1. LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU PENYAKIT TANAMAN
ACARA 4. INOKULASI DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TUMBUHAN
Oleh:
Nama
NIM
Asisten
: Inayatul Fitria Dewi
:1510401057
: Jerri Tova Ramadhan
PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2017
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Inokulasi merupakan penanaman pathogen dari media pada suatu tanaman. Dari
inokulasi yang kita lakukan maka kita dapat mengetahui seberapa jauh suatu
pathogen dapat melakukan penetrasi ke tanaman hingga menimbulkan suatu gejala
pertama kali. Adanya inokulasi akan menentukan lamanya suatu pathogen dapat
menimbulkan penyakit pada tanaman. Dengan mengetahui lamanya pathogen tersebut
untuk menimbulkan penyakit, maka sebagai laborat harus bisa memprediksikan
tindakan yang dapat dilakukan untuk bisa mengendalikan penyakit yang disebabkan
oleh pathogen, khususnya dalam hal ini adalah jamur.
Berbagai pengendalian dapat dilakukan diantaranya dengan dapat
menggunakan pestisida nabati dan pestisida kimia. Dengan adanya pemberian
pestisida maka diharapkan dapat menekan ertumbuhan dari pathogen. Pestisida yang
digunakan akan memberiakn pengaruh yang berbeda sesuai dengan cara kerjanya
sehingga akan mempengaruhi adanya kecepata pathogen untuk menimbulkan
penyakit. Oleh karena itu dilakukanlah percobaan inokulasi pada buah cabai degan
menggunakan jamur Colletotrichum dengan pengaplikasian pestisida baik nabati
maupun kimia untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan jamur tersebut.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui metode inokulasi penyakit tumbuhan.
2. Dapat melakukan pengendalian
3. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan
memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat
ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi)
terlebih dahulu diusakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan
medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi
(Dwijoseputro, 1998).
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan suatu
hal yang penting untuk diketahui. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroba sangat penting di dalam
mengendalikan mikroba. Berikut ini faktor-faktor penting yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroba, suplai energi, suhu/temperatur, keasaman atau
kebasaan (ph), ketersediaan oksigen (Suriawiria, 2005).
Apabila buah cabai yang masih berwarna hijau terinfeksi, maka gejalanya akan
muncul sampai buah tersebut matang. Infeksi ini disebut dengan istilah laten. Pada
biji dapat menimbulkan kegagalan berkecambah atau bila telah menjadi kecambah
dapat menimbulkan rebah kecambah. Pada tanaman dewasa dapat menimbulkan mati
pucuk, infeksi lanjut ke bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan
busuk kering berwarna coklat kehitaman(Agrios,1996).
Pestisida nabati tidak hanya mengandung satu jenis bahan aktif (singleactive
ingredient), tetapi beberapa jenis bahan aktif (multiple active ingredient). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis pestisida nabati cukup efektif terhadap
beberapa jenis hama, baik hama di lapangan, rumah tangga (nyamuk dan lalat),
maupun di gudang (Kardinan dan Iskandar, 1999).
Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah daun
mimba. Berikut merupakan klasifikasi mimba sebagai berikut (Heyne, 1987)
4. Divisio : Spermatophyta
Class : Dikotiledonae
Sub class : Angiospermae
Ordo : Rutales
Famili : Meliaceae
Genus : Azadirachta
Species : Azadirachta indica A.Juss
Mimba mengandung bahan aktif azadirachtin (C35H44O16), meliantriol,
salanin, nimbin, nimbidin dan bahan lainnya (Utami, 1999). Azadirachtin
mengandung sekitar 17 komponen dan terdapat di semua bagian tanaman, terutama
biji (Kardinan, 2000). Senyawa azadirachtin berfungsi sebagai reppelent (penolak),
zat anti feedant, racun sistemik, racun kontak, zat anti fertilitas dan penghambat
pertumbuhan (Nurtiati, dkk, 2001).
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah
sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang
disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya
seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang
dianggap merugikan (Herwanto, 1998).
5. BAB III
METODE PERCOBAAN
Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Tidar
P.02.03. Bertepatan pada hari Selasa 22 November 2017.
A. Alat dan bahan yang digunakan
1. Alat
a. Skalpel
b. Jarum ent/jarum preparat
c. Tray plastik
d. Bak plastik besar (per golongan 3)
e. Blender
f. Timbangan analitik
g. Kertas label
2. Bahan
a. Cabai hijau besar 3
b. Isolat Colletotrichum capsici
c. Daun Mimba 500 gr
d. Fungsida Dithane 2 gr
e. Aquades
f. Kapas gulung
g. Plastic wrap
B. Langkah Kerja
1. Pembuatan larutan mimba
a. Menimbang 500 gram daun mimba
b. Menghaluskan 500 gram daun mimba dengan 1 liter air
c. Meletakkan larutan mimba dalam bak plastik 1
2. Pembuatan larutan fungisida
a. Menimbang 2 gram fungisida dithane M-45
6. b. Mencampurkan 2 gram fungisida dengan 1 liter air lalu letakkan dalam
bak plastik 2
c. Untuk bak plastik 3 diisi dengan aquades
3. Inokulasi Colletotrichum capsici
a. Sebelum diinokulasi, cabai hijau besar direndam dahulu selama 10 menit
dalam larutan 1, 2, atau 3 sesuai dengan perlakuannya (kontrol, daun
mimba, fungisida)
b. Setelah direndam kemudian dikering anginkan
c. Isolat Colletotrichum capsici dalam cawan petri dipotong ukuran 0,5 cm x
0,5 cm dengan menggunakan skalpel secara aseptis
d. Cabai hijau besar yang sudah ditiriskan lalu ditusuk bagian permukaannya
dengan menggunakan jarum preparat
e. Miselium berserta agar ukuran 0,5 cm x 0,5 cm ditempelkan pada
permukaan cabai yang sudah ditusuk jarum (miselium ada di bagian
bawah)
f. Cabai yang sudah dinokulasi (dilabeli) diletakkan dalam tray/nampan
plastik kecil, di bagian pinggir tray diberi kapas gulung yang sudah
dibasahi lalu tray dibungkus dengan plastik bening
g. Setelah 2 hari, miselium yang menempel pada cabai harus diambil, lalu
mulai dilakukan pengamatan kemunculan gejala dan diameter gejala pada
cabai hijau
7. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan diameter jamur Colletotrichum (cm)
Perlakuan Hari ke-
Jum’at (1) Senin (2) Selasa (3)
Kontrol (aquadest) 0.2 2.8 3
Fungisida Dithane 0.5 3 3.5
Daun Mimba 0 1.3 2
4.2 Pembahasan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat dikatahui bahwasanya pada jamur
Colletrichum yang menyerang pada tanaman cabai dapat dilakukan dengan beberapa
pengendalian. Diantaranya pengedalian itu dengan menggunakan pestisida kimia dan
dengan menggunakan pestisida nabati. Pestisida kimia merupakan jenis pestisida
yang dibuat dari senyawa-senyawa kimia, salah satunya adalah Dithane. Pestisida
Dithane memilki bahan aktif mankozeb dengan cara kerjanya non sistemik. Artinya
pestisida ini besifat residual protektif, tidak masuk ke jaringan tanaman atau hanya
menempel saja pada permukaan tanaman yang terkena pestisida tersebut.
Sedangankan pestisida nabati meupakan jenis pestisida yang terbuat dari ekstrak
tumbuh-tumbuhan, sepeti halnya daun mimba. Pestisida nabati daun mimba memiliki
bahan aktif azadirachtin sebagai pestisida sitemik. Dalam artiang pestisda ini jika
terkena pada permukaan tanamannya akan ditranslokasikan ke seluruh bagian
tanaman yang lainnya.
Pada percobaan diatas dapat dilihat bahwa diameter tertinggi pertumbuhan
jamur Colletotrichum pada cabai pada perlakuan pestisida, kemudia daun mimba dan
control. Pada hakikatnya pertumbuhan jamur akan terhambat seiring dengan
penggunaan pestisida namun hal ini dapat terjadi dimungkinkan karena
8. 1) Jumlah tusukan pada cabai yang berbeda-beda
2) Luasan jamur yag diambil
3) Jumlah jamur yang diinokulasikan
4) Adanya pengupan pada fungisida
Adanya kemungkinan diatas maka petumbuhan jamur pada fungisida lebih
sedikit dibandingkan dengan control. Sedangkan pada daun mimba karena sifat
kerjaynya bersifat sistemik maka ketika direndam cairan mimba akan
ditranslokasikan ke seluruh bagian cabai sehingga dapat menghambat pertumbuhan
dari jamur itu sendiri. Selain itu perendaman pada ekstrak daun mimba dilakukan
terakhir diantara perlakuan yang lain sehingga kemungkinan penguapan mimbanya
lebih sedikit. Sedangkan pada pestidia dithane bersifat non sistemik sehingga dia
hanya bekerja melapisi permukaan cabai saja, dan dengan perendaman yang paling
awal maka penguapan akan lebih tinggi dibandingkan dengan perendaman
menggunakan mimba.
Pengaruh jumlah tusukan dan jumlah jamur yang diinokulasikan menjadi factor
utama untuk jamur melakukan penetrasi. Semakin banyak tusukan, dan semakin
dalam tusukan yang diberikan maka jamur akan lebih mudah melakukan penetrasi ke
tanaman. Dan semakin banyka pengambilan agar dan jumlah jamurnya maka akan
semaik tinggi pula koloni jamur yang akan dibentuk.
9. BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Inokulasi merupakan penanaman pathogen ke jaringan tanaman
2. Pengendalian pathogen dapat dilakukan dengan aplikasi pestisida nabati seperti
ekstrak daun mimba, dan pestisida kimia seperti dithane
3. Ekstrak daun mimba dengan bahan aktif azadirachtin memiliki cara kerja yang
sistemik sehingga dapat ditranslokasikan ke seluruh jaringan tanaman
sedangkan dithane dengan bahan aktif makozeb memiliki cara kerja non
sistemik yang berfungsi untuk melindungi permukaan tanaman.
4. Jamur Colletotrichum tumbuh dengan diameter lebih tinggi pada perlakuan
berturut-turut, fungisida Dithane, ekstrak daun mimba dan control
5. Inokulasi bakteri dapat dipengaruhi adanya jumlah tusukan, lebar inoculum,
koloni inoculum, dan penguapan dari perlakuan (dithane, ekstraaka mimba dan
control)
10. DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro. 1998. Biologi Jilid 2. ed.2. Erlangga: Jakarta
Suriawiria 2005. Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi. Jurasan Farmasi
Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan (Terjemahan Munzir Busnia). Gadjah
Mada University Press: Yogyakarta
Herwanto, Totok. 1988. Peralatan Pengendalian Hama Dan Penyakit
Tanaman. Bandung :Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik Pertanian
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia (De Nutingge Planten van Indonesie).
Jakarta: Balitbang Kehutanan Dephut RI.
Nurtiati, Hamidah, dan T. Widya. 2001. Pemanfaatan bioinsektisida ekstrak daun
Azadirachta indica A. Juss. sebagai pengendali hayati ulat daun kubis
Plutella xyclostella. Jurnal MIPA. 6 (1).
Kardinan, A. dan M. Iskandar. 1999. Potensi Tephrosia vogelii sebagai insektisida
nabati. Prosiding Seminar Nasional Entomologi, Perhimpunan Entomologi
Indonesia 1: 207-217