4. 4
Subsektor Peternakan penting!
• Peternakan merupakan subsektor yang penting dalam
sektor Pertanian Indonesia
• Kontribusi subsektor ini dalam pembentukan Produk
Domestik Bruto (PDB) Nasional sekitar 1,6% dan
dalam pembentukan PDB sektor Pertanian lebih dari
15% per tahun
• Lebih dari 4 juta orang bekerja di subsektor
Peternakan dan memainkan peran penting dalam
meningkatkan sosio-ekonomi pedesaan
• Kontribusi subsektor Peternakan terhadap penyerapan
tenaga kerja sekitar 4% dari keseluruhan tenaga kerja
nasional dan 11% dari tenaga kerja sektor Pertanian
5. 5
Produk Domestik Bruto Subsektor Peternakan
atas harga konstan 2000 (2009-2012)
Lapangan Usaha 2009 2010 2011* 2012**
1. Pertanian*** 231.265,10 236.865,70 243.454,60 252.429,60
a. Peternakan 36.648,90 38.214,40 40.040,30 41.971,80
% terhadap PDB Pertanian 15,8% 16,1% 16,4% 16,6%
b. Subsektor Pertanian
Lainnya 194.616,20 198.651,30 203.414,30 210.457,80
% terhadap PDB Pertanian 84,2% 83,9% 83,6% 83,4%
2. Sektor Ekonomi Lainnya 1.947.585,30 2.077.593,10 2.221.221,90 2.365.709,60
% terhadap PDB Nasional 1,68% 1,65% 1,62% 1,60%
* Angka sementara
** Angka sangat sementara
*** Diluar Sektor Kehutanan dan Perikanan
Sumber: Badan Pusat Statistik (2013)
6. 6
Tenaga Kerja Subsektor Peternakan
Tahun
Tenaga Kerja
Total tenaga
kerja
Pertanian Peternak
an
%
Peternakan
dari total
Pertanian
%
Peternakan
dari total
tenaga kerja
2009 104.485.444 40.021.793 4.495.013 11,23 4,30
2010 107.405.572 40.010.274 4.362.022 10,90 4,06
2011 111.281.744 39.277.283 4.627.463 11,78 4,16
Sumber: Buku Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012
7. 7
Populasi sapi dan kerbau
• Sapi potong merupakan urutan kedua setelah
unggas (ayam buras, ras petelur dan pedaging)
• Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025
– Pengembangan peternakan jangka panjang 2011-2025
difokuskan di Koridor Ekonomi Bali–Nusa Tenggara
– STRATEGI PERCEPATAN PETERNAKAN*)
1. Iklim usaha peternakan yang kondusif
2. Peningkatan produktivitas ternak sapi untuk
mencapai swasembada daging
3. Peningkatan industri hilir peternakan
4. Peningkatan regulasi dan kelembagaan peternakan
5. Penguatan infrastruktur
*
10. 10
PMK ancaman utama bagi peternakan
• Hambatan utama mencapai target angka
pertumbuhan populasi ternak apabila terjadi
wabah dan prevalensi PMK yang persisten
• Pada ternak dewasa umumnya tidak
mematikan (fatal), tetapi meningkatkan
risiko abortus dadakan di antara ternak-
ternak bunting dan kematian anak sapi
• Kerugian ekonomi terutama disebabkan oleh
penurunan produksi susu dan penurunan
produktivitas tenaga kerja (Bandyopadhyay,
2003; Venkataramanan et al. 2005)
11. 11
Bagaimana bebas kembali setelah ada
wabah PMK menurut OIE?
1) 3 bulan setelah kasus terakhir apabila
diterapkan kebijakan “stamping-out” dan
surveilans serologis; atau
2) 3 bulan setelah seluruh hewan tervaksinasi
dipotong, jika diterapkan kebijakan “stamping-
out”, vaksinasi darurat, dan surveilans
serologis; atau
3) 6 bulan setelah kasus terakhir atau vaksinasi terakhir apabila
diterapkan kebijakan “stamping-out”, vaksinasi darurat tapi
tidak diikuti dengan pemotongan seluruh hewan tervaksinasi,
dan surveilans serologis, dengan syarat survei serologis
dilakukan berdasarkan deteksi antibodi sampai ke protein
non-struktural virus PMK yang mendemonstrasikan bahwa
sudah tidak ada lagi infeksi dalam sisa populasi tervaksinasi
12. 12
Kebijakan dan strategi pengendalian
apabila muncul wabah PMK
• Metoda “stamping out” untuk menghentikan penyebaran
wabah PMK secara cepat sesuai pedoman OIE dan
pemberian kompensasi bagi hewan yang dimusnahkan
• Untuk mampu mengatasi menjalarnya wabah, tingkat
depopulasi harus dilakukan sampai 90-100% baik
terhadap hewan terkena PMK maupun hewan terdedah di
lokasi wabah dimulai pada kesempatan minggu pertama
• Upaya vaksinasi baru dilakukan apabila tindakan
"stamping out" tidak berhasil membuat wabah mereda
• Upaya surveilans dilakukan mengikuti kaidah-kaidah
epidemiologi sesuai pedoman OIE
• Pengawasan lalu lintas dan tindak karantina dengan
melibatkan pihak-pihak terkait
13. 13
Ekonomi PMK
• Secara ekonomi, PMK menciptakan apa yang disebut
“EXTERNALITIES”
• Apabila muncul wabah, “externalities” menjadi
NEGATIF dimana pemilik ternak yang terkena PMK
memberikan dampak negatif terhadap kelompok
ternak lain yang terkait dengan ternaknya mengingat
PMK sangat mungkin menyebar dengan cepat
• Sama halnya apabila pemilik ternak melindungi
ternaknya dari PMK akan menghasilkan “externalities”
POSITIF mengingat kelompok ternak lain yang terkait
dengan ternaknya akan terlindungi juga
14. 14
Dampak PMK
Langsung Tidak Langsung
Kelihatan
(Pengaruh terhadap
sistem produksi)
Tidak
Kelihatan
•Penurunan berat
badan
•Penurunan produksi
susu
•Kematian hewan
•Penurunan
produktivitas tenaga
kerja
Tambahan
Biaya
•Biaya pemotongan/
pemusnahan
•Biaya kompensasi
•Biaya pengawasan
lalu lintas dan
tindak karantina
•Biaya surveilans
•Biaya vaksinasi
•Kehilangan tenaga
kerja
•Gangguan industri
•Kehilangan peluang
ekspor
Kehilangan
Pendapatan
•Penurunan fertilitas
•Perubahan struktur
populasi ternak
16. 16
Struktur populasi sapi potong, sapi perah
dan kerbau tahun 2011
Jenis hewan Jumlah %
Sapi potong
- Sapi dewasa jantan
- Sapi dewasa betina
- Sapi muda
- Anak sapi
14.824.373
1.454.271
6.676.898
3.829.136
2.864.069
9,81
45,04
25,83
19,30
Sapi perah
- Sapi dewasa jantan
- Sapi dewasa betina
- Sapi muda
- Anak sapi
597.213
19.608
304.375
143.454
129.776
3,28
50,97
24,02
21,73
Kerbau
- Kerbau dewasa jantan
- Kerbau dewasa betina
- Kerbau muda
- Anak kerbau
1.305.078
172.642
649.634
269.914
212.888
13,23
49,78
20,68
16,31
Sumber: Buku Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012
17. 17
Parameter epidemiologi
Parameter epidemiologi Simbol Sapi Kerbau
Proporsi hewan terkena PMK pada keadaan wabah (%)
Presentase kehilangan hasil laktasi (%)
Rata-rata produksi susu per ekor per laktasi (liter)
Indeks kelahiran (bulan)
Kelambatan pada kebuntingan berikutnya (bulan)
Kenaikan angka keguguran pada anak sapi (%)
Kenaikan angka kematian pada anak sapi (%)
Rata-rata penurunan berat badan setahun (kg)
Lama hewan tidak bisa bekerja (minggu)
Tingkat depopulasi (%)
R
L
Z
I
W
A
F
S
X
P
30
15
3.050
15
3
10
10
10
4
90
30
15
-
15
3
10
10
10
4
90
18. 18
Parameter ekonomi
Parameter ekonomi Simbol Sapi Kerbau
Harga susu per liter (Rp.)
Harga sapi/kerbau dewasa per ekor (Rp.)
Harga anak sapi/kerbau per ekor (Rp.)
Biaya sewa tenaga kerja ternak per hari (Rp.)
Harga daging per kg berat hidup (Rp.)
Biaya pemusnahan per ekor (Rp.)
Biaya desinfeksi per ekor (Rp.)
Biaya kompensasi per ekor (Rp.)
Biaya pengawasan lalu lintas dan tindak
karantina per ekor (Rp.)
Biaya peralatan dan operasional surveilans per
ekor (Rp.)
Biaya peralatan dan operasional vaksinasi per
ekor (Rp.)
Harga vaksin per dosis (Rp.)
M
V
C
O
Q
B
E
N
G
T
K
M
3.500
7.000.000
1.000.000
-
27.000
150.000
2.500
4.500.000
18.000
12.000
15.000
27.000
-
8.500.000
1.200.000
7.500
27.000
150.000
2.500
5.250.000
18.000
12.000
15.000
27.000
19. 19
Penurunan produksi susu
• PMK menyebabkan secara langsung penurunan
produksi susu pada hewan yang sedang laktasi
• Apabila diasumsikan setengah dari masa laktasi
hewan tertular PMK maka terjadi kehilangan
sebesar 15% dari hasil produksi laktasi (Ellis, et
al, 1976)
R x J x L x Z x M
R = proporsi hewan terkena PMK pada keadaan wabah (%)
J = jumlah sapi perah betina dewasa (ekor)
L = kehilangan hasil laktasi (%)
Z = rata-rata produksi susu per ekor per laktasi (liter)
M = harga susu per liter (Rp.)
20. 20
Infertilitas
• Masalah infertilitas seringkali terjadi setelah
serangan wabah PMK dan memperpanjang indeks
kelahiran
(12/I – 12/(I+W) + I] x R x J x Z x M
I = indeks kelahiran (bulan)
R = proporsi hewan terkena PMK pada saat wabah (%)
J = jumlah sapi betina dewasa (ekor)
W = kelambatan pada kebuntingan berikutnya (3 bulan)
Z = rata-rata produksi susu hasil laktasi (liter)
M = harga susu per liter (Rp.)
21. 21
Keguguran
• PMK menyebabkan terjadinya kenaikan angka
keguguran, terutama pada hewan bunting tua
• Disamping terjadi kehilangan anak sapi yang
mendorong perpanjangan indeks kelahiran
[12/I – 12/(I + A x 13,5) ] x R x J x Z x M
I = indeks kelahiran (bulan)
R = proporsi hewan terkena PMK pada keadaan wabah
J = jumlah sapi dewasa betina (ekor)
A = angka keguguran (%)
Z = rata-rata produksi susu hasil laktasi (liter)
M = harga susu per liter (Rp.)
22. 22
Kematian hewan
• Kenaikan angka kematian akibat PMK = 5%
R x J x K x V
R = proporsi hewan terkena PMK pada keadaan wabah (%)
J = jumlah sapi/kerbau dewasa (ekor)
K = angka kematian akibat PMK (%)
V = harga seekor sapi/kerbau (Rp.)
• Kenaikan angka kematian akibat PMK pada anak
sapi/kerbau = 10%
R x J x F x C
F = angka kematian pada anak sapi/kerbau
C = harga seekor anak sapi/kerbau (Rp.)
23. 23
Penurunan berat badan
• Kebutuhan makanan setiap hari (daily feed intake)
tidak dapat terpenuhi, sehingga konsekuensinya
adalah penurunan berat badan
R x J x (1 – P) x S x Q
R = proporsi hewan terkena PMK pada saat wabah (%)
J = jumlah sapi/kerbau dewasa (ekor)
S = rata-rata penurunan berat badan per tahun (kg)
Q = harga daging per kg berat hidup (Rp.)
24. 24
Penurunan produktivitas tenaga kerja
• Hewan terserang PMK mengalami kepincangan, sehingga
umumnya selama 2 minggu tidak dapat digunakan.
Untuk memulihkan kondisi tubuh dibutuhkan waktu 2
minggu lagi, sehingga hewan tidak dapat bekerja selama
sedikitnya 4 minggu
R x J x L x O
R = proporsi hewan terkena PMK pada saat wabah (%)
J = jumlah sapi/kerbau dewasa (ekor)
L = lama hewan tidak bisa bekerja (hari)
O = harga sewa ternak pengganti per hari (Rp.)
26. 26
Biaya pemotongan/pemusnahan
• Untuk mengatasi menjalarnya wabah, maka tingkat
depopulasi harus dilakukan sampai 90-100% baik
terhadap hewan terkena PMK maupun hewan
terdedah di lokasi wabah dimulai pada kesempatan
minggu pertama
R x J x P x (B+E) x 0,30
R = proporsi hewan terkena PMK pada saat wabah (%)
J = jumlah sapi/kerbau dewasa (ekor)
P = tingkat depopulasi (%)
B = biaya pemusnahan per ekor (Rp.)
E = biaya desinfeksi per ekor (Rp.)
27. 27
Biaya kompensasi
• Biaya kompensasi dihitung dari proporsi hewan
terkena PMK dalam keadaan wabah dikalikan
tingkat depopulasi dan biaya kompensasi per ekor
• Biaya kompensasi diasumsikan setengah dari
harga hidup seekor sapi/kerbau
R x J x P x N x 0,30
R = proporsi hewan terkena PMK pada saat wabah (%)
J = jumlah sapi/kerbau dewasa (ekor)
P = tingkat depopulasi (%)
N = biaya kompensasi per ekor (Rp.)
28. 28
Biaya pengawasan lalu lintas dan
tindak karantina
• Upaya pertama kali dilakukan pada saat wabah adalah
melakukan penutupan daerah dan mengawasi hewan
dari dan keluar daerah wabah
• Biaya ekstra diperlukan dalam mengikutsertakan pihak-
pihak terkait seperti petugas Karantina, petugas Dinas
Peternakan/Pertanian setempat, aparat Pemerintah
Daerah, Kepolisian dan petugas DLLJR
(1 – R) x J x G x 0,30
R = proporsi hewan terkena PMK pada saat wabah
J = jumlah sapi/kerbau
G = biaya pengawasan lalu lintas dan tindak karantina
per ekor (Rp.)
29. 29
Biaya surveilans
• Biaya surveilans diperlukan terutama pada saat
setelah 'stamping out" dilaksanakan baik di
daerah wabah maupun di luar daerah wabah
yang berbatasan
(1 – R) x J x H x 0,30
R = proporsi hewan terkena PMK pada saat wabah
J = jumlah sapi/kerbau dewasa (ekor)
H = biaya peralatan dan operasional per ekor (Rp.)
30. 30
Biaya vaksinasi
• Upaya vaksinasi baru dilakukan apabila tindakan
"stamping out" tidak berhasil membuat wabah
mereda
• Vaksinasi mula-mula dilakukan dengan jalan
membentuk daerah "ring vaksinasi" dalam radius
50 km dari daerah wabah
(1 – R) x J x (K + M) x 0,30
R = proporsi hewan terkena PMK pada saat wabah
J = jumlah sapi/kerbau dewasa (ekor)
K = biaya peralatan dan operasional per ekor (Rp.)
M = harga vaksin per dosis (Rp.)
31. 31
Perhitungan Dampak Langsung
No. Jenis Kerugian Perhitungan Jumlah
Kerugian
(Rp. miliar)
1. Penurunan produksi susu 0,30 x 304.375 x 0,15 x 3.050 x 3.600 150,4
2. Infertilitas (12/15 – 12(15 + 3)) x 0,30 x 6.981.273 x
3.050 x 3.600
3.066,2
3. Keguguran (12/15 – 12/(15 + (0,10 x 13,5)) x 0,30 x
6.981.273 x 3.050 x 3.600
1.529,0
4. Kematian ternak dewasa (0,30 x 8.455.152 x 0,05 x 7.000.000) +
(0,30 x 822.276 x 0,05 x 8.5000.000)
992,6
5. Kematian anak
sapi/kerbau
(0,30 x 2.864.069 x 0,10 x 1.000.000) +
(0,30 x 212.888 x 0,10 x 1.200.000)
85,9
6. Penurunan berat badan 0,30 x 8.953.445 x (1 – 0,90) x 10 x
27.000
72,5
7. Penurunan produktivitas
tenaga kerja
0,30 x 13.519.932 x 28 x 7.500 51,8
Sub total (1 + 7) 5.938,5
32. 32
Perhitungan Dampak Tidak Langsung
No
.
Jenis Kerugian Perhitungan Jumlah
Kerugian
(Rp.
miliar)
1. Biaya pemotongan
/pemusnahan
[0,30 x 9.227.428 x 45.000 x 2.500] x
0,30
114,6
2. Biaya kompensasi [(0,30 x 6.184.559 x 0,90 x 4.500.000) +
(0,30 x 1.337.816 x 0,90 x 5.250.000] x
0,30
3.341, 6
3. Biaya pengawasan lalu
lintas dan tindak karantina
[(1 – 0,30) x 13.519.932 x 18.000] x
0,30
51,1
4. Biaya surveilans [(1 – 0,30) x 7.522.375 x 12.000] x 0,30 23,4
5. Biaya vaksinasi [(1 - 0,30) x 7.522.375 x (15.000 +
27.000)] x 0,30
81,8
Sub total (1 + 5) 3.702,5
34. 34
Dampak kerugian tidak langsung yang
tidak dihitung
• Hilangnya peluang ekspor (saat ini Indonesia
tidak mengekspor sapi/kerbau)
• Dampak pasar dan harga
• Reduksi produksi yang permanen
• Dampak terhadap industri pariwisata
35. 35
Kesimpulan
• PMK masih merupakan penyakit ekonomi terpenting
pada sapi/kerbau
• Dampak kerugian PMK dapat dibagi menjadi 2
komponen yaitu DAMPAK LANGSUNG yang
disebabkan oleh penurunan produksi dan perubahan
dalm struktur populasi; dan DAMPAK TIDAK
LANGSUNG yang berkaitan dengan biaya
pengendalian wabah PMK
• Apabila terjadi wabah PMK di salah satu wilayah
padat populasi sapi/kerbau di Indonesia, maka
potensi kerugian bisa mencapai Rp. 9,641 trilyun