11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
Laporan tetap mikum penegenceran
1. LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM
PENGENCERAN
Oleh :
Reza Fahlevi
05031281419041
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
2. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengenceran dilakukan dengan menambahkan larutan, sesuatu yang
berbentuk cair ke dalam medium yang akan dibiakan. Di dalam cara perhitungan
ini,kerapatan pertumbuhan koloni harus dipertimbangkan. Jika pertumbuhan
terlalu rapat, hasilnya akan sulit dipertanggungjawabkan. Demikian juga untuk
pertumbuhan yang terlalu jarang sehingga diperlukan pemilihan cawan petri yang
pertumbuhan koloni kumannya paling layak untuk dihitung, yang biasanya
diambil dari cawan petri yang pertumbuhan koloninya berkisar 30 - 300 koloni
per cawan petri (Setiyono, 2013).
Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu mengurangi jumlah mikroba
yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan banyaknya tingkat pengenceran
tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Perbandingan 1 : 9
digunakan untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga
pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel mikroorganisme dari pengenceran
sebelumnya.
Setelah melakukan pengenceran, suspensi bakteri selanjutnya dapat
dibiakkan. Membiakkan mikroorganisme dapat dilakukan dengan berbagi cara,
salah satunya dalam media cawan Petri. Pengembangbiakan dalam media cawan
Petri ini terdiri dari beberapa metode, salah satunya adalah metode cawan tuang
(pour plate). Perhitungan koloni untuk menghitung jumlah total pertumbuhan
mikroorganisme kapang dan bakteri dilakukan dengan cara pengenceran.
Pengertian istilah propagul diberikan bagi kapang sebagai struktur reproduksi
dalam bentuk potongan populasi hifa atau miselium. Pengertian koloni diberikan
untuk bakteri yang diartikan sebagai bagian dari populasi individu
mikroorganisme dari jenis yang sama setelah dipisahkan.
1.2 Tujuan
Memahami cara perhitungan mikroba dengan cara pengenceran
3. BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bakteri
Bakteri adalah domain yang terdiri dari makhluk hidup yang tidak
memiliki membran inti (prokariota). Bakteri dulu terbagi menjadi Bacteria dan
Archaebacteria, namun sekarang Archaebakteria memiliki domain sendiri yang
disebut Archaea. Bakteri memiliki ciri-ciri antara lain tidak memiliki membran
inti, tidak memiliki organel bermembran, memiliki dinding sel peptidoglikan, dan
materi asam nukleatnya berupa plasmid.
Dalam tumbuh kembang bakteri baik melalui peningkatan jumlah maupun
penambahan jumlah sel sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni seperti ph,
suhu temperatur, kandungan garam, sumber nutrisi, zat kimia dan zat sisa
metabolisme (Daniel, 2008).
B. Pengenceran
Pengenceran yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu
senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai
yaitu aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa
dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa
yang dilarutkan/diencerkan.
Proses pengenceran adalah mencampurkan larutan pekat ( konsentrasi
tinggi ) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume air yang lebih
besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang
sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat.
Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat harus
ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air yang ditambahkan ke
dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat
menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercih.
Jika kita berada di dekatnya, percikannya akan dapat merusak kulit.
Pengenceran zat cair, lazimnya dilakukan pada praktikum kimia, solute
berupa cairan yang akan diencerkan terlebih dahulu harus dihitung, kemudian
ditambahkan ditambahkan aquadest sampai tanda batas dilabu ukur. Perbedaan
4. antar keduannya terlihat jelas pada solute yang digunakan.Contoh dari solvent
antara lain : air, alcohol, benzene, dan kloroform. Sedangkan solute sesuatau yang
berbentuk gas, zatpadatan atau pun cairan, sebagai contoh garam, gula, lemak dan
sirup. Letak perbedaan antara pelarut dan zat terlarut adalah pada
pemakaian,solvent digunakan sebagai pelarut untuk melarutkan solute, sedangkan
solute digunakan sebagai bahanutama dalam pengenceran. (Purba, 2006)
Semakin tinggi konsentrasi maka ikatan antar partikelnya semakin kuat,
sebaliknya semakin rendah konsentrasi maka ikatan antar partikelnya semakin
lemah (Ariani, 2005).
Larutan di definisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih
zat yang terdispersi baik sebagai malekul, atom, ion yang komposisisnya dapat
bervariasi. Kelarutan zat dalam air sangat beragam. Ada zat yang mudah larut dan
adapula yang sukar larut. Sebagai patokan kasar, zat yang memiliki kelarutan
lebih besar dari 0,02 mol L-1 di anggap laru. Sedangkan yang lebih kecil dari itu
dianggap sukar larut. Pada umumnya, kelarutan bertambah dengan kenaikan suhu.
Kelarutan dari berbagai jenis zat juga dipengaruhi PH larutan. Istilah kelarutan
(solubility) digunakan untuk menyatakan jumlah maksimum zat yang dapat larut
dalam sejumlah tertentu pelarut. Untuk zat yang tergolong mudah larut,
kelarutannya dinyatakan dalm gram per 100 gram air, namun untuk zat yang
tergolong sukar larut, kelarutannnya dinyatakan dalam mol L-1 (Purba, 2006)
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogeny antara dua atau lebih
zat yang terdisfersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya
dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer
adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relative terhadap jumlah
pelarut, sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar
solute. Solute adalah zat terlarut sedangkan solvent ( pelarut ) adalah medium
dalam mana solute terlarut.
Faktor – fakor yang mempenaruhi larutan yaitu temperature, sifat pelarut,
efek ion sejenis, efek ion berlainan jenis, PH, hidrolisis, pengaruh kompleks dan
lain-lain.
5. BAB 3
METODELOGI PENELITAN
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksnakan pada hari senin tanggal 9 September 2015 pukul
13.30 sampai dengan selesai di laboratorium Kimia Hasil Pertanian, Jurusan
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1. Korek api, 2.
Pemanas Bunsen, 3. Pipet Mikro, 4. Spik, 5. Tabung Reaksi.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1. Aquadest, 2.
Kapas, 3. Tahu yang ditumbuhi jamur (tahu busuk).
3.3. Cara Kerja
Cara kerja dalama peraktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Sebanyak 1 gram tahu busuk dicampur dengan 1 ml (100 mikron) aquadest
hingga merata. Ini merupakan pengenceran
2. Dari pengenceran diambil 1 ml larutan dengan menggunakan pipet mikron dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml aquadest ( merupakan
pengenceran ). Campurlah sampai homogen dengan menggunakan vortex.
3. Pengenceran selanjutnya dilakukan sama seperti cara kerja nomor 2, namun
sebelum pipet mikron yang berisi larutan campuran dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, terlebih dahulu bibir tabung reaksi tersebut didekatkan pada bunsen, agar
tetap steril.
4. Lakukanlah sampai pengenceran .
5. Untuk pengenceran dan, setelah pipet mikron yang berisi larutan campuran
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, maka tabung reaksi tersebut diatasnya
ditutup dengan menggunakan kapas.
6. BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil dari praktikum viskositas adalah :
4.2 Pembahasan
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan
cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
Contohnya suatu sampel pada suatu suspensi yang berupa campuran bermacam-
macam spesies diencerkan dalam suatu taung tersendiri. Enceran ini kemudian
diambil barang 1 ml untuk diencerkan lagi ke tabung yang berisi pelarut. Enceran
yang kedua ini diambil 1 ml untuk diencerkan lebih lanjut.
7. Prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak
jumlah pengenceran yang dilakukan, semakin sedikit jumlah mikroba, dimana
suatu saat didapat hanya satu mikroba pada satu tabung.
Larutan yang digunakan untuk pengenceran harus memiliki sifat osmotik
yang sama dengan keadaan lingkungan asal mikroba untuk menghindari rusaknya
sel, selain itu juga dijaga agar tidak terjadi perbanyakan sel selama pengenceran.
Pengenceran yang dilakukan dalam percobaan ini adalah pengenceran decimal
yaitu 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6.
Tapi untuk kali ini sampel yang ingin di amati di gunakan sampel 10-5 dan
10-6 ini semua dikarenakan perkiraan koloni sampel yang akan kita amati nanti
bisa di hitung pada koloni tersebut.
Selain itu, untuk perhitungan jumlah koloni akan lebih mudah dan cepat
jika pengenceran dilakukan secara desimal. Selanjutnya dari tabung ke lima dan
ke enam dituang ke dalam cawan petri (penanaman atau plating) dengan media
agar secara aseptik. Plating atau penanaman bakteri adalah proses pemindahan
bakteri dari medium lama ke medium baru Pada penanaman bakteri dibutuhkan
kondisi aseptik atau steril, baik pada alat maupun proses, untuk menghindari
kontaminasi, yaitu masuknya mikroba yang tidak diinginkan.
8. BAB 5
KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari praktikum pengenceran ini adalah :
1. Pada proses pengenceran pun harus dengan keadaan steril
2. Dalam prosedur kerja pengenceran berseri memiliki tingkat kesulitan seperti
ketelitian dalam pengambilan cairan.
3. Prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak
jumlah pengenceran yang dilakukan, semakin sedikit jumlah mikroba, dimana
suatu saat di dapat hanya satu mikroba pada satu tabung.
4. Pengenceran merupakan mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)
dengan cara
5. Menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar
6. Untuk mengaduk sampel dengan larutan digunakan alat yang bernama vortex
guna mendapatkan pengenceran yang baik.
7. Setiap tingkat pengenceran harus menggunakan pipet yang sudah steril atau
berbeda antara pengenceran satu dengan yang lain guna mendapatkan hasil
terbaik.
8. Kehidupan mikroorganisme umumnya sangat bergantung pada kondisi
lingkungan sekitar.
9. DAFTAR PUSTAKA
Ariani. 2005. Mikrobiologi Pangan. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan PAU Pangan dan Gizi.
Daniel. 2008. Definisi/Pengertian Bakteri, Ciri-Ciri dan Peranan Bakteri Bagi
Kehidupan Manusia.(online) http://www.organisasi.org/1970/01/definisi
pengertian-bakteri-ciri-ciridan-peranan-bakteri-bagi-kehidupan-
manusia.html (Diakses pada 22 September 2015)
Dwijdoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta.
Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Kartika, Surabaya.
Purwoko, T. 2007. Fisiologi Mikroba. Bumi Aksara : Jakarta.
Setiyono, M.R. 2013. Sterilisasi, Pembuatan Medium, Metode Perhitungan
Cawan, dan Pewarnaan Gram. (online) http://www.scribd.com/doc/
198994628/ Laporan-Resmi-Praktikum- Mikrobiologi (Diakses pada 22
September 2015).