1. “Produksi Bioetanol Berbahan Dasar
Bagas Tebu melalui Proses Fermentasi
Anaerob”
Ria Anggun (15308141004)
Devi Lestari (15308141015)
Prastuti Eka Mella Gynna (15308141016)
Werdo Handayani (15308141023)
Butet Anis Origita (15308141029)
Ainul Laily (15308141031)
Kelompok 4/Biologi B
2. 2
Bioetanol
Latar Belakang
Kebutuhan etanol sebagai
alternatif sumber energi, pelarut,
dan pengawet yang semakin
meningkat menyebabkan bahan bakar
fosil semakin sedikit
ketersediaannya.
•Untuk mencegah habisnya bahan bakar
fosil maka bisa dibuat bioetanol yang
dapat digunakan sebagai alternatif
sumber energi
3. 3
Setiap tahunnya
Indonesia menghasilkan
limbah bagas tebu
sebesar 47 juta ton.
Potensi bagas di Indonesia menurut
Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia (P3GI) tahun 2012, cukup
besar dengan komposisi rata-rata hasil
samping industri gula di Indonesia
terdiri dari limbah cair 52,9 persen,
blotong 3,5 persen, ampas (bagas) 32
persen, tetes 4,5 persen, dan gula
7,05 persen serta abu 0,1 persen [18]
4. 40%
60%
Produksi bagas tebu (%)
Belum dimanfaatkan Bahan bakar
• 60% dari jumlah bagas tebu yang
dihasilkan dimanfaatkan sebagai
bahan bakar dan 40 % belum
dimanfaatkan secara optimal
• Ampas tebu mengandung substrat
lignoselulostik potensial untuk
produksi bioetanol, karena
mengandung kandungan gula tinggi.
5. Untuk mengoptimalkan pengolahan limbah
bagas tebu
Untuk memproduksi bioetanol dari
Bagas tebu melalui fermentasi anaerob
Tujuan
8. Jenis
Penelitian
Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian
eksperimen
Memberikan perlakuan
penambahan sumber nutrisi
yang berbeda pada proses
pembuatan bioetanol dari bagas
tebu melalui fermentasi
anaerob
Sumber nutrisi yaitu Amonium
Oksalat, dan Ekstrak Taoge
8
The Power of PowerPoint | thepopp.com
Desain Penelitian
9. Variabel
Variabel bebas :
Sumber Nutrisi yaitu
Ekstrak Taoge dan Amonium
Clorida
Variabel Terikat :
pH, Kadar Etanol, Sisa Gula
Reduksi, dan Kadar Asam
Sitrat
10. Frekuensi
Pengamatan
Pengamatan pH, Kadar Etanol,
Sisa Gula Reduksi, dan Kadar
Asam Sitrat dilakukan pada
hari ke 0, hari ke-7 sampai
dengan hari ke-14
Penelitian ini menggunakan 2
penggulangan masing-masing
sampelnya
10
The Power of PowerPoint | thepopp.com
11. Teknik Pengambilan Data
Analisis pH
Dilakukan dengan menggunakan pH meter/ pH Stik
Analisis Kadar Etanol
Analisis Sisa Gula Reduksi
Dilakukan dengan spektofotometer
Analisis Kadar Asam Asetat
% alkohol = Vol. Na2S2O3 (dalam liter) X N Na2S2O3 X 49,03 X 100%
0,9
Perhitungan % asam asetat = ml Alkali X normalitas alkali X 6
ml sampel
12. Alat dan Bahan
Alat
1. Timbangan
2. Panci dan pisau
3. Botol kaca
4. Gelas beker
5. Penyaring
6. pH meter
7. Oven
8. Satu set perlengkapan
titrasi
9. Erlenmeyer
10. Kompor
11. Bunsen
12. Spektrofotometer
13. Hot Plate
14. Tabung Reaksi
13. Bahan untuk pembuatan
bioetanol :
Bahan untuk analisis
etanol:
Bagas tebu
(50gram)
Gulapasir(50
gram)+ Ragi
3,6 gram
Filtrattaoge(25
ml)/ amonium
sulfat (25 gram)
Aquadest1 liter
5 ml
(K2Cr2O7)
5 ml
H2SO4
3 Gram
(KI)
+Indikato
ramilum
Na2S2O3
0,05 N
14. Bahan untuk analisis Asam
Asetat:
10
mlFermentasi
bagas tebu
10mlaquades
5tetesindika
torphenolpht
alein1%
0,1 NNaOH
16. Ampas tebu(bagase), dipilih
yang bagus kemudian
dikeringkan dengan cara
memasukkan ke dalam oven
dengan suhu 800C selama 3
hari
setelah itu ditumbuk/
diblender sampai
menjadi
serbuk(Powder)
Tepung ampas tebu
lalu disimpan dalam
wadah plastik yang
kedap udara agar
bahan baku tidak
terkontaminasi
Selanjutnya dilakukan proses
hidrolisis dengan menimbang
50 gram, ditambahkan aquades
sebanyak 1500 ml kemudian di
panaskan hingga mendidih.
Setelah mendidih
didinginkan lalu di
saring menggunakan
alat saring hinga
terdapat filtrat (sari)
dan ampas
Setelah itu filtrat
ditambahkan dengan
larutan H2SO4 15%
sebanyak 225 ml lalu
didiamkan selama 2
jam.
Pembuatan Bioetanol Dari Bagas Tebu
(Tahap Hidrolisis)
17. Filtrat hasil proses hidrolisis di bagi kedalam gelas beker sebanyak
masing-masing 500 ml
Lalu gelas masing-masing ditambahkan dengan Amonium oksalat
62,5 gram (perlakuan 1) dan Ekstrak tauge sebanyak 62,5 ml
(perlakuan 2).
Kemudian diukur pH hingga mencapai 4,5 – 5
Selanjutnya dituang kedalam menjadi 3 erlenmenyer masing-masing
sebanyak 20 ml dan 3 botol kaca sebanyak masing-masing 200 ml
kemudian di autoclave
Selanjutnya masing-masing erlenmeyer kecil ditambahkan dengan 2
gramSacharomyces cerevisiaesecara aseptik, dan di diamkan hingga
bereaksi dengan filtrat apabila sudah munul gelembung (berbuih)
dimasukkan ke dalam botol kaca. Kemudian di simpan pada suhu ruang
yaitu 300C.
Tahap fermentasi ;
18. Analisis Kadar Etanol dengan metode titrasi
:
Mengencerkan1
mlsampelditam
bahaquades250
ml
Menambahkan5
ml K2Cr2O7
(0,3472 N),
Dan 5 ml 5 ml
H2S04laludiwa
terbath
Menambahkan3
gram
KIdanindikato
ramilum1% (2-
3Tetes)
MenitrasiNa2S
203 (0,05 N)
19. Analisis sisa gula reduksi :
Menuangkansam
ple sebanyak
2
mldalamtabung
reaksi
menambahkan
3ml Reagen
DNS
Memanaskansel
ama
15menithingga
terjadipetuba
hanwarna.Hasi
l(+)merah
Mendinginkanl
alusample
diuji di
spektrofotome
ter dengan
panjang
gelombang
575,0nm
20. Analisis kadar asam asetat :
Menambahkan 10 ml aquades ke dalam 10 ml
sampel fermentasi bagas tebu
Menambahkan5tetesindikatorphenolphtalein1%di
homogenkan
Di titrasi menggunakan0,1 NNaOHhingga
berubah warna menjadi putih
Perhitungan % asam asetat = ml Alkali X normalitas alkali X 6
ml sampel
25. berdasarkan pengamatan pada dari ke-0 hingga
hari ke-7 didapatkan pH yang tetap yaitu 4
pada perlakuan Amonium Oksalat dan 5 pada
perlakuan ekstrak tauge.
berdasarkan hasil uji pH berkisar 3,5-4,5,
hal ini sesuai dengan pendapat Eoukas (1994)
yang menyatakan bahwa kisaran pertumbuhan
Saccharomyces cerevisiae adalah pH 3,5 – 6,5
yaitu pada kondisi asam.
Tidak Terjadinya peningkatan pH erat kaitannya
dengan kandungan alkohol. Hari ke-0 hingga
hari ke-7 kandungan alkohol mengalami
27. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan
didapatkan hasil kadar alkohol yang semakin hari
semakin tinggi.
Hal ini sesuai dengan literatur Amerine, dkk (1980)
yang menyatakan bahwa semakin lama waktu fermentasi
makan akan semakin banyak asam-asam mudah menguap
yang dihasilkan, dan menurut Desrosier (1988) yang
menyatakan bahwa semakin lama proses fermentasi maka
akan semakin banyak asam mudah menguap (asam laktat,
asam asetat, asam butirat, dan asam propionat) yang
dihasilkan. Asam yang dihasilkan berasal dari
perombakan glukosa menjadi alkohol.
Perlakuan yang menghasilkan kadar alkohol paling
tinggi yaitu perlakuan dengan sumber N ekstrak tauge
29. Dari data prakktikum di atas dapat di ketahui bahwa
kandungan asam asetat paling banyak pada amonium
oksalat jika dibandingkan dengan ekstrak tauge.
Pada pengamatan hari pertama kandungan asam asetat
pada media amodium oksalat sebanyak 0,20 % sedangkan
pada tauge sebanyak 0,19% lalu sampai pada hari ke-7
diperoleh kandungan asam asetat sebanyak 0,70% pada
amonium oksalat dan 0,13% pada ekstrak tauge.
Pada amonim oksalat kandungan asam asetat pada
pembuatan bioetanol semakin meningkat sedangkan pada
ekstrak tauge semakin menurun.
Kandungan asam asetat berpengaruh terhadap pH sehingga
dimungkinkan berpengaruh juga terhadap pembentukan
bioetanol.