Makalah ini membahas tentang analisis kualitatif anion, dimana dijelaskan cara pemisahan dan penentuan empat jenis anion yaitu sulfat, sulfit, iodida, dan klorida. Metode yang digunakan meliputi penambahan larutan reaksi seperti barium klorida, timbal asetat, perak nitrat, dan lainnya, yang akan menghasilkan endapan khas untuk mengidentifikasi keberadaan anion tertentu.
1. KIMIA ANALISIS KUALITATIF
Anion
Dosen Pengampu : Munawarohthus Sholika, S. Si., M. Si.
Disusun Oleh :
WIOBET CAESARIANTO 14330037
WINDA WAHYUNINGSIH 14330122
SITI FAKHRIYYAH FIRZA 14330132
RAHMI SYARIIFATUL WUSQO 14330134
LARAS HARYAN L 14330135
NURUL FADHILAH 14330147
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MIPA
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2015 M / 1434 H
2. i
KATA PENGANTAR
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, penulisan makalah Kimia Analisis Kualitatif
ini telah diselesaikan. Makalah tentang Kimia Analisis Kualitatif ini merupakan makalah yang
sederhana, hanya membahas secara singkat mengenai Anion.
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pend. Pancasila
& Kewarganegaraan yang disampaikan oleh
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, khususnya kepada Ibu Munawarohthus Sholika, S. Si., M. Si. selaku
dosen Kimia Analisis Kualitatif yang telah memberikan tugas ini. Penulis memperoleh banyak
manfaat setelah menyusun makalah ini.
Menyadari akan keterbatasan dan kemampuan, kami bersedia menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.
Jakarta, Oktober 2015
Penulis
3. ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................... i
Daftar Isi .................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................. 1
BAB II Pembahasan
2.1 Sulfat, SO4
2- ........................................................................................ 2
2.2 Sulfit, SO3
2-.......................................................................................... 5
2.3 Iodida, I-............................................................................................... 11
2.4 Klorida, Cl- .......................................................................................... 14
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 17
Daftar Pustaka............................................................................................................ 18
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang sediaan obat dan zat-zat yang
terkandung di dalamnya, serta cara-cara pengolahannya. Jadi sangatlah perlu bagi seorang
farmasis untuk mengetahui tentang seluk beluk tentang pengidentifikasian dan pemisahan
suatu zat dalam suatu sampel. Untuk itu pengetahuan tentang analisis kualitatif sangat
esensial untuk dijadikan salah satu keahlian bagi seorang farmasis. Perlunya diadakan
pengenalan terhadap anion sebagai dasar dalam malakukan analisa pada kegiatan-kegiatan
praktikum di farmasi. Dalam hal ini pemeriksaan atau pemisahan anion merupakan salah
satu cara analisis kualitatif. Dengan memakai reagensia golongan secara sistematik, dapat
ditetapkan keberadaan suatu anion. Pengetahuan tentang analisa ini akan memberi manfaat
ke depan untuk mengetahui seberapa aman sebuah produk digunakan, apakah mengandung
bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Analisis kualitatif yang bertujuan utama untuk mengenali komposisi atau struktur
bahan kimia, cukup banyak jenisnya, sesuai dengan jenis bahan kimia yang terdapat dalam
sampel. Analisis kualitatif untuk bahan organik biasanya menjadi bagian kajian dari kimia
organik sehingga tidak dimasukkan dalam bagian kimia analitik. Bahan kimia dalam
sampel organik juga cukup banyak ragamnya sesuai dengan struktur dari bahan tersebut.
Bahan kimia organik molekuler berbeda cara penetapannya dengan bahan kimia anorganik
ionik. Analisis kualitatif anion lebih sederhana dibanding dengan analisis kation, tetapi
analisis anion memerlukan ketelitian dalam melakukan observasi dari gejala-gejala yang
timbul.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara pemisahan dan penentuan anion pada suatu sampel?
1.3 Tujuan Penulisan
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemisahan dan penentuan anion pada suatu sampel.
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SULFAT SO4
2-
Kelarutan sulfat dari barium, stromtium dan timbel praktis tak larut dalam air , sulfat dari
kalsium dan merkurium (II) larut sedikit, dan kebanyakan sulfat dari logam-logam sisanya, larut.
Beberapa sulfat basa, misalnya dari merkurium , bismut, dan kromium, juga tak larut dalam air,
tetapi larut dalam asam klorida encer atau asam nitrat encer.
Asam sulfat adalah cairan yang tak berwarna, seperti minyak dan higroskipik, dengan berat
jenis 1,838. Asam pekatnya yang murni dan komersial, adalah suatu campuran bertitik didih
konstan , dengan titik didih 338° dan mengandung asam kira-kira 98 persen. Cairan ini dapat
bercampur dengan air dalam semua perbandingan dengan melepaskan panas yang banyak sekali ;
ketika mencampurkan keduanya, asam harus selalu dituang dalam aliran yang tipis ke dalam air
(jilka air yang dituangkan kepada asam yang lebih berat itu, uap mungkin dengan tiba-tiba akan
terbentuk yang akan mengangkat ke atas sedikit asam bersamanya, sehingga mungkin
menimbulkan cedera yang berat)
Untuk mempelajari reksi-reaksi ini, pakailah larutan natrium sulfat, Na2SO4.1OH2O, 0,1M.
1. Larutan barium klorida : Endapan putih barium sulfat, BaSO4 , yang tak larut dalam asam
klorida encer panas dan dalam asam nitrat encer, tetapi larut sedang-sedang saja dalam asam
klorida pekat yg mendidih.
SO4
2−
+ Ba2+ → BaSO4 ↓
Uji ini biasanya dilakukan dengan menambahkan reagensia kepada larutan yang diasamkan
dengan asam klorida encer; karbonat, sulfit, dan fosfat tidak diendapan pada kondisi-kondisi ini.
Asam klorida pekat atau asam nitrat pekat tak boleh dipakai, karena mungkin membentuk endapan
barium klorida atau endapan barium nitrat ; namun, endapan-endapan ini melarut setelah
diencerkan dengan air. Endapan barium sulfat ini dapat disaring dari larutan yang panas dan
dilebur di atas arang dengan natrium karbonat, pada mana natrium sulfida akan terbentuk. Yang
terakhir ini dapat diekstraksi dengan air, dan ekstrak tersebut disaring ke dalam larutan natrium
6. 3
nitroprusida yang baru saja dibuat, pada mana di peroleh pewarna ungu yang transien (sekejab).
Suatu metode lain untuk ini adalah dengan menambahkan beberapa tetes asam klorida yang sangat
encer kepada massa yang telah lebur itu, dan menutupinya dengan kertas timbel asetat; akan
dihasilkan suatu noda hitam timbel sulfida diatas kertas. Reaksi yang disebut reaksi Hepar, yang
kurang peka dibanding dengan uji diatas, terdiri dari menaruh hasil peleburan tadi di atas keeping
mata perak daan membasahinya dengan sedikit air; hasilnya adalah suatu noda hitam-kecoklatan,
perak sulfida.
BaSO4 + 4C + Na2CO3 → Na2S + BaCO3 + 4CO ↑
Na2S → 2Na+ + S2-
2S2- + 4Ag + O2 + H2O → 2Ag2S ↓ + 4OH-
Suatu metode yang lebih efisien untuk menguraikan kebanyakan senyawa belerang adalah
dengan memanaskan nya dengan natrium atau kalium, dan lalu menguji larutan dari produk
tersebut terhadap sulfide. Uji akan menjadi lebih peka, dengan memanaskan zat itu dengan kalium
dalam sebuah tabung-pijar, melarutkan leburan dalam air, dan menguji terhadap sulfide reaksi
nitroprusida atau biru metilena.
Pembaca kami peringatkan, bahwa uji-uji diatas (yang bergantung pada pembentuka suatu
sulfide), tidaklah khusus memberi hasil positif oleh sulfat, tetapi juga oleh kebanyakan senyawa
belerang. Tetapi, jika yang kita pakai adalah sulfat yang diendapkan dengan adanya asam klorida
, maka reaksi ini boleh dipakai sebagai uji pemastian terhadapt sulfat.
2. Larutan timbel asetat : Endapan putih timbel sulfat, PbSO4 yang larut dalam asam sulfat
pekat panas, dalam larutan ammonium asetat dan larutan ammonium tartrat dan dalam larutan
natrium hidroksida. Dalam hal yang terakhir, terbentuk natrium tertahidroksoplumbat (II), dan
setelah diasamkan dengan asam klorida, timbel itu mengkristal sebagai kloridanya. Jika suatu
larutan air dari endapan ini diasamkan dengan asam asetat, dan larutan kalium kromat ditambahkan
maka timbel kromat yang kuning akan mengendap .
SO4
2- + Pb2+ → PbSO4 ↓
3. Larutan perak nitrat : Endapan kristalin putih perak sulfat, AgSO4 (kelarutan 5,8 g pada
180), dari larutan pekat.
SO4
2- + 2Ag+ → Ag2SO4 ↓
7. 4
4. Uji natrium rodizonat : Garam-garam barium menghasilkan endapan coklat kemerahan
dan natrium rodizonat. Sulfat-sulfat dan asam sulfat menyebabkan hilangnya warna dengan
seketika, karena pembentukan barium sulfat yang tak larut. Uji ini spesifik untuk sulfat.
Taruh setetes larutan barium klorida di atas kertas saring atau kertas reaksi-tetes, diikuti
oleh setetes larutan air natrium rodizonat 0,5 persen yg bariu saja dibuat . bubuhi bercak yang
coklat kemerahan itu dngan setetes larutan uji yang asam atau basa. Bercak yang berwarna itu
hilang.
Kepekaan : 4 µg SO4
2−
, batas konsentrasi 1 dalam 10.000.
5. Uji kalium permanganate-barium sulfat : Jika barium sulfat diendapkan dengan larutan
yang mengandung kalium permanganat, endapan akan diwarnai merah jambu (lembayung) oleh
diabsorpsi sedikit permanganat itu. Permanganat yang telah diadsorpsi diatas endapan ini, tidak
dapar direduksi oleh zat-zat pereduksi yang umum (termasuk hydrogen peroksida). Kelebihan
kalium permanganat didalam cairan induk mudah bereaksi dengan zat-zat pereduksi, sehingga
menjadikan barium sulfat yang merah jambu nampak jelas dalam larutan yang tak berwarna itu.
Taruh 3 tetes larutan uji dalam tabung pemusing semimikro, tambahkan 2 tetes larutan
kalium permanganat 0,02 M dan 1 tetes larutan barium klorida. Kita akan memperoleh endapan
merah jambu. Tambahkan beberapa tetes larutan hydrogen peroksida 3 persen atau larutan asam
oksalat 0,5 M (dalam hal yang terakhir, perulu dipanaskan diatas penangas air sampai
penghilangan warna telah sempurna). Endapan yang berwarna akan Nampak jelas.
Kepekaan 2,5 µg SO4
2−
, batas konsentrasi 1 dalam 20.000
6. Larutan merkurium (II) nitrat : Endapan kuning merkurium (II) sulfat basa :
SO4
2−
+ 3Hg2+ + 2H2O → HgSO4.2HgO ↓ + 4H+
Ini merupakan uji yang peka dan bahkan memberikan hasil yang positif dengan suspense
barium sulfat atau timbel sulfat.
8. 5
7. Larutan benzidina hidroklorida : akan menghasilkan endapan putih benzidina sulfat
Ion-ion kromat, obsalat, heksasianoferat (II) dan (III) menggangu reaksi ini
2.2 SULFIT SO3
-2
.
Kelarutan sulfit dari logam alkali dan dari ammonium larut dalm air. Sulfit dari logam
lainnya larut sangat sedikit atau tidak larut. Hydrogen sulfit dari logam alkali larut dalam air.
Hydrogen sulfit dari logam alkali tanah dikenal dengan larutan. Larutan natrium sulfit
Na2SO3.7H2O, 0,5M yang baru saja dibuat, dapat dipakai untuk mempelajari reaksi-reaksi ini.
1. Asam klorida encer (atau asam sulfat encer): Terjadi penguraian, lebih cepat dengan
dipanaskan, disertai pelepasan belerang dioksida:
SO3
2- + 2H+ → SO2 ↑ + H2O
Gas ini dapat diidentifikasi (i) dari bau belarang terbakar yang menyesakan nafas, (ii) dari
pewarnaan hijau, yang disebabkan oleh pembentukan ion-ion kromium (III) yang dihasilkan bila
sehelai kertas saring yang dibasahi dengan larutan kalium dikromat yang telah diasamkan,
dipegang di atas mulut tabung uji.
3SO2 + Cr2O7
2- + 2H+ → 2Cr3+ + 3SO4
2- + H2O
Metode lain untuk mengidentifikasi gas itu adalah (iii) dengan memegang sehelai kertas
saring yang dibasahi larutan kalium iodat dan kanji, dalam uap tersebut, pada mana warna biru
yang disebebkan oleh pembentukan iod, akan terlihat :
5SO2 + 2IO3
- + 4H2O → I2 + 5SO4
2- + 8H+-
9. 6
2. Larutan barium klorida atau strontium klorida : Endapan putih barium atau strontium
sulfit :
SO3
2- + Ba2+ → BaSO3 ↓
Endapan melarut dalam asam klorida encer, pada mana dilepaskan belerang dioksida
BaSO3 ↓ + 2H+ → Ba2+ + SO2 ↑ + H2O
Setelah didiamkan, endapan perlahan-lahan teroksidasi menjadi sulfat dan lalu menjadi tak
larut dalam asam mineral encer; perubahan ini dapat dihasilkan dengan cepat dengan memanaskan
dengan air brom atau sedikit asam nitrat pekat atau dengan hydrogen peroksida.
2BaSO3 ↓ + O2 → 2BaSO4 ↓
BaSO3 ↓ + Br2 + H2O → BaSO4 ↓ + 2Br- + 2H+
3BaSO3 ↓ + 2HNO3 → 3BaSO4 ↓ + 2NO ↑ + H2O
BaSO3 ↓ + H2O2 → BaSO4 ↓ + H2O
Kelarutan pada 18° dari sulfit dari kalsium, strontium, dan barium, masing-masing adalah 1,25 g
3. Larutan perak nitrat : Mula-mula, tak terjadi perubahan yang dapat dilihat, karena
pembentukan ion-ion sulfitoargenat :
SO3
2- + Ag+ → [AgSO3]-
Dengan menambahkan reagensia yang lebih banyak, terbentuk endapan kristalin putih, perak
sulfit:
[AgSO3]- + Ag+ → Ag2SO3 ↓
Endapan melarut jika ion sulfit ditambahkan dengan berlebihan:
Ag2SO3 ↓ + SO3
2- → 2[AgSO3]-
Setelah larutan garam kompleks itu atau suspensi endapan dalam air, dididihkan, perak↓
logam yang berwarna abu-abu mengendap:
2[Ag2SO3]- → 2Ag ↓ + SO4
2- + SO2 ↑
Ag2SO3 ↓ + H2O → 2Ag ↓ + SO4
2- + 2H+
Endapan larut dalam asam nitrat encer, pada mana gas belerang dioksida dilepaskan:
10. 7
Ag2SO3 ↓ +2H+ → SO2 ↑ + 2Ag+ + H2O
Endapan juga melarut dalam ammonia, pada mana terbentuk kompleks diaminaargentat:
Ag2SO3 ↓ + 4NH3 → 2[Ag(NH3)2]+ + SO3
2-
4. Larutan kalium permanganate: Yang diasamkan dengan asam sulfat encer sebelum
pengujian maka warna menjadi hilang disebabkan oleh reduksi menjadi ion-ion mangan(II):
5SO3
2- + 2MnO4
- + 6H+ → 2Mn2+ + 5SO4
2- + 3H2O
5. Larutan kalium dikromat : Yang diasamkan dengan asam sulfat encer sebelum pengujian
maka dihasilkan pewarnaan hijau, yang disebabkan oleh pembentukan ion-ion kromium(III):
3SO3
2- + Cr2O7
2- + 8H+ → 2Cr3+ + 3SO3
2- + 4H2O
6. Larutan timbel asetat atau timbel nitrat : Endapan putih timbel sulfit
SO3
2- + Pb2+ → PbSO3 ↓
Endapan melarut dalam asam nitrat encer, pada mana gas belerang dioksida terbentuk:
PbSO3 ↓ + 2H+ → SO2 + Pb2+ + H2O
Gas bisa diidentifikasi dengan salah satu cara yang tercatat pada reaksi 1. Dengan
mendidihkan endapan dioksidasikan oleh oksigen dalam atmosfer, dan terbentuklah timbel sulfat:
2PbSO3 ↓ + O2 → 2PbSO4 ↓
Reaksi ini dapat dipakai untuk membedakan sulfit dan tiosulfit; yang terakhir ini
menghasilkan endapan hitam dengan mendidihkan.
7. Zink dan asam sulfat : Gas hidrogen sulfide dilepaskan, yang bisa dideteksi dengan
memegang kertas timbel asetat pada mulut tabung-uji (lihat Bagian IV.6, reaksi 1):
SO3
2- + 3Zn + 8H+ → H2S ↑ + 3Zn2+ + 3H2 ↑ + 3H2O
8. Air kapur : Uji ini dilakukan dengan menambahkan asam klorida encer kepada sulfit padat
tersebut, dan mengalirkan gelembung-gelembung belerang dioksida yang dilepaskan melalui air
kapur terbentuk endapan putih kalsium sulfit CaSO3.
11. 8
SO3
2- + Ca2+ → CaSO3 ↓
Endapan melarut dengan mengalirkan gas lebih lama lagi, karena terbentuk ion hidrogen sulfit:
CaSO3 ↓ + SO2 + H2O → Ca2+ + 2HSO3
-
Kekeruhan juga dihasilkan oleh karbonat; maka belerang dioksida harus dihilangkan
terlebih dahulu bila menguji karbonat. Ini bisa dilakukan dengan menambahkan larutan kalium
dikromat kepada tabung-uji sebelum pengasaman. Dikromat ini mengoksidasikan dan
menguraikan belerang dioksida tanpa mempengaruhi karbon dioksida.
9. Uji fuksin : Larutan-larutan encer zat pewarna trifenilmetana, seperti fuksin dan hijau
malakhit, segera dihilangkan warnanya oleh sulfit-sulfit yang netral. Belerang dioksida juga
menghilangkan warna larutan fuksin, tetapi reaksinya tak begitu sempurna : meskipun demikian
ini merupakan uji yang sangat berguna terhadap belerang dan sulfit asam; karbon dioksida tak
mengganggu, tetapi nitrogen dioksida mengganggu. Jika larutan uji bersifat asam, sebaiknya
netralkan dengan tepat dengan natrium hidrogen karbonat. Tiosulfat tidak mengganggu, tetapi
sulfida, polisulfida, dan alkali bebas, menggangg. Garam-garam zink, timbel dan cadmium
mengurangi kepekaan uji ini, maka gangguan dari sulfida tak dapat dihilangkan dengan
penambahan garam-garam ini.
Taruh 1 tetes reagensia fuksin diatas lempeng uji dan tambahankan 1 tetes larutan uji yang
netral. Reagensia kehilangan warnanya.
Kepekaan : 1μg SO₂. Batas konsentrasi : 1 dalam 50.000.
Reagensia fuksin dibuat dengan melarutkan 0,015 g fuksin dalam 100 ml air.
10. Uji nikel (II) hidroksida : Auto-oksidasi (oksidasi sendiri) dari belerang dioksida (atau
asam sulfit) merangsang oksidasi nikel (II) hidroksida yang hijau menjadi nikel (III) hidroksida
yang hijau. Perubahan warna sangat jelas, tetapi untuk belerang dioksida dalam jumlah yang
sedikit, kita boleh memanfaatkan pengubahan benzidina asetat menjadi “biru benzidina” oleh nikel
(III) hidroksida. (BAHAYA : REAGENSIA INI DAPAT MENIMBULKAN KANKER
(KARSINOGENIK)). Tiosulfat memberi reaksi yang serupa, maka tak boleh ada; sulfide juga
mengganggu.
12. 9
Taruh setetes larutan uji (atau sedikit zat padat yang akan diuji) dalam tabung dari alat yang
diperlihatkan, dan taruh sedikit nikel (II) hidroksida yang telah dicuci diatas tombol kaca pada
bagian bawah penutup. Tambahkan 1-2 tetes asam klorida 6M, tutup alat dan panaskan perlahan-
perlahan. Hidroksida yang hijau itu berubah mrnjadi abu-abu sampai hitam tergantung dari
banyaknya sulfit yang ada. Untuk sulfit dalam jumlah yang sedikit , pindahkan nikel hidroksida
keatas kertas saring kuantitatif dan olah dengan setetes reagensia benzidina : terbentuk warna biru.
Teknik lainnya adalah dengan memanaskan (dengan penangas air) larutan uji itu dalam
tabung-uji semimikro dengan sedikit asam klorida encer, dan membiarkan gas yang dilepaskan
mengenai kertas saring. Diatas mana telah diberi noda nikel (II) hidroksida. Noda itu menjadi
hitam warnanya.
Kepekaan: 0,4 μm SO2. Batas konsentrasi : 1 dalam 125.
Nikel (II) hidroksida dibuat dengan mengendapkan larutan nikel (II) klorida dengan larutan
natrium hidroksida dan mencucinya dengan saksama sampai bebas alkali. Reagensia harus baru
saja dibuat.
Reagensi benzina dibuat dengan melarutkan 0,05g benzidina atau hidrokloridanya dalam
10 ml asam asetat glasial. Mengencerkannya menjadi 100 ml dengan air dan menyaringnya.
11. Uji natrium nitroprusida-zink : Sulfat larutan natrium nitroprusida bereaksi dengan larutan
garam zink, menghasikan endapan zink nitroprusida Zn[Fe(CN)₅NO]. Zat yang terakhir ini,
bereaksi dengan belerang dioksida yang basah memberi suatu senyawa merah dengan komposisi
yang tak diketahui : uji ini menjadi lebih peka bila hasil reaksi dipegang diatas uap ammonia yang
menghilangkan warna dari zink nitroprusida yang tak terpakai.
Taruh setetes larutan uji (atau sebutir cuplikan uji padat) dalam tabung dan lapisi tombol
penutup kaca dengan selapis tipis pasta zink nitroprusida. Tambahkan setetes asam klorida atau
asam sulfat 2M, dan tutup alam itu. Setelah belerang dioksida dilepaskan, pegang tutup sebentar
diatas uap ammonia. Pasta akan diwarnai merah-tua sedikit atau banyak.
Kepekaan : 3,5 μm SO2. Batas konsentrasi : 1 dalam 14000.
13. 10
Pasta zink nitroprusida dibuat dengan mengendapkan larutan natrium nitroprusida dengan
larutan zink sulfat berlebihan, dan mendidihakan selama beberapa menit : endapa disaring dan
dicuci dan disimpan dalam botol atau tabung dari kaca gelap.
Uji ini tak dapat dipakai jika ada serta sulfide dan atau tiosulfat. Ion-ion ini dapat
dihilangkan dengan menambahkan merkurium (II) klorida yang beraksi membentuk merkurium
(II) sulfide yang stabil terhadap asam :
Hg2+ + S2+ → HgS ↓
Hg2+ + S2O3
2- + H2O → HgS ↓ + SO4
2- + 2H+
Taruh setetes larutan uji dan 2 tetes larutan merkurium (II) klorida jenuh dalam alat yang
sama dan, setelah satu menit, asamkan dengan asam klorida 2M atau asam sulfat M, dan kerjakan
seterusnya seperti diatas. 20μg Na2SO3 dan 1.500 μg Na2S.
12. Membedakan antara sulfit dan hidrogen sulfit (bisulfit) : Larutan alkali sulfit normal
menunjukan reaksi basa terhadap kertas lakmus karna hidrolisis:
SO3
2- + H2O ↔ HSO3
- + OH-
Sedangkan larutan alkali hidrogen sulfit adalah netral. Dengan menembahkan larutan netral
hidrogen peroksida yang encer kepada larutan sulfit normal, terbentuk ion sulfat dan menjadi
netral.
SO3
2- + H2O2 → SO4
2- + H2O
Dengan hidrogen sulfit, uji yang sama menghasilkan ion hidrogen :
HSO3
- + H2O2 → SO4
2- + H+ + H2O
Dan larutan menunjukkan reaksi asam yang jelas. Perlu ditekankan disini, bahwa uji ini
sendirian saja tidaklah spesifik untuk sulfit atau hidrogen sulfit: adanya ion-ion ini harus dipastikan
dahulu dengan reaksi lain.
14. 11
2.3 IODIDA I-
Kelarutan iodida adalah serupa dengan klorida dan bromida. Perak, merkurium(I),
merkurium (II), tembaga (I), dan timbel iodide adalah garam-garamnya yang paling sedikit larut.
Reaksi – reaksi ini dapar di pelajari dengan larutan kalium iodide 0,1M.
1. Asam sulfat pekat dengan iodide padat : iod akan di bebaskan pada pemanasan, uap akan
dilepaskan, mengubah kertas kanji menjadi biru. Sedikit hydrogen iodida terbentuk ini dapat
dilihat dengan meniup melintasi bejana, pada mana dihasilkan asap putih tetapi banyak yang
mereduksi asam sulfat menjadi belerang dikosida, hydrogen sulfide, dan belerang, yang
perbandingan relative mereka bergantung pada konsentrasi reagensia-reagensia.
2I- + 2H2SO4 → I2 ↑ + SO4
2- + 2H2O
I- + H2SO4 → HI ↑ + HSO4
-
6I- + 4H2SO4 → 3I2 ↑ + S ↓ + 3SO4
2- + 4H2O
8I- + 5H2SO4 → 4I2 ↑ + H2S ↑ + 4SO4
2- + 4H2O
Hidrogen iodida murni terbentuk pada pemanasan dengan asam fosfat pekat :
I- + H3PO4 → HI ↑ + H2PO4
-
Jika mangan dikosida ditambahkan kepada campuran tadi, hanya iod yang terbentuk, dan asam
sulfat itu tidak tereduksi :
2I- + MnO2 + 2H2SO4 → I2 ↑ + Mn2+ + 2SO4
2- + 2H2O
2. Larutan perak nitrat : Endapan seperti dadih yang kuning yaitu perak iodide AGI yang
mudah larut dalam larutan kalium sianida dan dalam larutan natrium tiosulfat, sangat sedikit larut
dalam larutan ammonia pekat, dan tak larut dalam asam nitrat encer.
I- + Ag+ → AgI
AgI ↓ + 2CN- → [Ag(CN)2]- + I-
AgI ↓ + 2S2O3
2_ → [Ag(S2O3)2]3- + I-
15. 12
3. Larutan timbal asetat : Endapan kuning timbel iodide, PbI2 yang larut dalam air panas yang
membentuk larutan tak berwarna dan ketika di dinginkan menghasilkan keeping-keping yang kuning
keemasan.
2I- + Pb2+ → PbI2 ↓
4. Air klor : Bila reagensia ini diteteskan sedikit demi sedikit larutan iodida maka iod di
bebaskan yang mewarnai larutan coklat, setelah dikocok dengan 1-2ml karbon disulfide. Iod ini
melarutkan membentuk larutan lembayung, yang turun kesebelah bawah lapisan air. Iod bebas bisa
juga di identifikasi dengan warna biru yang dibentuknya dengan larutan kanji. Jika air klor
berlebihan maka iod dioksidasikan menjadi emas iodat yang tak berwarna.
2I- + Cl2 ↑ → I2 + 2Cl-
I2 + 5Cl2 ↑ + 6H2O → 2IO3
- + 10Cl- + 12H+
Lebih memudahkan memakai larutan natrium hipoklorit encer yang disamakan dengan asam
klorida encer.
5. Kalium dikromat dan asam sulfat pekat : hanya iod yang di bebaskan, dan tak terdapat
dalam destilat
6I- + Cr2O7
2- + H2SO4 → 3I2 ↑ + 2Cr3+ + 7SO4
2- + 7H2O
6. Larutan natrium nitrit: iod dibebaskan bila reagensia ini ditambhakna kepada larutan
iodide yang diasamkan dengan asam asetat encer atau asam sulfat encer (perbedaan dari bromide
dan klorida ). Iod ini bisa di identifikasikan dari sifatnya yang mewarnai pasta kanji menjadi biru
atau karbon tetraklorida menjadi lembayung.
2I- + 2NO2
- + 4H+ → I2 + 2NO ↑ + 2H2O
7. Larutan tembaga sulfat : endapan coklat yang terdiri dari campuran tembaga(I) iodide,CuI
dan iod. Iod ini bias di hilangkan dengan menambah larutan natrium triosulfat, atau asam sulfit dan
di peroleh endapan tembaga(I) iodide yang hamper putih.
4I- + 2Cu2+ → 2CuI↓ = I2
I2 + 2S2O3
2- → 2I- + S4O6
2-
16. 13
8. Larutan merkurium (II) klorida : Endapan merah scarlet (scarlet) merkurium (II) iodide :
2I- + HgCl2 → HgI2↓ + 2Cl-
(bahwa merkurium (II) klorida praktis tak terdisosiasi dalam larutan). Endapan larut dalam kalium
ioddida berlebihan, membentuk suatu kompleks tetraiodomerkurat(II):
HgI2↓ +2I- → [HgI4]2-
9. Larutan kamji : iodide mudah dioksisasikan dalam larutan asam menjadi iod bebas dengan
jumlah zat pengoksid : iod bebas ini bias diindentifikasi dari pewarnaan biru tua yang
dihasilkannya dengan larutan kanji.
2I- + 2NO2
- + 4H+ → I2 + 2NO↑ + 2H2O
Sianida menggangu karena pembentukan sianogen iodide : maka sianida ini dihilangkan
sebelum pengujian dengan memanaskannya dengan larutan natrium hydrogen karbonat
(bikarbonat) atau dengan mengasamkan dan memanaskannya :
I2 + CN- → ICN↑ + I-
10. Uji reduksi katalitik garam serium (IV) : Reduksi garam serium (IV) dalam larutan asam
oleh arsenit, berlangsung dengan sangat lambat :
2Ce4+ + AsO3
3- + H2O → 2Ce3+ + AsO4
3- + 2H+
Iodide mempercepat perubahan reduksi katalitik garam serium (IV) disebabkan oleh iod
yang dilepaskan dalam reaksi seketika :
2Ce4+ + 2I- → 2Ce3+ + I2
Yang bereaksi lebih lanjut :
AsO3
3- + I2 + H2O → AsO4
3- + 2I- + 2H+
Selesai reduksi hilangnya warna kuning dari larutan serium (IV). Garam osmium dan
ruthenium mempunyai efek katalitik yang serupa. Klorida, bromide, sulfat, dan nitrat dalam
jumlah yang sedang tak mempunyai pengaruh. Sedangkan sianida, garam merkurium(II), perak,
dan mangan menggangu.
17. 14
11. Uji palladium (II) klorida : Larutan iodide bereaksi dengan larutan palladium (II) klorida
untuk menghasilkan endapan palladium (II) iodide, PdI2 , yang merah kecoklatan, yang tak larut
dalam asam mineral .
2I- + Pd2+ → PdI2↓
2.4 KLORIDA CLˉ
Kelarutan kebanyakan klorida larut dalam air . Merkurium (I) Klorida ,Hg2Cl2 ,Perak
klorida AgCl,timbale klorida PbCl2,(yang larut sangat sedikit dalam air dingin ,tetapi mudah larut
dalam air mendidih) ,tembaga (l) klorida , CuCl,bismuth osiklorida,BiOCL,stabium
osiklorida,SbOCL,dan merkurium (ll) osiklorida , Hg 2 OCL2,tak larut dalam air.
Untuk mempelajari reaksi – reaksi ini , pakailah larutan natrium klorida ,NaCl 0,1 M.
1. Asam sulfat : klorida akan terurai banyak dalam keadaan dingin ,tapi akan terurai lebih
sempurna jika dengan pemanasan , yang disertai dengan pelepasan hydrogen klorida ,
Clˉ + H2SO4 → HCl↑ + HSOˉ
2. Mangan dioksida dan asam sulfat pekat : Jika klorida padat dicampur dengan mangan
dioksida* produk pengendapan sama banyak ,lalu ditambahkan asam sulfat pekat dan campuran
dipanaskan perlahan,kalor akan dilepaskanyang dapat diidentifikasi dari baunya yang
menyesakkan nafas,warnanya yang hijau ke kuning kuningan ,sifatnya yang memutihkan kertas
lakmus basah,dan mengubah kertas kalium iodide-kanji menjadi biru.hidrogen klorida yang mula
mula terbentuk,dioksidasikan menjadi kalor.
MnO2 + 2H2SO4 + 2Clˉ → M𝑛2+
+ Cl2 ↑ + 2S𝑂4
2−
+2H2O
3. Larutan perak nitrat : Endapan perak klorida AgCl yang sepertididih dan putih .ia tak larut
dalam air dan nitrat encer tetapi larut daam amoniak encer dan dalam larutan kalium sianida dan
tiosulfat.
Clˉ + A𝑔+
→ AgCl ↓
AgCl ↓ + 2NH3 → {(Ag NH3)2 }+
+ Clˉ
18. 15
{(Ag NH3)2 }+
+ Clˉ + 2𝐻+
→ AgCl ↓+ 2NH4+
Jika endapan klorida nya disaring,lalu dicuci dengan kertas saring dan dikocong dengan
larutan natriumarsenit, maka endapan akan berubah menjadi warna perak arsenit yang kuning , uji
ini dikenal untuk uji pemastian klorida.
3AgCl + 𝐴𝑠3
3−
→ Ag3AsO3 +3Clˉ
4. Larutan timbale asetat : larutan putih timbale klorida , dari larutan yang pekat
2Clˉ +𝑃𝑏2+
→ PbCl2 ↓
5. Kalium dikromat dan asam sulfat (uji kromil klorida) : klorida padat dicampurkan dengan
seksama dengan kalium dikromat yang telah dihaluskan menjadi bubuk dan tiga kali lipat beratnya
di dalam labu suling kecil,ditambahkan asam sulfat yang sama volumenya ,dan campuran
dipanaskan perlahan ,uap merah tua kromil klorida yang dilepaskan , dialirkan ke dalam larutan
natrium hidroksida yang terkandung dalam sebuah tabung uji ini, mengandung natrium kromat;
ini dipastikan dengan mengasamkannya dengan asam sulfat encer, menambahkan 1 – 2 ml amil
alkohol dan diikuti dengan sedikit larutan hidrogen peroksida. Lapisan organik itu akan berwarna
biru. Lain pada uji ini, uji difenilkarbazida (Bagian IV.33 reaksi 10) juga boleh dipakai.
Pembentukan suatu kromat dalam destilat menunjukkan adanya suatu klorida dalam zat padat itu,
karena kromil klorida merupakan cairan yang mudah menguap (atsiri).
4Cl- + Cr2O7
2−
+ 6H+ → 2CrO2Cl2 ↑ + 3H2O
CrO2Cl2 ↑ + 4OH- → CrO4
2−
+ 2Cl- +2H2O
Sedikit klor mungkin juga dibebaskan, disebabkan oleh reaksi :
6Cl- + Cr2O7
2−
+ 14H+ → 3Cl2 ↑ + 2Cr3+ + 7H2O
dan ini mengurangi kepekaan uji ini.
Bromida dan iodida menimbulkan halogen bebas yang menghasilkan larutan tak berwarna
dengan larutan natrium hidroksida. Jika rasio iodida terhadap klorida melebihi 1:15, maka
pembentukan kromil klorida sangan banyak tercegah dan klor dilepaskan. Fluorida mengakibatkan
timbulnya kromil fluorida, CrO2F2,yang mudah menguap, yang diuraikan oleh air, sehingga harus
19. 16
dihilangkan (tidak boleh). Nitrit dan nitrat menggangu karena bisa terbentuk nitrosil klorida.
Klorat tentu saja tidak boleh ada.
Klorida dari merkurium, karena ionisasinya yang sedikit maka tidak berespon terhadap uji
ini. Hanya perubahan sebagian saja menjadi CrO2Cl2, terjadi dengan klorida dari timbel, perak,
stibium dan timah.
Teknik uji bercaknya adalah seperti berikut : Kedalam tabung dari gambar II.57 ditaruh
beberapa mg cuplikan padat (atau uapkan 1-2 tetes larutan uji didalamnya), tambahkan sedikit
kalium dikromat yang telah dijadikan bubuk, dan setetes asam sulfat pekat. Taruh suatu kolom
kira-kira satu mm panjangnya dari larutan difenilkarbazida 1 persen dalam alkohol kedalam tabung
kapiler dari penyumbat, dan panaskan peralatan selama beberapa menit. Kromil klorida yang
dilepaskan membuat reagensia itu berwarna lembayung.
Kepekaan : 1,5µg Cl-. Batas konsentrasinya : 1 dalam 30.000.
Suatu cara lain dengan memakai jumlah-jumlah yang sama dari bahan-bahan dalam
peralatan dari gambar II.53, dan sebagai ganti larutan difenilkarbazida dipakai setetes alkali encer
diatas tombol kaca. Panaskan selama beberapa menit, dan setelah didinginkan lalu celupkan
tombol kaca kedalam beberapa tetes larutan difenilkarbazida dalam alkohol yang telah diolah
dengan sedikit asam sulfat encer yang ditaruh diatas lempeng bercak sehingga diperoleh
pewarnaan lembayung.
Kepekaan : 0,3µg Cl-. Batas konsentrasinya : 1 dalam 150.000.
Bromida dalam jumlah sedikit (5persen) tidak mengganggu, tetapi jika bromida dalam
jumlah banyak maka akan menimbulkan cukup brom untuk mengoksidasikan reagensia. Maka
lebih baik tambahkan sedikit fenol kepada larutan reagensia, dimana brom akan dihilangkan
sebagai tribromofenol. Nitrat mengganggu karena terbentuknya nitrosil krolida, tetapi nitrat ini
boleh direduksi oleh garam amonium.
20. 17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kelarutan sulfat dari barium, stromtium dan timbel praktis tak larut dalam air , sulfat dari
kalsium dan merkurium (II) larut sedikit, dan kebanyakan sulfat dari logam-logam sisanya, larut.
Jika sulfat ditambahkan dengan larutan barium klorida maka akan terbentuk endapan putih BaSO4,
jika sulfat ditambahkan dengan larutan timbel asetat maka akan terbentuk endapan putih PbSO4,
dan jika sulfat ditambahkan dengan larutan perak nitrat maka akan terbentuk endapan kristalin
putih AgSO4.
Kelarutan sulfit dari logam alkali dan dari ammonium larut dalm air. Sulfit dari logam
lainnya larut sangat sedikit atau tidak larut. Jika larutan sulfit ditambahkan dengan asam klorida
encer (atau asam sulfat encer) maka akan terjadi penguraian dan lebih cepat jika dipanaskan,
disertai pelepasan belerang dioksida. Jika larutan sulfit ditambahkan dengan larutan perak nitrat
mula-mula tak terjadi perubahan yang dapat dilihat maka harus ditambahkan reagensia yang lebih
banyak sehingga terbentuk endapan kristalin putih.
Larutan iodida jika ditambahkan dengan larutan timbal asetat maka akan terjadi endapan
kuning pada timbel iodida. Jika larutan klorida ditambahkan dengan asam sulfat maka klorida akan
terurai banyak dalam keadaan dingin ,tapi akan terurai lebih sempurna jika dengan pemanasan.
Jika larutan klorida ditambahkan dengan larutan perak nitrat maka akan terbentuk endapan perak
klorida AgCl.
21. 18
DAFTAR PUSTAKA
Svehla, G. 1985. VOGEL : Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian
II Edisi V. Jakarta : PT. Kalma Media Pustaka.
L. Underwood. 1993. Analisis Kimia Kualitatif Edisi IV. Jakarta : Erlangga.