Tiga genus jamur, yaitu Aspergillus sp., Rhizopus sp. dan Penicillium sp. mampu mendegradasi tiga jenis pestisida, yaitu Gramoxon, Lindomin dan Roundup berdasarkan nilai Hambatan Pertumbuhan Relatif (HPR) terendah. Aspergillus sp. paling efektif mendegradasi Lindomin dan Roundup, sedangkan Penicillium sp. dan Rhizopus sp. masing-masing paling baik untuk mendegradasi Roundup dan Lindomin.
1. Disusun oleh :
Ria Anggun (15308141009)
Ade Annita (15308141011)
Prastuti Mella (153081410)
Nicolas Ega (153081410)
Esti Suryanti (15308141035)
Mikoremediasi
Pestisida
2. A. Latar Belakang
Penggunaan pestisida memberantas hama
meningkatkan produksi
menimbulkan
pencemaran pada
lahan pertanian
suatu cara untuk mendegradasi senyawa
berbahaya di lingkungan yaitu dengan
melakukan remediasi
Remediasi yang dilakukan oleh
mikroorganisme jamur, bakteri dan alga
disebut sebagai bioremediasi.
Mikoremediasi adalah penggunaan fungi untuk
mendegradasi polutan yang ada di lingkungan.
Fungi menunjukkan potensi untuk remediasi
logam berat, degradasi dan mineralisasi
senyawa, fenolik, hidrokarbon, pestisida, cat,
biopolimer serta bahan-bahan polutan lain..
Aktifitas enzimatik ekstraseluler dan
karakteristik hifa mendukung kemampuan
kapang sebagai mikoremediator.
3. B. Tujuan
1. Mengenal pestisida sebagai polutan yang dapat
membahayakan lingkungan.
2. Mengetahui manfaat kapang sebagai mikoremediator
pestisida.
3. Membandingkan efektivitas berbagai genus kapang sebagai
mikoremediator pestisida.
4. Pestisida
Pestisida merupakan suatu zat atau senyawa kimia, zat pengatur tumbuh
dan perangsang tumbuh, bahan lain, serta organisme renik atau virus yang
digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman (PP No 6 Tahun 1995 tentang
Perlindungan Tanaman). Secara harfiah, pestisida berarti pembunuh organisme
pengganggu (pest: organisme, cide: membunuh) (Srikandi, 2010).
Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan
pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan
penurunan hasil (gulma).
Beberapa contoh dari herbisida yaitu :
Gramoxone . Gramoxone dengan bahan aktif Paraquat diklorida merupakan
herbisida yang bersifat kontak, non selektif dengan daya kerja yang cukup cepat
(Syngenta, 2002)
Lindomin dengan bahan aktif 2,4 D Dimetil amine merupakan herbisida sitemik
dan selektif untuk mengendalikan gulma berdaun lebar, sempit dan teki pada
tanaman karet yang belum menghasilkan.
Roundup adalah herbisida spektrum luas. Roundup merupakan nama dagang dari
Glifosat. Glifosat diformulasikan sebagai garam isopropilamin. Glifosat
mengganggu aktivitas enzim EPSPS yang penting untuk sintetis asam amino
aromatik.
C. Tinjauan Pustaka
5. Aspergillus sp.
Menurut Fardiaz (1992), klasifikasi dari Aspergillus sp adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Fungi
Divisi : Amastigomycota
Kelas : Deutromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus sp.
Menurut Sukma dkk. (2010), miselia kapang Aspergillus sp. mulai
tumbuh pada hari ke dua inkubasi berupa koloni-koloni kecil yang menyebar pada
permukaan media berwarna putih kekuningan. Miselia membentuk koloni lebih
luas dan kompak serta berwarna cokelat krem pada hari ke enam. Sumanti dkk.
(2003) menyatakan spora Aspergillus sp. berukuran kecil dan ringan, tahan
terhadap keadaan kering, memiliki sel kaki yang tidak begitu jelas terlihat,
memiliki konidia spora non septa dan membesar menjadi vesikel pada ujungnya
dan membentuk sterigmata tempat tumbuhnya konidia.
6. Peran kapang dalam mikoremediasi
Kapang dapat berfungsi sebagai pendegradasi , yaitu dengan cara
mengubaha ukuran dan toksisitas suatu senyawa polutan menjadi
lebih kecil. Pada sistem kapang, enzim pendegradasi disekresi
(dikeluarkan) oleh jamur dari miselianya. Dengan demikian, proses
biodegradasi terjadi diluar jamur.
HPR
berdasarkan penelitian Chanif (2015), HPR yang mempunyai nilai
negatif dapat diartikan bahwa pemberian pestisida tidak menghambat
pertumbuhan kapangnya (meningkatkan pertumbuhan kapang). Jadi
semakin kecil nilai HPR pertumbuhan kapangnya semakin besar.
Kemampuan jamur tumbuh pada media yang mengandung insektisida
diduga disebabkan karena adanya kemampuan jamur dalam menghasilkan
enzim-enzim ekstraseluler oksidatif sehingga dapat memanfaatkan sumber
karbon dari insektisida untuk pertumbuhan jamur. (Santi, 2005).
7. Bab III
Metodologi
A. Tempat & Waktu
Senin, 16 April 2018 di Laboratorium Mikrobiologi
UNY
B. Alat dan Bahan
Alat : Petridish, jangka sorong, jarum inokulasi
Bahan : media PDA, media berisi Gramoxon,
Roundoup, Lindomin, Aspergillus sp.
dan Rhizobium sp.
8. C. Cara Kerja
1. Inokulasikan 1 titik isolat murni ke tengah PDA dan PDA +
pestisida. Masa inkubasi ditetapkan berdasarkan pertumbuhan
miselium kapang sampai memenuhi petridish pada perlakuan
kontrol. Setiap hari kerja amati karakter pertumbuhan dan ukur
diameter koloni menggunakan jangka sorong
2. Pengaruh herbisida uji terhadap pertumbuhan kapang dinyatakan
dalam nila (%) Hambatan Pertumbuhan Relatif (HPR).
HPR= (diameter koloni kontrol-diameter koloni
perlakuan)/diameter koloni kontrol x 100%
D. Analisis Data
Data praktikum yang diperoleh dianalisis dengan cara
membandingkan data awal dan akhir perlakuan, serta antar
perlakuan.
9. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil rata-rata diameter
No Perlakua n
RATA-RATA DIAMETER HARI KE
I II III IV
1. kontrol 3,6 4,5 6,2 7,3
2. PDA + Gramoxon 0,54 1,23 1,5 1,8
3. PDA + Lindomine 2,17 2,54 4,57 5,13
4. PDA + Roundup 0,63 1,35 1,75 2,3
11. Karakteristik Makroskopik Kapang
Aspergillus sp.
No Karakteristik Hasil Pengamatan
1. Warna koloni Putih bergranula hijau
2. Warna sebalik koloni Putih kekuningan
3. Radial furrow Tidak ada
4. Growing zone Ada
5. Zonasi Ada
6. Tekstur Bergranula
7. Permukaan Rata
12. No Karakteristik Hasil Pengamatan
1. Warna koloni Putih bergranula hitam
2. Warna sebalik koloni Putih kekuningan
3. Radial furrow Tidak ada
4. Growing zone Ada
5. Zonasi Ada
6. Tekstur Kapas dengan granula hitam
7. Permukaan Rata
Karakteristik Makroskopik Kapang Rhizopus sp.
13. No Karakteristik Hasil Pengamatan
1. Warna koloni Abu-abu
2. Warna sebalik koloni kuning
3. Radial furrow Ada
4. Growing zone Ada
5. Zonasi Ada
6. Tekstur Karpet
7. Permukaan Konvex
Karakteristik Makroskopik Kapang Penicillium sp.
14. No Perlakuan
DATA HPR HARI KE
Rata-
rata
HPR (4
hari)
I II III IV
1. PDA +
Gramoxon
85% 72% 75% 75,3 % 76,8 %
2. PDA +
Lindomine
39% 43% 26% 29,7 % 34,4 %
3. PDA +
Roundup
82,5 % 70% 71% 68,4 % 72,9 %
Aspergillus sp. (kelompok 4)
Nilai HPR paling kecil yaitu lindomin. Hal ini berarti lindomin tidak
berpengaruh besar terhadap penghambatan pertumbuhan koloni kapang, jadi
pertumbuhan koloni kapangnya paling besar. Berdasarkan teori menyatakan
bahwa HPR yang mempunyai nilai negatif dapat diartikan bahwa
pemberian pestisida tidak menghambat pertumbuhan kapangnya
(meningkatkan pertumbuhan kapang). Jadi semakin kecil nilai HPR
pertumbuhan kapangnya semakin besar.
15. Berdasarkan nilai HPR diata (kelompok kami) dapat diartikan bahwa kapang
Aspergillus sp. efektif untuk degradasi pestisida lindomin daripada roundup
dan gramoxon.
No Perlakuan
Kelompok Rata-
rata
HPRIII IV V
1. PDA +
Gramoxon
62 % 76,8 % 42,59% 60,4%
2. PDA +
Lindomine
42,54 % 34,4 % 31,72
%
36,21%
3. PDA +
Roundup
29.95 % 72,9 % 34,74% 45,85%
Dibandingkan dengan data kelompok lain yang menggunakan Aspergillus sp.,
menunjukkan hasil bahwa 1 kelompok nilai HPR paling kecil adalah roundup
dan 2 kelompok nilai HPR paling kecil adalah Lindomin. Hal ini berarti
kapang Aspergillus sp. dapat digunakan untuk degradasi pestisida lindomin
dan roundup.
62%
42.54%
29.95%
76.80%
34.40%
72.90%
42.59%
31.72%
34.74%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Gramoxon Lindomin Roundup
NilaiHPR
Grafik nilai HPRkelompok Aspergillus sp.
Kelompok
III
Kelompok
1V
Kelompok
V
16. No Perlakuan
Kelompok Rata-
rata
HPRI II
1. PDA +
Gramoxon
93,7% - 93,7 %
2. PDA +
Lindomine
35,8% 38% 36,9%
3. PDA +
Roundup
66,7% 82% 74.3 %
Data HPR Rhizopus sp.
Hasil praktikum dari 2 kelompok yang menggunakan kapang Rhizopus sp.
menunjukkan bahwa gramoxon paling berpengaruh dalam menghambat
pertumbuhan kapang Rhizopus sp. kemudian diikuti oleh roundup dan
lindomin. Nilai HPR paling kecil yaitu pada lindomin.
Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan koloni Rhizopus sp. pada
PDA + Lindomin lebih besar daripada 2 pestisida yang lain dan berarti
kapang Rhizopus sp. dapat digunakan untuk degradasi Lindomin.
93.70%
35.80%
66.70%
38%
82%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
100.00%
NilaiHPR
Grafik nilai HPR Kelompok Rhizopus
sp.
Kelompok I
Kelompok II
17. No Perlakuan
Kelompok
Rata-rata
HPRVI
1. PDA + Gramoxon 54,6 % 54,6 %
2. PDA + Lindomine 53,7 % 53,7 %
3. PDA + Roundup 49 % 49 %
Data HPR Penicillium sp.
Hasil praktikum dari 1 kelompok yang menggunakan kapang
Penicillium sp.menunjukkan bahwa gramoxon paling berpengaruh
terhadap penghambatan pertumbuhan kapang Penicillium sp.
kemudian diikuti oleh Lindomin, Roundup. Nilai HPR paling kecil
yaitu pada perlakuan roundup. Hal ini berarti kapang Penicillium
sp. dapat digunakan untuk degradasi pestisida roundup.
54.60%
53.70%
49%
46.00%
47.00%
48.00%
49.00%
50.00%
51.00%
52.00%
53.00%
54.00%
55.00%
56.00%
Gramoxon Lindomin Roundup
nilaiHPR
Grafik nilai HPR kelompok Penicillium sp.
kelompok VI
18. N
o
Perlakuan
Kelompok
Rata –rata
HPR
(Rhizopus
sp.)
Kelompok Rata –
rata
HPR
(Asper
gillus
sp)
Kelom
pok
Rata –
rata
HPR
(Penic
illium
sp)
I II III IV V V1
Rhizopus sp. Aspergillus sp. penici
llium
1. PDA +
Gramoxon
93,7% - 93,7 % 62 % 76,8
%
42,59
%
60,4
%
54,6
%
54,6
%
2. PDA +
Lindomine
35,8% 38% 36,9% 42,54
%
34,4
%
31,72
%
36,21
%
53,7
%
53,7
%
3. PDA +
Roundup
66,7% 82% 74.3 % 29.95
%
72,9
%
34,74
%
45,85
%
49 % 49
%
Data kelas
19. Data kelas
No Jenis Kapang
Kelompok
Gramoxon Lindomin Roundup
1. Rhizopus sp. 93,7 % 36,9 % 74,3%
2. Aspergillus sp. 60,4% 36,21% 45,85%
3. Penicillium sp. 54,6 % 53,7 % 49 %
21. Perbedaan diantara masing-masing perlakuan
Pada kapang Aspergillus sp. nilai HPR terkcil yaitu pada Lindomin
dan Roundup . Pada Rhizopus sp, nilai HPR yang paling kecil pada
Lindomin dan pada Penicillum sp. nilai HPR paling kecil pada
roundup
Peran kapang dalam pratikum ini yaitu :
sebagai penanda bahwa kapang tersebut dapat mendegradasi suatu
pestisida tertentu atau tidak. Dalam praktikum ini pertumbuhan
kapang yang paling besar (ditunjukkan dengan diameter koloni)
menandakkan bahwa kapang tersebut mampu menggunakan
pestisida yang ada dalam media untuk pertumbuhannya.
Kapang tersebut mengeluarkan enzim ekstaseluler yang akan
merombak ukuran pestisida dan tingkat toksisitas pestisida.
Kapang yang paling efektif untuk bioremediasi berdasarkan
praktikum yaitu Aspergillus sp. karena mempunyai nilai HPR yang
rendah ( pertumbuhan besar) pada pestisida lindomin dan roundup.
22. Pada praktikum ini, Gramoxone mempunyai pengaruh paling besar
terhadap pertumbuhan kapang, hal ini berarti pestisida jenis ini sulit untuk
didegradasi dan membutuhkan waktu yang sangat lama sehingga kurang
efektif bila menggunakan cara mikoremediasi.
23. Kesimpulan
1. Pestisida sebagai polutan yang membahayakan yaitu
Gramoxon, Lindomin dan Roundup.
2. Manfaat kapang dalam mikoremediator pestisida yaitu
mendegradasi polutan dengan cara memecah ukuran
polutan menjadi lebih kecil dan lebih rendah
toksisitasnya.
3. Genus kapang yang paling efektif untuk
mikoremediator pestisida yaitu Aspergillus sp.