SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
Download to read offline
Penerapan Konsep ‘One Health’ di
Peternakan dan Pasar Unggas dengan
Mengoptimalkan Penerapan Biosekuriti
untuk Pencegahan Zoonosis dan
Resistensi Antibiotik
PELAKSANA WEBINAR:
CENTER FOR TROPICAL VETERINARY STUDIES
ONE HEALTH COLLABORATION CENTER
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH, ACEH
“Webinar on Prevention of Potential Zoonoses Agents Through
Application of Biosecurity Measures in Farm and Live Poultry
Market Series 1” – Sabtu, 25 Juni 2022
Drh. Tri Satya Putri Naipospos, MPhil, PhD (CIVAS)
Konsep One Health
o ‘One Health’ adalah suatu konsep yang berkaitan dengan hubungan yang
rumit antara HEWAN, MANUSIA, dan LINGKUNGAN dalam kaitannya
dengan KESEHATAN dan PENYAKIT (King, 2008).
o Badan Pertanian dan Pangan Dunia (FAO) melihat ‘One Health’ sebagai visi
holistik untuk mengatasi tantangan kompleks yang mengancam kesehatan
manusia dan hewan, ketahanan pangan, kemiskinan, dan lingkungan di mana
penyakit berkembang (Hasler et al., 2014).
o ’One Health’ adalah pendekatan untuk mengatasi masalah kesehatan
masyarakat yang kompleks yang melibatkan berbagai disiplin ilmu, misalnya
penyakit zoonosis yang baru muncul (emerging zoonotic diseases), keamanan
pangan (food safety) dan seleksi patogen resisten antimikroba (Xie et al, 2017).
2
Sumber: One Health and biosecurity: a safeguard against diseases (dellait.com).
Konsep Biosekuriti
○ Biosekuriti telah didefinisikan sebagai suatu pekerjaan dalam bentuk
strategi, upaya dan perencanaan untuk melindungi kesehatan manusia, hewan
dan lingkungan terhadap patogen (Dunowska, 2007).
○ FAO pada 2003 mengadopsi biosekuriti sebagai istilah inklusif yang
mencakup kebijakan dan regulasi untuk melindungi pertanian, pangan dan
lingkungan dari risiko biologis (biological risk) (FAO, 2003).
○ Biosekuriti didasarkan atas penerapan tindakan-tindakan untuk mencegah
introduksi penyakit ke suatu populasi, misalnya menggunakan sumber-
sumber sapi baru dan sapi pengganti yang dapat dipercaya untuk mencegah
introduksi penyakit ke populasi atau membangun suatu area pemisahan (area
of separation) antara populasi yang ada di dalam dan yang di luar peternakan.
3
Sumber: One Health and biosecurity: a safeguard against diseases (dellait.com).
Manusia, hewan & lingkungan
○ Konvergensi manusia, hewan dan lingkungan
telah menciptakan dinamika baru, di mana
kesehatan masing-masing kelompok saling
berhubungan erat (King, 2008).
○ Ke-tiga pilar biosekuriti (manusia, hewan dan
lingkungan) dimiliki juga oleh konsep One
Health, oleh karena itu biosekuriti diterapkan
dengan mempertimbangkan One Health,
terutama dalam hal kolaborasi dan kerja sama
antar sektor untuk mengendalikan penyebaran
patogen.
4
Biosekuriti pada dasarnya
adalah isu One Health. Pada
intinya biosekuriti adalah
tentang mengelola risiko
(Mark Schipp, 2021).
Sumber: One Health and biosecurity: a safeguard against diseases (dellait.com).
Konsep One Health dalam Biosekuriti
○ One Health bukan konsep baru,
dan keterkaitan antara lingkungan
dan kesehatan manusia dan hewan
dikenal ribuan tahun yang lalu.
○ Dengan mengadopsi pendekatan
One Health, risiko biosekuriti
dapat dinilai dan dikelola secara
efektif dan komprehensif (Schipp
M., 2021).
5
Sumber: Mark Schipp (2021). One Health biosecurity in action.
Mengapa biosekuriti yang terintegrasi?
○ Kebanyakan negara (termasuk Indonesia) masih mengelola biosekuriti
secara tradisional dengan pemisahan antar sektor, yang menghasilkan
kurangnya fokus strategis, penggunaan yang tidak efisien dari sumber daya
yang terbatas, dan hasil yang kurang optimal.
○ Kepentingan untuk meningkatkan koordinasi antar sektor dan kelembagaan
nasional terutama dalam melaksanakan tindakan-tindakan SPS.
○ Beberapa negara mengadopsi pendekatan terintegrasi terhadap biosekuriti
(Contoh: Australia, Selandia Baru, Norwegia, Kanada, Finlandia).
○ FAO mengembangkan ‘BIOSECURITY TOOLKIT’ – pedoman dan alat
untuk membantu negara-negara berkembang dalam mengadopsi pendekatan
yang lebih koheren dan holistik terhadap biosekuriti.
6
Sumber: FAO Biosecurity Toolkit. STDF Workshop on SPS Capacity Evaluation Tools, 31 March 2008, Geneva.
FAO Biosecurity Toolkit (2007)
○ Biosekuriti adalah pendekatan terintegrasi yang
strategik dan terintegrasi dalam menganalisis dan
mengelola risiko yang relevan terhadap kehidupan
dan kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan, dan
kaitannya dengan risiko terhadap lingkungan.
○ Bahaya biosekuriti (biosecurity hazards) dari
berbagai jenis ada di setiap sektor dan memiliki
potensi yang tinggi untuk berpindah antara sektor.
○ Untuk itu, pengendalian yang tidak memadai di satu
sektor dapat menimbulkan konsekuensi yang luas
bagi sektor lainnya.
7
Mengapa biosekuriti penting untuk
kepentingan global?
○ Globalisasi
○ Kenaikan pergerakan orang, produk pertanian dan pangan antar
negara, kawasan dan lokal.
○ Perhatian yang lebih besar kepada biodiversitas dan lingkungan.
○ Muncul dan menyebarnya penyakit-penyakit lintas batas
(transboundary diseases).
○ Perubahan dalam cara pangan, tumbuhan dan hewan diproduksi,
diolah dan didistribusi.
○ Ketidakpastian sekitar pemanfaatan teknologi baru.
○ Kewajiban internasional dalam mematuhi perjanjian sanitary dan
phytosanitary (SPS).
8
Sumber: FAO Biosecurity Toolkit. STDF Workshop on SPS Capacity Evaluation Tools, 31 March 2008, Geneva.
Risiko yang muncul (emerging risk)
○ Dengan mengadopsi pendekatan One Health, risiko biosekuriti dapat dinilai
dan dikelola secara efektif dan komprehensif.
○ Selain berusaha meminimalkan bahaya, penting juga diperhatikan bahwa
biosekuriti yang baik memberikan nilai positif – meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan, meningkatkan produktivitas, mendukung ketahanan pangan dan
meningkatkan kemakmuran.
○ Mengelola ancaman dan mengoptimalkan kesehatan akan menjadi lebih penting
saat ini maupun ke depan, karena kita hidup di dunia yang berada di bawah
tekanan yang meningkat dan di mana risiko biosekuriti terus berkembang
secara konstan dan muncul – sebagian besar didorong oleh perilaku manusia.
○ Mengingat ancaman terus terekskalasi baik dalam skala dan frekuensi, urgensi
mengadopsi pendekatan One Health semakin menjadi lebih penting.
9
Pendekatan biosekuriti terintegrasi
○ Otoritas kompeten yang
bertanggung jawab untuk sektor
yang biasanya berkaitan dengan
biosekuriti dan memainkan
peran primer dalam pendekatan
biosekuriti terintegrasi, seperti:
– keamanan pangan;
– kesehatan masyarakat;
– pertanian;
– kehutanan;
– perikanan; dan
– lingkungan
10
Pendekatan
biosekuriti
terintegrasi
Otoritas kompeten
pertanian, kehutanan,
perikanan, keamanan
pangan dan kesehatan
masyarakat
Pendapat
publik dan
perwakilan
Lembaga
penelitian
ilmiah dan
universitas
LSM,
kelompok
minat
khusus,
media
Produsen
primer
pangan dan
komoditi
Industri
(termasuk
importir
dan
eksportir
Kegiatan
pemerintah lain
(mis. perdagangan,
pariwisata,
konservasi)
Sumber: FAO (2017). Biosecutiry Toolkit.
Biosekuriti kesehatan hewan
○ Biosekuriti kesehatan hewan berkaitan dengan pengendalian kesehatan impor,
domestik dan ekspor dari hewan dan produk hewan.
○ Lembaga pemerintah bidang veteriner umumnya menjadi satu-satunya otoritas
kompeten yang bertanggung jawab atas kesehatan hewan dan dalam banyak kasus,
juga bertanggung jawab terhadap aspek keamanan pangan dari pemotongan hewan
hingga akhir pemrosesan primer.
○ Pengendalian impor utamanya dirancang untuk mencegah masuknya bahaya
patogen terhadap hewan selama perdagangan hewan, material genetik hewan,
produk hewan, bahan pakan dan produk biologis.
○ Otoritas kompeten di lingkungan domestik, selain bertanggung jawab untuk
mengendalikan dan memberantas penyakit endemik, seringkali bertanggung jawab
untuk menerapkan pengendalian yang dapat mencegah introduksi tingkat bahaya
kimiawi pada rantai pangan (misal: residu obat-obatan veteriner dan pestisida).
11
Sumber: FAO (2017). Biosecutiry Toolkit.
Tingkatan biosekuriti
○ Biosekuriti nasional (national biosecurity) adalah serangkaian tindakan yang dirancang
untuk menganalisis dan mengelola risiko di tingkat negara yang mengancam kehidupan
dan kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan dan dikaitkan dengan risiko kepada
lingkungan.
○ Biosekuriti wilayah (area biosecurity) adalah serangkaian tindakan yang dirancang
untuk melindungi hewan dari introduksi/penyebaran penyakit di tingkat wilayah selama
transportasi ternak (rantai pasar/supply chain), pada sistim produksi yang berbeda, di
rumah potong, laboratorium, klinik hewan dan pasar hewan.
○ Biosekuriti di peternakan (on-farm biosecurity) adalah serangkaian tindakan yang
dirancang untuk melindungi suatu properti dari masuknya dan menyebarnya penyakit.
Ini merupakan tanggung jawab dari pemilik lahan dan setiap orang yang mengunjungi
atau yang bekerja di properti tersebut untuk memastikan bahwa tindakan tersebut
dilaksanakan.
12
Apa itu ‘on-farm biosecurity’?
○ Ketahanan (security) dari penularan penyakit menular, parasit dan hama ke
suatu unit produksi di mana infeksi belum terjadi.
– Bioexclusion
• Aplikasi tindakan-tindakan pengendalian kesehatan untuk mencegah
introduksi dan penyebaran agen infeksius baru ke dalam peternakan.
– Biocontainment
• Aplikasi tindakan-tindakan untuk membatasi penularan di dalam
peternakan dan mencegah penyebaran patogen di antara kelompok di
dalam peternakan dam penyebarannya lebih lanjut ke peternakan lain.
o Peningkatan tingkat biosekuriti dapat melibatkan baik perubahan struktural
dan perilaku.
13
Sumber; Thieme O. (2007). FAO AGAP. Technical Meeting on HPAI, Rome, 27-29 June 2007.
Biosekuriti peternakan
○ Biosekuriti peternakan: cara untuk melindungi kesehatan hewan, konsumen, bisnis
peternakan dan lingkungan.
○ Biosekuriti dengan pendekatan One Health dapat melindungi kesehatan konsumen,
kesejahteraan hewan dan ekologi peternakan.
○ Penerapan konsep One Health dalam biosekuriti peternakan dilakukan dengan
menetapkan terlebih dahulu risiko apa yang terbesar bagi peternakan anda:
• risiko apapun yang mempengaruhi produksi susu/daging/produksi hewan lainnya;
• risiko apapun yang membuat peternakan atau bisnis peternakan menjadi kurang
produktif;
• risiko apapun yang secara serius mempengaruhi kualitas atau reputasi dari produk
yang dihasilkan;
• risiko apapun yang menyebabkan masalah kesehatan bagi pemilik peternakan, para
pekerja, para pelanggan atau hewan yang ada di peternakan.
14
Sumber: Farm Biosecurity: A means to protect health, production, business & the environment (pasture.io)
Boisekuriti mengelola risiko
○ Biosekuriti menawarkan suatu cara
yang sistematis untuk menganalisis
dan mengelola risiko di kesehatan
manusia, hewan, dan lingkungan di
sekitar peternakan.
○ Efek berjenjang dari biosekuriti
membantu membangun peternakan
yang sehat, meningkatkan kesehatan
konsumen, mempromosikan
peternakan berkelanjutan dan bahkan
berdampak pada lingkungan.
15
Risiko
peternakan
Lingkungan
Keberlanjutan
Konsumen
Sumber: Farm Biosecurity: A means to protect health, production, business & the environment (pasture.io)
Praktik biosekuriti di peternakan
○ Tindakan-tindakan biosekuriti untuk hewan yang ada di
peternakan.
○ Tindakan-tindakan biosekuriti untuk hewan yang baru
dimasukkan ke peternakan.
○ Tindakan-tindakan biosekuriti pada saat mengelola
pakan, air, dan limbah.
○ Tindakan-tindakan biosekuriti untuk orang, kendaraan
dan peralatan di peternakan.
○ Tindakan-tindakan biosekuriti untuk mengelola hama,
gulma, hewan penganggu dan satwa liar.
○ Tindakan-tindakan biosekuriti untuk mengelola hasil
produksi.
16
Sumber: Farm Biosecurity: A means to protect health, production, business & the environment (pasture.io)
Faktor yang mempengaruhi biosekuriti
17
-Burung liar
-Rodensia
-Insekta
-Anjing, Kucing
-Anak ayam (doc)
dari penetasan
-Unggas dari
sumber lain
-Unggas lain
-Litter (alas kandang)
-Pakan
-Air (ventilasi)
-Limbah
-Medikasi
-Orang
-Kendaraan
-Peralatan
Kandang /flok
unggas
LINGKUNGAN
ORANG
UNGGAS
LINGKUNGAN
Biosekuriti sepanjang rantai pasar
18
Praktik-praktik produksi
/ aspek sosial-budaya
Pengangkutan /
pemasaran
Pemrosesan
“Pasar unggas hidup
merupakan bagian penting
dari rantai pasar unggas
(poultry supply chain) di
banyak wilayah di dunia.
19
Sumber: FAO (2015). Biosecurity Guide For Live Poultry Markets.
Peran pasar unggas dalam penularan
penyakit
○ Pasar unggas (poultry markets) telah terlibat dalam penularan zoonostik virus avian
influenza (AI) dari unggas hidup ke manusia (pedagang dan pelanggan).
○ Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung atau tidak langsung, meskipun dalam
banyak kasus, rute yang pasti tidak diketahui.
○ Penularan virus AI dari unggas ke manusia di pasar pertama kali dikenali pada virus
influenza A (H5N1) dari tahun 1997 dan seterusnya.
○ Hal ini diperumit oleh munculnya berbagai subtipe virus influenza A zoonotik lain,
termasuk subtype virus H7N9.
○ Pada April 2014, influenza A (H7N9) telah menyebabkan > 470 kasus penyakit pada
manusia sejak pertama kali muncul di China pada Maret 2013.
○ Subtipe virus H7N9 ini telah menyebabkan negara-negara tetangga dan mitra dagang
China menjadi berisiko (at risk).
20
Sumber: FAO (2015). Biosecurity Guide For Live Poultry Markets.
Dekontaminasi pasar unggas
○ Dekontaminasi adalah bagian penting dalam biosekuriti pasar unggas dan
harus dilakukan secara regular untuk menghilangkan dan menginaktivasi virus-
virus avian influenza (AI) zoonotik dan patogen lainnya yang mungkin ada di
lingkungan pasar.
○ Pembersihan (cleaning) adalah langkah yang paling penting dalam proses
dekontaminasi. Pembersihan akan menghilangkan sebagian besar agen
penyebab penyakit melalui penghilangan material organik yang terkontaminasi.
Apabila digunakan deterjen, proses pembersihan akan menginaktivasi virus AI.
○ Dekontaminasi yang efektif memerlukan pembersihan untuk menghilangkan
bahan organik dan diikuti dengan disinfeksi dengan mengaplikasikan disinfektan
kimia untuk area yang dibersihkan dan dibiarkan hingga kering.
21
Sumber: FAO (2015). Biosecurity Guide For Live Poultry Markets.
Biosekuriti di pasar unggas (1)
LINGKUNGAN PASAR
○ Bagian unggas harus dipisahkan dengan tempat penjualan lain di
pasar dengan membatasi pergerakan orang yang tidak diperlukan.
○ Ada pemisahan area di mana unggas dijajakan dari area
pemotongan, lebih baik kalau dalam aliran satu arah dari unggas
hidup sampai karkas yang telah dibersihkan (dressed carcasses).
○ Pembersihan harus dilakukan setiap malam setelah pasar ditutup.
○ Program pengendalian rodensia dan insekta berjalan.
○ Sistim drainase yang tepat, penanganan limbah cair dan limbah
padat berjalan baik.
○ Ada ventilasi yang tepat dari area kandang unggas dan area
pemotongan yang tidak mengakibatkan paparan pelanggan pasar
terhadap udara di area ini.
22
Sumber: FAO (2015). Biosecurity Guide For Live Poultry Markets.
Biosekuriti di pasar unggas (2)
UNGGAS
○ Unggas datang langsung dari pasar distributor atau pedagang penampung atau dari
peternakan yang tersertifikasi dengan sertifikat asal unggas.
○ Jika memungkinkan, kelompok/batch dari satu sumber disatukan dan diproses bersama.
○ Tidak ada unggas yang diperbolehkan tinggal satu malam.
○ Tidak ada unggas hidup yang dapat meninggalkan pasar.
○ Tidak ada mamalia atau burung liar yang dijual atau dipelihara di area unggas di pasar.
○ Setiap unggas yang sakit harus dilaporkan ke petugas Dinas peternakan/veteriner
setempat dan/atau otoritas pasar.
○ Semua unggas yang mati harus dilaporkan ke otoritas pasar dan petugas Dinas
peternakan/veteriner setempat.
○ Pasar ritel idealnya harus memiliki area bongkar muat yang terpisah untuk unggas yang
tidak digunakan oleh kendaraan lain dalam mengirimkan barang ke pasar.
23
Sumber: FAO (2015). Biosecurity Guide For Live Poultry Markets.
Higiene pedagang & pelanggan
ORANG
○ Ada pemisahan antara pelanggan dengan unggas
hidup melalui sistim penghalang (misalnya unggas
berada di belakang kaca atau bentuk pemisahan lain
yang efektif).
○ Di beberapa tempat dengan tanda yang jelas,
disediakan bagi pelanggan dan pedagang untuk
mencuci tangan mereka dengan sabun dan air.
○ Area di mana konsinyasi diturunkan harus
dibersihkan setelah setiap kumpulan (batch) unggas
dikirim. Area tersebut tidak boleh diakses oleh
masyarakat umum.
24
Sumber: FAO (2015). Biosecurity Guide For Live Poultry Markets.
Peran biosekuriti dalam AMR
○ Biosekuriti adalah dasar dari pencegahan penyakit.
○ Biosekuriti meliputi semua tindakan untuk mengurangi
risiko introduksi dan penyebaran agen infeksius,
menggunakan pengetahuan kita tentang proses penularan
penyakit.
○ Biosekuriti adalah penting dalam skenario pengurangan
antibiotik: standar biosekuriti yang tinggi yang diterapkan
secara konsisten dapat berkontribusi secara substansial
terhadap pengurangan resistensi antimikroba, dengan
mencegah introduksi gen resisten ke peternakan, dan juga
menurunkan kebutuhan akan antimikroba.
25
Biosekuriti mengurangi penggunaan
antimikroba
○ Studi profil peternak babi di seluruh Eropa, menemukan kaitan antara tingkat
biosekuriti internal yang tinggi, pengendalian penyakit hewan menular yang efisien,
dan pengurangan kebutuhan antimikroba (Laanen et al., 2013).
○ Studi pada peternakan broiler di Belgia, menyimpulkan bahwa penggunaan
antimikroba dapat dikurangi hampir 30% jika biosekuriti dan masalah-masalah
lainnya di peternakan dapat ditingkatkan dalam waktu setahun (Gelaude et al., 2014).
○ Studi peternakan babi di Belgia, Jerman dan Swedia menunjukkan rata-rata
penggunaan antimikroba turun 47% – tetapi peternakan dengan kepatuhan terhadap
biosekuriti yang tinggi dan melakukan pendekatan holistik (misal perubahan
manajemen dan nutrisi) membutuhkan lebih sedikit antimikroba (Collineau et al.,
2017).
26
Sumber: Antibiotic reduction: the key role of biosecurity (ew-nutrition.com).
Penelitian kaitan antara biosekuriti
dengan penggunaan antimikroba
○ Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan antimikroba yang lebih
tinggi pada induk babi cenderung
dikaitkan dengan penggunaan
antimikroba yang lebih tinggi sejak lahir
hingga dipotong (p = 0,06).
27
○ Penggunaan antimikroba sejak lahir hingga dipotong secara positif dikaitkan dengan jumlah
penyakit yang dilakukan vaksinasi (p < 0,01).
○ Ritme melahirkan (farrowing) yang lebih pendek (p < 0,01) dan usia penyapihan yang lebih
muda (p = 0,06) cenderung juga dikaitkan dengan penggunaan antimiroba yang lebih tinggi
sejak lahir hingga dipotong, sedangkan biosekuriti eksternal yang lebih baik (p < 0,01)
dikaitkan dengan penggunaan antimikroba yang lebih rendah sejak lahir hingga dipotong.
Penutup
○ Penerapan tindakan-tindakan biosekuriti yang baik (good biosecurity) adalah
aspek yang sangat esensial dan penting dari produksi peternakan, karena
berkaitan dengan bagian budidaya ternak yang menerapkan manajemen
pencegahan, penanganan dan pengendalian penyakit, serta juga mengurangi
penyebaran dan timbulnya wabah penyakit yang sangat merugikan yang akan
menyebabkan kerugian produksi yang besar dan mempengaruhi keuntungan
peternakan secara negatif.
○ Mengingat studi di luar negeri mengindikasikan adanya pengaruh manajemen
peternakan dan biosekuriti secara tidak langsung terhadap pengurangan
kebutuhan antimikroba di peternakan, maka perlu dilakukan studi dengsn
pendekatan yang sama di Indonesia untuk mempelajari sejauh mana biosekuriti
berperan dalam potensi pengurangan kebutuhan pengobatan antimikroba dan
pengutangan resistensi antimikroba.
28
Terima
kasih
29

More Related Content

What's hot

Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019Tata Naipospos
 
Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1HMRojali
 
Survey vektor malaria
Survey vektor malariaSurvey vektor malaria
Survey vektor malariavirgananda
 
Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1HMRojali
 
5.surveilans malaria
5.surveilans malaria5.surveilans malaria
5.surveilans malariaJoni Iswanto
 
Sterilisasi, desinfeksi, dekontaminasi
Sterilisasi, desinfeksi, dekontaminasiSterilisasi, desinfeksi, dekontaminasi
Sterilisasi, desinfeksi, dekontaminasiHildaHerman1
 
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampelPenanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampelAhmadPurnawarmanFais
 
Berbagi Informasi Dengan Pendekatan "One Health" - AIPEID-FAO, Jakarta, 15-17...
Berbagi Informasi Dengan Pendekatan "One Health" - AIPEID-FAO, Jakarta, 15-17...Berbagi Informasi Dengan Pendekatan "One Health" - AIPEID-FAO, Jakarta, 15-17...
Berbagi Informasi Dengan Pendekatan "One Health" - AIPEID-FAO, Jakarta, 15-17...Tata Naipospos
 
Sistem Kesehatan Nasional
Sistem Kesehatan NasionalSistem Kesehatan Nasional
Sistem Kesehatan NasionalCandra Wiguna
 
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...Tata Naipospos
 
Interpretasi data epidemiologi
Interpretasi data epidemiologiInterpretasi data epidemiologi
Interpretasi data epidemiologiAnggita Dewi
 
06. proses kejadian dan riwayat alamiah penyakit
06. proses kejadian dan riwayat alamiah penyakit06. proses kejadian dan riwayat alamiah penyakit
06. proses kejadian dan riwayat alamiah penyakitSyahrum Syuib
 
Ukuran ukuran frekuensi epidemiologi
Ukuran ukuran frekuensi epidemiologiUkuran ukuran frekuensi epidemiologi
Ukuran ukuran frekuensi epidemiologilasnisiregar
 
Pengendalian klb wabah
Pengendalian klb wabahPengendalian klb wabah
Pengendalian klb wabahAnggita Dewi
 
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...Tata Naipospos
 
Draft Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 - 2024
Draft Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 - 2024Draft Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 - 2024
Draft Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 - 2024Muh Saleh
 

What's hot (20)

Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019
 
Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1Screening epidemiologi 1
Screening epidemiologi 1
 
Survey vektor malaria
Survey vektor malariaSurvey vektor malaria
Survey vektor malaria
 
Materi case control
Materi case controlMateri case control
Materi case control
 
Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1
 
5.surveilans malaria
5.surveilans malaria5.surveilans malaria
5.surveilans malaria
 
Sterilisasi, desinfeksi, dekontaminasi
Sterilisasi, desinfeksi, dekontaminasiSterilisasi, desinfeksi, dekontaminasi
Sterilisasi, desinfeksi, dekontaminasi
 
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampelPenanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
 
Berbagi Informasi Dengan Pendekatan "One Health" - AIPEID-FAO, Jakarta, 15-17...
Berbagi Informasi Dengan Pendekatan "One Health" - AIPEID-FAO, Jakarta, 15-17...Berbagi Informasi Dengan Pendekatan "One Health" - AIPEID-FAO, Jakarta, 15-17...
Berbagi Informasi Dengan Pendekatan "One Health" - AIPEID-FAO, Jakarta, 15-17...
 
Sistem Kesehatan Nasional
Sistem Kesehatan NasionalSistem Kesehatan Nasional
Sistem Kesehatan Nasional
 
Dasar surveilans
Dasar surveilansDasar surveilans
Dasar surveilans
 
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
 
Interpretasi data epidemiologi
Interpretasi data epidemiologiInterpretasi data epidemiologi
Interpretasi data epidemiologi
 
06. proses kejadian dan riwayat alamiah penyakit
06. proses kejadian dan riwayat alamiah penyakit06. proses kejadian dan riwayat alamiah penyakit
06. proses kejadian dan riwayat alamiah penyakit
 
Ukuran ukuran frekuensi epidemiologi
Ukuran ukuran frekuensi epidemiologiUkuran ukuran frekuensi epidemiologi
Ukuran ukuran frekuensi epidemiologi
 
Kmk no. 715 ttg persyaratan hygiene sanitasi jasaboga
Kmk no. 715 ttg persyaratan hygiene sanitasi jasabogaKmk no. 715 ttg persyaratan hygiene sanitasi jasaboga
Kmk no. 715 ttg persyaratan hygiene sanitasi jasaboga
 
Pengendalian klb wabah
Pengendalian klb wabahPengendalian klb wabah
Pengendalian klb wabah
 
Wabah
WabahWabah
Wabah
 
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...
Persyaratan Negara atau Zona Bebas PMK Menurut WOAH - Ditkeswan-AIHSP, Bogor,...
 
Draft Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 - 2024
Draft Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 - 2024Draft Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 - 2024
Draft Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 - 2024
 

Similar to Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptimalkan Penerapan Biosekuriti untuk Pencegahan Zoonosis dan Resistensi Antibiotik - OHCC Unsyiah, 25 Juni 2022

Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...Tata Naipospos
 
Pengertian dan ruang lingkup Kesmavet.pptx
Pengertian dan ruang lingkup Kesmavet.pptxPengertian dan ruang lingkup Kesmavet.pptx
Pengertian dan ruang lingkup Kesmavet.pptxDiana Bale
 
Medik Konservasi dan 'Ecohealth' Sebagai Pendekatan Transdisiplin Dalam Keseh...
Medik Konservasi dan 'Ecohealth' Sebagai Pendekatan Transdisiplin Dalam Keseh...Medik Konservasi dan 'Ecohealth' Sebagai Pendekatan Transdisiplin Dalam Keseh...
Medik Konservasi dan 'Ecohealth' Sebagai Pendekatan Transdisiplin Dalam Keseh...Tata Naipospos
 
Seminar SPS Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 - BARANTAN, Bogor, 20 Ma...
Seminar SPS Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 - BARANTAN, Bogor, 20 Ma...Seminar SPS Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 - BARANTAN, Bogor, 20 Ma...
Seminar SPS Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 - BARANTAN, Bogor, 20 Ma...Tata Naipospos
 
Seminar Pusat Kajian Pengendalian Zoonosis Nasional IPB - Bogor, 6 September ...
Seminar Pusat Kajian Pengendalian Zoonosis Nasional IPB - Bogor, 6 September ...Seminar Pusat Kajian Pengendalian Zoonosis Nasional IPB - Bogor, 6 September ...
Seminar Pusat Kajian Pengendalian Zoonosis Nasional IPB - Bogor, 6 September ...Tata Naipospos
 
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...Tata Naipospos
 
Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...
Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...
Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...Tata Naipospos
 
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...Tata Naipospos
 
Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...
Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...
Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...Tata Naipospos
 
Penerapan Epidemiologi Berbasis Pendekatan One Health.pdf
Penerapan Epidemiologi Berbasis Pendekatan One Health.pdfPenerapan Epidemiologi Berbasis Pendekatan One Health.pdf
Penerapan Epidemiologi Berbasis Pendekatan One Health.pdfAsepSaefunnajat
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4PPGhybrid3
 
Seminar Antibiotic Awareness Week - Ditkesmavet-FAO, Bogor, 19 November 2016
Seminar Antibiotic Awareness Week - Ditkesmavet-FAO, Bogor, 19 November 2016Seminar Antibiotic Awareness Week - Ditkesmavet-FAO, Bogor, 19 November 2016
Seminar Antibiotic Awareness Week - Ditkesmavet-FAO, Bogor, 19 November 2016Tata Naipospos
 
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Tata Naipospos
 
Pentingnya Satu Kesehatan Dalam Mengembangkan Ketahanan Kesehatan Global dan ...
Pentingnya Satu Kesehatan Dalam Mengembangkan Ketahanan Kesehatan Global dan ...Pentingnya Satu Kesehatan Dalam Mengembangkan Ketahanan Kesehatan Global dan ...
Pentingnya Satu Kesehatan Dalam Mengembangkan Ketahanan Kesehatan Global dan ...Tata Naipospos
 
Peran Dokter Hewan Dalam Implementasi Penatalayanan Antimikroba - PDHI-FAVA-F...
Peran Dokter Hewan Dalam Implementasi Penatalayanan Antimikroba - PDHI-FAVA-F...Peran Dokter Hewan Dalam Implementasi Penatalayanan Antimikroba - PDHI-FAVA-F...
Peran Dokter Hewan Dalam Implementasi Penatalayanan Antimikroba - PDHI-FAVA-F...Tata Naipospos
 
Resistensi Antimikroba - Komisi Ahli Keswan dan Kesmavet - Ditjen PKH - Denpa...
Resistensi Antimikroba - Komisi Ahli Keswan dan Kesmavet - Ditjen PKH - Denpa...Resistensi Antimikroba - Komisi Ahli Keswan dan Kesmavet - Ditjen PKH - Denpa...
Resistensi Antimikroba - Komisi Ahli Keswan dan Kesmavet - Ditjen PKH - Denpa...Tata Naipospos
 
Pencegahan klb wabah
Pencegahan klb wabahPencegahan klb wabah
Pencegahan klb wabahAnggita Dewi
 
peran drh pada kasus covid
peran drh pada kasus covidperan drh pada kasus covid
peran drh pada kasus covidMonikeLanina
 
Harmonisasi Pelaksanaan AMR Dengan Regulasi Internasional - Direktorat Kawasa...
Harmonisasi Pelaksanaan AMR Dengan Regulasi Internasional - Direktorat Kawasa...Harmonisasi Pelaksanaan AMR Dengan Regulasi Internasional - Direktorat Kawasa...
Harmonisasi Pelaksanaan AMR Dengan Regulasi Internasional - Direktorat Kawasa...Tata Naipospos
 

Similar to Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptimalkan Penerapan Biosekuriti untuk Pencegahan Zoonosis dan Resistensi Antibiotik - OHCC Unsyiah, 25 Juni 2022 (20)

Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
Webinar Pencegahan Potensi Zoonosis Melalui Penerapan Tindakan Biosekuriti - ...
 
Pengertian dan ruang lingkup Kesmavet.pptx
Pengertian dan ruang lingkup Kesmavet.pptxPengertian dan ruang lingkup Kesmavet.pptx
Pengertian dan ruang lingkup Kesmavet.pptx
 
Medik Konservasi dan 'Ecohealth' Sebagai Pendekatan Transdisiplin Dalam Keseh...
Medik Konservasi dan 'Ecohealth' Sebagai Pendekatan Transdisiplin Dalam Keseh...Medik Konservasi dan 'Ecohealth' Sebagai Pendekatan Transdisiplin Dalam Keseh...
Medik Konservasi dan 'Ecohealth' Sebagai Pendekatan Transdisiplin Dalam Keseh...
 
Seminar SPS Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 - BARANTAN, Bogor, 20 Ma...
Seminar SPS Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 - BARANTAN, Bogor, 20 Ma...Seminar SPS Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 - BARANTAN, Bogor, 20 Ma...
Seminar SPS Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 - BARANTAN, Bogor, 20 Ma...
 
Seminar Pusat Kajian Pengendalian Zoonosis Nasional IPB - Bogor, 6 September ...
Seminar Pusat Kajian Pengendalian Zoonosis Nasional IPB - Bogor, 6 September ...Seminar Pusat Kajian Pengendalian Zoonosis Nasional IPB - Bogor, 6 September ...
Seminar Pusat Kajian Pengendalian Zoonosis Nasional IPB - Bogor, 6 September ...
 
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
Perspektif Epidemiologi Kebijakan Bidang Veteriner - Kuliah PPDH FKH IPB, 20 ...
 
Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...
Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...
Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...
 
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
Globalisasi Obat Hewan dalam mendukung One Health dan Perdagangan Dunia - Dit...
 
Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...
Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...
Strategi Mengurangi Risiko Penyakit Dengan Fokus Pada Interaksi Manusia, Hewa...
 
Penerapan Epidemiologi Berbasis Pendekatan One Health.pdf
Penerapan Epidemiologi Berbasis Pendekatan One Health.pdfPenerapan Epidemiologi Berbasis Pendekatan One Health.pdf
Penerapan Epidemiologi Berbasis Pendekatan One Health.pdf
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4
 
Seminar Antibiotic Awareness Week - Ditkesmavet-FAO, Bogor, 19 November 2016
Seminar Antibiotic Awareness Week - Ditkesmavet-FAO, Bogor, 19 November 2016Seminar Antibiotic Awareness Week - Ditkesmavet-FAO, Bogor, 19 November 2016
Seminar Antibiotic Awareness Week - Ditkesmavet-FAO, Bogor, 19 November 2016
 
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
Resiliensi SISKESWANNAS Menghadapi Tantangan Wabah Penyakit Yang Berpotensi M...
 
Pentingnya Satu Kesehatan Dalam Mengembangkan Ketahanan Kesehatan Global dan ...
Pentingnya Satu Kesehatan Dalam Mengembangkan Ketahanan Kesehatan Global dan ...Pentingnya Satu Kesehatan Dalam Mengembangkan Ketahanan Kesehatan Global dan ...
Pentingnya Satu Kesehatan Dalam Mengembangkan Ketahanan Kesehatan Global dan ...
 
Peran Dokter Hewan Dalam Implementasi Penatalayanan Antimikroba - PDHI-FAVA-F...
Peran Dokter Hewan Dalam Implementasi Penatalayanan Antimikroba - PDHI-FAVA-F...Peran Dokter Hewan Dalam Implementasi Penatalayanan Antimikroba - PDHI-FAVA-F...
Peran Dokter Hewan Dalam Implementasi Penatalayanan Antimikroba - PDHI-FAVA-F...
 
Resistensi Antimikroba - Komisi Ahli Keswan dan Kesmavet - Ditjen PKH - Denpa...
Resistensi Antimikroba - Komisi Ahli Keswan dan Kesmavet - Ditjen PKH - Denpa...Resistensi Antimikroba - Komisi Ahli Keswan dan Kesmavet - Ditjen PKH - Denpa...
Resistensi Antimikroba - Komisi Ahli Keswan dan Kesmavet - Ditjen PKH - Denpa...
 
Pencegahan klb wabah
Pencegahan klb wabahPencegahan klb wabah
Pencegahan klb wabah
 
Tugas rahman
Tugas rahmanTugas rahman
Tugas rahman
 
peran drh pada kasus covid
peran drh pada kasus covidperan drh pada kasus covid
peran drh pada kasus covid
 
Harmonisasi Pelaksanaan AMR Dengan Regulasi Internasional - Direktorat Kawasa...
Harmonisasi Pelaksanaan AMR Dengan Regulasi Internasional - Direktorat Kawasa...Harmonisasi Pelaksanaan AMR Dengan Regulasi Internasional - Direktorat Kawasa...
Harmonisasi Pelaksanaan AMR Dengan Regulasi Internasional - Direktorat Kawasa...
 

More from Tata Naipospos

Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Tata Naipospos
 
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Tata Naipospos
 
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Tata Naipospos
 
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Tata Naipospos
 
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Tata Naipospos
 
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Tata Naipospos
 
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Tata Naipospos
 
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Tata Naipospos
 
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Tata Naipospos
 
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Tata Naipospos
 
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Tata Naipospos
 
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Tata Naipospos
 
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Tata Naipospos
 
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Tata Naipospos
 
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Tata Naipospos
 
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023Tata Naipospos
 
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Tata Naipospos
 
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Tata Naipospos
 
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Tata Naipospos
 
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...Tata Naipospos
 

More from Tata Naipospos (20)

Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
Usulan Konsepsi SISKESWANNAS - Ditkeswan dan AIHSP - 15 Maret 2024
 
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
Vaksinasi PMK dan Masa Kadaluwarsa Vaksin - Ditkeswan dan AIHSP - 29-30 Janua...
 
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
 
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
Analisis Risiko PMK - Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, 4-5 Desember 2023
 
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023
 
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...
 
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...
 
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...
 
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
Keterkaitan UU Pendidikan Kedokteran Hewan, Konsil Kedokteran Hewan dan Kuali...
 
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...
 
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi  Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...
 
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
Kaitan antara Progressive Control Pathways (PCP) untuk PMK dan Performance of...
 
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...
 
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
Kewaspadaan Dini Terhadap Peste des Petits Ruminants - IDHSI, zoom 15 April 2023
 
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
Rencana Kontinjensi Pada Unit Kompartemen Bebas Penyakit - Ditkeswan - Bogor,...
 
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023
 
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD...
 
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...
 
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
 
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...
 

Recently uploaded

Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 

Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptimalkan Penerapan Biosekuriti untuk Pencegahan Zoonosis dan Resistensi Antibiotik - OHCC Unsyiah, 25 Juni 2022

  • 1. Penerapan Konsep ‘One Health’ di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptimalkan Penerapan Biosekuriti untuk Pencegahan Zoonosis dan Resistensi Antibiotik PELAKSANA WEBINAR: CENTER FOR TROPICAL VETERINARY STUDIES ONE HEALTH COLLABORATION CENTER UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM – BANDA ACEH, ACEH “Webinar on Prevention of Potential Zoonoses Agents Through Application of Biosecurity Measures in Farm and Live Poultry Market Series 1” – Sabtu, 25 Juni 2022 Drh. Tri Satya Putri Naipospos, MPhil, PhD (CIVAS)
  • 2. Konsep One Health o ‘One Health’ adalah suatu konsep yang berkaitan dengan hubungan yang rumit antara HEWAN, MANUSIA, dan LINGKUNGAN dalam kaitannya dengan KESEHATAN dan PENYAKIT (King, 2008). o Badan Pertanian dan Pangan Dunia (FAO) melihat ‘One Health’ sebagai visi holistik untuk mengatasi tantangan kompleks yang mengancam kesehatan manusia dan hewan, ketahanan pangan, kemiskinan, dan lingkungan di mana penyakit berkembang (Hasler et al., 2014). o ’One Health’ adalah pendekatan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang kompleks yang melibatkan berbagai disiplin ilmu, misalnya penyakit zoonosis yang baru muncul (emerging zoonotic diseases), keamanan pangan (food safety) dan seleksi patogen resisten antimikroba (Xie et al, 2017). 2 Sumber: One Health and biosecurity: a safeguard against diseases (dellait.com).
  • 3. Konsep Biosekuriti ○ Biosekuriti telah didefinisikan sebagai suatu pekerjaan dalam bentuk strategi, upaya dan perencanaan untuk melindungi kesehatan manusia, hewan dan lingkungan terhadap patogen (Dunowska, 2007). ○ FAO pada 2003 mengadopsi biosekuriti sebagai istilah inklusif yang mencakup kebijakan dan regulasi untuk melindungi pertanian, pangan dan lingkungan dari risiko biologis (biological risk) (FAO, 2003). ○ Biosekuriti didasarkan atas penerapan tindakan-tindakan untuk mencegah introduksi penyakit ke suatu populasi, misalnya menggunakan sumber- sumber sapi baru dan sapi pengganti yang dapat dipercaya untuk mencegah introduksi penyakit ke populasi atau membangun suatu area pemisahan (area of separation) antara populasi yang ada di dalam dan yang di luar peternakan. 3 Sumber: One Health and biosecurity: a safeguard against diseases (dellait.com).
  • 4. Manusia, hewan & lingkungan ○ Konvergensi manusia, hewan dan lingkungan telah menciptakan dinamika baru, di mana kesehatan masing-masing kelompok saling berhubungan erat (King, 2008). ○ Ke-tiga pilar biosekuriti (manusia, hewan dan lingkungan) dimiliki juga oleh konsep One Health, oleh karena itu biosekuriti diterapkan dengan mempertimbangkan One Health, terutama dalam hal kolaborasi dan kerja sama antar sektor untuk mengendalikan penyebaran patogen. 4 Biosekuriti pada dasarnya adalah isu One Health. Pada intinya biosekuriti adalah tentang mengelola risiko (Mark Schipp, 2021). Sumber: One Health and biosecurity: a safeguard against diseases (dellait.com).
  • 5. Konsep One Health dalam Biosekuriti ○ One Health bukan konsep baru, dan keterkaitan antara lingkungan dan kesehatan manusia dan hewan dikenal ribuan tahun yang lalu. ○ Dengan mengadopsi pendekatan One Health, risiko biosekuriti dapat dinilai dan dikelola secara efektif dan komprehensif (Schipp M., 2021). 5 Sumber: Mark Schipp (2021). One Health biosecurity in action.
  • 6. Mengapa biosekuriti yang terintegrasi? ○ Kebanyakan negara (termasuk Indonesia) masih mengelola biosekuriti secara tradisional dengan pemisahan antar sektor, yang menghasilkan kurangnya fokus strategis, penggunaan yang tidak efisien dari sumber daya yang terbatas, dan hasil yang kurang optimal. ○ Kepentingan untuk meningkatkan koordinasi antar sektor dan kelembagaan nasional terutama dalam melaksanakan tindakan-tindakan SPS. ○ Beberapa negara mengadopsi pendekatan terintegrasi terhadap biosekuriti (Contoh: Australia, Selandia Baru, Norwegia, Kanada, Finlandia). ○ FAO mengembangkan ‘BIOSECURITY TOOLKIT’ – pedoman dan alat untuk membantu negara-negara berkembang dalam mengadopsi pendekatan yang lebih koheren dan holistik terhadap biosekuriti. 6 Sumber: FAO Biosecurity Toolkit. STDF Workshop on SPS Capacity Evaluation Tools, 31 March 2008, Geneva.
  • 7. FAO Biosecurity Toolkit (2007) ○ Biosekuriti adalah pendekatan terintegrasi yang strategik dan terintegrasi dalam menganalisis dan mengelola risiko yang relevan terhadap kehidupan dan kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan, dan kaitannya dengan risiko terhadap lingkungan. ○ Bahaya biosekuriti (biosecurity hazards) dari berbagai jenis ada di setiap sektor dan memiliki potensi yang tinggi untuk berpindah antara sektor. ○ Untuk itu, pengendalian yang tidak memadai di satu sektor dapat menimbulkan konsekuensi yang luas bagi sektor lainnya. 7
  • 8. Mengapa biosekuriti penting untuk kepentingan global? ○ Globalisasi ○ Kenaikan pergerakan orang, produk pertanian dan pangan antar negara, kawasan dan lokal. ○ Perhatian yang lebih besar kepada biodiversitas dan lingkungan. ○ Muncul dan menyebarnya penyakit-penyakit lintas batas (transboundary diseases). ○ Perubahan dalam cara pangan, tumbuhan dan hewan diproduksi, diolah dan didistribusi. ○ Ketidakpastian sekitar pemanfaatan teknologi baru. ○ Kewajiban internasional dalam mematuhi perjanjian sanitary dan phytosanitary (SPS). 8 Sumber: FAO Biosecurity Toolkit. STDF Workshop on SPS Capacity Evaluation Tools, 31 March 2008, Geneva.
  • 9. Risiko yang muncul (emerging risk) ○ Dengan mengadopsi pendekatan One Health, risiko biosekuriti dapat dinilai dan dikelola secara efektif dan komprehensif. ○ Selain berusaha meminimalkan bahaya, penting juga diperhatikan bahwa biosekuriti yang baik memberikan nilai positif – meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan produktivitas, mendukung ketahanan pangan dan meningkatkan kemakmuran. ○ Mengelola ancaman dan mengoptimalkan kesehatan akan menjadi lebih penting saat ini maupun ke depan, karena kita hidup di dunia yang berada di bawah tekanan yang meningkat dan di mana risiko biosekuriti terus berkembang secara konstan dan muncul – sebagian besar didorong oleh perilaku manusia. ○ Mengingat ancaman terus terekskalasi baik dalam skala dan frekuensi, urgensi mengadopsi pendekatan One Health semakin menjadi lebih penting. 9
  • 10. Pendekatan biosekuriti terintegrasi ○ Otoritas kompeten yang bertanggung jawab untuk sektor yang biasanya berkaitan dengan biosekuriti dan memainkan peran primer dalam pendekatan biosekuriti terintegrasi, seperti: – keamanan pangan; – kesehatan masyarakat; – pertanian; – kehutanan; – perikanan; dan – lingkungan 10 Pendekatan biosekuriti terintegrasi Otoritas kompeten pertanian, kehutanan, perikanan, keamanan pangan dan kesehatan masyarakat Pendapat publik dan perwakilan Lembaga penelitian ilmiah dan universitas LSM, kelompok minat khusus, media Produsen primer pangan dan komoditi Industri (termasuk importir dan eksportir Kegiatan pemerintah lain (mis. perdagangan, pariwisata, konservasi) Sumber: FAO (2017). Biosecutiry Toolkit.
  • 11. Biosekuriti kesehatan hewan ○ Biosekuriti kesehatan hewan berkaitan dengan pengendalian kesehatan impor, domestik dan ekspor dari hewan dan produk hewan. ○ Lembaga pemerintah bidang veteriner umumnya menjadi satu-satunya otoritas kompeten yang bertanggung jawab atas kesehatan hewan dan dalam banyak kasus, juga bertanggung jawab terhadap aspek keamanan pangan dari pemotongan hewan hingga akhir pemrosesan primer. ○ Pengendalian impor utamanya dirancang untuk mencegah masuknya bahaya patogen terhadap hewan selama perdagangan hewan, material genetik hewan, produk hewan, bahan pakan dan produk biologis. ○ Otoritas kompeten di lingkungan domestik, selain bertanggung jawab untuk mengendalikan dan memberantas penyakit endemik, seringkali bertanggung jawab untuk menerapkan pengendalian yang dapat mencegah introduksi tingkat bahaya kimiawi pada rantai pangan (misal: residu obat-obatan veteriner dan pestisida). 11 Sumber: FAO (2017). Biosecutiry Toolkit.
  • 12. Tingkatan biosekuriti ○ Biosekuriti nasional (national biosecurity) adalah serangkaian tindakan yang dirancang untuk menganalisis dan mengelola risiko di tingkat negara yang mengancam kehidupan dan kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan dan dikaitkan dengan risiko kepada lingkungan. ○ Biosekuriti wilayah (area biosecurity) adalah serangkaian tindakan yang dirancang untuk melindungi hewan dari introduksi/penyebaran penyakit di tingkat wilayah selama transportasi ternak (rantai pasar/supply chain), pada sistim produksi yang berbeda, di rumah potong, laboratorium, klinik hewan dan pasar hewan. ○ Biosekuriti di peternakan (on-farm biosecurity) adalah serangkaian tindakan yang dirancang untuk melindungi suatu properti dari masuknya dan menyebarnya penyakit. Ini merupakan tanggung jawab dari pemilik lahan dan setiap orang yang mengunjungi atau yang bekerja di properti tersebut untuk memastikan bahwa tindakan tersebut dilaksanakan. 12
  • 13. Apa itu ‘on-farm biosecurity’? ○ Ketahanan (security) dari penularan penyakit menular, parasit dan hama ke suatu unit produksi di mana infeksi belum terjadi. – Bioexclusion • Aplikasi tindakan-tindakan pengendalian kesehatan untuk mencegah introduksi dan penyebaran agen infeksius baru ke dalam peternakan. – Biocontainment • Aplikasi tindakan-tindakan untuk membatasi penularan di dalam peternakan dan mencegah penyebaran patogen di antara kelompok di dalam peternakan dam penyebarannya lebih lanjut ke peternakan lain. o Peningkatan tingkat biosekuriti dapat melibatkan baik perubahan struktural dan perilaku. 13 Sumber; Thieme O. (2007). FAO AGAP. Technical Meeting on HPAI, Rome, 27-29 June 2007.
  • 14. Biosekuriti peternakan ○ Biosekuriti peternakan: cara untuk melindungi kesehatan hewan, konsumen, bisnis peternakan dan lingkungan. ○ Biosekuriti dengan pendekatan One Health dapat melindungi kesehatan konsumen, kesejahteraan hewan dan ekologi peternakan. ○ Penerapan konsep One Health dalam biosekuriti peternakan dilakukan dengan menetapkan terlebih dahulu risiko apa yang terbesar bagi peternakan anda: • risiko apapun yang mempengaruhi produksi susu/daging/produksi hewan lainnya; • risiko apapun yang membuat peternakan atau bisnis peternakan menjadi kurang produktif; • risiko apapun yang secara serius mempengaruhi kualitas atau reputasi dari produk yang dihasilkan; • risiko apapun yang menyebabkan masalah kesehatan bagi pemilik peternakan, para pekerja, para pelanggan atau hewan yang ada di peternakan. 14 Sumber: Farm Biosecurity: A means to protect health, production, business & the environment (pasture.io)
  • 15. Boisekuriti mengelola risiko ○ Biosekuriti menawarkan suatu cara yang sistematis untuk menganalisis dan mengelola risiko di kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan di sekitar peternakan. ○ Efek berjenjang dari biosekuriti membantu membangun peternakan yang sehat, meningkatkan kesehatan konsumen, mempromosikan peternakan berkelanjutan dan bahkan berdampak pada lingkungan. 15 Risiko peternakan Lingkungan Keberlanjutan Konsumen Sumber: Farm Biosecurity: A means to protect health, production, business & the environment (pasture.io)
  • 16. Praktik biosekuriti di peternakan ○ Tindakan-tindakan biosekuriti untuk hewan yang ada di peternakan. ○ Tindakan-tindakan biosekuriti untuk hewan yang baru dimasukkan ke peternakan. ○ Tindakan-tindakan biosekuriti pada saat mengelola pakan, air, dan limbah. ○ Tindakan-tindakan biosekuriti untuk orang, kendaraan dan peralatan di peternakan. ○ Tindakan-tindakan biosekuriti untuk mengelola hama, gulma, hewan penganggu dan satwa liar. ○ Tindakan-tindakan biosekuriti untuk mengelola hasil produksi. 16 Sumber: Farm Biosecurity: A means to protect health, production, business & the environment (pasture.io)
  • 17. Faktor yang mempengaruhi biosekuriti 17 -Burung liar -Rodensia -Insekta -Anjing, Kucing -Anak ayam (doc) dari penetasan -Unggas dari sumber lain -Unggas lain -Litter (alas kandang) -Pakan -Air (ventilasi) -Limbah -Medikasi -Orang -Kendaraan -Peralatan Kandang /flok unggas LINGKUNGAN ORANG UNGGAS LINGKUNGAN
  • 18. Biosekuriti sepanjang rantai pasar 18 Praktik-praktik produksi / aspek sosial-budaya Pengangkutan / pemasaran Pemrosesan
  • 19. “Pasar unggas hidup merupakan bagian penting dari rantai pasar unggas (poultry supply chain) di banyak wilayah di dunia. 19 Sumber: FAO (2015). Biosecurity Guide For Live Poultry Markets.
  • 20. Peran pasar unggas dalam penularan penyakit ○ Pasar unggas (poultry markets) telah terlibat dalam penularan zoonostik virus avian influenza (AI) dari unggas hidup ke manusia (pedagang dan pelanggan). ○ Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung atau tidak langsung, meskipun dalam banyak kasus, rute yang pasti tidak diketahui. ○ Penularan virus AI dari unggas ke manusia di pasar pertama kali dikenali pada virus influenza A (H5N1) dari tahun 1997 dan seterusnya. ○ Hal ini diperumit oleh munculnya berbagai subtipe virus influenza A zoonotik lain, termasuk subtype virus H7N9. ○ Pada April 2014, influenza A (H7N9) telah menyebabkan > 470 kasus penyakit pada manusia sejak pertama kali muncul di China pada Maret 2013. ○ Subtipe virus H7N9 ini telah menyebabkan negara-negara tetangga dan mitra dagang China menjadi berisiko (at risk). 20 Sumber: FAO (2015). Biosecurity Guide For Live Poultry Markets.
  • 21. Dekontaminasi pasar unggas ○ Dekontaminasi adalah bagian penting dalam biosekuriti pasar unggas dan harus dilakukan secara regular untuk menghilangkan dan menginaktivasi virus- virus avian influenza (AI) zoonotik dan patogen lainnya yang mungkin ada di lingkungan pasar. ○ Pembersihan (cleaning) adalah langkah yang paling penting dalam proses dekontaminasi. Pembersihan akan menghilangkan sebagian besar agen penyebab penyakit melalui penghilangan material organik yang terkontaminasi. Apabila digunakan deterjen, proses pembersihan akan menginaktivasi virus AI. ○ Dekontaminasi yang efektif memerlukan pembersihan untuk menghilangkan bahan organik dan diikuti dengan disinfeksi dengan mengaplikasikan disinfektan kimia untuk area yang dibersihkan dan dibiarkan hingga kering. 21 Sumber: FAO (2015). Biosecurity Guide For Live Poultry Markets.
  • 22. Biosekuriti di pasar unggas (1) LINGKUNGAN PASAR ○ Bagian unggas harus dipisahkan dengan tempat penjualan lain di pasar dengan membatasi pergerakan orang yang tidak diperlukan. ○ Ada pemisahan area di mana unggas dijajakan dari area pemotongan, lebih baik kalau dalam aliran satu arah dari unggas hidup sampai karkas yang telah dibersihkan (dressed carcasses). ○ Pembersihan harus dilakukan setiap malam setelah pasar ditutup. ○ Program pengendalian rodensia dan insekta berjalan. ○ Sistim drainase yang tepat, penanganan limbah cair dan limbah padat berjalan baik. ○ Ada ventilasi yang tepat dari area kandang unggas dan area pemotongan yang tidak mengakibatkan paparan pelanggan pasar terhadap udara di area ini. 22 Sumber: FAO (2015). Biosecurity Guide For Live Poultry Markets.
  • 23. Biosekuriti di pasar unggas (2) UNGGAS ○ Unggas datang langsung dari pasar distributor atau pedagang penampung atau dari peternakan yang tersertifikasi dengan sertifikat asal unggas. ○ Jika memungkinkan, kelompok/batch dari satu sumber disatukan dan diproses bersama. ○ Tidak ada unggas yang diperbolehkan tinggal satu malam. ○ Tidak ada unggas hidup yang dapat meninggalkan pasar. ○ Tidak ada mamalia atau burung liar yang dijual atau dipelihara di area unggas di pasar. ○ Setiap unggas yang sakit harus dilaporkan ke petugas Dinas peternakan/veteriner setempat dan/atau otoritas pasar. ○ Semua unggas yang mati harus dilaporkan ke otoritas pasar dan petugas Dinas peternakan/veteriner setempat. ○ Pasar ritel idealnya harus memiliki area bongkar muat yang terpisah untuk unggas yang tidak digunakan oleh kendaraan lain dalam mengirimkan barang ke pasar. 23 Sumber: FAO (2015). Biosecurity Guide For Live Poultry Markets.
  • 24. Higiene pedagang & pelanggan ORANG ○ Ada pemisahan antara pelanggan dengan unggas hidup melalui sistim penghalang (misalnya unggas berada di belakang kaca atau bentuk pemisahan lain yang efektif). ○ Di beberapa tempat dengan tanda yang jelas, disediakan bagi pelanggan dan pedagang untuk mencuci tangan mereka dengan sabun dan air. ○ Area di mana konsinyasi diturunkan harus dibersihkan setelah setiap kumpulan (batch) unggas dikirim. Area tersebut tidak boleh diakses oleh masyarakat umum. 24 Sumber: FAO (2015). Biosecurity Guide For Live Poultry Markets.
  • 25. Peran biosekuriti dalam AMR ○ Biosekuriti adalah dasar dari pencegahan penyakit. ○ Biosekuriti meliputi semua tindakan untuk mengurangi risiko introduksi dan penyebaran agen infeksius, menggunakan pengetahuan kita tentang proses penularan penyakit. ○ Biosekuriti adalah penting dalam skenario pengurangan antibiotik: standar biosekuriti yang tinggi yang diterapkan secara konsisten dapat berkontribusi secara substansial terhadap pengurangan resistensi antimikroba, dengan mencegah introduksi gen resisten ke peternakan, dan juga menurunkan kebutuhan akan antimikroba. 25
  • 26. Biosekuriti mengurangi penggunaan antimikroba ○ Studi profil peternak babi di seluruh Eropa, menemukan kaitan antara tingkat biosekuriti internal yang tinggi, pengendalian penyakit hewan menular yang efisien, dan pengurangan kebutuhan antimikroba (Laanen et al., 2013). ○ Studi pada peternakan broiler di Belgia, menyimpulkan bahwa penggunaan antimikroba dapat dikurangi hampir 30% jika biosekuriti dan masalah-masalah lainnya di peternakan dapat ditingkatkan dalam waktu setahun (Gelaude et al., 2014). ○ Studi peternakan babi di Belgia, Jerman dan Swedia menunjukkan rata-rata penggunaan antimikroba turun 47% – tetapi peternakan dengan kepatuhan terhadap biosekuriti yang tinggi dan melakukan pendekatan holistik (misal perubahan manajemen dan nutrisi) membutuhkan lebih sedikit antimikroba (Collineau et al., 2017). 26 Sumber: Antibiotic reduction: the key role of biosecurity (ew-nutrition.com).
  • 27. Penelitian kaitan antara biosekuriti dengan penggunaan antimikroba ○ Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan antimikroba yang lebih tinggi pada induk babi cenderung dikaitkan dengan penggunaan antimikroba yang lebih tinggi sejak lahir hingga dipotong (p = 0,06). 27 ○ Penggunaan antimikroba sejak lahir hingga dipotong secara positif dikaitkan dengan jumlah penyakit yang dilakukan vaksinasi (p < 0,01). ○ Ritme melahirkan (farrowing) yang lebih pendek (p < 0,01) dan usia penyapihan yang lebih muda (p = 0,06) cenderung juga dikaitkan dengan penggunaan antimiroba yang lebih tinggi sejak lahir hingga dipotong, sedangkan biosekuriti eksternal yang lebih baik (p < 0,01) dikaitkan dengan penggunaan antimikroba yang lebih rendah sejak lahir hingga dipotong.
  • 28. Penutup ○ Penerapan tindakan-tindakan biosekuriti yang baik (good biosecurity) adalah aspek yang sangat esensial dan penting dari produksi peternakan, karena berkaitan dengan bagian budidaya ternak yang menerapkan manajemen pencegahan, penanganan dan pengendalian penyakit, serta juga mengurangi penyebaran dan timbulnya wabah penyakit yang sangat merugikan yang akan menyebabkan kerugian produksi yang besar dan mempengaruhi keuntungan peternakan secara negatif. ○ Mengingat studi di luar negeri mengindikasikan adanya pengaruh manajemen peternakan dan biosekuriti secara tidak langsung terhadap pengurangan kebutuhan antimikroba di peternakan, maka perlu dilakukan studi dengsn pendekatan yang sama di Indonesia untuk mempelajari sejauh mana biosekuriti berperan dalam potensi pengurangan kebutuhan pengobatan antimikroba dan pengutangan resistensi antimikroba. 28