Konsep Pengendalian Populasi Anjing Berbasis Ekologi - FKH IPB, IPBCC, Bogor, 11 Oktober 2016
1. Focus Group Discussion “Pengendalian Rabies di Sukabumi dengan Pendekatan One Health
untuk Mendukung Jawa Barat Bebas Rabies 2018” – Bogor, 11 Oktober 2016
Konsep Pengendalian
Populasi Anjing
Berbasis Ekologi
Drh Tri Satya Putri Naipospos, MPhil, PhDDrh Tri Satya Putri Naipospos, MPhil, PhD
Komisi Ahli Kesehatan HewanKomisi Ahli Kesehatan Hewan
Focus Group Discussion “Pengendalian Rabies di Sukabumi dengan Pendekatan One Health
untuk Mendukung Jawa Barat Bebas Rabies 2018”
Bogor, 11 Oktober 2016
2. Focus Group Discussion “Pengendalian Rabies di Sukabumi dengan Pendekatan One Health
untuk Mendukung Jawa Barat Bebas Rabies 2018” – Bogor, 11 Oktober 2016
Anjing dan manusiaAnjing dan manusia
Ekologi anjing berkaitan dengan aktivitas
manusia apabila ingin efektif, pengendalian
populasi anjing harus dibarengi dengan
perubahan perilaku manusia
Artikel 7.7.1. butir (2) OIE TAHC
3. Focus Group Discussion “Pengendalian Rabies di Sukabumi dengan Pendekatan One Health
untuk Mendukung Jawa Barat Bebas Rabies 2018” – Bogor, 11 Oktober 2016
Klasifikasi anjingKlasifikasi anjing
Menurut lokasi:
• Anjing urban
• Anjing pedesaan
Menurut tingkat keliaran:
• Anjing berpemilik,
dilepasliarkan
• Anjing tidak berpemilik,
dilepasliarkan
• Anjing liar (anjing domestik
berbalik menjadi liar)
Menurut fungsi:
• Anjing masyarakat
• Anjing pemburu
• Anjing kesayangan
• Anjing peternakan
• Anjing transportasi
• Anjing konsumsi
Sumber: Mariela Varas (OIE)
4. Focus Group Discussion “Pengendalian Rabies di Sukabumi dengan Pendekatan One Health
untuk Mendukung Jawa Barat Bebas Rabies 2018” – Bogor, 11 Oktober 2016
Populasi anjingPopulasi anjing
Tingkat pengawasan/ikatan sosial:
Sangat baikSangat baik Tidak adaTidak ada LiarLiar
Sumberdaya (pakan, air, penampungan):
Dengan sengajaDengan sengaja Tanpa sengajaTanpa sengaja
Sumber dari manusia
“dog food”
Limbah dan sampah
Predator
Sumber: Wandeler A.I. (CFIA)
5. Focus Group Discussion “Pengendalian Rabies di Sukabumi dengan Pendekatan One Health
untuk Mendukung Jawa Barat Bebas Rabies 2018” – Bogor, 11 Oktober 2016
RabiesRabies –– Eliminasi anjingEliminasi anjing –– Media massaMedia massa
Populasi Anjing Liar di Bali Sangat Mengkhawatirkan.
Dipublikasikan tanggal 14 Februari 2015. Republika, Baca:
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/02/14/njqbg
1-populasi-anjing-liar-di-bali-sangat-mengkhawatirkan
Hindari Rabies, Usulkan Semua Anjing di Bali Dihabisi.
Dipublikasikan tanggal 19 Juni 2015, Jawa Pos. Baca:
http://www2.jawapos.com/baca/artikel/17554/hindari-rabies-usulkan-
semua-anjing-di-bali-dihabisi
Pembantaian Anjing di Bali, Ini Alasan dan Metodenya.
Dipublikasikan tanggal 24 Juli 2015, Tempo. Baca:
https://m.tempo.co/read/news/2015/07/24/058686077/pembantaian-
anjing-di-bali-ini-alasan-dan-metodenya
6. Focus Group Discussion “Pengendalian Rabies di Sukabumi dengan Pendekatan One Health
untuk Mendukung Jawa Barat Bebas Rabies 2018” – Bogor, 11 Oktober 2016
Studi populasi anjingStudi populasi anjing
Ukuran populasi
Struktur populasi
Sumber: Wandeler A.I. (CFIA)
Berpemilik
“Milik
Masyarakat”
Tidak
berpemilik
Sangat baikSangat baik Tidak adaTidak ada LiarLiar
Kuesioner
Kuesioner
Pemanfaatan
sumberdaya Kuesioner
mark – recapture
observasi langsung
studi postmortem
observasi langsung
radio telemetry
7. Focus Group Discussion “Pengendalian Rabies di Sukabumi dengan Pendekatan One Health
untuk Mendukung Jawa Barat Bebas Rabies 2018” – Bogor, 11 Oktober 2016
Manajemen populasi anjing terkaitManajemen populasi anjing terkait
pengendalian rabiespengendalian rabies
Estimasi ukuran populasi (Estimasi ukuran populasi (population sizepopulation size))
Menurunkan ukuran populasi/pertumbuhan/Menurunkan ukuran populasi/pertumbuhan/
pergantian (pergantian (turnoverturnover))::
• Kontrol kelahiran (birth control)
– operasi (surgikal)
– chemikal
• Pemusnahan (culling)
– Pemusnahan massal
– Pemusnahan bertarget hewan berisiko tinggi
• Manajemen habitat
• Pengendalian lalulintas
Lebih sedikit anjing yang harus
divaksin
Mempertahankan kekebalan
populasi
Menghilangkan infeksi & risiko
8. Focus Group Discussion “Pengendalian Rabies di Sukabumi dengan Pendekatan One Health
untuk Mendukung Jawa Barat Bebas Rabies 2018” – Bogor, 11 Oktober 2016
Tujuan program pengendalian populasiTujuan program pengendalian populasi
anjing (Artikel 7.7.3. OIE TAHC)anjing (Artikel 7.7.3. OIE TAHC)
• Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anjing
berpemilik dan yang dilepasliarkan;
• Mengurangi jumlah anjing liar ke batas yang dapat diterima;
• Mempromosikan kepemilikan yang bertanggung jawab
(responsible dog ownership);
• Menciptakan dan mempertahankan populasi anjing yang
memiliki kekebalan dan bebas rabies;
• Mengurangi risiko penyakit-penyakit zoonotik selain rabies;
• Mengelola risiko kesehatan manusia lainnya;
• Mencegah bahaya lingkungan dan hewan lainnya
• Mencegah perdagangan ilegal dan penyelundupan
9. Focus Group Discussion “Pengendalian Rabies di Sukabumi dengan Pendekatan One Health
untuk Mendukung Jawa Barat Bebas Rabies 2018” – Bogor, 11 Oktober 2016
LegislaLegislasisi
Kepemilikan yangKepemilikan yang
bertanggungjawabbertanggungjawab
(kendali kelahiran,(kendali kelahiran,
registrasi danregistrasi dan
identifikasi anjing)identifikasi anjing)
Promosi dan edukasiPromosi dan edukasi
kesejahteraan hewankesejahteraan hewan
Program pengendalianProgram pengendalian
anjing liaranjing liar
Media
Asosiasi kesejahteraan
hewanPemerintah Pusat
Dokter
hewan
swasta
Universitas
Kelembagaan nasional dan
regional lainnya
Masyarakat
Pemerintah daerah
10. Focus Group Discussion “Pengendalian Rabies di Sukabumi dengan Pendekatan One Health
untuk Mendukung Jawa Barat Bebas Rabies 2018” – Bogor, 11 Oktober 2016
Estimasi ukuran populasiEstimasi ukuran populasi
• Survei rumah tangga
– terbatas pada anjing berpemilik
• Teknik ‘mark – recapture’ (capture – recapture)
– menangkap anjing berkeliaran (observasi)
11. Focus Group Discussion “Pengendalian Rabies di Sukabumi dengan Pendekatan One Health
untuk Mendukung Jawa Barat Bebas Rabies 2018” – Bogor, 11 Oktober 2016
Estimasi populasi anjing dengan metodaEstimasi populasi anjing dengan metoda
““PPhotographichotographic capture and recapturecapture and recapture””
• Untuk menghitung anjing lepasliar dilakukan pemantauan ke 4
(empat) desa di Bali dengan memfoto semua anjing yang
berada dalam radius 25 meter selama 4 hari berturut-turut.
• Anjing baru dan anjing yang di ‘recaptured’ (difoto lagi pada
hari yang berbeda) diidentifikasi dan dihitung.
12. Focus Group Discussion “Pengendalian Rabies di Sukabumi dengan Pendekatan One Health
untuk Mendukung Jawa Barat Bebas Rabies 2018” – Bogor, 11 Oktober 2016
Probabilitas deteksi anjing berkeliaranProbabilitas deteksi anjing berkeliaran
• Probabilitas deteksi
anjing berkeliaran
hanya 19% yang
teramati setiap harinya
dan 43% anjing
berkeliaran tidak
pernah teramati!
• Lebih dari 60% anjing
berpemilik
dilepasliarkan oleh
pemiliknya
0,26 0,24 0,24
0,19
0,20 0,19 0,19
0,15
0,00
0,05
0,10
0,15
0,20
0,25
0,30
0,35
1 2 3 4
Probabilitas
Hari survei ke-
Female
Male
Betina
Jantan
1491 individu anjing1491 individu anjing
Betina
Sumber: Riana Arief et al. (CIVAS)
13. Focus Group Discussion “Pengendalian Rabies di Sukabumi dengan Pendekatan One Health
untuk Mendukung Jawa Barat Bebas Rabies 2018” – Bogor, 11 Oktober 2016
Estimasi Jumlah Anjing di Banjar
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
0-25 26-50 51-75 76-100 101-125 126-150 More
Persen
Jumlah anjing di Banjar
Owned dog Observed free-roaming dogAnjing berpemilik
Total = 7.468
Total = 2.418
Med = 42,5
Med = 17,7
Anjing berkeliaran
• Rata2 jumlah anjing
berpemilik = 61,2 ekor
• Rata2 jumlah anjing
berkeliaran =19,8 ekor
Sumber: Riana Arief et al. (CIVAS)
14. Focus Group Discussion “Pengendalian Rabies di Sukabumi dengan Pendekatan One Health
untuk Mendukung Jawa Barat Bebas Rabies 2018” – Bogor, 11 Oktober 2016
Contoh studi ekologi: Perilaku anjingContoh studi ekologi: Perilaku anjing
Dilakukan pengamatan terhadap perilaku anjing (dog
behaviour) di 26 desa di Kabupaten Gianyar, Karang
asem dan Kota Denpasar (jumlah semua 69 anjing)
Pengamatan selama 48 yang dilakukan oleh 3 tim
Tiga jenis data diambil pada pengamatan ini, yaitu
– Data tentang aktivitas anjing;
– Data tentang pergerakan anjing; dan
– Data sumber-sumber makanan
bagi anjing
Sumber: Andri Jatikusumah (CIVAS)
15. Focus Group Discussion “Pengendalian Rabies di Sukabumi dengan Pendekatan One Health
untuk Mendukung Jawa Barat Bebas Rabies 2018” – Bogor, 11 Oktober 2016
Profil perilaku anjing 24 jamProfil perilaku anjing 24 jam
Kontak Makan BergerakGrooming Istirahat
• Anjing
beristirahat
23.00-04.00
10.00-13.00
dan
18.00-20.00
• Aktifitas lain
adalah perilaku
netral dan
bergerak terjadi
sepanjang hari
00.00-23.00
• Aktifitas dominan adalah istirahat
• Proporsi bervariasi setiap individu anjing
Sosialisasi netral
Sumber: Andri Jatikusumah (CIVAS)
16. Focus Group Discussion “Pengendalian Rabies di Sukabumi dengan Pendekatan One Health
untuk Mendukung Jawa Barat Bebas Rabies 2018” – Bogor, 11 Oktober 2016
RataRata--rata lama istirahat (menit) per harirata lama istirahat (menit) per hari
0
50
100
150
200
250
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Rest - Female - Adult Rest - Male - AdultIstirahat – Betina - Dewasa Istirahat – Jantan - Dewasa
• Aktivitas anjing jantan lebih tinggi dari
anjing betina dewasa di malam hari
• Umumnya anjing beristirahat di siang hari
(11:00-15:00)
Sumber: Andri Jatikusumah (CIVAS)
17. Focus Group Discussion “Pengendalian Rabies di Sukabumi dengan Pendekatan One Health
untuk Mendukung Jawa Barat Bebas Rabies 2018” – Bogor, 11 Oktober 2016
RataRata--rata kontak anjingrata kontak anjing––manusia per jammanusia per jam
1,0
0,0 0,0
0,8
1,0
0,4
1,3
0,8
1,0
0,8
1,6
0,5
0,4
0,3 0,3
2,0
2,1
1,4
0,8
0,5
1,3
0,0 0,00,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,8
0,9
0,4
0,2
0,5
1,0
0,0 0,0
0,3
0,4
0,8
0,7
0,7
0,4
0,2
0,0 0,0 0,0
0
0,5
1
1,5
2
2,5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 23
kontak - Average of Adult Male
kontak - Average of Adult Female
kontak - Average of Boys
kontak - Average of Girls
Kontak-jantan dewasa
Kontak-jantan betina
Kontak-anak laki2
Kontak-anak perempuan
• Kontak anjing-manusia
tertinggi terjadi di pagi
dan sore hari
Sumber: Andri Jatikusumah (CIVAS)
18. Focus Group Discussion “Pengendalian Rabies di Sukabumi dengan Pendekatan One Health
untuk Mendukung Jawa Barat Bebas Rabies 2018” – Bogor, 11 Oktober 2016
Pola pergerakan anjingPola pergerakan anjing
Pergerakan anjing selalu konsisten mengikuti jalan raya (3
contoh yang diplot oleh Google Earth)
Sumber: Andri Jatikusumah (CIVAS)
19. Focus Group Discussion “Pengendalian Rabies di Sukabumi dengan Pendekatan One Health
untuk Mendukung Jawa Barat Bebas Rabies 2018” – Bogor, 11 Oktober 2016
Kontrol kelahiranKontrol kelahiran
Rasional Alasan untuk menggunakan Alasan untuk tidak menggunakan
BiologikBiologik -Mengurangi ‘turnover’ dan
penambahan yang peka
-Dapat mengurangi ukuran
populasi (relatif lambat
dibandingkan pemusnahan)
-Meningkatkan kesehatan dan
daya hidup, sehingga memper-
tahankan cakupan vaksinasi
-Jumlah yang besar harus ditargetkan
untuk efek yang cukup signifikan
-Tidak ada pengurangan populasi jika
permintaan tinggi atau ada peningkatan
lalulintas untuk memenuhi permintaan
-Meningkatkan daya hidup sehingga
mempercepat pertumbuhan populasi
SosialSosial -Manusiawi (humane)
-Peningkatan kesehatan dapat
diketahui pemilik/masyarakat
-Mengurangi gangguan akibat
anjing kawin dan anak anjing
-Tidak manusiawi (inhumane)
-Respon tidak begitu terlihat
-Permintaan akan anak-anak anjing
OperasionalOperasional -Berpotensi untuk disuntikkan -Mahal
-Hanya beberapa sterilan yang disetujui
(atau hanya untuk 1 jenis kelamin saja)
Sumber: Katie Hampson et al. (University of Glasgow)
20. Focus Group Discussion “Pengendalian Rabies di Sukabumi dengan Pendekatan One Health
untuk Mendukung Jawa Barat Bebas Rabies 2018” – Bogor, 11 Oktober 2016
Pemusnahan (culling)Pemusnahan (culling)
Rasional Alasan untuk menggunakan Alasan untuk tidak menggunakan
BiologikBiologik -Mengurangi tingkat kontak
dengan asumsi bergantung pada
kepadatan populasi
-Mengurangi ukuran populasi
secara cepat
-Mengeliminasi anjing terinfeksi
dan yang sedang menginkubasi
-Menghilangkan suseptibilitas
(apabila vaksinasi ada tandanya)
-Mengurangi penambahan yang
peka (lebih sedikit anjing
reproduktif yang bisa bertahan)
-Tidak ada efek pengurangan kepadatan
terhadap penularan
-Batas ambang tidak diketahui/tidak ada
-Meningkatkan kontak & penyebaran
akibat gangguan sosial/lalu lintas manusia
-Penggantian anjing (biasanya yang tidak
divaksin) mengurangi cakupan dan
memungkinkan masuknya infeksi baru
-Penghilangan anjing yang divaksin akan
mengurangi kekebalan kelompok
-Meningkatkan pertumbuhan populasi
-Menyebabkan gangguan sosial
SosialSosial -Respon nyata oleh lembaga yang
bertanggungjawab
-Persepsi logis terhadap efeknya
-Rasa dendam apabila anjing
sehat/berpemilik dimusnahkan
-Metoda tidak manusiawi/tidak diterima
secara sosial
OperasionalOperasional -Dirasa murah dan langsung
-Peralatan tersedia
-Mahal
-Semakin sulit didapat
-Anjing yang divaksin sulit dibedakan
Sumber: Katie Hampson et al. (University of Glasgow)
21. Focus Group Discussion “Pengendalian Rabies di Sukabumi dengan Pendekatan One Health
untuk Mendukung Jawa Barat Bebas Rabies 2018” – Bogor, 11 Oktober 2016
Metoda inefektif yang tidak kompromistisMetoda inefektif yang tidak kompromistis
dengan “kesejahteraan hewan”dengan “kesejahteraan hewan”
•• Kekurangan sumberdayaKekurangan sumberdaya + pengetahuanpengetahuan + ketakutanketakutan akan
rabies telah memunculkan sejumlah upaya masyarakat untuk
mencoba mengendalikan populasi anjing lewat peracunan,
elektrik atau menenggelamkan ke dalam air.
– Peracunan dengan strychnine sampai akhir-akhir ini merupakan
satu-satunya upaya pengendalian anjing yang tersedia di
sejumlah negara. Anjing mati secara perlahan, kejang-kejang dan
memerlukan waktu beberapa jam untuk mati.
•• Pesan OIE (Terrestrial Animal Health Code)Pesan OIE (Terrestrial Animal Health Code):
« Euthanasia anjing, jika hanya digunakan sendiri, tidak efektif
untuk tindakan pengendalian. Jika digunakan, harus dilakukan
secara manusiawi dan dengan kombinasi dengan tindakan lain
untuk mencapai pengendalian jangka panjang yang efektif. »
Sumber: Mariela Varas (OIE)
22. Focus Group Discussion “Pengendalian Rabies di Sukabumi dengan Pendekatan One Health
untuk Mendukung Jawa Barat Bebas Rabies 2018” – Bogor, 11 Oktober 2016Apa yang perlu dipelajari?Apa yang perlu dipelajari?
AnjingAnjing
• Jumlah anjing dilepasliarkan atau anjing jalanan
• Dinamika populasi ‘lepasliar’ (stray) (berpemilik vs lepasliar, kesejahteraan,
jenis kelamin, umur, betina menyusui/bunting, anak-anak anjing)
• Akses sumberdaya: apa yang menyebabkan anjing bertahan hidup dan
bereproduksi?
• Besaran/ukuran populasi anjing berpemilik
PerilakuPerilaku
MasyarakatMasyarakat
((Apa yangApa yang
difikirkandifikirkan
publik, apapublik, apa
yangyang
diinginkandiinginkan
publik)publik)
• Perilaku masyarakat terhadap anjing lepasliar? Terhadap anjingnya sendiri?
• Kesadaran masyarakat tentang hubungan antara anjing lepasliar dan
berpemilik (‘lepasliar’ bisa berarti lepasliar berpemilik, tetapi memproduksi
anak anjing)
• Kesadaran masyarakat dan perilaku terhadap prinsip-prinsip ‘responsible
pet ownership’ (vaksinasi, sterilisasi, kendali reproduksi)
• Apa yang menjadi kepedulian publik? Rabies? Gigitan? Gonggongan?
• Apakah publik menginginkan anjingnya dilepasliarkan? vs. Apakah
menginginkan anjingnya dimusnahkan?
• Apakah publik bertoleransi dengan komunitas anjing jika aman/sehat, tidak
agresif dan disterilisasi?
PerilakuPerilaku orangorang
((Apa yangApa yang
dilakukandilakukan
orang)orang)
• Mengapa orang memiliki anjing?
• Bagaimana orang tersebut memperlakukan anjingnya? Pelatihan?
• Apakah orang tersebut membiarkan anjingnya dilepasliarkan? Diabaikan?
• Apakah yang dilakukan orang tersebut dengan anak-anak anjing yang tidak
diinginkan jika anjingnya bunting?
• Apa isu yang paling umum yang orang tidak bisa tangani sehingga
menyebabkan pembiaran? Penyakit, perilaku, uang dlsbnya.
Sumber: Alexandra Hammond-Seaman (RSPCA)
23. Focus Group Discussion “Pengendalian Rabies di Sukabumi dengan Pendekatan One Health
untuk Mendukung Jawa Barat Bebas Rabies 2018” – Bogor, 11 Oktober 2016