1. ONE HEALTH ROADMAP
ELIMINASI RABIES
NASIONAL 2030
Sosialisasi (pre-launching) Roadmap Eliminasi Rabies Nasional 2030
Jakarta, 31 Agustus 2019
DrhTri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
2. MASALAH RABIES GLOBAL
• Rabies sudah endemik di lebih dari 150 negara di seluruh dunia.
• Penyakit ini diperkirakan membunuh 59.000 orang setiap tahun.
Mayoritas kematian diperkirakan terjadi di Asia (59,6%) dan Afrika
(36,4%) (WHO 2018b).
• Sekitar 40% dari korban adalah anak-anak yang berusia lebih muda dari
15 tahun yang tinggal di Asia dan Afrika.
• 99% dari kasus manusia di Asia dan Afrika disebabkan oleh gigitan anjing
yang terinfeksi, dan bukan karena pendedahan terhadap banyak dan
beragamnya satwa liar yang bertindak sebagai ‘reservoir’ virus di
berbagai kontinen.
• Rabies yang ditularkan oleh anjing telah berhasil dieliminasi dari Eropa
Barat, Kanada,Amerika Serikat, dan Jepang.
• 28 dari 35 negara-negara Amerika Latin melaporkan tidak ada kematian
manusia dari rabies yang ditularkan oleh anjing.
3. DOKUMEN RENCANA STRATEGIS
GLOBAL ELIMINASI RABIES
ZERO BY 30 -The Global
Strategic Plan to end
human deaths from dog-
mediated rabies by 2030
▪ Suatu rencana strategis global untuk
mengkoordinasikan respon pencegahan
rabies, integrasi penguatan sistim kesehatan
manusia dan hewan, dalam rangka mencapai
populasi dunia yang paling tidak terlayani
dengan cara mengikutsertakan,
memberdayakan dan memampukan seluruh
negara untuk mengarahkan dan
memperkuat upaya eliminasi rabies.
4. RASIONAL KUNCI MENGAPA DIBUTUHKAN
INVESTASI UNTUK ELIMINASI RABIES PADA 2030
WHO, OIE, FAO, GARC bersatu dalam ‘United Against Rabies’ (UAR)
untuk mengeliminasi rabies pada manusia yang ditularkan oleh anjing
Rasional 1: Rabies adalah masalah
utama kesehatan masyarakat yang
secara tidak seimbang membebani
masyarakat pedesaan yang miskin.
Rasional 2: Rabies dapat dicegah
meskipun mematikan.
Rasional 3: Rabies pada manusia
yang ditularkan oleh anjing dapat
dieliminasi dengan vaksinasi anjing.
Rasional 4: Eliminasi rabies
dimungkinkan.
Sumber:
(1)WHO 2015. Rabies: rationale for investing in the
global elimination of dog-mediated human rabies.
(2)WHO 2018. Zero by 30:The Global Strategic
Plan to end human deaths from dog-mediated rabies
by 2030.
5. MASALAH RABIES DI INDONESIA
• Angka kematian akibat rabies di Indonesia sekitar 100-150 orang
per tahun.
• Ancaman yang terus menerus bagi masyarakat di Indonesia,
terutama bagi anak-anak.
• 26 provinsi dinyatakan sebagai daerah endemik rabies, hanya 8
provinsi yang masih dinyatakan sebagai daerah bebas rabies.
• Sejarah rabies di Indonesia (1996-2019) menunjukkan jumlah
provinsi dan pulau yang tertular rabies semakin meningkat, akibat:
– munculnya wabah rabies di daerah-daerah yang tadinya bebas
historis (Flores, Bali, Maluku, Malut, Nias dll); dan
– timbulnya penularan kembali dari daerah-daerah yang tadinya telah
dinyatakan bebas (Jabar, Kalbar, NTB).
6. SITUASI RABIES DI INDONESIA
• 8 daerah bebas rabies yaitu Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung,
Papua dan Papua Barat sebagai daerah bebas historis, sedangkan DKI
Jakarta, Jawa Tengah, DIYogyakarta, Jawa Timur sebagai daerah yang
dideklarasikan bebas rabies.
26 daerah endemik rabies
7. DOKUMEN ROADMAP RABIES
• Untuk mengatasi masalah rabies di
Indonesia yang semakin menyebarluas
dan sejalan dengan rencana strategis
eliminasi rabies global, maka Indonesia
harus melakukan terobosan untuk
bergerak secara lebih cepat dan efektif
guna dapat mencapai target NOL
kematian manusia akibat rabies yang
ditularkan oleh anjing pada tahun 2030
melalui peta jalan yang tertuang dalam:
“One Health Roadmap Eliminasi
Rabies Nasional 2030”
8. VISI, MISI, SASARAN DAN TUJUAN
ROADMAP RABIES NASIONAL
SASARAN:
"mengeliminasi
rabies pada manusia
yang ditularkan
lewat anjing di
Indonesia pada
tahun 2030"
MISI:
“mengurangi secara
bertahap dan akhirnya
mengeliminasi rabies
pada manusia di
Indonesia melalui
vaksinasi massal anjing
yang berkelanjutan dan
pemberian profilaksis
pasca pajanan
VISI:
“Indonesia
bebas rabies
2030”
TUJUAN:
1. Menurunkan kasus rabies pada anjing dan korban manusia di daerah
endemik di Indonesia;
2. Mempertahankan daerah bebas rabies di Indonesia;
3. Mencapai target tidak ada kasus rabies pada hewan dan manusia yang
terkonfirmasi dalam 2 (dua) tahun terakhir; dan
4. Mencapai nol kematian akibat rabies pada manusia.
9. STRATEGIELIMINASIRABIES
A. Eliminasi Rabies pada Anjing
(A1) vaksinasi massal anjing;
(A2) manajemen populasi anjing;
(A3) promosi kepemilikan anjing yang bertanggung jawab,; dan
(A4) pengawasan lalu lintas hewan dan tindakan karantina.
B. Pencegahan Rabies pada Manusia
(B1) penyediaan akses tepat waktu profilaksis pacsa pajanan (PEP); dan
(B2) profilaksis pre-pajanan (PrEP) bagi kelompok berisiko tinggi.
C. Penguatan Surveilans Rabies pada Manusia dan Hewan:
(C1) penguatan sistem surveilans;
(C2) penguatan rencana kesiapsiagaan dan respon wabah; dan
(C3) penguatan kapasitas diagnosis laboratorium.
D. Peningkatan Kesadaran:
(D1) peningkatan kesadaran masyarakat dan edukasi,;
(D2) peningkatan kesadaran dan praktik manajemenTatalaksana Kasus
GigitanTerpadu (TAKGIT).
E. Penguatan Legislasi
F. Pelaksanaan Riset Operasional
G. Penguatan Koordinasi Multisektoral dan Kemitraan
H. Mobilisasi Sumberdaya
10. TAHAP 1 S/D 5 DARI PELAKSANAAN
STRATEGI ELIMINASI RABIES NASIONAL
(2019-2030)
11. A. ELIMINASI RABIES PADA ANJING
A1. Vaksinasi massal anjing
– Target > 70% dari cakupan populasi anjing per tahun untuk 3 (tiga)
tahun berturut-turut.
A2. Manajemen populasi anjing (dog population management)
– Legislasi, sterilisasi, fasilitas penampungan anjing (shelter/holding facilities),
euthanasia, pengendalian anjing terhadap akses sampah dan limbah
buangan.
A3. Promosi kepemilikan anjing yang bertanggung jawab
(responsible dog ownership)
– Edukasi tentang perawatan kesehatan anjing yang baik, kesejahteraan
hewan, registrasi, dan kewajiban vaksinasi.
A4. Pengawasan lalu lintas hewan dan tindakan karantina
– Pemberlakuan persyaratan kesehatan hewan meliputi wajib vaksinasi,
pengujian dan penetapan masa karantina sesuai peraturan yang berlaku.
12. A1. VAKSINASI MASSAL ANJING
>70%
cakupan
vaksinasi
A1.1. Rencana program
vaksinasi massal
A1.2. Estimasi populasi
Anjing
A.1.3. Identifikasi dan
registrasi anjing
A1.4.Vaksinasi anak
anjing < 3 bulan
A1.5. Survei pasca
vaksinasi
A1.6. Vaksin rabies
A1.7. Vaksin rabies
produksi dalam negeri
13. B. PENCEGAHAN RABIES PADA MANUSIA
B1. Penyediaan akses tepat waktu terhadap profilaksis
pasca pajanan (PEP)
– Pencucian luka, vaksinasi, pemberian rabies immunoglobulin (RIG)
untuk semua kasus orang tergigit anjing yang terduga rabies.
B2. Profilaksis pre-pajanan (PrEP)
– Kelompok-kelompok berisiko tinggi terutama bagi para pekerja
kesehatan hewan, pemelihara dan penangkap hewan, dan staf
laboratorium yang menangani virus dan material yang berpotensi
menginfeksi.
14. C. PENGUATAN SURVEILANS PADA
MANUSIA DAN HEWAN
C1. Penguatan sistim surveilans yang ada dan hubungan
sistim surveilans kesehatan hewan dan kesehatan
manusia (TAKGIT)
– Pengumpulan dan pelaporan data untuk memonitor dan
mengevaluasi indikator kunci.
C2. Penguatan rencana kesiapsiagaan dan respon wabah
– Mobilisasi sumberdaya dan tindakan-tindakan darurat untuk
secepat mungkin menghentikan penyebaran apabila terjadi wabah
rabies di daerah bebas atau apabila terjadi re-introduksi rabies ke
daerah yang sudah mendekati bebas.
C3. Penguatan kapasitas diagnosis laboratorium
15. D. PENINGKATAN KESADARAN
D1. Peningkatan kesadaran masyarakat dan edukasi
– Risiko rabies serta pencegahan dan pengendalian rabies termasuk
promosi kepemilikan anjing yang bertanggung jawab, melalui
edukasi di sekolah-sekolah, pembuatan dan penyebaran materi
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), briefing media dan
menyelenggarakan peringatan World Rabies Day (WRD).
D2. Peningkatan kesadaran dan praktik manajemen
Tatalaksana Kasus GigitanTerpadu (TAKGIT)
– Pelatihan kepada para pekerja kesehatan dan kesehatan hewan
untuk meningkatkan koordinasi dan kerjasama dalam penanganan
terpadu kasus GHPR.
16. E. PENGUATAN LEGISLASI
E.1. Legislasi nasional
– Keberadaan suatu legislasi nasional sangat membantu dalam
memperkuat pelaksanaan program-program dan membuat
inisiatif dan komitmen yang berkelanjutan.
– Rabies ditetapkan sebagai penyakit yang wajib dilaporkan
(notifiable disease).
E.2. Legislasi daerah
– Pemda bertanggung jawab untuk mengembangkan dan
memberlakukan legislasi yang menyangkut kepemilikan anjing
(seperti: registrasi, pemasangan mikrocip, vaksinasi, dll), dan
pengendalian anjing-anjing yang dilepasliarkan.
– Dalam menerjemahkan kebijakan yang bersifat umum ini,
diperlukan kebijakan yang bersifat lebih spesifik, baik yang berupa
peraturan daerah yang bersifat resmi maupun aturan adat atau
agama yang berlaku bagi masyarakat setempat.
17. F. PELAKSANAAN RISET OPERASIONAL
• Riset operasional dapat dilaksanakan selama dilakukannya
intervensi dengan mengumpulkan, menganalisis dan
menginterpretasikan data untuk perbaikan strategi dan kebijakan
ke depan.
• Area utama yang dapat diidentifikasi untuk riset operasional
meliputi:
– survei KAP (knowledge, attitudes and practices);
– studi multidisiplin ilmu mencakup antropologi, sosio-budaya, dan ekonomi;
– studi ekologi anjing;
– studi pengendalian populasi anjing;
– studi vaksinasi rabies yang dikombinasi dengan pengendalian populasi
anjing;
– penelitian untuk rejimen PEP yang baru, hemat biaya, dan dengan
pemberian yang lebih pendek; dan
– studi untuk menentukan beban ekonomi rabies di komunitas dan negara.
18. G. PENINGKATAN KOORDINASI
MULTISEKTORAL DAN KEMITRAAN
G.1. Dukungan politik
– PembentukanTim Koordinasi (TIKOR) yang akan mengkoordinasikan
seluruh kegiatan di tingkat nasional dan daerah dengan suatu
mekanisme yang ditetapkan bersama.
– Dalam kerangka ‘One Health’, elemen kritis adalah seluruh sektor
bekerja sama dan berkontribusi ke dalam pencapaian sasaran bersama
yaitu eliminasi rabies pada tahun 2030.
G.2. Pedoman Koordinasi
– Tersedianya buku “Pedoman Koordinasi Lintas Sektor Menghadapi
Kejadian Luar Biasa (KLB)/Wabah Zoonosis dan Penyakit Infeksi
Emerging (PIE)”.
G.3. Kolaborasi internasional
– Elaborasi dan pelaksanaan dari strategi eliminasi rabies ini berkolaborasi
dengan ASEAN, OIE,WHO, FAO, dan lembaga donor lainnya.
– Mekanisme spesifik dan lebih teknis dapat juga dilakukan, seperti dengan
OIE Reference Centres dan WHO Collaborating Centres.
19. MEKANISME PELAKSANAAN
• Koordinasi di tingkat nasional oleh Kemenko PMK.
• Kemenkes dan Kementan memegang peranan kunci secara teknis dan
administratif, bersama dengan dinas-dinas yang berwenang di tingkat
provinsi dan kabupaten/kota.
• Mekanisme pelaksanaan dibangun dengan memperhatikan Instruksi
Presiden R.I. Nomor 4 Tahun 2019 tentang Peningkatan Kemampuan
Dalam Mencegah, Mendeteksi, dan Merespons Wabah Penyakit,
Pandemi Global, dan Kedaruratan Nuklir, Biologi dan Kimia.
• Penguatan harus meliputi sebagai berikut:
– penerapan Otovet di tingkat nasional, Kementerian/Lembaga,dan Pemda;
– peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang peternakan dan
kesehatan hewan serta dukungan pembiayaan;
– surveilans, penelitian, dan pengembangan terutama untuk zoonosis; dan
– ketersediaan dan kapasitas serta menggerakkan SDM (dokter hewan dan
paramedik veteriner), sarana, dan logistik untuk menanggulangi
kedaruratan kesehatan masyarakat.
20. GAMBAR 8: SKEMA KOORDINASI
PELAKSANAAN ELIMINASI RABIES NASIONAL
21. H. MOBILISASI SUMBERDAYA
H.1. Rencana penganggaran
– Pelaksanaan strategi eliminasi rabies memerlukan sumberdaya secara
berkelanjutan dan suatu rencana penganggaran tahunan (2019-2030)
harus dibuat untuk memastikan dana tersedia dalam setiap tahapan.
– Anggaran bersumber dari kementerian (Kementan, Kemenkes, KLHK),
pemda, dana desa, dan mitra lokal dan internasional.
– Rencana penganggaran tahunan untuk dukungan provinsi/kabupaten/
kota terhadap rencana masing-masing kementerian terkait, mengacu
pada Permendagri No. 101/2018 tentang StandarTeknis Pelayanan Dasar
Pada Standar Pelayanan Minimal Sub-urusan Bencana Daerah.
H2. Dukungan pihak ketiga
– Sejumlah mitra, baik itu LSM, organisasi regional dan internasional yang
memberikan perhatian kepada pengendalian rabies pada anjing dapat
diundang untuk dilibatkan dalam mendukung dan membantu mengelola
beberapa program strategi eliminasi rabies tertentu.
22. PRINSIP STRATEGI ELIMINASI RABIES
• Perlu pendekatan kolaborasi multi-sektoral atau yang disebut pendekatan “One
Health” (Cleaveland et al. 2014; Cowen 2016; Lavan et al. 2017).
• Anjing domestik terinfeksi rabies menularkan hampir 98% rabies ke manusia di
Indonesia (Kemenkes 2016).
• Tidak ada bukti yang terdokumentasi adanya kasus rabies pada satwa liar di
Indonesia (Joseph et al. 1978; ASEAN 2016).
• Vaksinasi massal anjing berkelanjutan dalam 3 tahun berturut-turut dari lebih
70% populasi anjing mampu mengeliminasi rabies pada anjing-anjing domestik,
dan selanjutnya pada manusia dan hewan domestik lainnya (Zinsstag et al.
2009;Abera et al. 2015;WHO 2015).
• Eliminasi rabies dengan vaksinasi massal anjing adalah strategi yang hemat biaya,
menyelamatkan jiwa manusia dan menghasilkan penurunan dalam penggunaan
PEP yang biayanya mahal (Fitzpatrick et al. 2014; FAO 2018;WHO 2018).
• Mengingat pergantian yang tinggi terjadi di banyak populasi anjing, seluruh
kelompok umur anjing dalam populasi harus divaksin, termasuk anak-anak
anjing (<3 bulan) (Cliquet et al. 2001).
23. GAMBAR 9: PEMETAAN DAERAH BERDASARKAN
SITUASI RABIES DALAM PERIODE 2010-2018
Jumlah kabupaten/kota di seluruh daerah tertular berjumlah 269
atau 47% dari jumlah seluruh kabupaten/kota yang ada di
Indonesia (469 kabupaten ditambah 98 kota) atau 72% dari
jumlah kabupaten/kota di 26 provinsi tertular
24. KLASIFIKASI ANJING
Menurut lokasi:
• Anjing urban
• Anjing pedesaan
Menurut tingkat keliaran:
• Anjing berpemilik, dilepasliarkan
• Anjing tidak berpemilik,
dilepasliarkan
• Anjing liar (anjing domestik
berbalik menjadi liar)
Menurut fungsi:
• Anjing masyarakat
• Anjing pemburu
• Anjing kesayangan
• Anjing peternakan
• Anjing transportasi
• Anjing konsumsi
Sumber: MarielaVaras (OIE)
26. CONTOH: DEMOGRAFI DAN
CAKUPAN VAKSINASI DI BALI
Anjing berpemilik (n=17.376;1,68/pemilik)
Jantan :
Betina
Dewasa
(%)
Vaksinasi (%) Lepas liar
(%)Dewasa Anak
Urban 1,7 : 1 81,7 95,8 57,5 28,8
Sub urban 2,6 : 1 87,5 93,1 18,0 83,9
Rural 3,2 : 1 83,1 86,6 39,8 92,0
Anjing berkeliaran (n=1.972)
Jantan :
Betina
Dewasa
(%)
Vaksinasi (%)
Dewasa Anak
Urban 2,4 : 1 97,0 38,0 20,0
Sub urban 4,2 : 1 94,9 22,6 0,0
Rural 4,6 : 1 96,7 28,5 7,4
• Cakupan vaksinasi
anjing dewasa dan
anak lebih tinggi:
➢ anjing berpemilik
➢ di desa urban
Sumber: CIVAS (2012). Optimizing Rabies Control Program in Bali: An Ecohealth Approach (2011-2013)
27. CONTOH: KEMAJUAN PERKEMBANGAN
VAKSINASI MASSAL ANJING DI BALI
7
81
404
90
121
44
132
529
206
92 88
163
4
28
82
19 7 1 3 15 5 2 2 3
0
100
200
300
400
500
600
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Kasus rabies pada manusia dan hewan di Bali
2008-2018
Sumber: Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
28. TABEL 9:
JADWAL
VAKSINASI
MASSAL
ANJING
TAHAP 1 – 4
(2019-2028)
A1: VAKSINASI
MASSAL
ANJING
TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 3 TAHAP 4 TAHAP 5
2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
DAERAH TERTULAR BERAT
Sumatera Utara 2 2 2 2 2
Sulawesi Selatan 3 3 3 3 3
Riau 3 3 3 3 3
Sumatera Barat 2 2 2 2 2
NTT 2 2 2 2 2
Kalimantan Barat 2 2 2 2 2
Bali 1 1 1 1 1
Sulawesi Tengah 3 3 3 3 3
Sulawesi Utara 2 2 2 2 2
Maluku 3 3 3 3 3
DAERAH TERTULAR SEDANG
Jawa Barat 4 4 4 4 4
Lampung 5 5 5 5 5
Sumatera Selatan 5 5 5 5 5
NTB 4 4 4 4 4
Kalteng 5 5 5 5 5
Sultra 5 5 5 5 5
DAERAH TERTULAR RINGAN
Aceh 5 5 5 5 5
Banten 4 4 4 4 4
Kalsel 5 5 5 5 5
Kalimantan Timur 5 5 5 5 5
Kalimantan Utara 5 5 5 5 5
Jambi 5 5 5 5 5
Bengkulu 5 5 5 5 5
Sulawesi Barat 5 5 5 5 5
Maluku Utara 5 5 5 5 5
Gorontalo 4 4 4 4 4
• Provinsi Bali telah
melakukan kampanye
vaksinasi massal anjing
pada tahun ini.
• Vaksinasi massal di 5
daerah tertular berat
lainnya akan dimulai
padaTahap II.
• Vaksinasi massal di
daerah tertular
sedang dan ringan
akan dimulai pada
Tahap III.
29. STRATEGI NASIONAL YANG SUKSES UNTUK
ELIMINASI RABIES YANG DITULARKAN ANJING
• Pencegahan rabies pada
manusia melalui:
– PEP yang tertarget secara baik
menggunakan tipe vaksin
modern dan, jika diperlukan,
immunoglobulin antirabies;
– PrEP menggunakan tipe vaksin
modern untuk kelompok-
kelompok profesional tertentu
berisiko tinggi dan juga jika
vaksin mudah diakses, anak-anak
umur < 5 tahun di daerah-daerah
hiperendemik rabies;
– Peningkatan akses terhadap
vaksin rabies yang aman dan
efektif.
• Eliminasi rabies pada anjing
melalui:
– Vaksinasi massal anjing dan
– Manajemen populasi anjing.
Peningkatan
kesadaran
Manajemen
populasi anjing liar
Vaksin dan PEP
untuk manusia
Kampanye masal
Vaksinasi anjing di
daerah risiko tinggi
++
+
+
30. LIMA FAKTOR KRITIS YANG MENENTUKAN
KEBERHASILAN ELIMINASI RABIES 2030
1. Komitmen pemerintah yang tinggi dan bersifat jangka panjang
terhadap penganggaran dan pelaksanaan One Health Roadmap
Eliminasi Rabies Nasional 2030.
2. Komitmen pemerintah daerah seluruh daerah tertular rabies untuk
menjalankan strategi eliminasi rabies nasional sejak tahap awal dan
bergerak secara bertahap seperti yang direncanakan.
3. Jangka waktu yang ditentukan selama 11 (sebelas) tahun (2019-2030)
merefleksikan secara akurat perkembangan suatu daerah tertular
menuju eliminasi.
4. Vaksinasi berkelanjutan terhadap 70% populasi anjing berisiko di
daerah tertular per tahun tetap dapat dipertahankan paling tidak
selama 3-5 tahun.
5. Sumberdaya yang cukup dan berkesinambungan untuk menjalankan
strategi eliminasi rabies nasional, terutama ketersediaanVAR dan SAR
(PEP) serta stok vaksin rabies untuk vaksinasi massal anjing per tahun.