Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptimalkan Penerapan Biosekuriti untuk Pencegahan Zoonosis dan Resistensi Antibiotik - OHCC Unsyiah, 25 Juni 2022
Dokumen tersebut membahas penerapan konsep One Health dan biosekuriti di peternakan dan pasar unggas untuk mencegah zoonosis dan resistensi antibiotik. Konsep One Health menekankan hubungan erat antara kesehatan manusia, hewan dan lingkungan, sementara biosekuriti bertujuan untuk mengelola risiko penyakit dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan. Dokumen ini menjelaskan pentingnya pendekatan terintegrasi antarsektor dalam
Draft Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020 - 2024
Similar to Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptimalkan Penerapan Biosekuriti untuk Pencegahan Zoonosis dan Resistensi Antibiotik - OHCC Unsyiah, 25 Juni 2022
Harmonisasi Pelaksanaan AMR Dengan Regulasi Internasional - Direktorat Kawasa...Tata Naipospos
Similar to Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptimalkan Penerapan Biosekuriti untuk Pencegahan Zoonosis dan Resistensi Antibiotik - OHCC Unsyiah, 25 Juni 2022 (20)
Penerapan Konsep 'One Health' di Peternakan dan Pasar Unggas dengan Mengoptimalkan Penerapan Biosekuriti untuk Pencegahan Zoonosis dan Resistensi Antibiotik - OHCC Unsyiah, 25 Juni 2022
1. Penerapan Konsep ‘One Health’ di
Peternakan dan Pasar Unggas dengan
Mengoptimalkan Penerapan Biosekuriti
untuk Pencegahan Zoonosis dan
Resistensi Antibiotik
PELAKSANA WEBINAR:
CENTER FOR TROPICAL VETERINARY STUDIES
ONE HEALTH COLLABORATION CENTER
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH, ACEH
“Webinar on Prevention of Potential Zoonoses Agents Through
Application of Biosecurity Measures in Farm and Live Poultry
Market Series 1” – Sabtu, 25 Juni 2022
Drh. Tri Satya Putri Naipospos, MPhil, PhD (CIVAS)
2. Konsep One Health
o ‘One Health’ adalah suatu konsep yang berkaitan dengan hubungan yang
rumit antara HEWAN, MANUSIA, dan LINGKUNGAN dalam kaitannya
dengan KESEHATAN dan PENYAKIT (King, 2008).
o Badan Pertanian dan Pangan Dunia (FAO) melihat ‘One Health’ sebagai visi
holistik untuk mengatasi tantangan kompleks yang mengancam kesehatan
manusia dan hewan, ketahanan pangan, kemiskinan, dan lingkungan di mana
penyakit berkembang (Hasler et al., 2014).
o ’One Health’ adalah pendekatan untuk mengatasi masalah kesehatan
masyarakat yang kompleks yang melibatkan berbagai disiplin ilmu, misalnya
penyakit zoonosis yang baru muncul (emerging zoonotic diseases), keamanan
pangan (food safety) dan seleksi patogen resisten antimikroba (Xie et al, 2017).
2
Sumber: One Health and biosecurity: a safeguard against diseases (dellait.com).
3. Konsep Biosekuriti
○ Biosekuriti telah didefinisikan sebagai suatu pekerjaan dalam bentuk
strategi, upaya dan perencanaan untuk melindungi kesehatan manusia, hewan
dan lingkungan terhadap patogen (Dunowska, 2007).
○ FAO pada 2003 mengadopsi biosekuriti sebagai istilah inklusif yang
mencakup kebijakan dan regulasi untuk melindungi pertanian, pangan dan
lingkungan dari risiko biologis (biological risk) (FAO, 2003).
○ Biosekuriti didasarkan atas penerapan tindakan-tindakan untuk mencegah
introduksi penyakit ke suatu populasi, misalnya menggunakan sumber-
sumber sapi baru dan sapi pengganti yang dapat dipercaya untuk mencegah
introduksi penyakit ke populasi atau membangun suatu area pemisahan (area
of separation) antara populasi yang ada di dalam dan yang di luar peternakan.
3
Sumber: One Health and biosecurity: a safeguard against diseases (dellait.com).
4. Manusia, hewan & lingkungan
○ Konvergensi manusia, hewan dan lingkungan
telah menciptakan dinamika baru, di mana
kesehatan masing-masing kelompok saling
berhubungan erat (King, 2008).
○ Ke-tiga pilar biosekuriti (manusia, hewan dan
lingkungan) dimiliki juga oleh konsep One
Health, oleh karena itu biosekuriti diterapkan
dengan mempertimbangkan One Health,
terutama dalam hal kolaborasi dan kerja sama
antar sektor untuk mengendalikan penyebaran
patogen.
4
Biosekuriti pada dasarnya
adalah isu One Health. Pada
intinya biosekuriti adalah
tentang mengelola risiko
(Mark Schipp, 2021).
Sumber: One Health and biosecurity: a safeguard against diseases (dellait.com).
5. Konsep One Health dalam Biosekuriti
○ One Health bukan konsep baru,
dan keterkaitan antara lingkungan
dan kesehatan manusia dan hewan
dikenal ribuan tahun yang lalu.
○ Dengan mengadopsi pendekatan
One Health, risiko biosekuriti
dapat dinilai dan dikelola secara
efektif dan komprehensif (Schipp
M., 2021).
5
Sumber: Mark Schipp (2021). One Health biosecurity in action.
6. Mengapa biosekuriti yang terintegrasi?
○ Kebanyakan negara (termasuk Indonesia) masih mengelola biosekuriti
secara tradisional dengan pemisahan antar sektor, yang menghasilkan
kurangnya fokus strategis, penggunaan yang tidak efisien dari sumber daya
yang terbatas, dan hasil yang kurang optimal.
○ Kepentingan untuk meningkatkan koordinasi antar sektor dan kelembagaan
nasional terutama dalam melaksanakan tindakan-tindakan SPS.
○ Beberapa negara mengadopsi pendekatan terintegrasi terhadap biosekuriti
(Contoh: Australia, Selandia Baru, Norwegia, Kanada, Finlandia).
○ FAO mengembangkan ‘BIOSECURITY TOOLKIT’ – pedoman dan alat
untuk membantu negara-negara berkembang dalam mengadopsi pendekatan
yang lebih koheren dan holistik terhadap biosekuriti.
6
Sumber: FAO Biosecurity Toolkit. STDF Workshop on SPS Capacity Evaluation Tools, 31 March 2008, Geneva.
7. FAO Biosecurity Toolkit (2007)
○ Biosekuriti adalah pendekatan terintegrasi yang
strategik dan terintegrasi dalam menganalisis dan
mengelola risiko yang relevan terhadap kehidupan
dan kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan, dan
kaitannya dengan risiko terhadap lingkungan.
○ Bahaya biosekuriti (biosecurity hazards) dari
berbagai jenis ada di setiap sektor dan memiliki
potensi yang tinggi untuk berpindah antara sektor.
○ Untuk itu, pengendalian yang tidak memadai di satu
sektor dapat menimbulkan konsekuensi yang luas
bagi sektor lainnya.
7
8. Mengapa biosekuriti penting untuk
kepentingan global?
○ Globalisasi
○ Kenaikan pergerakan orang, produk pertanian dan pangan antar
negara, kawasan dan lokal.
○ Perhatian yang lebih besar kepada biodiversitas dan lingkungan.
○ Muncul dan menyebarnya penyakit-penyakit lintas batas
(transboundary diseases).
○ Perubahan dalam cara pangan, tumbuhan dan hewan diproduksi,
diolah dan didistribusi.
○ Ketidakpastian sekitar pemanfaatan teknologi baru.
○ Kewajiban internasional dalam mematuhi perjanjian sanitary dan
phytosanitary (SPS).
8
Sumber: FAO Biosecurity Toolkit. STDF Workshop on SPS Capacity Evaluation Tools, 31 March 2008, Geneva.
9. Risiko yang muncul (emerging risk)
○ Dengan mengadopsi pendekatan One Health, risiko biosekuriti dapat dinilai
dan dikelola secara efektif dan komprehensif.
○ Selain berusaha meminimalkan bahaya, penting juga diperhatikan bahwa
biosekuriti yang baik memberikan nilai positif – meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan, meningkatkan produktivitas, mendukung ketahanan pangan dan
meningkatkan kemakmuran.
○ Mengelola ancaman dan mengoptimalkan kesehatan akan menjadi lebih penting
saat ini maupun ke depan, karena kita hidup di dunia yang berada di bawah
tekanan yang meningkat dan di mana risiko biosekuriti terus berkembang
secara konstan dan muncul – sebagian besar didorong oleh perilaku manusia.
○ Mengingat ancaman terus terekskalasi baik dalam skala dan frekuensi, urgensi
mengadopsi pendekatan One Health semakin menjadi lebih penting.
9
10. Pendekatan biosekuriti terintegrasi
○ Otoritas kompeten yang
bertanggung jawab untuk sektor
yang biasanya berkaitan dengan
biosekuriti dan memainkan
peran primer dalam pendekatan
biosekuriti terintegrasi, seperti:
– keamanan pangan;
– kesehatan masyarakat;
– pertanian;
– kehutanan;
– perikanan; dan
– lingkungan
10
Pendekatan
biosekuriti
terintegrasi
Otoritas kompeten
pertanian, kehutanan,
perikanan, keamanan
pangan dan kesehatan
masyarakat
Pendapat
publik dan
perwakilan
Lembaga
penelitian
ilmiah dan
universitas
LSM,
kelompok
minat
khusus,
media
Produsen
primer
pangan dan
komoditi
Industri
(termasuk
importir
dan
eksportir
Kegiatan
pemerintah lain
(mis. perdagangan,
pariwisata,
konservasi)
Sumber: FAO (2017). Biosecutiry Toolkit.
11. Biosekuriti kesehatan hewan
○ Biosekuriti kesehatan hewan berkaitan dengan pengendalian kesehatan impor,
domestik dan ekspor dari hewan dan produk hewan.
○ Lembaga pemerintah bidang veteriner umumnya menjadi satu-satunya otoritas
kompeten yang bertanggung jawab atas kesehatan hewan dan dalam banyak kasus,
juga bertanggung jawab terhadap aspek keamanan pangan dari pemotongan hewan
hingga akhir pemrosesan primer.
○ Pengendalian impor utamanya dirancang untuk mencegah masuknya bahaya
patogen terhadap hewan selama perdagangan hewan, material genetik hewan,
produk hewan, bahan pakan dan produk biologis.
○ Otoritas kompeten di lingkungan domestik, selain bertanggung jawab untuk
mengendalikan dan memberantas penyakit endemik, seringkali bertanggung jawab
untuk menerapkan pengendalian yang dapat mencegah introduksi tingkat bahaya
kimiawi pada rantai pangan (misal: residu obat-obatan veteriner dan pestisida).
11
Sumber: FAO (2017). Biosecutiry Toolkit.
12. Tingkatan biosekuriti
○ Biosekuriti nasional (national biosecurity) adalah serangkaian tindakan yang dirancang
untuk menganalisis dan mengelola risiko di tingkat negara yang mengancam kehidupan
dan kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan dan dikaitkan dengan risiko kepada
lingkungan.
○ Biosekuriti wilayah (area biosecurity) adalah serangkaian tindakan yang dirancang
untuk melindungi hewan dari introduksi/penyebaran penyakit di tingkat wilayah selama
transportasi ternak (rantai pasar/supply chain), pada sistim produksi yang berbeda, di
rumah potong, laboratorium, klinik hewan dan pasar hewan.
○ Biosekuriti di peternakan (on-farm biosecurity) adalah serangkaian tindakan yang
dirancang untuk melindungi suatu properti dari masuknya dan menyebarnya penyakit.
Ini merupakan tanggung jawab dari pemilik lahan dan setiap orang yang mengunjungi
atau yang bekerja di properti tersebut untuk memastikan bahwa tindakan tersebut
dilaksanakan.
12
13. Apa itu ‘on-farm biosecurity’?
○ Ketahanan (security) dari penularan penyakit menular, parasit dan hama ke
suatu unit produksi di mana infeksi belum terjadi.
– Bioexclusion
• Aplikasi tindakan-tindakan pengendalian kesehatan untuk mencegah
introduksi dan penyebaran agen infeksius baru ke dalam peternakan.
– Biocontainment
• Aplikasi tindakan-tindakan untuk membatasi penularan di dalam
peternakan dan mencegah penyebaran patogen di antara kelompok di
dalam peternakan dam penyebarannya lebih lanjut ke peternakan lain.
o Peningkatan tingkat biosekuriti dapat melibatkan baik perubahan struktural
dan perilaku.
13
Sumber; Thieme O. (2007). FAO AGAP. Technical Meeting on HPAI, Rome, 27-29 June 2007.
14. Biosekuriti peternakan
○ Biosekuriti peternakan: cara untuk melindungi kesehatan hewan, konsumen, bisnis
peternakan dan lingkungan.
○ Biosekuriti dengan pendekatan One Health dapat melindungi kesehatan konsumen,
kesejahteraan hewan dan ekologi peternakan.
○ Penerapan konsep One Health dalam biosekuriti peternakan dilakukan dengan
menetapkan terlebih dahulu risiko apa yang terbesar bagi peternakan anda:
• risiko apapun yang mempengaruhi produksi susu/daging/produksi hewan lainnya;
• risiko apapun yang membuat peternakan atau bisnis peternakan menjadi kurang
produktif;
• risiko apapun yang secara serius mempengaruhi kualitas atau reputasi dari produk
yang dihasilkan;
• risiko apapun yang menyebabkan masalah kesehatan bagi pemilik peternakan, para
pekerja, para pelanggan atau hewan yang ada di peternakan.
14
Sumber: Farm Biosecurity: A means to protect health, production, business & the environment (pasture.io)
15. Boisekuriti mengelola risiko
○ Biosekuriti menawarkan suatu cara
yang sistematis untuk menganalisis
dan mengelola risiko di kesehatan
manusia, hewan, dan lingkungan di
sekitar peternakan.
○ Efek berjenjang dari biosekuriti
membantu membangun peternakan
yang sehat, meningkatkan kesehatan
konsumen, mempromosikan
peternakan berkelanjutan dan bahkan
berdampak pada lingkungan.
15
Risiko
peternakan
Lingkungan
Keberlanjutan
Konsumen
Sumber: Farm Biosecurity: A means to protect health, production, business & the environment (pasture.io)
16. Praktik biosekuriti di peternakan
○ Tindakan-tindakan biosekuriti untuk hewan yang ada di
peternakan.
○ Tindakan-tindakan biosekuriti untuk hewan yang baru
dimasukkan ke peternakan.
○ Tindakan-tindakan biosekuriti pada saat mengelola
pakan, air, dan limbah.
○ Tindakan-tindakan biosekuriti untuk orang, kendaraan
dan peralatan di peternakan.
○ Tindakan-tindakan biosekuriti untuk mengelola hama,
gulma, hewan penganggu dan satwa liar.
○ Tindakan-tindakan biosekuriti untuk mengelola hasil
produksi.
16
Sumber: Farm Biosecurity: A means to protect health, production, business & the environment (pasture.io)
17. Faktor yang mempengaruhi biosekuriti
17
-Burung liar
-Rodensia
-Insekta
-Anjing, Kucing
-Anak ayam (doc)
dari penetasan
-Unggas dari
sumber lain
-Unggas lain
-Litter (alas kandang)
-Pakan
-Air (ventilasi)
-Limbah
-Medikasi
-Orang
-Kendaraan
-Peralatan
Kandang /flok
unggas
LINGKUNGAN
ORANG
UNGGAS
LINGKUNGAN
18. Biosekuriti sepanjang rantai pasar
18
Praktik-praktik produksi
/ aspek sosial-budaya
Pengangkutan /
pemasaran
Pemrosesan
19. “Pasar unggas hidup
merupakan bagian penting
dari rantai pasar unggas
(poultry supply chain) di
banyak wilayah di dunia.
19
Sumber: FAO (2015). Biosecurity Guide For Live Poultry Markets.
20. Peran pasar unggas dalam penularan
penyakit
○ Pasar unggas (poultry markets) telah terlibat dalam penularan zoonostik virus avian
influenza (AI) dari unggas hidup ke manusia (pedagang dan pelanggan).
○ Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung atau tidak langsung, meskipun dalam
banyak kasus, rute yang pasti tidak diketahui.
○ Penularan virus AI dari unggas ke manusia di pasar pertama kali dikenali pada virus
influenza A (H5N1) dari tahun 1997 dan seterusnya.
○ Hal ini diperumit oleh munculnya berbagai subtipe virus influenza A zoonotik lain,
termasuk subtype virus H7N9.
○ Pada April 2014, influenza A (H7N9) telah menyebabkan > 470 kasus penyakit pada
manusia sejak pertama kali muncul di China pada Maret 2013.
○ Subtipe virus H7N9 ini telah menyebabkan negara-negara tetangga dan mitra dagang
China menjadi berisiko (at risk).
20
Sumber: FAO (2015). Biosecurity Guide For Live Poultry Markets.
21. Dekontaminasi pasar unggas
○ Dekontaminasi adalah bagian penting dalam biosekuriti pasar unggas dan
harus dilakukan secara regular untuk menghilangkan dan menginaktivasi virus-
virus avian influenza (AI) zoonotik dan patogen lainnya yang mungkin ada di
lingkungan pasar.
○ Pembersihan (cleaning) adalah langkah yang paling penting dalam proses
dekontaminasi. Pembersihan akan menghilangkan sebagian besar agen
penyebab penyakit melalui penghilangan material organik yang terkontaminasi.
Apabila digunakan deterjen, proses pembersihan akan menginaktivasi virus AI.
○ Dekontaminasi yang efektif memerlukan pembersihan untuk menghilangkan
bahan organik dan diikuti dengan disinfeksi dengan mengaplikasikan disinfektan
kimia untuk area yang dibersihkan dan dibiarkan hingga kering.
21
Sumber: FAO (2015). Biosecurity Guide For Live Poultry Markets.
22. Biosekuriti di pasar unggas (1)
LINGKUNGAN PASAR
○ Bagian unggas harus dipisahkan dengan tempat penjualan lain di
pasar dengan membatasi pergerakan orang yang tidak diperlukan.
○ Ada pemisahan area di mana unggas dijajakan dari area
pemotongan, lebih baik kalau dalam aliran satu arah dari unggas
hidup sampai karkas yang telah dibersihkan (dressed carcasses).
○ Pembersihan harus dilakukan setiap malam setelah pasar ditutup.
○ Program pengendalian rodensia dan insekta berjalan.
○ Sistim drainase yang tepat, penanganan limbah cair dan limbah
padat berjalan baik.
○ Ada ventilasi yang tepat dari area kandang unggas dan area
pemotongan yang tidak mengakibatkan paparan pelanggan pasar
terhadap udara di area ini.
22
Sumber: FAO (2015). Biosecurity Guide For Live Poultry Markets.
23. Biosekuriti di pasar unggas (2)
UNGGAS
○ Unggas datang langsung dari pasar distributor atau pedagang penampung atau dari
peternakan yang tersertifikasi dengan sertifikat asal unggas.
○ Jika memungkinkan, kelompok/batch dari satu sumber disatukan dan diproses bersama.
○ Tidak ada unggas yang diperbolehkan tinggal satu malam.
○ Tidak ada unggas hidup yang dapat meninggalkan pasar.
○ Tidak ada mamalia atau burung liar yang dijual atau dipelihara di area unggas di pasar.
○ Setiap unggas yang sakit harus dilaporkan ke petugas Dinas peternakan/veteriner
setempat dan/atau otoritas pasar.
○ Semua unggas yang mati harus dilaporkan ke otoritas pasar dan petugas Dinas
peternakan/veteriner setempat.
○ Pasar ritel idealnya harus memiliki area bongkar muat yang terpisah untuk unggas yang
tidak digunakan oleh kendaraan lain dalam mengirimkan barang ke pasar.
23
Sumber: FAO (2015). Biosecurity Guide For Live Poultry Markets.
24. Higiene pedagang & pelanggan
ORANG
○ Ada pemisahan antara pelanggan dengan unggas
hidup melalui sistim penghalang (misalnya unggas
berada di belakang kaca atau bentuk pemisahan lain
yang efektif).
○ Di beberapa tempat dengan tanda yang jelas,
disediakan bagi pelanggan dan pedagang untuk
mencuci tangan mereka dengan sabun dan air.
○ Area di mana konsinyasi diturunkan harus
dibersihkan setelah setiap kumpulan (batch) unggas
dikirim. Area tersebut tidak boleh diakses oleh
masyarakat umum.
24
Sumber: FAO (2015). Biosecurity Guide For Live Poultry Markets.
25. Peran biosekuriti dalam AMR
○ Biosekuriti adalah dasar dari pencegahan penyakit.
○ Biosekuriti meliputi semua tindakan untuk mengurangi
risiko introduksi dan penyebaran agen infeksius,
menggunakan pengetahuan kita tentang proses penularan
penyakit.
○ Biosekuriti adalah penting dalam skenario pengurangan
antibiotik: standar biosekuriti yang tinggi yang diterapkan
secara konsisten dapat berkontribusi secara substansial
terhadap pengurangan resistensi antimikroba, dengan
mencegah introduksi gen resisten ke peternakan, dan juga
menurunkan kebutuhan akan antimikroba.
25
26. Biosekuriti mengurangi penggunaan
antimikroba
○ Studi profil peternak babi di seluruh Eropa, menemukan kaitan antara tingkat
biosekuriti internal yang tinggi, pengendalian penyakit hewan menular yang efisien,
dan pengurangan kebutuhan antimikroba (Laanen et al., 2013).
○ Studi pada peternakan broiler di Belgia, menyimpulkan bahwa penggunaan
antimikroba dapat dikurangi hampir 30% jika biosekuriti dan masalah-masalah
lainnya di peternakan dapat ditingkatkan dalam waktu setahun (Gelaude et al., 2014).
○ Studi peternakan babi di Belgia, Jerman dan Swedia menunjukkan rata-rata
penggunaan antimikroba turun 47% – tetapi peternakan dengan kepatuhan terhadap
biosekuriti yang tinggi dan melakukan pendekatan holistik (misal perubahan
manajemen dan nutrisi) membutuhkan lebih sedikit antimikroba (Collineau et al.,
2017).
26
Sumber: Antibiotic reduction: the key role of biosecurity (ew-nutrition.com).
27. Penelitian kaitan antara biosekuriti
dengan penggunaan antimikroba
○ Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan antimikroba yang lebih
tinggi pada induk babi cenderung
dikaitkan dengan penggunaan
antimikroba yang lebih tinggi sejak lahir
hingga dipotong (p = 0,06).
27
○ Penggunaan antimikroba sejak lahir hingga dipotong secara positif dikaitkan dengan jumlah
penyakit yang dilakukan vaksinasi (p < 0,01).
○ Ritme melahirkan (farrowing) yang lebih pendek (p < 0,01) dan usia penyapihan yang lebih
muda (p = 0,06) cenderung juga dikaitkan dengan penggunaan antimiroba yang lebih tinggi
sejak lahir hingga dipotong, sedangkan biosekuriti eksternal yang lebih baik (p < 0,01)
dikaitkan dengan penggunaan antimikroba yang lebih rendah sejak lahir hingga dipotong.
28. Penutup
○ Penerapan tindakan-tindakan biosekuriti yang baik (good biosecurity) adalah
aspek yang sangat esensial dan penting dari produksi peternakan, karena
berkaitan dengan bagian budidaya ternak yang menerapkan manajemen
pencegahan, penanganan dan pengendalian penyakit, serta juga mengurangi
penyebaran dan timbulnya wabah penyakit yang sangat merugikan yang akan
menyebabkan kerugian produksi yang besar dan mempengaruhi keuntungan
peternakan secara negatif.
○ Mengingat studi di luar negeri mengindikasikan adanya pengaruh manajemen
peternakan dan biosekuriti secara tidak langsung terhadap pengurangan
kebutuhan antimikroba di peternakan, maka perlu dilakukan studi dengsn
pendekatan yang sama di Indonesia untuk mempelajari sejauh mana biosekuriti
berperan dalam potensi pengurangan kebutuhan pengobatan antimikroba dan
pengutangan resistensi antimikroba.
28