SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
Skrining Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder Batang Buah Naga... (Sulistyarini, dkk)
ISSN 2528-5912
56
SKRINING FITOKIMIA SENYAWA METABOLIT SEKUNDER BATANG BUAH NAGA
(Hylocereus polyrhizus)
Indah Sulistyarini*
, Diah Arum Sari dan Tony Ardian Wicaksono
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi Semarang”
Jl Letjend Sarwo Edie Wibowo KM 1 Plamongansari Semarang, 50193
*
Email : indahsulistyarinistifar@gmail.com
Abstrak
Skrining fitokimia senyawa metabolit sekunder batang buah naga pada penelitian ini
bertujuan untuk menganalisa secara kualitatif kandungan dari batang buah naga, sehingga
harapan selanjutnya adalah agar pemanfaatan dari limbah batang buah naga ini bisa lebih
dikembangkan. Penelitian dilakukan dalam 2 tahap. Tahap 1 yaitu proses penyerbukan
simplisia, dilanjutkan dengan proses ekstraksi dengan pelarut etanol 96%, dan dilanjutkan
dengan fraksinasi menggunakan pelarut n- heksan, etil asetat dan air. Tahap keduanya
adalah skrining fitokimia berupa uji reaksi warna, uji terbentuknya busa, dan uji reaksi
pengendapan, baik pada serbuk, ekstrak maupun pada fraksi batang buah naga (Hylocereus
polyrhizus) terhadap beberapa golongan senyawa, diantaranya adalah flavonoid, alkaloid,
saponin, tanin dan terpenoid. Skrining menunjukkan bahwa serbuk, ekstrak, fraksi n-heksan
dan fraksi etil asetat mengandung flavonoid, steroid dan saponin. Sedangkan fraksi air
mengandung senyawa flavonoid dan saponin.
Kata kunci: skrining fitokimia, metabolit sekunder, batang buah naga
PENDAHULUAN
Pembudidayaan tanaman buah naga mulai berkembang seiring dengan permintaan pasar.
Untuk memenuhi permintaan pasar tersebut, maka dilakukan peningkatan budidaya tumbuhan, agar
buah yang dihasilkan semakin banyak. Untuk memacu pembuahan pada tanaman buah naga
dilakukan pemangkasan cabang batang tanaman buah naga, karena batang yang sudah berbuah
tidak akan bisa berbuah kembali. Pemangkasan batang yang sudah pernah berbuah akan
merangsang pembuahan kembali.
Batang buah naga ini diperoleh dari petani buah naga di desa Wonokerto Kecamatan Bancak
Kabupaten Semarang. Batang buah naga yang dibuang, dimanfaatkan dengan cara dibuat tepung,
sehingga bisa dikembangkan lebih lanjut untuk mengetahui kandungan senyawanya. Penggunaan
batang buah naga dalam penelitian ini merupakan solusi untuk menanggulangi penimbunan limbah
batang buah naga, dan merupakan alternatif pendayagunaan sumber bahan alam untuk
dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, makanan, maupun kosmetik.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk penelitian adalah almari pengering, blender, neraca analitik,
vacuum rotary evapotaror, ayakan mesh 30/40, bejana untuk remaserasi, alat-alat gelas, statif,
klem, cawan porselen, waterbath.
Bahan yang digunakan untuk penelitian adalah serbuk kering batang buah naga, etanol 96%,
serbuk Mg, HCl pekat, amyl alkohol, HCl 2N, dragendroff, bouchardat, FeCl3 10%, NaCl, gelatin,
asam asetat anhidrat, H2SO4 pekat, NaNO2, NaOH, asam sulfanilat, asam salisilat, etil asetat,
kloroform, n-butanol, asam asetat glasial, air, n-heksan, etil asetat, toluen, NH3, anisaldehid-
H2SO4.
Prosedur Penelitian
Cara kerja serbuk batang buah naga diremaserasi dengan etanol 96%. Ekstrak yang didapat
diuapkan dengan rotary vacum evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental etanol. Sisa serbuk
dan ekstrak kental kemudian diuji skrining fitokimia. Setelah itu dilakukan proses fraksinasi
menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan air. Masing-masing kelompok fraksi dilanjutkan
Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta 57
dengan uji skrining fitokimia Uji Skrining fitokimia meliputi uji reaksi warna dan uji reaksi
pengendapan yang dilakukan terhadap beberapa golongan senyawa, diantaranya:
1. Uji Flavanoid
Sampel sebanyak 1 gram ditambahkan 10 ml air panas, didihkan selama 5 menit dan disaring
dalam keadaan panas, filtrat yang diperoleh kemudian diambil 5 ml lalu ditambahkan 0,1 gram
serbuk Mg dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah
dan diperhatikan warna yang terbentuk pada lapisan amil alkohol ( Marjoni, 2016)
2. Uji Tanin
Sampel sebanyak 5 gram disari dengan 10 ml air suling, disaring lalu filtratnya diencerkan
dengan air suling sampai tidak berwarna. Dua ml larutan ditambahkan 1 sampai 2 tetes
pereaksi besi (III) klorida.
3. Uji Alkaloid
Sampel sebanyak 0,5 gram ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan
di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring. Filtrat dipakai untuk tes
alkaloida. Diambil 3 tabung reaksi lalu ke dalam masing-masing tabung reaksi dimasukkan 0,5
ml filtrat. Pada masing-masing tabung ditambahkan 2 tetes pereaksi, dan diamati hasilnya.
4. Uji Steroid/ terpenoid
Sample sebanyak 0,5 gr dilarutkan dengan etanol dimasukkan ke dalam cawan + eter kemudian
diuapkan hingga kering. Kemudian ditambahkan 5 tetes H2SO4(p) + 3 tetes asam asetat
anhidrat.
5. Uji Saponin
Sampel sebanyak 0,5 gram dicampur dengan 10 ml air panas kemudian didinginkan dan
dikocok kuat selama 10 detik hingga muncul buih. Lalu ditambahkan 1 tetes HCl 2 N, untuk
mengamati ketahanan buih. adanya buih yang mantap menunjukkan saponin (Marjoni, 2016).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses remaserasi yang dilakukan didapatkan berat ekstrak kental sebesar 22,52 gram
dengan jumlah rendemen sebesar 9,02% dari 250 gram serbuk. Proses fraksinasi dimulai dengan
cara melarutkan ekstrak kental Batang Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) dengan pelarut
aquadest yang bersifat polar untuk memperbesar tegangan permukaan antar pelarut, sehingga saat
dilakukan fraksinasi menggunakan pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda dapat dipisahkan
secara baik. Ekstrak yang sudah dilarutkan dengan aquadest difraksinasi dengan penambahan
pelarut n-heksan yang bersifat non polar untuk menarik senyawa non polar. Fase air kemudian
difraksinasi lagi menggunakan etil asetat untuk menarik senyawa yang bersifat semi polar. Fraksi
sisa yaitu fraksi air diharapkan mampu menarik senyawa yang bersifat polar. Fraksinasi dilakukan
hingga pelarut n-heksan dan etil asetat tidak berwarna lagi, yang menandakan bahwa tidak ada lagi
senyawa yang tersari dalam pelarut. Diperoleh tiga fraksi berupa fraksi n-heksan, fraksi etil asetat,
fraksi air.Fraksi yang diperoleh kemudian diuapkan untuk memperoleh fraksi kental.
Skrining fitokimia merupakan tahap awal dalam mengidentifikasi senyawa kimia yang
terkandung dalam simplisia. Berikut adalah hasil dari skrining fitokimia pada serbuk, ekstrak,
maupun masing-masing fraksi.
1. Uji Flavonoid
Flavonoid diuji keberadaannya menggunakan Mg dan HCl pekat. Penambahan Mg dan
HCl, dilakukan pada serbuk, estrak dan masing-masing fraksi batang buah naga, dan terbentuk
warna merah, hal ini menunjukkan bahwa sampel tersebut mengandung flavonoid. Menurut
Harborne (1987), senyawa flavonoid akan tereduksi dengan Mg dan HCl sehingga menghasilkan
warna merah, kuning atau jingga.
Skrining Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder Batang Buah Naga... (Sulistyarini, dkk)
ISSN 2528-5912
58
Gambar 1. Uji flavonoid dengan pereaksi Mg dan HCl
(serbuk, ekstrak, fraksi n-heksan, etil asetat, air)
2. Uji Tanin
Pengujian tanin dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan uji reaksi warna dengan
penambahan FeCl3 dan dengan uji gelatin. Jika uji reaksi warna terjadi warna biru atau hijau
kehitaman menunjukkan adanya tanin (Marjoni, 2016). Jika dengan penambahan larutan gelatin
1% dalam natrium klorida 10% akan terjadi endapan warna putih menunjukkan adanya tannin
(Hanani, 2015).
Gambar 2.1. Uji tanin dengan menggunakan reaksi warna FeCl3
(serbuk, ekstrak, fraksi n-heksan, etil asetat, air)
Senyawa tanin adalah senyawa yang bersifat polar karena adanya gugus OH, oleh
karena itu ketika sampel ditambahkan FeCl3 10% akan terjadi perbahan warna seperti biru tua atau
hijau kehitaman yang menandakan adanya senyawa tanin (Jones dan Kinghorn, 2006; Robinson,
1991). Sedangkan menurut Sangi, dkk (2008), senyawa tanin dengan FeCl3 akan terhidrolisis
membentuk warna biru kehitaman. Hasil uji tanin dengan FeCl3 baik pada serbuk, ekstrak dan
semua fraksi menunjukkan negatif tanin, karena hasil yang diperoleh adalah warna kuning.
Gambar 2.2. Uji tanin dengan menggunakan gelatin menunjukkan hasil negatif tanin
(serbuk, ekstrak, fraksi n-heksan, etil asetat, air)
Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta 59
Hasil uji gelatin pada serbuk, ekstrak dan fraksi tidak menunjukkan adanya endapan putih, hal
ini menunjukkan bahwa serbuk, ekstrak dan fraksi tidak mengandung tanin tannin (Sari, dkk.2015).
3. Uji Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa yang mengandung atom nitrogen dan bersifat basa sehingga
untuk mengekstraknya dibutuhkan penambahan asam klorida. Penambahan asam klorida
bertujuan untuk mengekstrak alkaloid yang bersifat basa dengan menggunakan larutan asam
(Farnsworth, 1966; Jones dan Kinghorn, 2006).
Pengujian alkaloid dapat dilakukan dengan menggunakan 3 pereaksi, yaitu mayer,
dragendorff, dan bouchardat. Hasil positif senyawa alkaloid pada pereaksi mayer ditunjukkan
dengan terbentuknya endapan putih hingga kekuningan. Senyawa alkaloid akan berinteraksi
dengan ion tetraiodomerkurat (II) sehingga membentuk senyawa komplek dan mengendap. Hal ini
dikarenakan ion merkuri merupakan ion logam berat yang mampu mengendapkan senyawa
alkaloid yang bersifat basa. (Svehla, 1990).
Pada pereaksi dragendorf, senyawa alkaloid ditunjukkan dengan terbentuk endapan merah
bata (Septiana dkk., 2005). Sedangkan menurut McMurry dan Fay, (2004); Marliana dkk., (2005);
Sangi dkk., (2013), jika suatu senyawa mengandung alkaloid, maka pada pengujian dengan reagen
Dragendorff akan membentuk endapan berwarna coklat orange, atau jingga, karena senyawa
alkaloid akan berinteraksi dengan ion tetraiodobismutat (III).
Hasil positif pada uji bauchardat ditandai dengan terbentuknya endapan coklat. Endapan
yang terbentuk terjadi karena adanya ikatan kovalen koordinasi antara ion logam K+ dengan
alkaloid sehingga terbentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap (Nafisah dkk., 2014).
Pereaksi bauchardat mengandung kalium iodida dan iod.
Gambar 3.1. Uji alkaloid dengan menggunakan pereaksi Bouchardat
(serbuk, ekstrak, fraksi n-heksan, etil asetat, air)
Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua sampel yang diuji dengan pereaksi Bouchardat
tidak didapatkan endapan berwarna coklat kehitaman yang menandakan tidak adanya alkaloid.
Gambar 3.2. Uji alkaloid dengan menggunakan pereaksi Mayer
(serbuk, ekstrak, fraksi n-heksan, etil asetat, air)
Skrining Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder Batang Buah Naga... (Sulistyarini, dkk)
ISSN 2528-5912
60
Pengujian alkaloid pada serbuk, ekstrak, dan masing-masing fraksi batang buah naga
menunjukkan hasil negatif alkaloid. Hasil negatif alkaloid ditunjukkan dengan tidak adanya
endapan putih pada uji alkaloid dengan menggunakan pereaksi Mayer (HgCl2 + KI). Warna larutan
tetap bening, tidak menjadi keruh dan tidak terbentuk endapan putih. Tidak adanya endapan putih
tersebut karena tidak tebentuk kompleks kalium-alkaloid.
Gambar 3.3. Uji alkaloid dengan menggunakan pereaksi Dragendorff
(serbuk, ekstrak, fraksi n-heksan, etil asetat, air)
Pengujian Dragendorff pada serbuk, ekstrak dan masing-masing fraksi batang buah naga tidak
menyebabkan terbentuknya endapan jingga pada penambahan pereaksi Dragendorff karena tidak
memiliki atau mungkin sedikit memiliki alkaloid dimana nitrogen tidak digunakan untuk
membentuk ikatan kovalen koordinat dengan K+ yang merupakan ion logam sehingga terbentuk
endapan jingga.
4. Uji Steroid
Uji Steroid dilakukan dengan pengujian Liebermann-Burchard. Pada uji Liebermann-Burcha
jika terbentuk warna merah atau ungu menunjukkan adanya triterpenoid. Sedangkan jika terbentuk
warna hijau menunjukkan adanya steroid (Depkes RI, 1995)
Hasil pengujian terhadap sampel menunjukkan terbentuknya warna hijau pada serbuk, ekstrak,
fraksi n heksan dan fraksi etil asetat. Hal ini sesuai dengan Robinson (1995) yang menyatakan
bahwa suatu steroid jika direaksikan dengan asam asetat anhidrat dan setetes asam sulfat pekat
akan menghasilkan warna hijau atau biru. Reaksi yang terjadi antara steroid dengan asam asetat
anhidrat adalah reaksi asetilasi gugus –OH pada steroid.
Gambar 4. Uji steroid dengan menggunakan reagen Liebermann-Burchard. (serbuk,
ekstrak, fraksi n-heksan, etil asetat, air)
Adanya senyawa steroid pada serbuk, ekstrak, fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat
dikarenakan senyawa steroid merupakan senyawa non polar yang tidak larut dalam fraksi air yang
merupakan senyawa polar. Penambahan asam asetat anhidrat bertujuan untuk membentuk turunan
asetil, sedangkan penambahan H2SO4 bertujuan untuk menghidrolisis air yang bereaksi dengan
turunan asetil membentuk larutan warna. Perubahan warna yang terbentuk karena terjadinya
oksidasi pada senyawa triterpenoid/steroid melalui pembentukan ikatan rangkap terkonjugasi.
Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta 61
5. Uji Saponin
Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang mudah terdeteksi melalui
kemampuannya dalam membentuk busa. Komponen ikatan glikosida yang terdapat
didalam saponin menyebabkan senyawa ini cenderung bersifat polar (Harborne, 1987).
Keberadaan saponin positif karena sampel yang diuji membentuk busa setinggi 1-10cm
dengan selang waktu ±10 menit (Depkes RI, 1995). Berdasarkan hasil skrining fitokimia
menunjukkan bahwa serbuk, ekstrak dan semua fraksi batang buah naga mengandung saponin.
Gambar 5. Uji saponin dengan uji busa (serbuk, ektrak, fraksin heksan, fraksi air,
fraksi etil asetat)
Buih yang dihaslkan pada pengujian ini bersifat stabil. Penambahan HCl mampu membuat
busa lebih mantap dan stabil . Busa yang timbul disebabkan karena senyawa saponin mengandung
senyawa yang sebagian larut dalam air (hidrofilik) dan senyawa yang larut dalam pelarut nonpolar
(hidrofobik) sebagai surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan (Harborne, 1987).Saat
digojok, gugus hidrofil akan berikatan dengan air sedangkan gugus hidrofob akan berikatan dengan
udara sehingga membentuk buih.
KESIMPULAN
1. Ekstrak kental yang diperoleh dari remaserasi dengan pelarut etanol 96% adalah sebesar
9,02%.
2. Favonoid, steroid dan saponin terdapat dalam serbuk, ekstrak, fraksi n-heksan dan fraksi etil
asetat pada batang buah naga (Hylocereus polyrhizus).
3. Sedangkan fraksi air hanya mengandung flavonoid dan saponin, tidak mengandung steroid.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI, Jakarta;
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Farsnworth, N. R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plant. Journal of
Pharmaceutical Sciences 55: 59
Hanani E. 2015. Analisis Fitokimia. Jakarta :EGC
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia . Terjemahan: Padmawinata, K., dan Soediro, I.
Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Jones, W.P., Kinghorn, A.D. 2006. Extraction of Plant Secondary Metabolites. In: Sharker,
S.D. Latif Z., Gray A.L, eds. Natural Product Isolation . 2nd edition. Humana Press. New
Jersey.
Marjoni, R. 2016. Dasar-Dasar Fitokimia. CV. Trans Info Media. Jakarta.
Marliana, S.D., Suryanti, V., dan Suyono. 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi
Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz) dalamEkstrak
Etanol, Biofarmasi.3(1):26-31
McMurry, J. dan Fay, R.C., 2004. McMurry fay chemistry, 4th edition. Belmont: Pearson
Education Internastional.
Skrining Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder Batang Buah Naga... (Sulistyarini, dkk)
ISSN 2528-5912
62
Nafisah,M., Tukiran., Suyanto., Nurul, H. 2014, Uji Skrining Fitokimia Pada Ekstrak Heksan,
Kloroform, Dan Metanol Dari Tanaman Patikan Kebo (Euphorbia hirta), Jurusan FMIPA,
Prosiding Seminar Nasional Kimia Surabaya, 20 September 2014, Universitas Negeri
Surabaya, 279- 286.
Sangi, M., Runtuwene, M. R. J., Simbala, H. E. I. Dan Makang, V. M. A. 2008. Analisis Fitokimia
Tumbuhan Obat di Kabupaten Minahasa Utara. Chem. Prog. Vol. 1, No.1: 47-53.
Sangi, M.S., Momuat, L.I., dan Kumaunang, M. 2013. Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia
Tepung Gabah Pelepah Aren (Arange pinnata). Universitas Sam Ratulangi. Manado
Sari, K., dan Ernawati. 2015. Kandungan SenyawaKimia dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit
Buah Alpukat (Persea americana. Mill) Terhadap Bakteri Vibrio cholerae. Universitas
andalas.
Septiana, A.T., Dwiyanti, H., Muchtadi, D., dan Zakaria, F.R. (2005). Kajian Antioksidan
Zingiberaceae sebagai Penghambat Oksidasi Lipoprotein Densitas Rendah (LDL) dan
Akumulasi Kolesterol pada Makrofag. Laporan Penelitian Hibah Pekerti Tahun 2. Fakultas
Pertanian. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Svehla, G., 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Edisi kelima,
diterjemahkan oleh Setiono, L & Pudjaatmaka, A. H, Jakarta, Media Pusaka
Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Obat Tinggi. Diterjemahkan Oleh Kokasih
Padmawinata, 191-193, ITB. Bandung.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB. Bandung. Hal 71- 285.

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Titrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cTitrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin c
 
Analisis senyawa obat
Analisis senyawa obatAnalisis senyawa obat
Analisis senyawa obat
 
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrakStandarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
 
Asidimetri dan alkalimetri
Asidimetri dan alkalimetriAsidimetri dan alkalimetri
Asidimetri dan alkalimetri
 
Rekristalisasi
RekristalisasiRekristalisasi
Rekristalisasi
 
Laporan farmasi fisika stabilitas
Laporan farmasi fisika stabilitasLaporan farmasi fisika stabilitas
Laporan farmasi fisika stabilitas
 
Ppt emulsi lotion
Ppt emulsi lotionPpt emulsi lotion
Ppt emulsi lotion
 
Kompleksasi
KompleksasiKompleksasi
Kompleksasi
 
Laporan resmi unguentum
Laporan resmi unguentumLaporan resmi unguentum
Laporan resmi unguentum
 
Berat Jenis dan Rapat Jenis
Berat Jenis dan Rapat JenisBerat Jenis dan Rapat Jenis
Berat Jenis dan Rapat Jenis
 
Isolasi kasein susu
Isolasi kasein susu Isolasi kasein susu
Isolasi kasein susu
 
Makalah cangkang kapsul
Makalah cangkang kapsulMakalah cangkang kapsul
Makalah cangkang kapsul
 
Salep
SalepSalep
Salep
 
Destilasi uap air(1)
Destilasi uap air(1)Destilasi uap air(1)
Destilasi uap air(1)
 
Salep mata (1)
Salep mata (1)Salep mata (1)
Salep mata (1)
 
Fenomena antarmuka
Fenomena antarmuka Fenomena antarmuka
Fenomena antarmuka
 
Titrasi Balik bu yuni
Titrasi Balik bu yuniTitrasi Balik bu yuni
Titrasi Balik bu yuni
 
LAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetriLAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetri
 
laporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetrilaporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetri
 
Kuliah formulasi dasar 1
Kuliah formulasi dasar 1Kuliah formulasi dasar 1
Kuliah formulasi dasar 1
 

Similar to Fitokimia Batang Naga

Jurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassum
Jurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassumJurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassum
Jurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassumMarsono Tarmadi
 
Prak fito (benalu teh)
Prak fito (benalu teh)Prak fito (benalu teh)
Prak fito (benalu teh)Hani Ani
 
PPT Review jurnal anatomi.pptx
PPT Review jurnal anatomi.pptxPPT Review jurnal anatomi.pptx
PPT Review jurnal anatomi.pptxIrenee9
 
Isolasi piperin b3 fitokimia
Isolasi piperin b3 fitokimiaIsolasi piperin b3 fitokimia
Isolasi piperin b3 fitokimiaLusiaPrisilia
 
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pareIsolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah parePuspita Eka Rohmah
 
Naskah publikasi k100130027
Naskah publikasi k100130027Naskah publikasi k100130027
Naskah publikasi k100130027dwifitriyani7
 
GROUP PROJECT BIOTEKNOLOGI
GROUP PROJECT BIOTEKNOLOGIGROUP PROJECT BIOTEKNOLOGI
GROUP PROJECT BIOTEKNOLOGIRiaAnggun
 
Laporan praktikum kimia organik triterpen dan steroid
Laporan praktikum kimia organik triterpen dan steroidLaporan praktikum kimia organik triterpen dan steroid
Laporan praktikum kimia organik triterpen dan steroidLathifuddinSiddiq
 
Praktikum fitokimia tugas 1 Identifikasi senyawa alkaloida (ekstrak Alstonia ...
Praktikum fitokimia tugas 1 Identifikasi senyawa alkaloida (ekstrak Alstonia ...Praktikum fitokimia tugas 1 Identifikasi senyawa alkaloida (ekstrak Alstonia ...
Praktikum fitokimia tugas 1 Identifikasi senyawa alkaloida (ekstrak Alstonia ...Rahmahhutami
 
Review Jurnal Kromatografi Gas
Review Jurnal Kromatografi GasReview Jurnal Kromatografi Gas
Review Jurnal Kromatografi GasSalsabila Azzahra
 
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGILAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGIRiaAnggun
 
Laporan fito 2 kopi (Coffea arabica)
Laporan fito 2 kopi (Coffea arabica)Laporan fito 2 kopi (Coffea arabica)
Laporan fito 2 kopi (Coffea arabica)Hani Ani
 
Identifikasi Senyawa Organik
Identifikasi Senyawa OrganikIdentifikasi Senyawa Organik
Identifikasi Senyawa Organikfitriasusilowati
 
Pengujian amina dan turunanny1
Pengujian amina dan turunanny1Pengujian amina dan turunanny1
Pengujian amina dan turunanny1Sabila Izzati
 

Similar to Fitokimia Batang Naga (20)

PP KOMPRE.pptx
PP KOMPRE.pptxPP KOMPRE.pptx
PP KOMPRE.pptx
 
PP HASIL SARI-ok.pptx
PP HASIL SARI-ok.pptxPP HASIL SARI-ok.pptx
PP HASIL SARI-ok.pptx
 
Jurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassum
Jurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassumJurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassum
Jurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassum
 
380 855-1-sm
380 855-1-sm380 855-1-sm
380 855-1-sm
 
Prak fito (benalu teh)
Prak fito (benalu teh)Prak fito (benalu teh)
Prak fito (benalu teh)
 
PPT Review jurnal anatomi.pptx
PPT Review jurnal anatomi.pptxPPT Review jurnal anatomi.pptx
PPT Review jurnal anatomi.pptx
 
9. ririn.pdf
9. ririn.pdf9. ririn.pdf
9. ririn.pdf
 
Isolasi piperin b3 fitokimia
Isolasi piperin b3 fitokimiaIsolasi piperin b3 fitokimia
Isolasi piperin b3 fitokimia
 
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pareIsolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
Isolasi identifikasi senyawa antitumor pada buah pare
 
Review materi jurnal kimia
Review materi jurnal kimiaReview materi jurnal kimia
Review materi jurnal kimia
 
Naskah publikasi k100130027
Naskah publikasi k100130027Naskah publikasi k100130027
Naskah publikasi k100130027
 
GROUP PROJECT BIOTEKNOLOGI
GROUP PROJECT BIOTEKNOLOGIGROUP PROJECT BIOTEKNOLOGI
GROUP PROJECT BIOTEKNOLOGI
 
Laporan praktikum kimia organik triterpen dan steroid
Laporan praktikum kimia organik triterpen dan steroidLaporan praktikum kimia organik triterpen dan steroid
Laporan praktikum kimia organik triterpen dan steroid
 
Praktikum fitokimia tugas 1 Identifikasi senyawa alkaloida (ekstrak Alstonia ...
Praktikum fitokimia tugas 1 Identifikasi senyawa alkaloida (ekstrak Alstonia ...Praktikum fitokimia tugas 1 Identifikasi senyawa alkaloida (ekstrak Alstonia ...
Praktikum fitokimia tugas 1 Identifikasi senyawa alkaloida (ekstrak Alstonia ...
 
Review Jurnal Kromatografi Gas
Review Jurnal Kromatografi GasReview Jurnal Kromatografi Gas
Review Jurnal Kromatografi Gas
 
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGILAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
 
Laporan fito 2 kopi (Coffea arabica)
Laporan fito 2 kopi (Coffea arabica)Laporan fito 2 kopi (Coffea arabica)
Laporan fito 2 kopi (Coffea arabica)
 
uji KLT daun kelor.pdf
uji KLT daun kelor.pdfuji KLT daun kelor.pdf
uji KLT daun kelor.pdf
 
Identifikasi Senyawa Organik
Identifikasi Senyawa OrganikIdentifikasi Senyawa Organik
Identifikasi Senyawa Organik
 
Pengujian amina dan turunanny1
Pengujian amina dan turunanny1Pengujian amina dan turunanny1
Pengujian amina dan turunanny1
 

Recently uploaded

Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 

Recently uploaded (19)

Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 

Fitokimia Batang Naga

  • 1. Skrining Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder Batang Buah Naga... (Sulistyarini, dkk) ISSN 2528-5912 56 SKRINING FITOKIMIA SENYAWA METABOLIT SEKUNDER BATANG BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) Indah Sulistyarini* , Diah Arum Sari dan Tony Ardian Wicaksono Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi Semarang” Jl Letjend Sarwo Edie Wibowo KM 1 Plamongansari Semarang, 50193 * Email : indahsulistyarinistifar@gmail.com Abstrak Skrining fitokimia senyawa metabolit sekunder batang buah naga pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisa secara kualitatif kandungan dari batang buah naga, sehingga harapan selanjutnya adalah agar pemanfaatan dari limbah batang buah naga ini bisa lebih dikembangkan. Penelitian dilakukan dalam 2 tahap. Tahap 1 yaitu proses penyerbukan simplisia, dilanjutkan dengan proses ekstraksi dengan pelarut etanol 96%, dan dilanjutkan dengan fraksinasi menggunakan pelarut n- heksan, etil asetat dan air. Tahap keduanya adalah skrining fitokimia berupa uji reaksi warna, uji terbentuknya busa, dan uji reaksi pengendapan, baik pada serbuk, ekstrak maupun pada fraksi batang buah naga (Hylocereus polyrhizus) terhadap beberapa golongan senyawa, diantaranya adalah flavonoid, alkaloid, saponin, tanin dan terpenoid. Skrining menunjukkan bahwa serbuk, ekstrak, fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat mengandung flavonoid, steroid dan saponin. Sedangkan fraksi air mengandung senyawa flavonoid dan saponin. Kata kunci: skrining fitokimia, metabolit sekunder, batang buah naga PENDAHULUAN Pembudidayaan tanaman buah naga mulai berkembang seiring dengan permintaan pasar. Untuk memenuhi permintaan pasar tersebut, maka dilakukan peningkatan budidaya tumbuhan, agar buah yang dihasilkan semakin banyak. Untuk memacu pembuahan pada tanaman buah naga dilakukan pemangkasan cabang batang tanaman buah naga, karena batang yang sudah berbuah tidak akan bisa berbuah kembali. Pemangkasan batang yang sudah pernah berbuah akan merangsang pembuahan kembali. Batang buah naga ini diperoleh dari petani buah naga di desa Wonokerto Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. Batang buah naga yang dibuang, dimanfaatkan dengan cara dibuat tepung, sehingga bisa dikembangkan lebih lanjut untuk mengetahui kandungan senyawanya. Penggunaan batang buah naga dalam penelitian ini merupakan solusi untuk menanggulangi penimbunan limbah batang buah naga, dan merupakan alternatif pendayagunaan sumber bahan alam untuk dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, makanan, maupun kosmetik. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat yang digunakan untuk penelitian adalah almari pengering, blender, neraca analitik, vacuum rotary evapotaror, ayakan mesh 30/40, bejana untuk remaserasi, alat-alat gelas, statif, klem, cawan porselen, waterbath. Bahan yang digunakan untuk penelitian adalah serbuk kering batang buah naga, etanol 96%, serbuk Mg, HCl pekat, amyl alkohol, HCl 2N, dragendroff, bouchardat, FeCl3 10%, NaCl, gelatin, asam asetat anhidrat, H2SO4 pekat, NaNO2, NaOH, asam sulfanilat, asam salisilat, etil asetat, kloroform, n-butanol, asam asetat glasial, air, n-heksan, etil asetat, toluen, NH3, anisaldehid- H2SO4. Prosedur Penelitian Cara kerja serbuk batang buah naga diremaserasi dengan etanol 96%. Ekstrak yang didapat diuapkan dengan rotary vacum evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental etanol. Sisa serbuk dan ekstrak kental kemudian diuji skrining fitokimia. Setelah itu dilakukan proses fraksinasi menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan air. Masing-masing kelompok fraksi dilanjutkan
  • 2. Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta 57 dengan uji skrining fitokimia Uji Skrining fitokimia meliputi uji reaksi warna dan uji reaksi pengendapan yang dilakukan terhadap beberapa golongan senyawa, diantaranya: 1. Uji Flavanoid Sampel sebanyak 1 gram ditambahkan 10 ml air panas, didihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas, filtrat yang diperoleh kemudian diambil 5 ml lalu ditambahkan 0,1 gram serbuk Mg dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah dan diperhatikan warna yang terbentuk pada lapisan amil alkohol ( Marjoni, 2016) 2. Uji Tanin Sampel sebanyak 5 gram disari dengan 10 ml air suling, disaring lalu filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Dua ml larutan ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi (III) klorida. 3. Uji Alkaloid Sampel sebanyak 0,5 gram ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring. Filtrat dipakai untuk tes alkaloida. Diambil 3 tabung reaksi lalu ke dalam masing-masing tabung reaksi dimasukkan 0,5 ml filtrat. Pada masing-masing tabung ditambahkan 2 tetes pereaksi, dan diamati hasilnya. 4. Uji Steroid/ terpenoid Sample sebanyak 0,5 gr dilarutkan dengan etanol dimasukkan ke dalam cawan + eter kemudian diuapkan hingga kering. Kemudian ditambahkan 5 tetes H2SO4(p) + 3 tetes asam asetat anhidrat. 5. Uji Saponin Sampel sebanyak 0,5 gram dicampur dengan 10 ml air panas kemudian didinginkan dan dikocok kuat selama 10 detik hingga muncul buih. Lalu ditambahkan 1 tetes HCl 2 N, untuk mengamati ketahanan buih. adanya buih yang mantap menunjukkan saponin (Marjoni, 2016). HASIL DAN PEMBAHASAN Proses remaserasi yang dilakukan didapatkan berat ekstrak kental sebesar 22,52 gram dengan jumlah rendemen sebesar 9,02% dari 250 gram serbuk. Proses fraksinasi dimulai dengan cara melarutkan ekstrak kental Batang Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) dengan pelarut aquadest yang bersifat polar untuk memperbesar tegangan permukaan antar pelarut, sehingga saat dilakukan fraksinasi menggunakan pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda dapat dipisahkan secara baik. Ekstrak yang sudah dilarutkan dengan aquadest difraksinasi dengan penambahan pelarut n-heksan yang bersifat non polar untuk menarik senyawa non polar. Fase air kemudian difraksinasi lagi menggunakan etil asetat untuk menarik senyawa yang bersifat semi polar. Fraksi sisa yaitu fraksi air diharapkan mampu menarik senyawa yang bersifat polar. Fraksinasi dilakukan hingga pelarut n-heksan dan etil asetat tidak berwarna lagi, yang menandakan bahwa tidak ada lagi senyawa yang tersari dalam pelarut. Diperoleh tiga fraksi berupa fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, fraksi air.Fraksi yang diperoleh kemudian diuapkan untuk memperoleh fraksi kental. Skrining fitokimia merupakan tahap awal dalam mengidentifikasi senyawa kimia yang terkandung dalam simplisia. Berikut adalah hasil dari skrining fitokimia pada serbuk, ekstrak, maupun masing-masing fraksi. 1. Uji Flavonoid Flavonoid diuji keberadaannya menggunakan Mg dan HCl pekat. Penambahan Mg dan HCl, dilakukan pada serbuk, estrak dan masing-masing fraksi batang buah naga, dan terbentuk warna merah, hal ini menunjukkan bahwa sampel tersebut mengandung flavonoid. Menurut Harborne (1987), senyawa flavonoid akan tereduksi dengan Mg dan HCl sehingga menghasilkan warna merah, kuning atau jingga.
  • 3. Skrining Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder Batang Buah Naga... (Sulistyarini, dkk) ISSN 2528-5912 58 Gambar 1. Uji flavonoid dengan pereaksi Mg dan HCl (serbuk, ekstrak, fraksi n-heksan, etil asetat, air) 2. Uji Tanin Pengujian tanin dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan uji reaksi warna dengan penambahan FeCl3 dan dengan uji gelatin. Jika uji reaksi warna terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin (Marjoni, 2016). Jika dengan penambahan larutan gelatin 1% dalam natrium klorida 10% akan terjadi endapan warna putih menunjukkan adanya tannin (Hanani, 2015). Gambar 2.1. Uji tanin dengan menggunakan reaksi warna FeCl3 (serbuk, ekstrak, fraksi n-heksan, etil asetat, air) Senyawa tanin adalah senyawa yang bersifat polar karena adanya gugus OH, oleh karena itu ketika sampel ditambahkan FeCl3 10% akan terjadi perbahan warna seperti biru tua atau hijau kehitaman yang menandakan adanya senyawa tanin (Jones dan Kinghorn, 2006; Robinson, 1991). Sedangkan menurut Sangi, dkk (2008), senyawa tanin dengan FeCl3 akan terhidrolisis membentuk warna biru kehitaman. Hasil uji tanin dengan FeCl3 baik pada serbuk, ekstrak dan semua fraksi menunjukkan negatif tanin, karena hasil yang diperoleh adalah warna kuning. Gambar 2.2. Uji tanin dengan menggunakan gelatin menunjukkan hasil negatif tanin (serbuk, ekstrak, fraksi n-heksan, etil asetat, air)
  • 4. Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta 59 Hasil uji gelatin pada serbuk, ekstrak dan fraksi tidak menunjukkan adanya endapan putih, hal ini menunjukkan bahwa serbuk, ekstrak dan fraksi tidak mengandung tanin tannin (Sari, dkk.2015). 3. Uji Alkaloid Alkaloid merupakan senyawa yang mengandung atom nitrogen dan bersifat basa sehingga untuk mengekstraknya dibutuhkan penambahan asam klorida. Penambahan asam klorida bertujuan untuk mengekstrak alkaloid yang bersifat basa dengan menggunakan larutan asam (Farnsworth, 1966; Jones dan Kinghorn, 2006). Pengujian alkaloid dapat dilakukan dengan menggunakan 3 pereaksi, yaitu mayer, dragendorff, dan bouchardat. Hasil positif senyawa alkaloid pada pereaksi mayer ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih hingga kekuningan. Senyawa alkaloid akan berinteraksi dengan ion tetraiodomerkurat (II) sehingga membentuk senyawa komplek dan mengendap. Hal ini dikarenakan ion merkuri merupakan ion logam berat yang mampu mengendapkan senyawa alkaloid yang bersifat basa. (Svehla, 1990). Pada pereaksi dragendorf, senyawa alkaloid ditunjukkan dengan terbentuk endapan merah bata (Septiana dkk., 2005). Sedangkan menurut McMurry dan Fay, (2004); Marliana dkk., (2005); Sangi dkk., (2013), jika suatu senyawa mengandung alkaloid, maka pada pengujian dengan reagen Dragendorff akan membentuk endapan berwarna coklat orange, atau jingga, karena senyawa alkaloid akan berinteraksi dengan ion tetraiodobismutat (III). Hasil positif pada uji bauchardat ditandai dengan terbentuknya endapan coklat. Endapan yang terbentuk terjadi karena adanya ikatan kovalen koordinasi antara ion logam K+ dengan alkaloid sehingga terbentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap (Nafisah dkk., 2014). Pereaksi bauchardat mengandung kalium iodida dan iod. Gambar 3.1. Uji alkaloid dengan menggunakan pereaksi Bouchardat (serbuk, ekstrak, fraksi n-heksan, etil asetat, air) Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua sampel yang diuji dengan pereaksi Bouchardat tidak didapatkan endapan berwarna coklat kehitaman yang menandakan tidak adanya alkaloid. Gambar 3.2. Uji alkaloid dengan menggunakan pereaksi Mayer (serbuk, ekstrak, fraksi n-heksan, etil asetat, air)
  • 5. Skrining Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder Batang Buah Naga... (Sulistyarini, dkk) ISSN 2528-5912 60 Pengujian alkaloid pada serbuk, ekstrak, dan masing-masing fraksi batang buah naga menunjukkan hasil negatif alkaloid. Hasil negatif alkaloid ditunjukkan dengan tidak adanya endapan putih pada uji alkaloid dengan menggunakan pereaksi Mayer (HgCl2 + KI). Warna larutan tetap bening, tidak menjadi keruh dan tidak terbentuk endapan putih. Tidak adanya endapan putih tersebut karena tidak tebentuk kompleks kalium-alkaloid. Gambar 3.3. Uji alkaloid dengan menggunakan pereaksi Dragendorff (serbuk, ekstrak, fraksi n-heksan, etil asetat, air) Pengujian Dragendorff pada serbuk, ekstrak dan masing-masing fraksi batang buah naga tidak menyebabkan terbentuknya endapan jingga pada penambahan pereaksi Dragendorff karena tidak memiliki atau mungkin sedikit memiliki alkaloid dimana nitrogen tidak digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan K+ yang merupakan ion logam sehingga terbentuk endapan jingga. 4. Uji Steroid Uji Steroid dilakukan dengan pengujian Liebermann-Burchard. Pada uji Liebermann-Burcha jika terbentuk warna merah atau ungu menunjukkan adanya triterpenoid. Sedangkan jika terbentuk warna hijau menunjukkan adanya steroid (Depkes RI, 1995) Hasil pengujian terhadap sampel menunjukkan terbentuknya warna hijau pada serbuk, ekstrak, fraksi n heksan dan fraksi etil asetat. Hal ini sesuai dengan Robinson (1995) yang menyatakan bahwa suatu steroid jika direaksikan dengan asam asetat anhidrat dan setetes asam sulfat pekat akan menghasilkan warna hijau atau biru. Reaksi yang terjadi antara steroid dengan asam asetat anhidrat adalah reaksi asetilasi gugus –OH pada steroid. Gambar 4. Uji steroid dengan menggunakan reagen Liebermann-Burchard. (serbuk, ekstrak, fraksi n-heksan, etil asetat, air) Adanya senyawa steroid pada serbuk, ekstrak, fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat dikarenakan senyawa steroid merupakan senyawa non polar yang tidak larut dalam fraksi air yang merupakan senyawa polar. Penambahan asam asetat anhidrat bertujuan untuk membentuk turunan asetil, sedangkan penambahan H2SO4 bertujuan untuk menghidrolisis air yang bereaksi dengan turunan asetil membentuk larutan warna. Perubahan warna yang terbentuk karena terjadinya oksidasi pada senyawa triterpenoid/steroid melalui pembentukan ikatan rangkap terkonjugasi.
  • 6. Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta 61 5. Uji Saponin Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang mudah terdeteksi melalui kemampuannya dalam membentuk busa. Komponen ikatan glikosida yang terdapat didalam saponin menyebabkan senyawa ini cenderung bersifat polar (Harborne, 1987). Keberadaan saponin positif karena sampel yang diuji membentuk busa setinggi 1-10cm dengan selang waktu ±10 menit (Depkes RI, 1995). Berdasarkan hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa serbuk, ekstrak dan semua fraksi batang buah naga mengandung saponin. Gambar 5. Uji saponin dengan uji busa (serbuk, ektrak, fraksin heksan, fraksi air, fraksi etil asetat) Buih yang dihaslkan pada pengujian ini bersifat stabil. Penambahan HCl mampu membuat busa lebih mantap dan stabil . Busa yang timbul disebabkan karena senyawa saponin mengandung senyawa yang sebagian larut dalam air (hidrofilik) dan senyawa yang larut dalam pelarut nonpolar (hidrofobik) sebagai surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan (Harborne, 1987).Saat digojok, gugus hidrofil akan berikatan dengan air sedangkan gugus hidrofob akan berikatan dengan udara sehingga membentuk buih. KESIMPULAN 1. Ekstrak kental yang diperoleh dari remaserasi dengan pelarut etanol 96% adalah sebesar 9,02%. 2. Favonoid, steroid dan saponin terdapat dalam serbuk, ekstrak, fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat pada batang buah naga (Hylocereus polyrhizus). 3. Sedangkan fraksi air hanya mengandung flavonoid dan saponin, tidak mengandung steroid. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI, Jakarta; Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farsnworth, N. R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plant. Journal of Pharmaceutical Sciences 55: 59 Hanani E. 2015. Analisis Fitokimia. Jakarta :EGC Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia . Terjemahan: Padmawinata, K., dan Soediro, I. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Jones, W.P., Kinghorn, A.D. 2006. Extraction of Plant Secondary Metabolites. In: Sharker, S.D. Latif Z., Gray A.L, eds. Natural Product Isolation . 2nd edition. Humana Press. New Jersey. Marjoni, R. 2016. Dasar-Dasar Fitokimia. CV. Trans Info Media. Jakarta. Marliana, S.D., Suryanti, V., dan Suyono. 2005. Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz) dalamEkstrak Etanol, Biofarmasi.3(1):26-31 McMurry, J. dan Fay, R.C., 2004. McMurry fay chemistry, 4th edition. Belmont: Pearson Education Internastional.
  • 7. Skrining Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder Batang Buah Naga... (Sulistyarini, dkk) ISSN 2528-5912 62 Nafisah,M., Tukiran., Suyanto., Nurul, H. 2014, Uji Skrining Fitokimia Pada Ekstrak Heksan, Kloroform, Dan Metanol Dari Tanaman Patikan Kebo (Euphorbia hirta), Jurusan FMIPA, Prosiding Seminar Nasional Kimia Surabaya, 20 September 2014, Universitas Negeri Surabaya, 279- 286. Sangi, M., Runtuwene, M. R. J., Simbala, H. E. I. Dan Makang, V. M. A. 2008. Analisis Fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten Minahasa Utara. Chem. Prog. Vol. 1, No.1: 47-53. Sangi, M.S., Momuat, L.I., dan Kumaunang, M. 2013. Uji Toksisitas dan Skrining Fitokimia Tepung Gabah Pelepah Aren (Arange pinnata). Universitas Sam Ratulangi. Manado Sari, K., dan Ernawati. 2015. Kandungan SenyawaKimia dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Alpukat (Persea americana. Mill) Terhadap Bakteri Vibrio cholerae. Universitas andalas. Septiana, A.T., Dwiyanti, H., Muchtadi, D., dan Zakaria, F.R. (2005). Kajian Antioksidan Zingiberaceae sebagai Penghambat Oksidasi Lipoprotein Densitas Rendah (LDL) dan Akumulasi Kolesterol pada Makrofag. Laporan Penelitian Hibah Pekerti Tahun 2. Fakultas Pertanian. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Svehla, G., 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Edisi kelima, diterjemahkan oleh Setiono, L & Pudjaatmaka, A. H, Jakarta, Media Pusaka Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Obat Tinggi. Diterjemahkan Oleh Kokasih Padmawinata, 191-193, ITB. Bandung. Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB. Bandung. Hal 71- 285.