Alergi merupakan suatu reaksi hipersensitivitas akibat induksi oleh
imunoglobulin E (IgE) yang spesifik terhadap alergen tertentu yang berikatan
dengan sel mast atau sel basofil. Ketika antigen terikat, terjadi silang molekul IgE,
sel mast manusia dirangsang untuk berdegranulasi dan melepaskan histamin,
leukotrein, kinin, Plateletes Activating Factor (PAF), dan mediator lain dari
hipersensitivitas, dimana histamin merupakan penyebab utama berbagai macam
alergi.4,18 Reaksi hipersensitivitas terjadi akibat aktivitas berlebihan oleh antigen
atau gangguan mekanisme yang akan menimbulkan suatu keadaan
imunopatologik.19 Reaksi timbul akibat paparan terhadap bahan yang pada
umumnya tidak berbahaya dan banyak ditemukan dalam lingkungan. Menurut
Gell dan Coombs, reaksi hipersensitivitas dibagi dalam 4 tipe, yaitu tipe I, II, III,
dan IV, dimana hipersensitivitas tipe I merupakan reaksi hipersensitivitas
anafilaktik atau reaksi alergi.4, 18-20
10
2.1.2 Etiologi
Eiologi alergi multifaktorial. Diantaranya dapat berasal dari agen, host,
dan lingkungan. Host dapat berupa daya tahan tubuh dan usia dimana usia dini
semakin rentan terhadap alergi. Lingkungan dapat berupa suhu, musim. Agen
dapat berupa alergen. Reaksi alergi yang timbul akibat paparan alergen pada
umumnya tidak berbahaya dan banyak ditemukan dalam lingkungan dan sangat
beragam.4 Diantaranya adalah antibiotik, ekstrak alergen, serum kuda, zat
diagnostik, bisa (venom), produk darah, anestetikum lokal, makanan, enzim,
hormon, dan lain-lain. Antibiotik dapat berupa penisilin dan derivatnya, basitrasin,
neomisin, tetrasiklin, sterptomisin, sulfonamid. Ekstrak alergen dapat berupa
rumput-rumputan atau jamur, serum ATS, ADS, dan anti bisa ular. Produk darah
seperti gamaglobulin dan kriopresipitat dapat menyebabkan alergi. Makanan yang
dapat menjadi penyebab alergi diantaranya susu sapi, kerang, kacang-kacangan,
ikan, telur, dan udang.19
2.1.3 Epidemiologi Alergi
Prevalensi alergi di dunia meningkat secara dramatis di negara maju dan
negara berkembang. Peningkatan alergi terutama terjadi pada anak dari
meningkatnya tren yang telah terjadi selama dua dekade terakhir. Meskipun
begitu, pelayanan untuk pasien dengan penyakit alergi jauh dari ideal.
1 Prevalensi
alergi telah meningkat, maka alergi harus dianggap sebagai masalah kesehatan
utama. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Diperkirakan 300 juta
11
orang memiliki asma, sekitar 50% diantaranya tinggal di negara-negara
berkembang dengan akses terbatas terhadap obat esensial. Oleh karena itu, asma
sering tidak terkontrol di daerah-daerah. Empat ratus juta orang di seluruh dunia
memiliki rhinitis,
1,2,3 serta 5-15% populasi anak di seluruh dunia menderita
alergi.
4
Dua studi internasional besar mengenai alergi, International Study of
Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) dan European Community
Respiratory Health Survey (ECRHS), telah mempelajari prevalensi asma dan Reaksi abnormal dari dalam tubuh
manusia, dimana tubuh itu menjadi
sensitif terhadap
2. Suatu respon imun yang tidak diinginkan yang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan sebagai akibat
paparan (antigen) terhadap substrat yang sebenarnya
adalah tidak berbahaya. (Kimball,J.W.”Introduction to
Immunology”Macmilan Publishing Company, New York,
1983)
Alergi merupakan salah satu respon sistem imun yang
disebut reaksi hipersensitif.
Reaksi Hipersensitif adalah suatu respon imun yang
dapat menyebabkan kerusakan sel
Kondisi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi
terhadap sesuatu yang biasanya disebut Alergan.
3. - Reaksi abnormal dari dalam tubuh
manusia, dimana tubuh itu menjadi
sensitif terhadap lingkungan atau
bahan tertentu yang sebenarnya oleh
orang normal dianggap tidak
berbahaya.
- suatu perubahan daya reaksi tubuh
terhadap kontak suatu zat(alergan)
5. Alergan masuk ke dalam tubuh , tubuh
akan bereaksi memproduksi antibodi
IgE, untuk mengikat allergen.
Antibodi melekat pada sel darah yang
disebut sel mast. Sel mast dapat
ditemukan di saluran pernapasan,
saluran pencernaan, dan tempat
lainnya. Sel mast akan melepaskan
bermacam bahan kimia ke dalam
darah. Senyawa kimia utama yang
diproduksi sel mast adalah histamin,
yang menyebabkan sebagian besar
gejala reaksi alergi.
6. PREVALENSI PENYAKIT ALERGI
• Perubahan pola kehidupan masyarakat modern membuat angka kejadian
penyakit alergi semakin meningkat dari tahun ke tahun, terutama kasus
alergi pada anak. Data World Allergy Organization (WAO) dalam The WAO
White Book on Allergy: Update 2013 menunjukkan, angka prevalensi alergi
mencapai 10-40 persen dari total populasi dunia.
• Di Indonesia, berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan di kota
Yogyakarta, terdapat prevalensi yang tinggi pada rhinitis alergi pada anak-
anak usia sekolah dan pra sekolah. Penyebabnya sebagian besar adalah
karena alergi makanan, yaitu udang (12,63 persen), kepiting (11,52 persen),
tomat (4,38 persen), putih telur (3,5 persen) serta susu sapi (3,46 persen).
7. Alergi disebabkan oleh reaksi sistem imun terhadap alergen yang berbeda-
beda pada tiap orang.
ETIOLOGI ALERGI
8. FAKTOR RESIKO
Alergi dapat diturunkan
dari orang tua pada
penderita.
Pengaruh Riwayat
keluarga
1. Faktor Genetik
9. • Secara mekanik integritas mukosa usus
dan peristaltik merupakan pelindung
masuknya alergan ke dalam tubuh.
• Pada usus imatur sistem pertahanan
tubuh masih lemah dan gagal berfungsi
sehingga memudahkan alergan masuk
ke dalam tubuh.
FAKTOR RESIKO
2. Imaturitas Usus
( ketidak matangan
usus)
10. Alergi yang timbul bila ada
kontak dengan zat
tertentu, yang belum
tentu orang lain
merasakan.
FAKTOR RESIKO
3. Paparan Alergan
11. • Perubahan gaya hidup.
• Meningkatnya pajanan allergen, polusi
& iritan
• Modifikasi asupan makanan
• Stress
• Obesitas masih dibutuhkan investigasi
• Aktivitas fisik & data lebih banyak
FAKTOR LAIN
Faktor Lain
12. 1. Gejala Ringan
Ringan hanya akan sedikit membuat tidak nyaman, misalnya sedikit gatal atau
sedikit bersin-bersin.
2. Gejala Sedang atau menengah
Gejala menengah lebih berat dari gejala ringan. Bersin terus menerus selama
beberapa menit disertai hidung tersumbat dan mata berair. Atau, gatal dan
ruam selama beberapa jam.
3. Gejala Berat
Merasa sangat sakit, bahkan terasa tidak mampu bangun dari tempat tidur
karena sesak napas dan kesemutan hebat. Reaksi alergi yang paling parah
disebut anafilaksis. Anafilaksis sangat berbahaya, karena dapat mengancam
jiwa. Reaksi alergi lain adalah sindrom steven Johnson.
Gejala alergi
13. MANIFESTASI KLINIK
Keluhan alergi terjadi secara berulang dan berubah-ubah
Asma Urtikaria
Diare dan
keram
abdomen
Muntah
muntah
Dermatitis
atopic
14. a.Type 1
Reaksi cepat
Timbul segera sesudah badan terpapar
dengan allergen ( kurang dari 1 jam)
Cth :
1. Anafilaksis
2.Urtikaria
3.Angiodema
4.Atopik alergi
KLASIFIKASI ALERGI
15. b. Type 2
Reaksi sitotoksik, melalui IgG/IgM terhadap
antigen spesifik
Antibodi mengaktifkan sel K yang memiliki
reseptor FC sebagai efektor Antbody
Dependent Cellular Cytotoxicity (ADCC)
Cth :
1. Reaksi Transfusi
2. Rhesusu incompatibility (Rhy incompatibility )
3. sindrom goodpastures
KLASIFIKASI ALERGI
16. c. Type 3
disebut juga penyakit kompleks imun, yaitu
antibody dan antigen bergabung menjadi satu
komponen dan beredar dalam darah atau
jaringan tubuh. Kompleks imun memicu respon
peradangan tubuh dan bisa terdeposit pada
pembulu darah di berbagai organ.
Contoh
1. Lupus
2. rheumatoid arthritis,
3. erythema nodosum
KLASIFIKASI ALERGI
17. d. Type 4 (reaksi lambat)
Reaksi lambat
sel dara putih ( sel T) berperan dalam
meyebabkan reaksi alergi dan gejala yang
ada.
Contoh
1. Reaksi tuberkulin
2. Dermatitis kontak
KLASIFIKASI ALERGI
19. A. TERAPI NON FARMAKOLOGI
• Menjaga kebersihan lingkungan rumah.
• Hindari paparan dari alergan
• Jika memiliki alergi terhadap makanan, hindari makanan yang dapat
menyebabkan alergen
• Rajinlah berolahraga agar suhu tubuh tetap hangat.
• Konsumsi jahe dengan madu. Karena jahe merupakan antihistamin alami.
• Kondisikan suhu ruangan untuk tetap stabil
20. TERAPI FARMAKOLOGIS
1. Antihistamin
Antihistamin adalah kelompok obat-obatan yang digunakan untuk
mengobati reaksi alergi, seperti rinitis alergi, reaksi alergi
akibat sengatan serangga, reaksi alergi makanan, urtikaria
atau biduran. Tidak hanya alergi, antihistamin juga kerap
digunakan untuk mengatasi gejala mual atau muntah yang
biasanya diakibatkan oleh mabuk kendaraan.
21. Dengan cara memblokir zat histamin yang diproduksi
tubuh.
Zat histamin, pada dasarnya berfungsi melawan
virus atau bakteri yang masuk ke tubuh. Ketika
histamin melakukan perlawanan, tubuh akan
mengalami peradangan.
Namun pada orang yang mengalami alergi, kinerja
histamin menjadi kacau karena zat kimia ini tidak
lagi bisa membedakan objek yang berbahaya dan
objek yang tidak berbahaya bagi tubuh,
misalnya : debu, bulu binatang, atau makanan. Alhasil,
tubuh tetap mengalami peradangan atau reaksi
alergi ketika objek tidak berbahaya itu masuk ke
tubuh.
kerja
Antihistamin
22. Menghambat efek histamin pada pembulu darah, bronkus dan bermacam-
macam otot polos. Selain itu untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau
keadaan lain yang disertai pengelepasan histamine endogen berlebihan
(farmakologi dan terapi Ed 6)
Dibagi 3 generasi ( generasi 1, 2, 3)
Mengantagonis H1 secara kompetitif dan reversibel, tetapi tidak memblok
pelepasan histamin
ANTIHISTAMIN
Antagonis reseptor H1
23. - menembus sawar darah-otak
- Bersifat sedatif dan antimuskarinik
Cth
Etanolamin ( difenhidramin, difenhidrinat, karbinoksasim)
Alkilamin ( kloramfeniramin, bromfeniramin)
Piperazin ( hidroksizin, siklizin, meklizin)
Etilendiamin ( pirilamin, tripelenamin)
Fenotiazin ( prometazin)
ANTIHISTAMIN
farmakologi dan terapi Ed 6
Generasi 1.
24. Efek samping Generasi 1.
yang sering terjadi yaitu sedasi
• Gejala SSP lain: pusing, lesu, insomnia, tremor
• Saluran cerna: hilangnya nafsu makan, mual-muntah, nyeri
epigastrium dan diare
• Efek muskarinik: kering mulut dan jalan nafas,retensi urin dan
disuria, gangguan penglihatan
ANTIHISTAMIN
25. ANTIHISTAMIN
farmakologi dan terapi Ed 6
-tidak menembus sawar darah otak
-non-sedatif dan antimuskarinik
Cth
Asetamizol , Feksofenadin, Loratadin, cetirizin
Efek samping
dapat menyebabkan “TORSADES DEPOINTES”,
perpanjangan QT interval ( terfenadin & aztemizol )
mungkin dikarenakan dosis besar atau adanya gangguan
hepatik
Generasi 2
26. turunan generasi 2
Cth
Desloratadin, Feksofenadin, Levocetirizin
Efek samping
minimal, yg menonjol drowsiness
ANTIHISTAMIN
farmakologi dan terapi Ed 6
Generasi 3
28. Mekanisme kerja
• Menghambat interaksi histamin dng reseptor H2
• Mengurangi sekresi asam lambung, histamin,gastrin,
kolinomimetik (AINS), rangsangan vagal,makanan
terutama asam, insulin dan kopi
• Mengurangi volume cairan lambung dan ion H+
• Simetidin, ranitidin, dan famotidin: efek pd otot polos
lambung dan spinkter esofagus menurun
• Nizatidin: menekan kontraksi otot lambung dng cara
menghambat asetilkolinesterase
ANTIHISTAMIN
Antagonis reseptor H2
Simetidin
Ranitidin
Nizatidin
Famotidin
29. adalah hormon steroid yang diproduksi oleh tubuh atau bisa juga merupakan hasil sintesis.
Kortikosteroid yang dibentuk secara alami, hidrokortison (Cortef) dan kortison , diproduksi
oleh bagian terluar dari kelenjar adrenal yang dikenal sebagai korteks (maka namanya,
kortikosteroid).
Mekanisme kerja
adalah menghambat enzim fospolifase sehingga menghambat pembentukan prostaglandin
maupun leukotriene
Efek samping
pada penggunaan kortikosteroid untuk jangka panjang, yaitu lebih dari 2-3 bulan.
Penumpukan lemak di pipi (moon face), Rentan terkena infeksi, Meningkatnya tekanan darah
atau hipertensi, Meningkatnya kadar gula darah, Mempercepat timbulnya katarak, Tukak
(ulkus) pada lambung atau duodenum, Masalah kulit, Pelemahan fungsi otot, osteoporosis,
Perubahan mood dan perilaku.
2. KORTIKOSTEROID
31. KESIMPULAN
• Alergi adalah suatu perubahan daya reaksi tubuh terhadap kontak pada
suatu zat (alergen) yang memberi reaksi terbentuknya antigen dan
antibodi. Secara umum penyakit alergi digolongkan dalam beberapa
golongan, yaitu: alergi atopik, alergi obat, dan dermatitis kontak. Proses
alergi sangat berkaitan erat dengan stress, stressor, dan imunitas.
Faktor genetik mempunyai prosentase besar terhadap alergi
32. Alergi tidak dapat dihilangkan secara tuntas
Penangannya : hindari faktor pencetus, segera ke RS
terdekat untuk menjalani tes alergi dan mendapatkan
penangann lebih lanjut.
apakah alergo
dapat diobati?
33.
34. STUDY KASUS
• Seorang anak laki laki umur 6 tahun, datang berobat
dengan keluhan timbul bentol diseluruh badan dan gatal
sejak 2 minggu yang lalu. Ketika usia 6 bulan pernah
mengalami gatal yang hilang timbul dikedua pipi, dan dua
lipat siku yang hilang timbul bila diberi obat minum dan
salep
35. PENILAIAN
1. Apa penilaian terhadap keadaan anak tersebut?
2. Apa yang harus segera dilakukan berdasarkan penilaian tersebut?
36. DIAGNOSIS (IDENTIFIKASI
MASALAH DAN KEBUTUHAN)
• Jawaban
1. Deteksi kegawatan berdasarkan keadaan umum pasien
a. Kesadaran, pernafasan, sirkulasi.
b. Terjadi anafilaksis
c. Obstruksi jalan napas atas
2. Hasil penilaian yang ditemukan
a. Kesadaran, sadar, nafas tidak sesak dan tidak stridor, nadi isi cukup,
reguler frekwensi 110x/menit dan tekanan darah 110/70 mmHg
b. Seluruh badan dan tungkai atas dan bawah merah dengan kedua
mata dan bibir bengkak.
37. 3. Berdasarkan pada hasil temuan, apakah diagnosis
anak tersebut?
a. Urtikaria dan angioderma akut
38. PELAYANAN (PERENCANAAN DAN
INTERVENSI)
4. Bagaimana tata laksana pasien?
1. Pemeriksaan amnesis yang teliti
a. Atopi pada keluarga dan pada pasien
b. Ketika usis 6 bulan menderita kelainan kulit, yang hilang lalu timbul. Apa
kemungkinan penyakitnya yang dahulu dan apa artinya?
c. Makanan yang dikonsumsi sehari-hari
2. Lakukan pemeriksaan darah tepi lengkap, IgE total
3. Rencakan untuk uji kulit (prick test)
39. 5. Berdasarkan diagnosis, bagaimana pengobatan selanjutnya?
Jawabannya
a. Antihistamin generasi pertama atau generasi kedua seperti
cetirizine, loratadine dan disloratadine, selama 1 mingu (sampai
urtikaria hilang) kemudian di evaluasi bila sudah baik, stop obat
antihistamine minimal 7 hari dan dilakukan uji klinik
b. Hasil uji kulit positif untuk telur putih dan udang. Akan dilanjutkan
dengan eliminasi putih telur dan udang selama 2 minggu. Dengan
memperhatikan apakah urtikaria hilang/berkurang, apabila tidak
ada urtikaria maka diberikan satu persatu.
c. Putih telur harus dihindarkan selama 6 bulan. Kemudian di evaluasi.
Apakah muncul bentol.
40. STUDY KASUS KE 2
1. Seorang pasien perempuan berusia 20 tahun datang ke
apotek mengeluh karena timbul jerawat yang tak kunjung
hilang yang dirasakannya. Tidak memiliki riwayat alergi,
namun sering menggunakan make up tapi tidak rajin
membersihkan wajah, dan terlalu banyak konsumsi coklat
yang sehari bisa sampai 5 bungkus.