1. Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar penatalaksanaan klien dengan gangguan telinga seperti penumpukan serumen, furunkel, dan otitis eksterna yang dapat menyebabkan nyeri, gangguan pendengaran, atau hambatan interaksi sosial.
1. ASKEP PADA KLIEN DENGAN PENUMPUKAN SERUMEN
KONSEP DASAR
A. Penumpukan Serumen
1. Definisi
Serumen adalah sekret kelenjar sebasea dan apokrin yang terdapat pada bagian
kartilaginosa liang telinga.
Sumbatan serumen adalah suatu keadaan dimana serumen sedemikian rupa
sehingga menggantu pendengaran penderita.
2. Etiologi
Penyebab dari penyumbatan serumen biasanya kemasukan air sehingga timbul
rasa tidak enak dan gatal. Penyebab lainnya dikarenakan sebagian orang tidak
membersihkan telingan dengan teratur.
3. Gambaran Klinis
Adanya serumen, walaupun merupakan sekresi yang normal, dapat menyebabkan
gangguan pendengaran, nyeri telinga, keluarganya cairan dan vertigo. Jumlah dan
konsistensinya beragam. Sehingga banyak orang harus membersihkan telingannya
(mengirigasi) pada saat-saat tertentu secara teratur.
4. Faktor Predisposisi
2. Dermatitis kronik liang telinga luar, liang telingan sempit, produksi serumen
banyak dan kental, adanya benda asing diliang telinga, eksostosis di liang telinga,
terdorongnya serumen dan jari tangan atau ujung handuk setelah mandi, atau
kebiasaan mengorek telinga.
5. Manifestasi Klinis
Telinga tersumbat sehingga pendengaran berkurang, rasa nyeri apabila serumen
keras membantu dan menekan dinding liang telinga, tinitus dan vertigo bila
gerumen menekan membran timpani.
6. Penatalaksanaan
Pengeluaran serumen harus dilakukan dalam keadaan terlihat jelas. Bila serumen
cair, maka dibersihkan dengan mempergunakan kapas yang dililitkan pada pelilit
kapas. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait, sedangkan bila sukar
dapat diberikan tetes telinga karbogliserin 10% dulu selama 3 hari untuk
melunakannya. Bila serumen terlalu dalam, sehingga mendekati membran
timpani, dilakukan irigasi telinga dengan air yang suhunya sesuai dengan suhu
tubuh agar tidak timbul vertigo. Jika terdapat perforasi atau riwayat perforasi
tidak boleh di irigasi
B. Furunkel
1. Definisi
Furunkel adalah infeksi / radangn folikel rambut dan jaringan sekitarnya.
3. 2. Etiologi
Keadaan ini dapat terjadi akibat infeksi dan stephylococcus aureus atau
staphylococcus albus di dalam folikel rambut pada liang telinga bagian tulang
rawan.
3. Manifestasi klinis
Keluhan timbul berupa nyeri telinga hebat lebih-lebih apabila daun telingan
digerakkan / disentuh liang telingan tampak merah dan bengkak. Kadang-kadang
pembengkakan dapat meluas ke belakang telinga sehingga menyerupai keadaan
pada mastoiditis akuta.
4. Patofisiologi
Perjalanan penyakit bermula dari infitrat kecilyang dalam waktu singkat
membesar berupa nodus yang ertitematus yang terbentuk kerucut. Kemudian
ditempat tambuk keluar tampak bintik putih sebagai mata bisul, nodus akan
melunak menjadi abses yang akan memerah melalui lokus minoris resistensia,
yaitu muara folikel rambut menjadi rontok / terlepas.
5. Penatalaksanaan
Untuk mengetahui nyeri dapat diberikan aspirin atau paraceamol setiap 4 jam
sekali. Tampon telinga yang dibasahi dengan glisenin danpasta magnesium sulfat
secara hati-hati dimasukan kedalam liang telingan dan diganti setiap hari.
Tindakan ini dapat menolong mengatasi infeksi yang berada di dalam folikel
rambut perlu diberikan penisilin intra muskular dengan dosis 500.000 unit setiap 6
jam sekali.
4. C. Otitis Eksterna
1. Definisi
Otitis eksterna adalah radang telinga akut maupun kronik yang disebabkan
bakteri, seringkali timbul bersama penyabab lain seperti jamur alergi atau virus
sehingga sulit dibedakan.
2. Faktor predisposisi
Terjadinya penyakit ini adalah udara yang hangat dan lembab pH di liang telinga
(pH yang basa akan menurunkan proteksi terhadap infeksi ) trauma ringan dan
berenang.
3. Klasifikasi
Terbagi antara 3 jenis yaitu :
a) Otitis eksterna sirkumkripta
1) Etiologi
Stophylococcus aureus
Staphylococcus albus
2) Patofisiologi
Infeksi oleh kuman pada kulit di 1/3 luar liang telinga yang mengandung
adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
serumen sehingga membentuk furunkel
3) Manifestasi klinis
5. Rasa nyeri yang hebat apalagi bila daun telinga disentuh atau dipegang,
gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga
tampak bengkak pada tempat tertentu.
4) Penatalaksanaan
Diberikan antiobiotik dalam bentuk salep seperti neomisin, polomiksin B
atau basitrasin atau antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol 2%) atau
tampon iktiol dalam liang telinga selama 2 hari. Bila sudah menjadi abses
diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya kalau dinding
furunkel tebal dilakukan insisi kemudian di pasang drain untuk
mengalirkan nanah. Tidak perlu diberikan antibiotik sistemik, cukup obat
simtomatik, seperti unalgesik dan obat penenang.
b) Otitis Eksterna Difus
1) Definisi
Dapat terjadi secara sekunder pada OMSK atau OMA
2) Etiologi
Pseudomonas
Staphylococcus albus
Escherichia coli
Enterobacter aerogenes
3) Manifestasi Klinis
Gejala sama dengan otitis media sirukumakripta, tampak 2/3 dalam kulit
liang telinga sempit, hiperemis dan edema tampa batas yang jelas, serta
tidak ditemukan furunkel. Kadang terdapat sekret yang berbau tidak
6. mengandung lendir dapat disertai demam dan pembesaran kelenjar getah
bening regional.
4) Penalaksanaan
Masukan tampon yang mengandung antiobiotik keliang telinga supaya
terjadi kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang, dapat
diberikan kompres rivanol; 1/100 selama 2 hari. Dapat digunakan obat
tetes telinga yang mengandung polimiksin B/kolistim, neomisin dan
hidokosison atau klorampenikol. Bila kasus berat diperlukan antibiotik
sistemik atau oral bila terjadi akibat infeksi telinga tengah maka
penyebabnya yang harus diobat.
c) Otitis Eksterna Maligna
1) Definisi
Otitis eksterna maligna adalah suatu tipe khusus dari infeksi akut difus
diliang telinga luar
2) Etiologi
Pseudomonas
3) Faktor predisposisi
Riwayat diabetes dalam keluarga khususnya orang tua
4) Patofisiologi
Peradangan yang meluas secara progesif ke lapisan subkutis dan
organsekitar.
5) Manifestasi klinis
7. Rasa gatal diliang telinga, unilateral diiktui nyeri hebat dan sekret yang
benyak serta pembengkakan diliang telinga, nyeri akan menghebat dan
liang telinga tertutup jaringan yramulasi yang subur.
6) Komplikasi
Paresis atau paralisisi nervus forsial, kondritis osteitis dan osteomiolitis
hingga kehanturan tulang temporal.
7) Penatalaksanaan
Antibiotik dosis tinggi terhadap pseudomonas selama 6 minggu. Bila
dilakukan debridemen pada jaringan nekrotik diliang telinga dan kavum
timpani yang terpenting gula darah harus dikontrol.
8. Diagnosa yang Mungkin Muncul
1. Nyeri berhubungan dengan proses Inflamasi ditandai dengan keluhan nyeri ditelinga.
2. Gangguan sensorik persepsi – pendengaran berhubungan dengan banyaknya kotoran
telinga, cairan atau benda asing ditandai dengan pendengaran kurang jelas.
3. Kegagalan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan berkomunikasi ditandai
dengan tidak nyambung dalam berinteraksi
9. Asuhan Keperawatan Secara Teoritis
1. Nyeri berhubungan dengan proses Inflamasi ditandai dengan keluhan nyeri ditelinga.
Tujuan
: Mengurangi nyeri
K/H
: Melaporkan atau menunjukkan nyeri berkurang
Intervensi
:
-
Kaji tingkat skala nyeri (1-10)
-
Lakukan tindakan memasang sumbu bila kanalis audilarius mengalami edema
-
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik
Rasional
-
Memberi info dalam mengkaji respon terhadap intervensi
-
Untuk menjaga agar konalis auditorus tetap terbuka
-
Mengurangi rasa nyeri
2. Gangguan sensorik persepsi – pendengaran berhubungan dengan banyaknya kotoran
telinga, cairan atau benda asing ditandai dengan pendengaran kurang jelas.
Tujuan
: memperbaiki fungsi pendengaran
K/H
: Fungsi pendengaran membaik/normal
Intervensi
:
-
Catat / observasi adanya serumen, cairan atau benda asing di telinga
-
Lakukan tindakan untuk membuang serumen atau benda asing yang terdapat di
telinga bagian luar.
-
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat seperti antibiotik.
10. Rasional
-
Mengetahui tipe serumen, warna dan adanya bau untuk menegakkan intervensi.
-
Usaha membersihkan kanalis auditorius eksterna agar fungsi pendengaran tidak
terganggu.
-
Antibiotik seperti hydrogen peraksida dapat membantu melembutkan sekret
agar mudah dikeluarkan.
3. Kegagalan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan berkomunikasi ditandai
dengan tidak nyambung dalam berinteraksi
Tujuan
: Membantu pasien dalam berinteraksi
K/H
: Dapat bersosialisasi dengan baik pada orang lain
Intervensi
:
-
Berikan alat bantu pendengaran
-
Ajarkan klien tanda/bahasa non verbal dan bentuk komunikasi lainnya
-
Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional
-
Membantu fungsi pendengaran klien
-
Merupakan alternatif lain untuk mempermudah komunikasi dengan orang lain.
-
Ketenangan lingkungan dapat membantu kelancaran komunikasi.