Laporan ini menganalisis pengaruh asam indol asetat (AIA) terhadap proses absisi daun pada tanaman Coleus sp. Melalui percobaan, ditemukan bahwa daun yang diolesi campuran lanolin dan AIA mengalami absisi lebih lambat dibandingkan dengan daun yang hanya diolesi lanolin. Hal ini menunjukkan bahwa AIA dapat menghambat proses absisi daun. Laporan ini juga menjelaskan teori-teori terkait peran hormon auksin
1. LAPORAN FISIOLOGI TUMBUHAN
PRAKTIKUM X
PENGARUH AIA TERHADAP PROSES ABSISI DAUN
Coleus sp.
Fauziah Khoirun Nisa
17030244003
Biologi 2017 D
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2018/2019
2. A. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum dengan topik “Pengaruh AIA Terhadap
Proses Absisi Daun Coleus sp.” adalah bagaimana pengaruh AIA terhadap proses
absisi daun Coleus sp.?
B. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan pada “Pengaruh AIA Terhadap Proses Absisi Daun
Coleus sp.” berdasarkan rumusan masalah di atas adalah mengatahui pengaruh
AIA terhadap proses absisi pada daun Coleus sp.
C. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dibuat hipotesis:
Hipotesis a (Ha) : Ada pengaruh AIA terhadap proses absisi pada daun
Coleus sp.
Hipotesis nol (H0) : Tidak ada pengaruh AIA terhadap proses absisi pada daun
Coleus sp.
D. Kajian Pustaka
Hormon tanaman adalah suatu senyawa organik yang disintesis dalam
suatu bagian tanaman dan kemudian diangkut ke bagian tanaman yang lain.
Hormon harus ditranslokasikan di dalam tubuh tanaman. Auksin yang ditemukan
oleh went, sekarang dikenal sebagai asam indol-asetat (indole 3-asetic acid,
disingkat IAA). Beberapa ahli yakin bahwa hormon auksin yang sebenarnya, atau
IAA diidentikkan dengan auksin. Walaupun demikian, tanaman mengandung 2
senyawa lain yang pengaruhnya terhadap tanaman sama dengan IAA dan
selayaknya juga digolongkan sebagai auksin. Berbeda dengan pergerakan gula,
ion, dan bahan terlarut lainnya. IAA biasanya tidak diangkut melalui pembuluh
floem dan tidak juga melalui xylem. IAA diangkut melalui saluran pembuluh jika
diaplikasikan pada permukaan daun yang cukup dewasa yang telah mengekspor
gula, tetapi pengangkutan IAA secara normal dalam batang dan tangkai daun
adalah dari daun muda dan melalui sel-sel hidup lainnya termasuk floem parenkim
dan sel-sel parenkima yang mengelilingi jaringan pembuluh (Lakitan, 1996).
3. Hormon auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk tanaman.
Dominasi apikal biasanya ditandai dengan pertumbuhan vegetatif tanaman seperti,
pertumbuhan akar, batang dan daun. Dominasi apikal dapat dikurangi dengan
mendorong bagian pucuk tumbuhan sehingga produksi auksin yang disintesis
pada pucuk akan terhambat bahkan terhenti. Hal ini akan mendorong
pertumbuhan tunas lateral (ketiak daun) (Hopkins, 1995). Auksin yang terhenti
dapat digantikan dengan beberapa jenis hormon IAA yang berfungsi dengan
Lanolin untuk mengetahui pertumbuhan lateralnya (Paponov et al., 2008).
Absisi daun Coleus sp.dipengaruhi oleh aktivitas hormon yang berperan
dalam senesensi tumbuhan, yaitu asam absisat atau ABA. Dinamai asam absisat
karena diketahui bahwa asam absisat ini dapat menyebabkan absisi/rontoknya
daun tanaman pada musim gugur. Kehilangan daun pada setiap musim gugur
merupakan suatu adaptasi untuk menjaga agar tumbuhan yang berganti daun
selama musim dingin tetap hidup ketika akar tidak bisa mengabsorbsi air dari
tanah yang membeku. Sebelum daun itu mengalami absisi, beberapa elemen
essensial diselamatkan dari daun yang mati, dan disimpan di dalam sel parenkim
batang. Ketika daun pada musim gugur rontok, maka titik terlepasnya daun
merupakan suatu lapisan absisi yang posisinya dekat dengan pangkal tangkai
daun. Sel parenkhim berukuran kecil dari lapisan ini mempunyai dinding sel yang
sangat tipis dan tidak mengandung sel serat di sekeliling jaringan pembuluhnya.
Lapisan absisi selanjutnya melemah, ketika enzimnya menghidrolisis polisakarida
di dalam dinding sel. Akhirnya dengan bantuan angin, terjadi suatu pemisahan di
dalam lapisan absisi. Sebelum daun itu jatuh, sel lapisan gabus membentuk suatu
berkas pelindung disamping lapisan absisi pada pangkal tangkai daun tersebut
untuk mencegah patogen yang akan menyerbu bagian tumbuhan yang
ditinggalkannya (Advinda, 2018).
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Manipulasi : Pemberian lanolin dan pemberian lanolin + AIA
2. Variabel Kontrol : Jenis tanaman, kondisi tanaman, letak lamina,
konsentrasi AIA
3. Variabel Respon : Waktu pengguguran tangkai daun
4. F. Definisi Operasional Variabel
Variabel manipulasi yaitu pemberian lanolin secukupnya dan pemberian
lanolin + IAA 1 ppm secukupnya pada bekas potongan tangkai daun. Kedua,
variabel kontrol yaitu jenis tanaman Coleus sp., letak lamina yang terletak paling
bawah pada pot 1 dan yang terletak tepat di atas lamina yang paling bawah pada
pot 2, dan konsentrasi AIA 1 ppm. Terakhir variabel respon yaitu waktu
penguguran tangkai daun dilihat dari pengamatan setiap hari gugurnya tangkai-
tangkai daun Coleus sp.
G. Alat dan Bahan
2 pot tanaman Coleus sp. yang memiliki kondisi sama, lanolin, AIA 1 ppm
dalam lanolin (4 ml AIA 1 ppm dicampur dengan 100 gram lanolin), pisau, label.
H. Rancangan Percobaan
I. Langkah Kerja
1. Ambil dua buah pot tanaman Coleus sp. kemudian lakukan kegiatan
sebagai berikut:
- Pot 1: potong satu pasang lamina yang terletak paling bawah.
- Pot 2: potong satu pasang lamina yang terletak tepat di atas lamina
yang paling bawah.
1. Potong satu
pasang lamina
yang terletak
paling bawah
pada pot 1.
2. Potong satu
pasang lamina
tepat di atas
lamina paling
bawah pada pot 2
3. Olesi bekas
potongan dengan
lanolin, dan 1
ppm AIA dalam
lanolin.
4. Beri tanda agar
tidak tertukar.
5. Amati setiap
hari dan catat
waktu gugurnya
tangkai-tangkai
daun tersebut.
6. Adakah
perbedaan waktu
gugurnya daun
pada percobaan.
5. 2. Olesi bekas potongan tersebut, yang satu dengan lanolin, sedang yang lain
dengan 1 ppm AIA dalam lanolin.
3. Beri tanda agar tidak tertukar.
4. Amati setiap hari dan catat waktu gugurnya tangkai-tangkai daun tersebut.
5. Adakah perbedaan waktu gugurnya daun pada percobaan saudara. Jelaskan
pendapat saudara disertai dengan teori yang mendukung.
J. Rancangan Tabel Pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan absisi daun Coleus sp.
Gugur daun
pada hari ke-
Petiolus paling bawah Petiolus nomor 2 paling bawah
Lanolin
AIA +
Lanolin
Lanolin
AIA +
Lanolin
1 - - - -
2 - - - -
3 - - -
4 - - -
5 - - - -
6 - - -
7 - - -
Gambar 1. Hubungan pengaruh AIA terhadap proses absisi daun
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Petiolus paling bawah Petiolus no. 2 dari bawah
Pengamatanharike-
Perlakuan nodus
Pengaruh AIA Terhadap Proses Absisi Daun
Coleus sp.
Lanolin
Lanolin + AIA
6. K. Rencana Analisis Data
Berdasarkan tabel dan grafik pengamatan, dua pot Coleus sp. mengalami
perbedaan waktu absisi daun. Hal ini ditandai oleh gugurnya tangkai daun yang
laminanya telah dipotong sehingga dapat diolesi dengan larutan sesuai perlakuan
yang satu dengan lanolin, sedang yang lain dengan 1 ppm AIA dalam lanolin.
Pada pot 1, lamina paling bawah yang diolesi lanolin gugur pada hari ke 3 setelah
pengolesan, sedangkan yang diolesi dengan lanolin + AIA gugur pada hari ke 6
setelah pengolesan. Pada pot kedua, lamina nomer 2 dari bawah yang diolesi
lanolin gugur pada hari ke 4 setelah pengolesan, sedangkan yang diolesi dengan
lanolin + AIA gugur pada hari ke 7 setelah pengolesan. Kedua pot menunjukkan
bahwa tangkai daun yang diolesi campuran lanolin + AIA gugur lebih lambat 3
hari daripada tangkai yang diolesi lanolin saja. Juga lamina paling bawah lebih
dulu gugur 1 hari jika dibandingkan dengan dengan lamina nomer 2 dari bawah
baik pada pot 1 maupun pot 2. Hal ini menunjukkan bahwa proses absisi semakin
cepat pada lamina yang terletak semakin ke bawah.
L. Hasil Analisis Data
Absisi adalah proses fisiologis dari pelepasan organ multiselular seperti
daun, bunga, dan buah dari tubuh tumbuhan. Proses absisi diawali dengan
terbentuknya zona absisi pada sambungan organ multiselular dan tubuh
tumbuhan. Pada daun terjadi pada dasar dari petiolus, yaitu tempat daun melekat
pada batang. Pada komponen daun, zona absisi terletak pada sambungan pulvinus
dan jaringan penyangga. Zona absisi terbentuk pada 1 atau 2 baris sel atau
mencapai 15 atau lebih. Sel-sel tersebut adalah parenchymatous dan tanpa lignin
dan materi penebal seperti suberin. Lamela tengah pada zona absisi terlarut dan
menyebabkan lepasnya sel-sel. Setelah pembentukan zona absisi, daun
tersambung dengan tumbuhan induk melalui jaringan vaskular yang lemah.
Setelah itu, sambungan vaskular tersebut akan rusak dan daun akan terpisah dari
tumbuhan induk. Setelah absisi, lapisan luar dari sel atau batang atau cabang
membentuk lapisan protektif pada bagian yang terbuka dengan pembentukan
periderm (Sinha, 2004).
7. Hormon penghambat absisi daun banyak penelitiannya seperti tindakan
penghambatan yang ternyata dilakukan oleh auksin untuk mencegah proses absisi.
Peranan helaian daun di sini dijelaskan oleh Kuster (1916) yang memperlihatkan
bahwa pada petiolus tumbuhan Coleus sp. segera jatuh jika helai daun mereka
dihilangkan, sedangkan helaian daun seluas 100 mm2 akan memperlambat absisi
selama berhari-hari. Dengan demikian hormon yang menhghambat absisi daun
salah satunya yakni auksin.
Asam Idole Acetic Acid (IAA) merupakan larutan auksin endogen atau
auksin yang terdapat pada tanaman. Fungsi dari larutan ini yaitu mendorong
pembelahan sel, penyebaran IAA yang tidak sama pada tanaman akan
mengakibatkan pembesaran sel yang tidak merata. IAA juga dapat mengendalikan
absisi daun dan dapat menghambat pertumbuhan tunas lateral. Konsentrasi suatu
auksin di dalam tanaman, mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman, semakin
tinggi konsentrasi suatu auksin di dalam tanaman maka akan semakin
mempercepat pertumbuhan tanaman tersebut. Hal-hal yang mempengaruhi
konsentrasi IAA di dalam tanaman yaitu sintesis auksin, pemecahan auksin, dan
inaktifnya IAA sebagai akibat proses pemecahan molekul (Indradewa, 2009).
Hubungan antara absisi dan auksin menurut Addicot (1955) dan Weaver
(1972) adalah absisi akan terjadi apabila jumlah auksin yang terdapat didaerah
bagian proksimal jumlahnya sama atau lebih dari jumlah auksin didaerah bagian
distal. Akan tetapi, apabila jumlah auksin yang berada di daerah bagian distal
lebih besar dari daerah proksimal maka tidak akan terjadi absisi. Dengan kata lain
proses absisi ini akan terhambat.
Teori lain (Biggs and Leopold, 1957, 1958) mengemukakan bahwa
pengaruh auksin terhadap absisi ditentukan oleh konsentrasi zat itu sendiri.
Konsentrasi auksi akan menghambat terjadinya absisi yang berkonsentrasi rendah
akan mempercepat terjadinya absisi. Teori yang terakhir adalah yang
dikemukakan oleh Robinstein dan Leopold (1963). Teori ini menerangkan bahwa
respon absisi pada daun terhadap auksin dapat dibagi menjadi 2 fase. Jika
perlakuan auksin diberikan setelah daun terlepas, fase pertama, auksin akan
menghambat absisi, dan fase kedua yaitu auksin dengan konsentrasi yang sama
akan mendukung terjadinya absisi.
8. M. Kesimpulan
Absisi daun pada daun yang diberi lanolin + AIA lebih lambat
dibandingkan dengan absisi daun yang diolesi lanolin saja. Pengaruh AIA
terhadap proses absisi daun yang menghambat proses absisi daun. Juga semakin
bawah letak daun maka semakin cepat pula proses absisi daunnya.
N. Daftar Pustaka
Addicott, F. T, R. S. Lynch, H. R. Carns. 1955. Auxin Gradient Theory of
Abscission Regulation. Science. 29 Apr 1955: Vol. 121, Issue 3148, pp.
644-645. DOI: 10.1126/science.121.3148.644.
Advinda, Linda. 2018. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta:
Deepublish.
Biggs, R. H., and Leopold, A. C. 1957. Factors Influencing Abscission. Plant
Physiol. 32, 626-632.
Biggs, R. H., and Leopold, A. C. 1958. The Two-Phase Action of Auxin on
Abscicion. Am. J. Botany 45, 547-551.
Hopkins, W.G. 1995. Introduction to Plant Physiology. John Willey & Sons, Inc.,
New York, Toronto, Singapore. P. 285-321.
Indradewa. 2009. Fisiologi Tumbuhan Dasar Jilid 1. Bandung: ITB Press.
Kuster, E. 1916. Beitrage zur Kenntniss des Laubfalles. Ber. Deutsch. Bot. Ges.
34: 184-193.
Lakitan, Benjamin. 1996. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Paponov I, et al. 2008. Comprehensive Transcriptome Analysis of Auxin
Responses in Arabidopsis. Mol Plant. DOI: 10.1093/mp/ssm021.
Rubinstein B, Leopold AC. 1963. Analysis of the Auxin Control of Bean Leaf
Abscission. Plant Physiol. 1963 May;38(3):262–267.
Sinha, R. K. 2004. Modern Plant Physiology. CRC Press. Boca Raton. p 525-526.
Weaver, R. J. 1972. Plant Growth Subtances in Agriculture. W. H. Freeman and
Company. San Franscisco. 594 p.