fauziana 13304241003
2. Devi Ratnasari 15308141003
3. Ria Anggun T 15308141009
4. Maelani Indaswari 15308141020
5. Putri Prima Renanthera 15308141021
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara yang kaya akan tanaman bahan alam yang
berpotensi besar untuk dimanfaatkan dan dikembangkan secara maksimal, salah
satunyayang mudah ditemukan yaitu tanaman bayam.Tampaknya sayuran ini
kurang berarti, namun ternyata pengaruhnya besar sekali dalam kaitan perbaikan
ekonomi rumah tangga, khususnya penyediaan pangan bergizi dan juga sumber
tambahan pendapatan keluarga.Bayam dapat diolah menjadi kripik,sayur
pecel,gado-gado dan dapat diolah menjadi roti tawar (Fitriyani, 2013 : 18).
Bayam memiliki keunggulan komparatif antara lain masih mampu
tumbuh subur dan cepat pada ekosistem yang marjinal, daun dan bijinya
memiliki nilai nutrisi yang sangat tinggi. Banyak jenisnya yang berpotensi
dikembangkan sebagai tanaman hias, obat nabati, zat pewarna alami, penyedia
serat-seratan, penyedia hijauan makanan ternak dan bahan organik penyubur
tanah (Sudjoko, 1996 : 1).
Ahli fisiologi tanaman asal Australia John Downton meneliti dan
menemukan bahwa biji bayam A. edulis mengandung protein yang berkadar
tinggi, khususnya kandungan asam amino lysine, yang biasanya dalam protein
nabati lainnya kekurangan.Kadar asam amino lysine protein nabati dalam bayam
setara dengan lysine yang terkandung dalam susu. Seperti halnya dengan bayam
biji, nilai nutrisi bayam sayur juga amat tinggi. Schmidt (1971 dalam Grubben
1976) membuktikan bahwa bayam sayur ternyata memiliki kandungan protein,
kalsium dan besi yanglebih tinggi dibandingkan dengan sayuran “mewah” dari
Eropa yaitu kubis dan selada (Sudjoko, 1996 : 3).
Kandunganprotein dalam bayam sayur juga ternyata lebih unggul
dibandingkan dengan kangkung, khususnya pada komposisi protein yang mudah
dicerna (Sudjoko, 1996 : 4).
Semakin berkembangnya zaman, kebutuhan yang besar akan bahan
pangan berkualitas semakin tinggi. Salah satunya yaitu terhadap bahan pangan
yang mengandung protein. Sumber makanan berprotein tinggi yang baik dan
mudah dicerna dapat diperoleh antara lain dari ikan, daging, kacang-kacangan,
2
susu, yoghurt, telur, dan produk olahannya. Mengingat tingginya harga pada
ikan dan daging, maka bayam cocok menjadi salah satu bahan pangan yang
dapat menambah kebutuhan protein yang masuk ke dalam tubuh karena
bayammudah diperoleh, harganya terjangkau, dan juga adanya keunggulan
kandungan protein dalam bayam diantara sayuran lain seperti kubis, selada dan
kangkung. Selain itu bayam mempunyai khasiat secara umum yaitu dapat
meningkatkan kerja ginjal dan melancarkan pencernaan. Akar bayam merah
berkhasiat sebagai obat disentri (Sunarjono, 2014 : 32).
Berdasarkan hal tersebut mendorong keinginan peneliti untuk
mengetahui sendiri adanya protein pada bayam merah dan bayam hijau.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah bayam hijau dan bayam merah mengandung ikatan peptida yang
membentuk suatu protein
2. Apakah bayam hijau dan bayam merah mengandung asam amino secara
umum
3. Apakah bayam hijau dan bayam merah mengandung asam amino tirosin
4. Apakah bayam hijau dan bayam merah mengandung asam amino dengan inti
benzena
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui adanya ikatan peptida yang membentuk suatu protein
pada bayam hijau dan bayam merah.
2. Untuk mengetahui adanya asam amino secara umum pada bayam hijau dan
bayam merah
3. Untuk mengetahui adanya asama amino tirosin pada bayam hijau dan bayam
merah
4. Untuk mengetahui adanya asam amino dengan inti benzena pada bayam
hijau dan bayam merah.
3
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Peneliti
1. Menambah pengetahuan,wawasan tentang ada atau tidaknya kandungan
protein pada bayam.
2. Bagi Masyarakat
1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan protein
yang terdapat dalam bayam.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Protein yang merupakan komponen dalam setiap sel hidup adalah
molekul yang kompleks, besar dan tersusun atas unit – unit pembangun yang
disebut asam amino. Sama halnya dengan karbohidrat, asam amino juga
merupakan senyawa organik yang tersusun atas atom karbon, hidrogen, dan
oksigen. Yang unik dari asam amino adalah komponen nitrogennya yang
membedakan asam amino dari zat gizi penghasil energi lainnya (Brenna, 2007 :
43).
Klasifikasi Protein Makanan
Protein makanan dikelompokkan menjadi lengkap dan tak lengkap.
Pengelompokkan ini didasarkan pada komposisi asam aminonya menurut
Brenna, dkk (2007 : 44) yang sebagai berikut :
1. Protein lengkap
Protein lengkap adalah makanan yang mengandung asam amino essensial dalam
proporsi yang tepat. Protein ini harus mengandung setiap asam amino dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Daging, susu, keju dan
telur dipandang sebagai protein lengkap. Kedelai adalah satu-satunya sumber
dari tumbuhan yang dipandang sebagai protein lengkap.
2. Protein tak lengkap
Jika suatu sumber makanan kekurangan atau hanya memiliki satu asam amino
esensial atau lebih dalam jumlah terbatas, sumber makanan tersebut dianggap
sebagai protein tak lengkap. Kecuali kacang kedelai, semua protein nabati
termasuk protein tak lengkap.
Dua protein tak lengkap yang berbeda dapat digabung untuk membentuk
suatu protein lengkap disebut protein komplementer. Dengan kata lain, suatu
sumber makanan mungkin saja tidak memiliki satu asam amino tertentu; bila
5
asam amino tersebut ditemukan pada sumber lain, penggabungan kedua sumber
tersebut dapat membentuk protein yang lengkap. Contoh makanan yang terdiri
dari protein komplementer adalah sebagai berikut :
 Kacang hitam dan nasi
 Taco dari kacang
 Sup kacang polong
dengan roti panggang
 Roti lapis dan selai kacang
 Roti panggang perancis
 Quiche sayuran
 Sereal dan susu
Sumber Protein
Protein dapat ditemukan baik dalam sumber nabati maupun hewani.
Dalam setiap kelompok makanan, kuantitas dan kualitas protein berbeda – beda
menurut bahannya; kelompok daging dan kacang – kacangan (ayam, kacang
kering, steak, selai kacang) dan kelompok susu (keju lembut, yoghurt, keju
keras) memiliki kandungan protein yang paling tinggi. Kelompok padi – padian
(bubur gandum, biskuit cracker, dan roti dari padi-padian utuh), serta kelompok
sayuran (sayuran berwarna hijau dan kuning tua) mengandung lebih sedikit
protein, sedangkan kelompok buah-buahan hanya sedikit mengandung protein
(Brenna, dkk, 2007 : 42)
Defisiensi Protein
Defisiensi protein dapat menyebabkan terjadinya bermacam – macam
gangguan antara lain : (a) Berat badan menurun yang dapat merupakan gejala
malnutrisi, (b) Kelainan kulit, karena kulit kehilangan sifat lunak, elastik, dan
kelembabannya. Kulit menjadi kasar dan bila terluka akan susah disembuhkan,
(c) Resistensi terhadap infeksi berkurang karena leukosit, limfosit dan antibodi
tergantung pada kecukupan konsumsi protein (Poedjiadi, 1994 : 395).
Bayam (Amaranthus tricolor Linn) berasal dari India (Indian spinach).
Dapat tumbuh di ketinggian 1-700 mdpl. Merupakan herba tahunan, tumbuh
6
tegak atau agak condong, batang lemah dan berair, tinggi 0,4 – 1 meter, dan
bercabang. Daun berbentuk bulat telur dengan warna hijau, merah, atau hijau
keputihan. Panjang daun 5 – 8 cm, ujung tumpul, dan pangkalnya runcing.
Kandungan kimia yang dimiliki bayam diantaranya : protein, lemak,
karbohidrat, kalium, zat besi, amarantin, rutin, purin asam phitat, serta vitamin
(A, B, dan C) (Utami, 2008 : 23).
Tanaman Amaranthaceae atau bayam-bayaman memiliki ciri berdaun
tunggal, ujungnya meruncing, lunak, dan lebar. Batangnya lunak dan berwarna
hijau keputih-putihan, putih kemerah-merahan atau hijau. Bunga Amaranthaceae
ukurannya kecil muncul dari ketiak daun dan ujung batang pada rangkaian
tandan. Buahnya tidak berdaging, tetapi bijinya banyak, sangat kecil, bulat, dan
mudah pecah. Tanaman ini berakar tunggang dan berakar samping. Akar
sampingnya kuat dan agak dalam (Sunarjono, 2014 : 27).
Bayam dapat meningkatkan kerja ginjal dan melancarkan pencernaan. Akar
bayam merah berkhasiat sebagai obat disentri. Bayam termasuk sayuran berserat
yang dapat digunakan untuk memperlancar proses buang air besar. Makanan
berserat sangat dianjurkan untuk dikonsumsi oleh penderita kanker usus besar,
kencing manis (diabetes mellitus), kolesterol, darah tinggi, dan kegemukan
(untuk menurunkan berat badan). Selain itu, daun bayam berkhasiat untuk
memperkuat akar rambut, mengobati tekanan darah rendah, kurang darah
(anemia), dan gagal ginjal. Namun, bagi penderita kadar asam urat yang cukup
tinggi dan rematik dilarang mengkonsumsi bayam terlalu banyak karena
mengandung purin yang cukup tinggi. Didalam tubuh, purin akan dimetabolisasi
menjadi asam urat (Utami, 2008 : 23-24).
Kandungan gizi pada bayam merah dan bayam hijau dapat dilihat pada
tabel Tabel 2.1. Komposisi zat gizi bayam per 100 g Bahan
No Zat Gizi Bayam Hijau Bayam Merah
1. Kalori 36 kal 56 kal
2. Karbohidrat 6,5 g 1,0 g
7
3. Lemak 0,5 g 0,5 g
4. Protein 3,5 g 4,6 g
5. Kalsium 265 mg 368 mg
6. Fosfor 67 mg 11,1 mg
7. Besi 3,9 mg 2,2 mg
8. Vitamin A 6090SI 5800SI
9. Vitamin B 0,08 mg 0,08 mg
10. Vitamin C 80 mg 80 mg
11. Air 86,9 mg 82,0 mg
Sumber : Daftar komposisi bahan makanan, Depkes 1980
Schmidt (1971 dalam Grubben 1976) membuktikan bahwa bayam sayur
ternyata memiliki kandungan protein, kalsium dan besi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan sayuran “mewah” dari Eropa yaitu kubis dan selada
(Sudjoko, 1996 : 3).
Kandungan mineral terpenting yang terkandung dalam bayam sayur
adalah kalsium dan zat besi, sangat penting untuk mengatasi anemia
(kekurangan darah).Kandungan hidrat arang bayam sayur cukup tinggi, dalam
bentuk serat selulosa yang tidak tercerna. Serat tidak tercerna tersebut sangat
penting peranannya dalam membantu proses pencernaan oleh lambung, sehingga
dapat mencegah segala bentuk gangguan lambung khususnya kanker lambung
dan usus (Sudjoko, 1996 : 4).
Ada beberapa uji protein yang dilakukan untuk mengetahui adanya asam
amino secara umum, asam amino dengan inti benzena ,ikatan peptida dan asam
amino tirosin. Uji protein antara lain yaitu :
1. Uji Biuret
Jika larutan protein encer yang dibuat basa dengan natrium
hidroksida ditambah dengan beberapa tetes larutan tembaga sulfat encer,
larutan tersebut akan terbentuk warna merah muda sampai violet. Reaksi ini
8
disebut reaksi biuret sebab warna senyawa yang terbentuk sama dengan
warna senyawa biuret bila ditambah larutan natrium hidroksida dan tembaga
sulfat. Warna merah muda atau merah jambu terbentuk apabila larutan
protein yang diselidiki mempunyai molekul yang kecil, misalnya proteosa
dan pepton. Warna violet terbentuk apabila larutan protein yang diselidiki
mempunyai molekul yang besar misalnya gelatin. Reaksi biuret positif untuk
semua jenis protein dan hasil – hasil antara hidrolisisnya jika masih
mempunyai dua atau lebih ikatan peptida, dan negatif untuk asam amino
(Damin, 2006 : 186).
Jika protein yang sudah dilarutkan ditambah dengan pereaksi Biuret
(larutan tembaga sulfat (CuSO4 ); kalium natrium tartrat; dan NaOH) maka
akan terbentuk warna biru lembayung (Rohman, 2013 : 48).
Penetapan kadar protein dengan menggunakan metode biuret
berdasarkan kenyataan bahwa dua atau lebih ikatan peptida dapat berikatan
secara kovalen koordinasi dengan ion Cu2+ dari tembaga (III) sulfat yang
berasal dari pereaksi biuret dalam suasana alkalis. Ion Cu2+ berikatan dengan
dua atom nitrogen dan dua atom oksigen dari dua ikatan peptida membentuk
senyawa kompleks yang berwarna ungu (Rohman, 2013 : 53).
2. Uji Millon
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam
asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan
menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh
pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena
terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna
9
merah. Protein yang mengandung tirosin akan memberikan hasil positif
(Poedjiadi, 1994 : 122).
Reaksi Millon digunakan khusus untuk protein yang mengandung
asam amino dengan radikal hidroksi fenil sebagai penyusunnya. Oleh karena
itu, reaksi khusus ini untuk protein yang struktur kimianya mengandung
residu tirosin. Jika larutan protein ditambahkan dengan pereaksi Millon
(larutan merkuri nitrit dan merkuri nitrat dalam campuran asam nitrit dan
asam nitrat), gumplalan berwarna putih akan terbentuk dan segera berubah
menjadi merah pada pendidihan. Protein derivat sekunder, seperti proteosa
dan pepton dengan pereaksi ini pada pemanasan hanya terbentuk larutan
merah (Damin, 2006 : 187).
3. Uji Ninhidrin
Protein yang sudah dilarutkan jika ditambah dengan pereaksi
Ninhidrin maka akan terbentuk warna biru lembayung. Reaksi antara
ninhidrin dengan gugus amina primer membentuk warna ungu yang disebut
juga dengan ungu Ruhemann, karena ditemukan oleh Siegfried Ruhemann
pada tahun 1910. Gugus – gugus amina seperti asam pipekolat dan prolin;
gugus guanidin seperti arginin; gugus amida seperti asparagin; cincin indol
seperti triptofan; gugus sulfhidril pada sistein; gugus – gugus amino pada
sitosin dan guanin; serta ion – ion sianida juga membentuk warna tertentu
dengan pereaksi Ninhidrin ini (Rohman, 2013 : 48).
Ninhidrin dapat dengan mudah mengalami kerusakan oleh adanya
paparan sinar, oksigen, serta karena perubahan pH dan suhu. Zat
10
pengoksidasi Ninhidrin dengan larutan protein membentuk larutan berwarna
ungu sampai biru. Reaksi ini berjalan dengan sempurna pada pH 5-7 dan
sedikit pemanasan. Reaksi ini berlaku khusus untuk semua protein, hasil
antara hidrolisisnya, dan hasil akhir akhir hidrolisisnya, yaitu asam amino.
Khusus untuk asam amino prolin dan hidroksi prolin akan terbentuk warna
kuning (Rohman, 2013 : 23).
Pada pemanasan zat pengoksidasi ninhidrin (triketohindrinden hidrat)
dengan asam amino akan terbentuk warna ungu sampai biru. Khusus untuk
asam amino prolin dan hidroksipolin akan terbentuk warna kuning. Reaksi
berjalan sempurna pada pH 5-7. Reaksi terjadi dalam dua tahap, yaitu reaksi
pembentukan hidrindatin (ninhidrin tereduksi) dan reaksi pembentukan
produk yang berwarna. Produk yang berwarna ini terbentuk dari hidrindatin
dan amoniak dengan ninhidrin yang tersisa (Damin,2006 : 145).
4. Uji Xanthoprotein
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati kedalam
larutan protein setelah dicampur terjadi endapan putih yang dapat berubah
menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi adalah nitrasi pada
inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Jadi reaksi ini positif untuk
protein yang mengandung tirosin,fenilanin dan triptofan. Kulit kita bila
terkena asam nitrat berwarna kuning itu juga terjadi karena reaksi
xantoprotein (Poedjiadi, 1994 : 121).
11
Protein yang mengandung residu asam amino dengan radikal fenil
dalam struktur kimianya (protein yang mengandung asam amino fenilalanin
atau tirosin) jika ditambahkan dengan asam nitrat pekat akan terbentuk
gumpalan warna putih. Pada pemanasan, warna gumpalan putih tersebut
akan berubah menjadi kuning, yang akhirnya berubah menjadi jingga jika
ditambah dengan larutan basa. Sebenarnya, proses ini adalah proses nitrasi
inti benzena pada asam amino penyusun protein tersebut. Proses ini dapat
terjadi jika kulit terkena asam nitrat pekat, yang segera menjadi kuning
karena proses terjadinya nitrasi inti benzena pada asam amino penyusun
kulit (Damin, 2006 : 187).
12
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Praktikum yang berjudul Uji Protein pada Bayam Hijau dan Bayam
Merah dilaksanakan pada hari Kamis, 28 April 2016 pukul 09.20 WIB -11.10
WIB di Laboratorium Biokimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
B. Alat dan Bahan
Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Gelas ukur
4. Rak tabung reaksi
5. Pembakar spiritus
6. Penjepit tabung reaksi
7. Alat blender
8. Vorteks
9. Alat saring
10. Kertas penyaring
11. Timbangan
12. Korek api
Bahan
1. Bayam Merah
2. Bayam Hijau
3. Reagen millon
4. Larutan ninhidrin 0,1%
5. Reagen biuret
6. Reagen xantoprotein (NaOH pekat 10% dan Larutan HNO3 pekat )
7. Air
13
C. Cara Kerja
Membuat ekstrak bayam
1. Uji Biuret
Menambahkan 1 ml larutan NaOH10 %
Mengamati apa yang terjadi
Mengaduk dengan vorteks
Memasukkan 3 ml larutan ekstrasi bayam merah dan
bayam hijau kedalam masing-masing tabung reaksi
Menambahkan 1 tetes larutan CuSO4 0,01 M
Menimbang masing-masing bayam merah dan hijau
yang telah di potong-potong sebanyak 150 gram
Menyaring ekstrak bayam merah dan bayam hijau
menggunakan saringan
Menghaluskan bayam merah dan hijau menggunakan
blender dengan ditambah air 150 ml
Mengaduk, jika tidak timbul warna tambahkan
lagi 1 atau 2 tetes CuSO4
14
2. Uji Millon
3. Uji Ninhidrin
Memasukan 1,5 ml larutan ekstrasi bayam merah dan
bayam hijau kedalam masing-masing tabung reaksi
Memasukan kedalam tabung reaksi 5 tetes pereaksi
Millon
Mengamati apa yang terjadi
Mengocok sampai terbentuk endapan putih
Memanaskan tabung reaksi tersebut di bawah lampu
spirtus
Memasukan 1 ml larutan ekstrasi bayam merah dan
bayam hijau kedalam masing-masing tabung reaksi
Menambahkan 5 tetes larutan ninhidrin 0,01%
Memanaskan hingga mendidih diatas lampu spiritus
Mendiamkan sampai dingin dan mengamati yang
terjadi
15
4. Uji Xantoprotein
Menambahkan 1 ml HNO3 pekat kedalam tabung
reaksi
Memasukan 3 ml ekstraksi bayam merah dan bayam
hijau pada masing-masing tabung reaksi
Memanaskan diatas lampu spiritus secara hati-hati
Mendinginkan dengan air keran
Menambahkan setetes demi tetes larutan NaOH 10 %
sampai terjadi perubahan warna.
Mengamati apa yang terjadi
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan
1. Uji Biuret
No Cara kerja Hasil pengamatan
1
2.
Ekstrak bayam merah + reagen biuret
Ekstrak bayam hijau+ reagen biuret
Hijau (-)
Hijau (-)
2. Uji Millon
No Cara kerja Hasil pengamatan
1
2.
Ekstrak bayam merah+ reagen millon
Ekstrak bayam hijau + reagen millon
Merah (+)
Merah (+)
3. Uji Ninhidrin
No Cara kerja Hasil pengamatan
1.
2.
Ekstrak bayam merah +reagen ninhidrin
Ekstrak bayam hijau +reagen ninhidrin
Merah (-)
Hijau (-)
4. Uji Xantoprotein
No Cara kerja Hasil pengamatan
1
2.
Ekstrak bayam merah + reagen
xantoprotein
Ekstrak bayam hijau + reagen
xantoprotein
Kuning (+)
Kuning (+)
17
B. Pembahasan
Praktikum yang berjudul “Uji Protein terhadap Bayam Hijau dan Bayam
Merah” dilaksanakan pada hari Kamis, 28 April 2016 di Laboratorium Biokimia
FMIPA UNY.Dalam uji protein ini terdapat empat uji yang dilakukan dan
mempunyai tujuan masing-masing yaituuji biuret untuk mengetahui adanya
ikatan peptida yang membentuk suatu protein pada bayam hijau dan bayam
merah, uji millon untuk mengetahui adanya asam amino secara umum pada
bayam hijau dan bayam merah,uji millon untuk mengetahui adanya asama
amino tirosin pada bayam hijau dan bayam merah dan uji xantopretein untuk
mengetahui adanya asam amino dengan inti benzena pada bayam hijau dan
bayam merah.Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung reaksi,
pipet tetes, gelas ukur, rak tabung reaksi, pembakar spiritus, penjepit tabung
reaksi, alat blender, vorteks, alat penyaring, kertas saring, korek api. Bahan yang
digunakan adalah reagen millon, larutan ninhidrin 0,1%, reagen biuret, reagen
xantoprotein (NaOH pekat 10% dan Larutan HNO3 pekat ), dan air.
Uji Biuret
Dari percobaan uji biuretyang telah dilaksanakan diperoleh hasil bahwa
ekstrak bayam merah dan bayam hijau yang ditambahkan dengan reagen biuret
menunjukan hasil yang negatifyaitu tidak menghasilkan warna ungu,ekstrak
bayam hijau tidak mengalami perubahan warna, sedangkan pada ekstrak bayam
merah mengalami perubahan warna dari warna merah menjadi warna hijau. Dari
hasil ini dapat disimpulkan bahwa dalam bayam merah dan bayam hijau tidak
ada ikatan peptidayang menyusun suatu protein, sehingga bayam merah dan
bayam hijau tidak mengandung protein, karna salah satu indikator adanya
protein yaitu terdapat ikatan peptida antar asam amino. Hal ini tidak sesuai
dengan teori yang yang menyatakan bahwa bayam sayur memiliki kandungan
protein. Ketidaksesuain dengan teori kemungkinan disebabkan oleh bebarapa
faktor yaitu pada pengambilan ekstrak bayam hijau dan bayam merah terlalu
banyak menggunakan air sehingga kandungan protein didalam bayam
hijaumaupun merah larut dalam air dan menyebabkan saat di uji tidak
menunjukan hasil yang positif, pada ekstrak bayam hijau tidak mengalami
18
perubahan warna kemungkinan juga karna warna dari ekstrak bayam hijau yang
terlalu pekat sehingga tidak sebanding dengan banyaknya biuret yang
ditambahkan, sedangkan pada ekstrak bayam merah yang berubah menjadi
warna hijau kemungkinan karna pada reaksi yang terjadi antara ekstrak bayam
merah dan reagen biuret tidak terjadi secara sempurna, kemungkinan karna
menurut teori kandungan protein pada bayam merah lebih banyak daripada
bayam hijau menyebabkan ekstrak bayam merah berubah warna walaupun tidak
sesuai sedangkan ekstrak bayam hijau tidak berubah warna.
Uji Millon
Dari percobaan uji Millon yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
ekstrak bayam merah dan ekstrak bayam hijau yang ditambahkan dengan reagen
millon menunjukkan hasil yang positif setelah dipanaskan yaitu ditunjukkan
dengan adanya perubahan warna dari ekstrak bayam merah yang awal mulanya
berwarna merah pekat menjadi berwarna merah bening dan pada ekstrak bayam
hijau yang awal mulanya berwarna hijau menjadi berwarna merah bening. Hal
ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pada bayam merah dan bayam
hijau mengandung protein yaitu proteinnya jenis tirosin.
Menurut Anna Poedjiadi (1994), pereaksi Millon adalah larutan merkuro
dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Reaksi ini positif karena tercampurnya
senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna.
Damin (2006) juga menyampaikan bahwa reaksi Millon digunakan
khusus untuk protein yang mengandung asam amino dengan radikal hidroksi
fenil sebagai penyusunnya. Oleh karena itu, reaksi khusus ini untuk protein yang
struktur kimianya mengandung residu tirosin. Jika larutan protein ditambahkan
dengan pereaksi Millon (larutan merkuri nitrit dan merkuri nitrat dalam
campuran asam nitrit dan asam nitrat), gumplalan berwarna putih akan terbentuk
dan segera berubah menjadi merah pada pendidihan.
Reaksinya yang terjadi yaitu :
19
Uji Ninhidrin
Pada percobaan uji ninhidrin yang telah dilakukan diperoleh hasil yaitu
ekstrak bayam merah yang dan bayam hijau yang ditambahkan dengan reagen
ninhidrin menunjukan hasil negatif setelah dipanaskan yaitu ditunjukkan dengan
tidak terjadinya perubahan warna, bayam hijau mengalami perubahan warna
menjadi kuning sedangkan bayam merah tidak mengalami perubahan. Dari hasil
ini dapat disimpulkan bahwa dalam bayam merah dan bayam hijau tidak ada
asam amino secara umum, sehingga bayam merah dan bayam hijau tidak
mengandung protein, karna protein terdiri dari banyak asam amino yang saling
berikatan. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
terdapat protein pada bayam merah dan bayam hijau. Ketidaksesuaian dengan
teori kemungkinan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu banyaknya air
yang digunakan untuk mengambil ekstrak bayam merah dan bayam hijau
sehingga protein larut dalam air selain itu juga karna warna dari ekstrak bayam
hijau dan bayam merah yang sangat pekat sehingga perubahan warna menjadi
biru kemungkinan tidak terlihat.
Uji Xantoprotein
Pada percobaan uji Xantoprotein yang telah dilakukan diperoleh hasil
bahwa ekstrak bayam hijau dan bayam merah yang ditambahkan dengan reagen
Xantoprotein menunjukkan hasil yang positif setelah dipanaskan yaitu
ditunjukkan dengan adanya perubahan warna dari ekstrak bayam merah yang
awal mulanya berwarna merah menjadi berwarna kuning dan ekstrak bayam
hijau yang awal mulanya berwarna hijau menjadi berwarna kuning. Dari hasil
ini dapat disimpulkan bahwa dalam bayam merah dan bayam hijau terdapat
asam amino dengan inti benzena, sehingga didalam bayam merah dan bayam
20
hijau mengandung protein. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang menjelaskan
bahwa didalam bayam merah dan bayam hijau mengandung protein.
Menurut Anna Poedjiadi (2007), larutan asam nitrat pekat ditambahkan
dengan hati-hati kedalam larutan protein setelah dicampur terjadi endapan putih
yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Jadi reaksi ini positif
untuk protein yang mengandung tirosin,fenilanin dan triptofan. Kulit kita bila
terkena asam nitrat berwarna kuning itu juga terjadi karena reaksi xantoprotein.
Sedangkan menurut Damin (2006), protein yang mengandung residu
asam amino dengan radikal fenil dalam struktur kimianya (protein yang
mengandung asam amino fenilalanin atau tirosin) jika ditambahkan dengan asam
nitrat pekat akan terbentuk gumpalan warna putih. Pada pemanasan, warna
gumpalan putih tersebut akan berubah menjadi kuning, yang akhirnya berubah
menjadi jingga jika ditambah dengan larutan basa. Sebenarnya, proses ini adalah
proses nitrasi inti benzena pada asam amino penyusun protein tersebut. Proses
ini dapat terjadi jika kulit terkena asam nitrat pekat, yang segera menjadi kuning
karena proses terjadinya nitrasi inti benzena pada asam amino penyusun kulit.
Reaksi yang terjadi yaitu :
Sesuai dengan teori yang ada bahwa reaksi Xantoprotein positif untuk
protein yang mengandung tirosin dan pada uji millon yang telah dilakukan untuk
menunjukan adanya asam amino tirosin hasilnya positif. Hal ini semakin
menguatkan bahwa didalam bayam merah dan bayam hijau terdapat asam amino
tirosin.
21
Dari empat uji protein yang dilakukan ekstrak bayam merah dan ekstrak
bayam hijau hanya menunjukan reaksi positifnya terhadap uji millon dan uji
xantoprotein yang berarti pada bayam merah dan bayam hijau mengandung
asam amino tirosin dan asam amino dengan inti benzena, sedangkan untuk dua
uji lainnya yaitu uji biuret dan uji ninhidrin menunjukan reaksi negatif.
Menurut Departemen kesehatan tahun 1980 menyatakan bahwa didalam
tanaman bayam terdapat kandungan protein. Pada bayam hijau sebanyak 3,5
gram sedangkan pada bayam merah 4,6 gram. Selain protein juga masih banyak
kandungan lain yang terdapat pada bayam seperti karbohidrat, kalsium, vitamin
dll.
Menurut Sudjoko (1996), terdapat salah seorang yang bernama Schmidt
(1971 dalam Grubben 1976) juga membuktikan bahwa bayam sayur ternyata
memiliki kandungan protein, kalsium dan besi yanglebih tinggi dibandingkan
dengan sayuran “mewah” dari Eropa yaitu kubis dan selada.
Menurut Brenna (2007), protein dapat ditemukan baik dalam sumber
nabati maupun hewani. Kelompok daging dan kacang – kacangan dan
kelompok susu memiliki kandungan protein yang paling tinggi. Kelompok padi
– padian, serta kelompok sayuran (sayuran berwarna hijau dan kuning tua)
mengandung lebih sedikit protein, sedangkan kelompok buah-buahan hanya
sedikit mengandung protein.
Brenna (2007) juga menyampaikan bahwa satu – satunya sumber protein
dari tumbuhan yang merupakan protein lengkap adalah kedelai. Selain kedelai
semua protein nabati termasuk protein tak lengkap. Bayam merah dan bayam
hijau yang digunakan merupakan protein yang tak lengkap. Protein tak lengkap
adalah jika suatu sumber makanan kekurangan atau hanya memiliki satu asam
amino esensial atau lebih dalam jumlah terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan
protein tubuh, perlu dilakukan penggabungan dua protein tak lengkap yang
berbeda untuk membentuk suatu protein lengkap disebut protein komplementer.
Anna Poedjiadi (1994) menyampaikan bahwa defisiensi protein dapat
menyebabkan terjadinya bermacam – macam gangguan antara lain : (a) Berat
22
badan menurun yang dapat merupakan gejala malnutrisi, (b) Kelainan kulit,
karena kulit kehilangan sifat lunak, elastik, dan kelembabannya. Kulit menjadi
kasar dan bila terluka akan susah disembuhkan, (c) Resistensi terhadap infeksi
berkurang karena leukosit, limfosit dan antibodi tergantung pada kecukupan
konsumsi protein.
23
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pada tanaman bayam merah dan bayam hijau mengandung asam amino tirosin
dan asam amino dengan inti benzena dan tidak mengandung ikatan peptida dan
asam amino secara umum.
B. Saran
Untuk praktikum selanjutnya dimohon praktikan meneliti terlebih dahulu
kelengkapan alat-alat yang sudah disiapkan dan akan digunakan, selain itu
apabila menggunakan ekstrak, saring terlebih dahulu menggunakan kertas saring
agar warna yang dihasilkan lebih jernih sehingga tidak mengalami kesulitan
dalam perubahan warna.
24
DAFTAR PUSTAKA
Brenna H. Mayer, Libby Tucker, Susan Williams. 2011. Nutrition Made Incredible
Easy : Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah. Jakarta : EGC (alih bahasa oleh Linda
Dwijayanthi)
Fitriyani. 2013. Eksperimen Pembuatan Roti Tawar dengan Penggunaan Sari Bayam
(Amaranthus sp.). Food Science and Culinary Education Journal. Halaman 19-20.
Poedjiaji, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia.Jakarta : UI Press.
Rohman, Abdul. 2013. Analisis Komponen Makanan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Sudjoko. 1996. Bayam Sayuran Penyangga Petani Indonesia. Bandung : Balai
Penelitian Taman Sayuran.
Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta : EGC
Sunarjono, H. 2014. Bertanam 36 Jenis Sayuran. Jakarta : Penebar Swadaya.
Utami, Prapti. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta : Agromedia Pustaka
25
LAMPIRAN
Bahan ekstrak bayam hijau dan bayam merah
1. Hasil Uji Biuret pada ekstrak bayam hijau dan ekstrak bayam merah
Ekstrak bayam merah Ekstrak bayam hijau
26
2. Hasil Uji Millon pada ekstrak bayam hijau dan ekstrak bayam merah
3. Hasil uji ninhidrin pada ekstrak bayam hijau dan ekstrak bayam merah
Ekstrak bayam hijau Ekstrak bayam merah
27
4. Hasil uji xantoprotein pada ekstrak bayam hijau dan bayam merah
Ekstrak bayam merah Ekstrak bayam hijau

More Related Content

What's hot

Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasiLaporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasiDian Khairunnisa
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...UNESA
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan MediumLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan MediumRukmana Suharta
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi MikrobaRukmana Suharta
 
Laporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannya
Laporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannyaLaporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannya
Laporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannyaMaedy Ripani
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan MikroorganismeLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan MikroorganismeRukmana Suharta
 
Laporan mikrobiologi daya kerja antimikroba
Laporan mikrobiologi   daya kerja antimikrobaLaporan mikrobiologi   daya kerja antimikroba
Laporan mikrobiologi daya kerja antimikrobaMifta Rahmat
 
Makalah praktikum jaringan tumbuhan jagung dan kacang tanah
Makalah praktikum jaringan tumbuhan jagung dan kacang tanahMakalah praktikum jaringan tumbuhan jagung dan kacang tanah
Makalah praktikum jaringan tumbuhan jagung dan kacang tanahVina Widya Putri
 
Pembuatan medium nutrient cair
Pembuatan medium nutrient cairPembuatan medium nutrient cair
Pembuatan medium nutrient cairTidar University
 
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...Biology Education
 
Pengertian herbarium
Pengertian herbariumPengertian herbarium
Pengertian herbariumizwa_iztie
 
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
 

What's hot (20)

Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasiLaporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
 
Laporan Praktikum I Daun (Folium)
Laporan Praktikum I Daun (Folium)Laporan Praktikum I Daun (Folium)
Laporan Praktikum I Daun (Folium)
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan MediumLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi Mikroba
 
Makalah herbarium
Makalah herbariumMakalah herbarium
Makalah herbarium
 
Laporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannya
Laporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannyaLaporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannya
Laporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannya
 
3. Morfologi Daun
3. Morfologi Daun3. Morfologi Daun
3. Morfologi Daun
 
Laporan Praktikum II Batang (Caulis)
Laporan Praktikum II Batang (Caulis)Laporan Praktikum II Batang (Caulis)
Laporan Praktikum II Batang (Caulis)
 
Buah (fructus)
Buah (fructus)Buah (fructus)
Buah (fructus)
 
Morfologi akar
Morfologi akarMorfologi akar
Morfologi akar
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan MikroorganismeLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
 
Stomata
StomataStomata
Stomata
 
Laporan mikrobiologi daya kerja antimikroba
Laporan mikrobiologi   daya kerja antimikrobaLaporan mikrobiologi   daya kerja antimikroba
Laporan mikrobiologi daya kerja antimikroba
 
Makalah praktikum jaringan tumbuhan jagung dan kacang tanah
Makalah praktikum jaringan tumbuhan jagung dan kacang tanahMakalah praktikum jaringan tumbuhan jagung dan kacang tanah
Makalah praktikum jaringan tumbuhan jagung dan kacang tanah
 
Pembuatan medium nutrient cair
Pembuatan medium nutrient cairPembuatan medium nutrient cair
Pembuatan medium nutrient cair
 
Laporan populasi
Laporan populasiLaporan populasi
Laporan populasi
 
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
 
Pengertian herbarium
Pengertian herbariumPengertian herbarium
Pengertian herbarium
 
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
 

Similar to PROTEIN BAYAM

5 manfaat kesehatan dari kacang hijau
5 manfaat kesehatan dari kacang hijau5 manfaat kesehatan dari kacang hijau
5 manfaat kesehatan dari kacang hijauSafitri Pipit
 
LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docx
LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docxLAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docx
LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docxSyndiFatmawati1
 
FGD UNJ Mutiara Nugraheni.pdf
FGD UNJ Mutiara Nugraheni.pdfFGD UNJ Mutiara Nugraheni.pdf
FGD UNJ Mutiara Nugraheni.pdfMutiaraNugraheni1
 
Menu Seimbang dan Cara Penyusunan.pptx
Menu Seimbang dan Cara Penyusunan.pptxMenu Seimbang dan Cara Penyusunan.pptx
Menu Seimbang dan Cara Penyusunan.pptxBundaAfiyahSriHarnan
 
Sumber Protein dari Kacang - kacangan
Sumber Protein dari Kacang - kacanganSumber Protein dari Kacang - kacangan
Sumber Protein dari Kacang - kacanganCholifatulJannah
 
Peranan lemak dalam pangan fungsional
Peranan lemak dalam pangan fungsionalPeranan lemak dalam pangan fungsional
Peranan lemak dalam pangan fungsionalPareta Riska
 
PPT MATERI PERTEMUAN 1.pptx
PPT MATERI PERTEMUAN 1.pptxPPT MATERI PERTEMUAN 1.pptx
PPT MATERI PERTEMUAN 1.pptxRestiELF
 
Laporan Praktikum IPA Jenis Zat dalam Makanan.pdf
Laporan Praktikum IPA Jenis Zat dalam Makanan.pdfLaporan Praktikum IPA Jenis Zat dalam Makanan.pdf
Laporan Praktikum IPA Jenis Zat dalam Makanan.pdfbambangmulyono383
 
Contoh proposal pkm penelitian
Contoh proposal pkm penelitianContoh proposal pkm penelitian
Contoh proposal pkm penelitianZakiyul Mu'min
 
PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN HEWANI DAN NABATI_ELGA AZFAR.pptx
PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN HEWANI DAN NABATI_ELGA AZFAR.pptxPENGOLAHAN BAHAN MAKANAN HEWANI DAN NABATI_ELGA AZFAR.pptx
PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN HEWANI DAN NABATI_ELGA AZFAR.pptxPutriWidya34
 
Diversifikasi pangan pendorong konsumsi b2 sa
Diversifikasi pangan  pendorong konsumsi b2 saDiversifikasi pangan  pendorong konsumsi b2 sa
Diversifikasi pangan pendorong konsumsi b2 saBP4K
 
Pengolahan Bahan Pangan Nabati dan Hewani
Pengolahan Bahan Pangan Nabati dan HewaniPengolahan Bahan Pangan Nabati dan Hewani
Pengolahan Bahan Pangan Nabati dan Hewaniizzulislam_id
 

Similar to PROTEIN BAYAM (20)

Contoh proposal-pkm
Contoh proposal-pkmContoh proposal-pkm
Contoh proposal-pkm
 
Nutraseutical
NutraseuticalNutraseutical
Nutraseutical
 
Penggunaan food table
Penggunaan food tablePenggunaan food table
Penggunaan food table
 
Pedoman menu bergizi
Pedoman menu bergiziPedoman menu bergizi
Pedoman menu bergizi
 
5 manfaat kesehatan dari kacang hijau
5 manfaat kesehatan dari kacang hijau5 manfaat kesehatan dari kacang hijau
5 manfaat kesehatan dari kacang hijau
 
LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docx
LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docxLAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docx
LAPORAN_PRAKTIKUM_PENGETAHUAN_BAHAN_PANG.docx
 
Leaflet bumil
Leaflet bumilLeaflet bumil
Leaflet bumil
 
FGD UNJ Mutiara Nugraheni.pdf
FGD UNJ Mutiara Nugraheni.pdfFGD UNJ Mutiara Nugraheni.pdf
FGD UNJ Mutiara Nugraheni.pdf
 
Laporan Mie Sayur Bayam
Laporan Mie Sayur BayamLaporan Mie Sayur Bayam
Laporan Mie Sayur Bayam
 
Makanan sehat SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makanan sehat SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makanan sehat SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makanan sehat SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
 
Kdk ii feces
Kdk ii fecesKdk ii feces
Kdk ii feces
 
Menu Seimbang dan Cara Penyusunan.pptx
Menu Seimbang dan Cara Penyusunan.pptxMenu Seimbang dan Cara Penyusunan.pptx
Menu Seimbang dan Cara Penyusunan.pptx
 
Sumber Protein dari Kacang - kacangan
Sumber Protein dari Kacang - kacanganSumber Protein dari Kacang - kacangan
Sumber Protein dari Kacang - kacangan
 
Peranan lemak dalam pangan fungsional
Peranan lemak dalam pangan fungsionalPeranan lemak dalam pangan fungsional
Peranan lemak dalam pangan fungsional
 
PPT MATERI PERTEMUAN 1.pptx
PPT MATERI PERTEMUAN 1.pptxPPT MATERI PERTEMUAN 1.pptx
PPT MATERI PERTEMUAN 1.pptx
 
Laporan Praktikum IPA Jenis Zat dalam Makanan.pdf
Laporan Praktikum IPA Jenis Zat dalam Makanan.pdfLaporan Praktikum IPA Jenis Zat dalam Makanan.pdf
Laporan Praktikum IPA Jenis Zat dalam Makanan.pdf
 
Contoh proposal pkm penelitian
Contoh proposal pkm penelitianContoh proposal pkm penelitian
Contoh proposal pkm penelitian
 
PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN HEWANI DAN NABATI_ELGA AZFAR.pptx
PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN HEWANI DAN NABATI_ELGA AZFAR.pptxPENGOLAHAN BAHAN MAKANAN HEWANI DAN NABATI_ELGA AZFAR.pptx
PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN HEWANI DAN NABATI_ELGA AZFAR.pptx
 
Diversifikasi pangan pendorong konsumsi b2 sa
Diversifikasi pangan  pendorong konsumsi b2 saDiversifikasi pangan  pendorong konsumsi b2 sa
Diversifikasi pangan pendorong konsumsi b2 sa
 
Pengolahan Bahan Pangan Nabati dan Hewani
Pengolahan Bahan Pangan Nabati dan HewaniPengolahan Bahan Pangan Nabati dan Hewani
Pengolahan Bahan Pangan Nabati dan Hewani
 

More from RiaAnggun

Mikoremediasi ppt
Mikoremediasi pptMikoremediasi ppt
Mikoremediasi pptRiaAnggun
 
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGILAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGIRiaAnggun
 
Beringin.pptx
Beringin.pptxBeringin.pptx
Beringin.pptxRiaAnggun
 
Peran bakteri sebagai vitamin
Peran bakteri sebagai vitaminPeran bakteri sebagai vitamin
Peran bakteri sebagai vitaminRiaAnggun
 
Bakteri pereduksi zat besi
Bakteri pereduksi zat besiBakteri pereduksi zat besi
Bakteri pereduksi zat besiRiaAnggun
 
Laporan potensial osmotik dan plasmolisis f
Laporan potensial osmotik dan plasmolisis fLaporan potensial osmotik dan plasmolisis f
Laporan potensial osmotik dan plasmolisis fRiaAnggun
 
GROUP PROJECT BIOTEKNOLOGI
GROUP PROJECT BIOTEKNOLOGIGROUP PROJECT BIOTEKNOLOGI
GROUP PROJECT BIOTEKNOLOGIRiaAnggun
 
LAPORAN FISIOLOGI HEWAN
LAPORAN FISIOLOGI HEWANLAPORAN FISIOLOGI HEWAN
LAPORAN FISIOLOGI HEWANRiaAnggun
 
Katabolisme lipid
Katabolisme lipidKatabolisme lipid
Katabolisme lipidRiaAnggun
 
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE RiaAnggun
 
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN NATA
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN NATA LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN NATA
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN NATA RiaAnggun
 
LAPORAN MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN ANGGUR PISANG
LAPORAN MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN ANGGUR PISANG LAPORAN MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN ANGGUR PISANG
LAPORAN MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN ANGGUR PISANG RiaAnggun
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN DIFUSI OSMOSIS
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN DIFUSI OSMOSIS LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN DIFUSI OSMOSIS
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN DIFUSI OSMOSIS RiaAnggun
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI  LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI RiaAnggun
 
ZAT PEWARNA HASIL MIKROORGANISME
ZAT PEWARNA HASIL MIKROORGANISME ZAT PEWARNA HASIL MIKROORGANISME
ZAT PEWARNA HASIL MIKROORGANISME RiaAnggun
 
TANAH GAMBUT
TANAH GAMBUT TANAH GAMBUT
TANAH GAMBUT RiaAnggun
 
Sitoskeleton dan sel otot
Sitoskeleton dan sel ototSitoskeleton dan sel otot
Sitoskeleton dan sel ototRiaAnggun
 
INTEGRASI METABOLISME
INTEGRASI METABOLISMEINTEGRASI METABOLISME
INTEGRASI METABOLISMERiaAnggun
 

More from RiaAnggun (20)

Klimatik
KlimatikKlimatik
Klimatik
 
Mikoremediasi ppt
Mikoremediasi pptMikoremediasi ppt
Mikoremediasi ppt
 
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGILAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
 
Beringin.pptx
Beringin.pptxBeringin.pptx
Beringin.pptx
 
Peran bakteri sebagai vitamin
Peran bakteri sebagai vitaminPeran bakteri sebagai vitamin
Peran bakteri sebagai vitamin
 
Bakteri pereduksi zat besi
Bakteri pereduksi zat besiBakteri pereduksi zat besi
Bakteri pereduksi zat besi
 
Laporan potensial osmotik dan plasmolisis f
Laporan potensial osmotik dan plasmolisis fLaporan potensial osmotik dan plasmolisis f
Laporan potensial osmotik dan plasmolisis f
 
GROUP PROJECT BIOTEKNOLOGI
GROUP PROJECT BIOTEKNOLOGIGROUP PROJECT BIOTEKNOLOGI
GROUP PROJECT BIOTEKNOLOGI
 
PPT LAGUNA
PPT LAGUNAPPT LAGUNA
PPT LAGUNA
 
LAPORAN FISIOLOGI HEWAN
LAPORAN FISIOLOGI HEWANLAPORAN FISIOLOGI HEWAN
LAPORAN FISIOLOGI HEWAN
 
Katabolisme lipid
Katabolisme lipidKatabolisme lipid
Katabolisme lipid
 
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE
 
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN NATA
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN NATA LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN NATA
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN NATA
 
LAPORAN MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN ANGGUR PISANG
LAPORAN MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN ANGGUR PISANG LAPORAN MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN ANGGUR PISANG
LAPORAN MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN ANGGUR PISANG
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN DIFUSI OSMOSIS
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN DIFUSI OSMOSIS LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN DIFUSI OSMOSIS
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN DIFUSI OSMOSIS
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI  LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
 
ZAT PEWARNA HASIL MIKROORGANISME
ZAT PEWARNA HASIL MIKROORGANISME ZAT PEWARNA HASIL MIKROORGANISME
ZAT PEWARNA HASIL MIKROORGANISME
 
TANAH GAMBUT
TANAH GAMBUT TANAH GAMBUT
TANAH GAMBUT
 
Sitoskeleton dan sel otot
Sitoskeleton dan sel ototSitoskeleton dan sel otot
Sitoskeleton dan sel otot
 
INTEGRASI METABOLISME
INTEGRASI METABOLISMEINTEGRASI METABOLISME
INTEGRASI METABOLISME
 

Recently uploaded

442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 

Recently uploaded (20)

442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 

PROTEIN BAYAM

  • 1. LAPORAN GROUP PROJECT BIOKIMIA UJI PROTEIN TERHADAP BAYAM HIJAU DAN BAYAM MERAH Disusun oleh : 1. Nurma Fauziana 13304241003 2. Devi Ratnasari 15308141003 3. Ria Anggun T 15308141009 4. Maelani Indaswari 15308141020 5. Putri Prima Renanthera 15308141021 JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016
  • 2. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara yang kaya akan tanaman bahan alam yang berpotensi besar untuk dimanfaatkan dan dikembangkan secara maksimal, salah satunyayang mudah ditemukan yaitu tanaman bayam.Tampaknya sayuran ini kurang berarti, namun ternyata pengaruhnya besar sekali dalam kaitan perbaikan ekonomi rumah tangga, khususnya penyediaan pangan bergizi dan juga sumber tambahan pendapatan keluarga.Bayam dapat diolah menjadi kripik,sayur pecel,gado-gado dan dapat diolah menjadi roti tawar (Fitriyani, 2013 : 18). Bayam memiliki keunggulan komparatif antara lain masih mampu tumbuh subur dan cepat pada ekosistem yang marjinal, daun dan bijinya memiliki nilai nutrisi yang sangat tinggi. Banyak jenisnya yang berpotensi dikembangkan sebagai tanaman hias, obat nabati, zat pewarna alami, penyedia serat-seratan, penyedia hijauan makanan ternak dan bahan organik penyubur tanah (Sudjoko, 1996 : 1). Ahli fisiologi tanaman asal Australia John Downton meneliti dan menemukan bahwa biji bayam A. edulis mengandung protein yang berkadar tinggi, khususnya kandungan asam amino lysine, yang biasanya dalam protein nabati lainnya kekurangan.Kadar asam amino lysine protein nabati dalam bayam setara dengan lysine yang terkandung dalam susu. Seperti halnya dengan bayam biji, nilai nutrisi bayam sayur juga amat tinggi. Schmidt (1971 dalam Grubben 1976) membuktikan bahwa bayam sayur ternyata memiliki kandungan protein, kalsium dan besi yanglebih tinggi dibandingkan dengan sayuran “mewah” dari Eropa yaitu kubis dan selada (Sudjoko, 1996 : 3). Kandunganprotein dalam bayam sayur juga ternyata lebih unggul dibandingkan dengan kangkung, khususnya pada komposisi protein yang mudah dicerna (Sudjoko, 1996 : 4). Semakin berkembangnya zaman, kebutuhan yang besar akan bahan pangan berkualitas semakin tinggi. Salah satunya yaitu terhadap bahan pangan yang mengandung protein. Sumber makanan berprotein tinggi yang baik dan mudah dicerna dapat diperoleh antara lain dari ikan, daging, kacang-kacangan,
  • 3. 2 susu, yoghurt, telur, dan produk olahannya. Mengingat tingginya harga pada ikan dan daging, maka bayam cocok menjadi salah satu bahan pangan yang dapat menambah kebutuhan protein yang masuk ke dalam tubuh karena bayammudah diperoleh, harganya terjangkau, dan juga adanya keunggulan kandungan protein dalam bayam diantara sayuran lain seperti kubis, selada dan kangkung. Selain itu bayam mempunyai khasiat secara umum yaitu dapat meningkatkan kerja ginjal dan melancarkan pencernaan. Akar bayam merah berkhasiat sebagai obat disentri (Sunarjono, 2014 : 32). Berdasarkan hal tersebut mendorong keinginan peneliti untuk mengetahui sendiri adanya protein pada bayam merah dan bayam hijau. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah bayam hijau dan bayam merah mengandung ikatan peptida yang membentuk suatu protein 2. Apakah bayam hijau dan bayam merah mengandung asam amino secara umum 3. Apakah bayam hijau dan bayam merah mengandung asam amino tirosin 4. Apakah bayam hijau dan bayam merah mengandung asam amino dengan inti benzena C. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui adanya ikatan peptida yang membentuk suatu protein pada bayam hijau dan bayam merah. 2. Untuk mengetahui adanya asam amino secara umum pada bayam hijau dan bayam merah 3. Untuk mengetahui adanya asama amino tirosin pada bayam hijau dan bayam merah 4. Untuk mengetahui adanya asam amino dengan inti benzena pada bayam hijau dan bayam merah.
  • 4. 3 D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Peneliti 1. Menambah pengetahuan,wawasan tentang ada atau tidaknya kandungan protein pada bayam. 2. Bagi Masyarakat 1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan protein yang terdapat dalam bayam.
  • 5. 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori Protein yang merupakan komponen dalam setiap sel hidup adalah molekul yang kompleks, besar dan tersusun atas unit – unit pembangun yang disebut asam amino. Sama halnya dengan karbohidrat, asam amino juga merupakan senyawa organik yang tersusun atas atom karbon, hidrogen, dan oksigen. Yang unik dari asam amino adalah komponen nitrogennya yang membedakan asam amino dari zat gizi penghasil energi lainnya (Brenna, 2007 : 43). Klasifikasi Protein Makanan Protein makanan dikelompokkan menjadi lengkap dan tak lengkap. Pengelompokkan ini didasarkan pada komposisi asam aminonya menurut Brenna, dkk (2007 : 44) yang sebagai berikut : 1. Protein lengkap Protein lengkap adalah makanan yang mengandung asam amino essensial dalam proporsi yang tepat. Protein ini harus mengandung setiap asam amino dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Daging, susu, keju dan telur dipandang sebagai protein lengkap. Kedelai adalah satu-satunya sumber dari tumbuhan yang dipandang sebagai protein lengkap. 2. Protein tak lengkap Jika suatu sumber makanan kekurangan atau hanya memiliki satu asam amino esensial atau lebih dalam jumlah terbatas, sumber makanan tersebut dianggap sebagai protein tak lengkap. Kecuali kacang kedelai, semua protein nabati termasuk protein tak lengkap. Dua protein tak lengkap yang berbeda dapat digabung untuk membentuk suatu protein lengkap disebut protein komplementer. Dengan kata lain, suatu sumber makanan mungkin saja tidak memiliki satu asam amino tertentu; bila
  • 6. 5 asam amino tersebut ditemukan pada sumber lain, penggabungan kedua sumber tersebut dapat membentuk protein yang lengkap. Contoh makanan yang terdiri dari protein komplementer adalah sebagai berikut :  Kacang hitam dan nasi  Taco dari kacang  Sup kacang polong dengan roti panggang  Roti lapis dan selai kacang  Roti panggang perancis  Quiche sayuran  Sereal dan susu Sumber Protein Protein dapat ditemukan baik dalam sumber nabati maupun hewani. Dalam setiap kelompok makanan, kuantitas dan kualitas protein berbeda – beda menurut bahannya; kelompok daging dan kacang – kacangan (ayam, kacang kering, steak, selai kacang) dan kelompok susu (keju lembut, yoghurt, keju keras) memiliki kandungan protein yang paling tinggi. Kelompok padi – padian (bubur gandum, biskuit cracker, dan roti dari padi-padian utuh), serta kelompok sayuran (sayuran berwarna hijau dan kuning tua) mengandung lebih sedikit protein, sedangkan kelompok buah-buahan hanya sedikit mengandung protein (Brenna, dkk, 2007 : 42) Defisiensi Protein Defisiensi protein dapat menyebabkan terjadinya bermacam – macam gangguan antara lain : (a) Berat badan menurun yang dapat merupakan gejala malnutrisi, (b) Kelainan kulit, karena kulit kehilangan sifat lunak, elastik, dan kelembabannya. Kulit menjadi kasar dan bila terluka akan susah disembuhkan, (c) Resistensi terhadap infeksi berkurang karena leukosit, limfosit dan antibodi tergantung pada kecukupan konsumsi protein (Poedjiadi, 1994 : 395). Bayam (Amaranthus tricolor Linn) berasal dari India (Indian spinach). Dapat tumbuh di ketinggian 1-700 mdpl. Merupakan herba tahunan, tumbuh
  • 7. 6 tegak atau agak condong, batang lemah dan berair, tinggi 0,4 – 1 meter, dan bercabang. Daun berbentuk bulat telur dengan warna hijau, merah, atau hijau keputihan. Panjang daun 5 – 8 cm, ujung tumpul, dan pangkalnya runcing. Kandungan kimia yang dimiliki bayam diantaranya : protein, lemak, karbohidrat, kalium, zat besi, amarantin, rutin, purin asam phitat, serta vitamin (A, B, dan C) (Utami, 2008 : 23). Tanaman Amaranthaceae atau bayam-bayaman memiliki ciri berdaun tunggal, ujungnya meruncing, lunak, dan lebar. Batangnya lunak dan berwarna hijau keputih-putihan, putih kemerah-merahan atau hijau. Bunga Amaranthaceae ukurannya kecil muncul dari ketiak daun dan ujung batang pada rangkaian tandan. Buahnya tidak berdaging, tetapi bijinya banyak, sangat kecil, bulat, dan mudah pecah. Tanaman ini berakar tunggang dan berakar samping. Akar sampingnya kuat dan agak dalam (Sunarjono, 2014 : 27). Bayam dapat meningkatkan kerja ginjal dan melancarkan pencernaan. Akar bayam merah berkhasiat sebagai obat disentri. Bayam termasuk sayuran berserat yang dapat digunakan untuk memperlancar proses buang air besar. Makanan berserat sangat dianjurkan untuk dikonsumsi oleh penderita kanker usus besar, kencing manis (diabetes mellitus), kolesterol, darah tinggi, dan kegemukan (untuk menurunkan berat badan). Selain itu, daun bayam berkhasiat untuk memperkuat akar rambut, mengobati tekanan darah rendah, kurang darah (anemia), dan gagal ginjal. Namun, bagi penderita kadar asam urat yang cukup tinggi dan rematik dilarang mengkonsumsi bayam terlalu banyak karena mengandung purin yang cukup tinggi. Didalam tubuh, purin akan dimetabolisasi menjadi asam urat (Utami, 2008 : 23-24). Kandungan gizi pada bayam merah dan bayam hijau dapat dilihat pada tabel Tabel 2.1. Komposisi zat gizi bayam per 100 g Bahan No Zat Gizi Bayam Hijau Bayam Merah 1. Kalori 36 kal 56 kal 2. Karbohidrat 6,5 g 1,0 g
  • 8. 7 3. Lemak 0,5 g 0,5 g 4. Protein 3,5 g 4,6 g 5. Kalsium 265 mg 368 mg 6. Fosfor 67 mg 11,1 mg 7. Besi 3,9 mg 2,2 mg 8. Vitamin A 6090SI 5800SI 9. Vitamin B 0,08 mg 0,08 mg 10. Vitamin C 80 mg 80 mg 11. Air 86,9 mg 82,0 mg Sumber : Daftar komposisi bahan makanan, Depkes 1980 Schmidt (1971 dalam Grubben 1976) membuktikan bahwa bayam sayur ternyata memiliki kandungan protein, kalsium dan besi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran “mewah” dari Eropa yaitu kubis dan selada (Sudjoko, 1996 : 3). Kandungan mineral terpenting yang terkandung dalam bayam sayur adalah kalsium dan zat besi, sangat penting untuk mengatasi anemia (kekurangan darah).Kandungan hidrat arang bayam sayur cukup tinggi, dalam bentuk serat selulosa yang tidak tercerna. Serat tidak tercerna tersebut sangat penting peranannya dalam membantu proses pencernaan oleh lambung, sehingga dapat mencegah segala bentuk gangguan lambung khususnya kanker lambung dan usus (Sudjoko, 1996 : 4). Ada beberapa uji protein yang dilakukan untuk mengetahui adanya asam amino secara umum, asam amino dengan inti benzena ,ikatan peptida dan asam amino tirosin. Uji protein antara lain yaitu : 1. Uji Biuret Jika larutan protein encer yang dibuat basa dengan natrium hidroksida ditambah dengan beberapa tetes larutan tembaga sulfat encer, larutan tersebut akan terbentuk warna merah muda sampai violet. Reaksi ini
  • 9. 8 disebut reaksi biuret sebab warna senyawa yang terbentuk sama dengan warna senyawa biuret bila ditambah larutan natrium hidroksida dan tembaga sulfat. Warna merah muda atau merah jambu terbentuk apabila larutan protein yang diselidiki mempunyai molekul yang kecil, misalnya proteosa dan pepton. Warna violet terbentuk apabila larutan protein yang diselidiki mempunyai molekul yang besar misalnya gelatin. Reaksi biuret positif untuk semua jenis protein dan hasil – hasil antara hidrolisisnya jika masih mempunyai dua atau lebih ikatan peptida, dan negatif untuk asam amino (Damin, 2006 : 186). Jika protein yang sudah dilarutkan ditambah dengan pereaksi Biuret (larutan tembaga sulfat (CuSO4 ); kalium natrium tartrat; dan NaOH) maka akan terbentuk warna biru lembayung (Rohman, 2013 : 48). Penetapan kadar protein dengan menggunakan metode biuret berdasarkan kenyataan bahwa dua atau lebih ikatan peptida dapat berikatan secara kovalen koordinasi dengan ion Cu2+ dari tembaga (III) sulfat yang berasal dari pereaksi biuret dalam suasana alkalis. Ion Cu2+ berikatan dengan dua atom nitrogen dan dua atom oksigen dari dua ikatan peptida membentuk senyawa kompleks yang berwarna ungu (Rohman, 2013 : 53). 2. Uji Millon Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna
  • 10. 9 merah. Protein yang mengandung tirosin akan memberikan hasil positif (Poedjiadi, 1994 : 122). Reaksi Millon digunakan khusus untuk protein yang mengandung asam amino dengan radikal hidroksi fenil sebagai penyusunnya. Oleh karena itu, reaksi khusus ini untuk protein yang struktur kimianya mengandung residu tirosin. Jika larutan protein ditambahkan dengan pereaksi Millon (larutan merkuri nitrit dan merkuri nitrat dalam campuran asam nitrit dan asam nitrat), gumplalan berwarna putih akan terbentuk dan segera berubah menjadi merah pada pendidihan. Protein derivat sekunder, seperti proteosa dan pepton dengan pereaksi ini pada pemanasan hanya terbentuk larutan merah (Damin, 2006 : 187). 3. Uji Ninhidrin Protein yang sudah dilarutkan jika ditambah dengan pereaksi Ninhidrin maka akan terbentuk warna biru lembayung. Reaksi antara ninhidrin dengan gugus amina primer membentuk warna ungu yang disebut juga dengan ungu Ruhemann, karena ditemukan oleh Siegfried Ruhemann pada tahun 1910. Gugus – gugus amina seperti asam pipekolat dan prolin; gugus guanidin seperti arginin; gugus amida seperti asparagin; cincin indol seperti triptofan; gugus sulfhidril pada sistein; gugus – gugus amino pada sitosin dan guanin; serta ion – ion sianida juga membentuk warna tertentu dengan pereaksi Ninhidrin ini (Rohman, 2013 : 48). Ninhidrin dapat dengan mudah mengalami kerusakan oleh adanya paparan sinar, oksigen, serta karena perubahan pH dan suhu. Zat
  • 11. 10 pengoksidasi Ninhidrin dengan larutan protein membentuk larutan berwarna ungu sampai biru. Reaksi ini berjalan dengan sempurna pada pH 5-7 dan sedikit pemanasan. Reaksi ini berlaku khusus untuk semua protein, hasil antara hidrolisisnya, dan hasil akhir akhir hidrolisisnya, yaitu asam amino. Khusus untuk asam amino prolin dan hidroksi prolin akan terbentuk warna kuning (Rohman, 2013 : 23). Pada pemanasan zat pengoksidasi ninhidrin (triketohindrinden hidrat) dengan asam amino akan terbentuk warna ungu sampai biru. Khusus untuk asam amino prolin dan hidroksipolin akan terbentuk warna kuning. Reaksi berjalan sempurna pada pH 5-7. Reaksi terjadi dalam dua tahap, yaitu reaksi pembentukan hidrindatin (ninhidrin tereduksi) dan reaksi pembentukan produk yang berwarna. Produk yang berwarna ini terbentuk dari hidrindatin dan amoniak dengan ninhidrin yang tersisa (Damin,2006 : 145). 4. Uji Xanthoprotein Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati kedalam larutan protein setelah dicampur terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi adalah nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Jadi reaksi ini positif untuk protein yang mengandung tirosin,fenilanin dan triptofan. Kulit kita bila terkena asam nitrat berwarna kuning itu juga terjadi karena reaksi xantoprotein (Poedjiadi, 1994 : 121).
  • 12. 11 Protein yang mengandung residu asam amino dengan radikal fenil dalam struktur kimianya (protein yang mengandung asam amino fenilalanin atau tirosin) jika ditambahkan dengan asam nitrat pekat akan terbentuk gumpalan warna putih. Pada pemanasan, warna gumpalan putih tersebut akan berubah menjadi kuning, yang akhirnya berubah menjadi jingga jika ditambah dengan larutan basa. Sebenarnya, proses ini adalah proses nitrasi inti benzena pada asam amino penyusun protein tersebut. Proses ini dapat terjadi jika kulit terkena asam nitrat pekat, yang segera menjadi kuning karena proses terjadinya nitrasi inti benzena pada asam amino penyusun kulit (Damin, 2006 : 187).
  • 13. 12 BAB III METODOLOGI A. Waktu dan Tempat Praktikum yang berjudul Uji Protein pada Bayam Hijau dan Bayam Merah dilaksanakan pada hari Kamis, 28 April 2016 pukul 09.20 WIB -11.10 WIB di Laboratorium Biokimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. B. Alat dan Bahan Alat 1. Tabung reaksi 2. Pipet tetes 3. Gelas ukur 4. Rak tabung reaksi 5. Pembakar spiritus 6. Penjepit tabung reaksi 7. Alat blender 8. Vorteks 9. Alat saring 10. Kertas penyaring 11. Timbangan 12. Korek api Bahan 1. Bayam Merah 2. Bayam Hijau 3. Reagen millon 4. Larutan ninhidrin 0,1% 5. Reagen biuret 6. Reagen xantoprotein (NaOH pekat 10% dan Larutan HNO3 pekat ) 7. Air
  • 14. 13 C. Cara Kerja Membuat ekstrak bayam 1. Uji Biuret Menambahkan 1 ml larutan NaOH10 % Mengamati apa yang terjadi Mengaduk dengan vorteks Memasukkan 3 ml larutan ekstrasi bayam merah dan bayam hijau kedalam masing-masing tabung reaksi Menambahkan 1 tetes larutan CuSO4 0,01 M Menimbang masing-masing bayam merah dan hijau yang telah di potong-potong sebanyak 150 gram Menyaring ekstrak bayam merah dan bayam hijau menggunakan saringan Menghaluskan bayam merah dan hijau menggunakan blender dengan ditambah air 150 ml Mengaduk, jika tidak timbul warna tambahkan lagi 1 atau 2 tetes CuSO4
  • 15. 14 2. Uji Millon 3. Uji Ninhidrin Memasukan 1,5 ml larutan ekstrasi bayam merah dan bayam hijau kedalam masing-masing tabung reaksi Memasukan kedalam tabung reaksi 5 tetes pereaksi Millon Mengamati apa yang terjadi Mengocok sampai terbentuk endapan putih Memanaskan tabung reaksi tersebut di bawah lampu spirtus Memasukan 1 ml larutan ekstrasi bayam merah dan bayam hijau kedalam masing-masing tabung reaksi Menambahkan 5 tetes larutan ninhidrin 0,01% Memanaskan hingga mendidih diatas lampu spiritus Mendiamkan sampai dingin dan mengamati yang terjadi
  • 16. 15 4. Uji Xantoprotein Menambahkan 1 ml HNO3 pekat kedalam tabung reaksi Memasukan 3 ml ekstraksi bayam merah dan bayam hijau pada masing-masing tabung reaksi Memanaskan diatas lampu spiritus secara hati-hati Mendinginkan dengan air keran Menambahkan setetes demi tetes larutan NaOH 10 % sampai terjadi perubahan warna. Mengamati apa yang terjadi
  • 17. 16 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Percobaan 1. Uji Biuret No Cara kerja Hasil pengamatan 1 2. Ekstrak bayam merah + reagen biuret Ekstrak bayam hijau+ reagen biuret Hijau (-) Hijau (-) 2. Uji Millon No Cara kerja Hasil pengamatan 1 2. Ekstrak bayam merah+ reagen millon Ekstrak bayam hijau + reagen millon Merah (+) Merah (+) 3. Uji Ninhidrin No Cara kerja Hasil pengamatan 1. 2. Ekstrak bayam merah +reagen ninhidrin Ekstrak bayam hijau +reagen ninhidrin Merah (-) Hijau (-) 4. Uji Xantoprotein No Cara kerja Hasil pengamatan 1 2. Ekstrak bayam merah + reagen xantoprotein Ekstrak bayam hijau + reagen xantoprotein Kuning (+) Kuning (+)
  • 18. 17 B. Pembahasan Praktikum yang berjudul “Uji Protein terhadap Bayam Hijau dan Bayam Merah” dilaksanakan pada hari Kamis, 28 April 2016 di Laboratorium Biokimia FMIPA UNY.Dalam uji protein ini terdapat empat uji yang dilakukan dan mempunyai tujuan masing-masing yaituuji biuret untuk mengetahui adanya ikatan peptida yang membentuk suatu protein pada bayam hijau dan bayam merah, uji millon untuk mengetahui adanya asam amino secara umum pada bayam hijau dan bayam merah,uji millon untuk mengetahui adanya asama amino tirosin pada bayam hijau dan bayam merah dan uji xantopretein untuk mengetahui adanya asam amino dengan inti benzena pada bayam hijau dan bayam merah.Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur, rak tabung reaksi, pembakar spiritus, penjepit tabung reaksi, alat blender, vorteks, alat penyaring, kertas saring, korek api. Bahan yang digunakan adalah reagen millon, larutan ninhidrin 0,1%, reagen biuret, reagen xantoprotein (NaOH pekat 10% dan Larutan HNO3 pekat ), dan air. Uji Biuret Dari percobaan uji biuretyang telah dilaksanakan diperoleh hasil bahwa ekstrak bayam merah dan bayam hijau yang ditambahkan dengan reagen biuret menunjukan hasil yang negatifyaitu tidak menghasilkan warna ungu,ekstrak bayam hijau tidak mengalami perubahan warna, sedangkan pada ekstrak bayam merah mengalami perubahan warna dari warna merah menjadi warna hijau. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa dalam bayam merah dan bayam hijau tidak ada ikatan peptidayang menyusun suatu protein, sehingga bayam merah dan bayam hijau tidak mengandung protein, karna salah satu indikator adanya protein yaitu terdapat ikatan peptida antar asam amino. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang yang menyatakan bahwa bayam sayur memiliki kandungan protein. Ketidaksesuain dengan teori kemungkinan disebabkan oleh bebarapa faktor yaitu pada pengambilan ekstrak bayam hijau dan bayam merah terlalu banyak menggunakan air sehingga kandungan protein didalam bayam hijaumaupun merah larut dalam air dan menyebabkan saat di uji tidak menunjukan hasil yang positif, pada ekstrak bayam hijau tidak mengalami
  • 19. 18 perubahan warna kemungkinan juga karna warna dari ekstrak bayam hijau yang terlalu pekat sehingga tidak sebanding dengan banyaknya biuret yang ditambahkan, sedangkan pada ekstrak bayam merah yang berubah menjadi warna hijau kemungkinan karna pada reaksi yang terjadi antara ekstrak bayam merah dan reagen biuret tidak terjadi secara sempurna, kemungkinan karna menurut teori kandungan protein pada bayam merah lebih banyak daripada bayam hijau menyebabkan ekstrak bayam merah berubah warna walaupun tidak sesuai sedangkan ekstrak bayam hijau tidak berubah warna. Uji Millon Dari percobaan uji Millon yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa ekstrak bayam merah dan ekstrak bayam hijau yang ditambahkan dengan reagen millon menunjukkan hasil yang positif setelah dipanaskan yaitu ditunjukkan dengan adanya perubahan warna dari ekstrak bayam merah yang awal mulanya berwarna merah pekat menjadi berwarna merah bening dan pada ekstrak bayam hijau yang awal mulanya berwarna hijau menjadi berwarna merah bening. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pada bayam merah dan bayam hijau mengandung protein yaitu proteinnya jenis tirosin. Menurut Anna Poedjiadi (1994), pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Reaksi ini positif karena tercampurnya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna. Damin (2006) juga menyampaikan bahwa reaksi Millon digunakan khusus untuk protein yang mengandung asam amino dengan radikal hidroksi fenil sebagai penyusunnya. Oleh karena itu, reaksi khusus ini untuk protein yang struktur kimianya mengandung residu tirosin. Jika larutan protein ditambahkan dengan pereaksi Millon (larutan merkuri nitrit dan merkuri nitrat dalam campuran asam nitrit dan asam nitrat), gumplalan berwarna putih akan terbentuk dan segera berubah menjadi merah pada pendidihan. Reaksinya yang terjadi yaitu :
  • 20. 19 Uji Ninhidrin Pada percobaan uji ninhidrin yang telah dilakukan diperoleh hasil yaitu ekstrak bayam merah yang dan bayam hijau yang ditambahkan dengan reagen ninhidrin menunjukan hasil negatif setelah dipanaskan yaitu ditunjukkan dengan tidak terjadinya perubahan warna, bayam hijau mengalami perubahan warna menjadi kuning sedangkan bayam merah tidak mengalami perubahan. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa dalam bayam merah dan bayam hijau tidak ada asam amino secara umum, sehingga bayam merah dan bayam hijau tidak mengandung protein, karna protein terdiri dari banyak asam amino yang saling berikatan. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa terdapat protein pada bayam merah dan bayam hijau. Ketidaksesuaian dengan teori kemungkinan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu banyaknya air yang digunakan untuk mengambil ekstrak bayam merah dan bayam hijau sehingga protein larut dalam air selain itu juga karna warna dari ekstrak bayam hijau dan bayam merah yang sangat pekat sehingga perubahan warna menjadi biru kemungkinan tidak terlihat. Uji Xantoprotein Pada percobaan uji Xantoprotein yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa ekstrak bayam hijau dan bayam merah yang ditambahkan dengan reagen Xantoprotein menunjukkan hasil yang positif setelah dipanaskan yaitu ditunjukkan dengan adanya perubahan warna dari ekstrak bayam merah yang awal mulanya berwarna merah menjadi berwarna kuning dan ekstrak bayam hijau yang awal mulanya berwarna hijau menjadi berwarna kuning. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa dalam bayam merah dan bayam hijau terdapat asam amino dengan inti benzena, sehingga didalam bayam merah dan bayam
  • 21. 20 hijau mengandung protein. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang menjelaskan bahwa didalam bayam merah dan bayam hijau mengandung protein. Menurut Anna Poedjiadi (2007), larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati kedalam larutan protein setelah dicampur terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Jadi reaksi ini positif untuk protein yang mengandung tirosin,fenilanin dan triptofan. Kulit kita bila terkena asam nitrat berwarna kuning itu juga terjadi karena reaksi xantoprotein. Sedangkan menurut Damin (2006), protein yang mengandung residu asam amino dengan radikal fenil dalam struktur kimianya (protein yang mengandung asam amino fenilalanin atau tirosin) jika ditambahkan dengan asam nitrat pekat akan terbentuk gumpalan warna putih. Pada pemanasan, warna gumpalan putih tersebut akan berubah menjadi kuning, yang akhirnya berubah menjadi jingga jika ditambah dengan larutan basa. Sebenarnya, proses ini adalah proses nitrasi inti benzena pada asam amino penyusun protein tersebut. Proses ini dapat terjadi jika kulit terkena asam nitrat pekat, yang segera menjadi kuning karena proses terjadinya nitrasi inti benzena pada asam amino penyusun kulit. Reaksi yang terjadi yaitu : Sesuai dengan teori yang ada bahwa reaksi Xantoprotein positif untuk protein yang mengandung tirosin dan pada uji millon yang telah dilakukan untuk menunjukan adanya asam amino tirosin hasilnya positif. Hal ini semakin menguatkan bahwa didalam bayam merah dan bayam hijau terdapat asam amino tirosin.
  • 22. 21 Dari empat uji protein yang dilakukan ekstrak bayam merah dan ekstrak bayam hijau hanya menunjukan reaksi positifnya terhadap uji millon dan uji xantoprotein yang berarti pada bayam merah dan bayam hijau mengandung asam amino tirosin dan asam amino dengan inti benzena, sedangkan untuk dua uji lainnya yaitu uji biuret dan uji ninhidrin menunjukan reaksi negatif. Menurut Departemen kesehatan tahun 1980 menyatakan bahwa didalam tanaman bayam terdapat kandungan protein. Pada bayam hijau sebanyak 3,5 gram sedangkan pada bayam merah 4,6 gram. Selain protein juga masih banyak kandungan lain yang terdapat pada bayam seperti karbohidrat, kalsium, vitamin dll. Menurut Sudjoko (1996), terdapat salah seorang yang bernama Schmidt (1971 dalam Grubben 1976) juga membuktikan bahwa bayam sayur ternyata memiliki kandungan protein, kalsium dan besi yanglebih tinggi dibandingkan dengan sayuran “mewah” dari Eropa yaitu kubis dan selada. Menurut Brenna (2007), protein dapat ditemukan baik dalam sumber nabati maupun hewani. Kelompok daging dan kacang – kacangan dan kelompok susu memiliki kandungan protein yang paling tinggi. Kelompok padi – padian, serta kelompok sayuran (sayuran berwarna hijau dan kuning tua) mengandung lebih sedikit protein, sedangkan kelompok buah-buahan hanya sedikit mengandung protein. Brenna (2007) juga menyampaikan bahwa satu – satunya sumber protein dari tumbuhan yang merupakan protein lengkap adalah kedelai. Selain kedelai semua protein nabati termasuk protein tak lengkap. Bayam merah dan bayam hijau yang digunakan merupakan protein yang tak lengkap. Protein tak lengkap adalah jika suatu sumber makanan kekurangan atau hanya memiliki satu asam amino esensial atau lebih dalam jumlah terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan protein tubuh, perlu dilakukan penggabungan dua protein tak lengkap yang berbeda untuk membentuk suatu protein lengkap disebut protein komplementer. Anna Poedjiadi (1994) menyampaikan bahwa defisiensi protein dapat menyebabkan terjadinya bermacam – macam gangguan antara lain : (a) Berat
  • 23. 22 badan menurun yang dapat merupakan gejala malnutrisi, (b) Kelainan kulit, karena kulit kehilangan sifat lunak, elastik, dan kelembabannya. Kulit menjadi kasar dan bila terluka akan susah disembuhkan, (c) Resistensi terhadap infeksi berkurang karena leukosit, limfosit dan antibodi tergantung pada kecukupan konsumsi protein.
  • 24. 23 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada tanaman bayam merah dan bayam hijau mengandung asam amino tirosin dan asam amino dengan inti benzena dan tidak mengandung ikatan peptida dan asam amino secara umum. B. Saran Untuk praktikum selanjutnya dimohon praktikan meneliti terlebih dahulu kelengkapan alat-alat yang sudah disiapkan dan akan digunakan, selain itu apabila menggunakan ekstrak, saring terlebih dahulu menggunakan kertas saring agar warna yang dihasilkan lebih jernih sehingga tidak mengalami kesulitan dalam perubahan warna.
  • 25. 24 DAFTAR PUSTAKA Brenna H. Mayer, Libby Tucker, Susan Williams. 2011. Nutrition Made Incredible Easy : Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah. Jakarta : EGC (alih bahasa oleh Linda Dwijayanthi) Fitriyani. 2013. Eksperimen Pembuatan Roti Tawar dengan Penggunaan Sari Bayam (Amaranthus sp.). Food Science and Culinary Education Journal. Halaman 19-20. Poedjiaji, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia.Jakarta : UI Press. Rohman, Abdul. 2013. Analisis Komponen Makanan. Yogyakarta : Graha Ilmu Sudjoko. 1996. Bayam Sayuran Penyangga Petani Indonesia. Bandung : Balai Penelitian Taman Sayuran. Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta : EGC Sunarjono, H. 2014. Bertanam 36 Jenis Sayuran. Jakarta : Penebar Swadaya. Utami, Prapti. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta : Agromedia Pustaka
  • 26. 25 LAMPIRAN Bahan ekstrak bayam hijau dan bayam merah 1. Hasil Uji Biuret pada ekstrak bayam hijau dan ekstrak bayam merah Ekstrak bayam merah Ekstrak bayam hijau
  • 27. 26 2. Hasil Uji Millon pada ekstrak bayam hijau dan ekstrak bayam merah 3. Hasil uji ninhidrin pada ekstrak bayam hijau dan ekstrak bayam merah Ekstrak bayam hijau Ekstrak bayam merah
  • 28. 27 4. Hasil uji xantoprotein pada ekstrak bayam hijau dan bayam merah Ekstrak bayam merah Ekstrak bayam hijau