SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Darah adalah kendaraan atau medium untuk transportasi massal jarak jauh
berbagai bahan antara sel dan lingkungan eksternal atau antara sel-sel itu sendiri.
Transportasi semacam itu penting untuk memelihara homeostatis. Darah berperan
dalam homeostatis berfungsi sebagai medium untuk membawa berbagai bahan ke
dan dari sel, menyangga perubahan pH, mengangkut kelebihan panas ke permukaan
tubuh untuk di keluarkan, berperan penting dalam sistem perubahan tubuh, dan
memperkecil kehilangan darah apabila terjadi kerusakan pada pembuluh darah.
Darah membentuk sekitar 8% berat tubuh total dan memiliki volume rata-
rata 5 liter pada wanita dan 5,5 liter pada pria. Darah manusia berwarna merah,
antara merah terang apabila mengandung banyak oksigen sampai merah tua, apabila
kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein
pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang
merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Karena darah sangat
penting, harus terdapat mekanisme yang dapat memperkecil kehilangan darah
apabila terjadi kerusakan pembuluh darah. Tanpa darah, manusia tidak dapat
melawan infeksi atau kuman penyakit dan bahan-bahan sisa yang dihasilkan tubuh
tidak dapat dibuang.
Manusia memiliki mata disebelah kiri dan kanan. Kehilangan atau
kerusakan salah satu bola mata dapat mengganggu penglihatan. Berdasarkan data
WHO (2012) terdapat 285 juta orang di dunia yang mengalami gangguan
penglihatan, dimana 39 juta orang mengalami kebutaan dan 246 juta orang
mengalami penglihatan kurang (low vision). Tajam penglihatan sudah dikatakan
low vision dengan visus 6/18. Secara global, gangguan penglihatan tersebut
disebabkan oleh kelainan refraksi 43%, katarak 33% dan glaukoma 2%. Meskipun
demikian, bila dikoreksi dini sekitar 80% gangguan penglihatan dapat dicegah
maupun diobati.
Berdasarkan uraian di atas penulis merangkum tentang patofisiologi
kelainan darah dan gangguan akomodasi sebagai tugas mata kuliah Patofisiologi
semester ganjil.
2
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
a. Untuk mengetahui secara umum patofisiologi kelainan darah.
b. Untuk mengetahui secara umum patofisiologi gangguan akomodasi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Patofisiologi Kelainan Darah
Terdapat dua jenis pembuluh darah, yang mengalirkan darah ke seluruh
tubuh, yaitu arteri dan vena. Arteri adalah pembuluh yang membawa darah, yang
mengandung oksigen dari jantung dan paru-paru menuju ke seluruh tubuh.
Sedangkan vena adalah pembuluh yang membawa darah mengalir kembali ke
jantung dan paru-paru. Darah yang mengalir melalui kedua pembuluh tersebut
terdiri atas tiga jenis sel darah, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit), dan keping darah (trombosit) yang terendam dalam cairan kompleks.
plasma sendiri berupa cairan, 90% terdiri dari air yang berfungsi sebagai medium
untuk mengangkut berbagai bahan dalam darah.
Darah akan menunjukkan karakteristik yang berbeda-beda tergantung pada
kondisi tubuh, sehingga darah dapat menjadi pendeteksi keadaan tubuh terutama
saat tubuh dalam keadaan sakit. Penyakit tertentu memiliki kondisi darah tertentu
pula, berdasarkan perubahan susunan kimiawi atau sel-sel darah yang merupakan
sebagai petunjuk adanya penyakit darah atau dapat pula sebagai petunjuk adanya
penyakit lain. Beberapa penyakit dan kondisi yang mempengaruhi darah dapat
diklasifikasikan berdasarkan jenis sel darah, yaitu sel darah merah, sel darah putih,
dan keping darah juga ada penyakit sistem pembekuan darah.
2.1.1 Penyakit Sel Darah Merah
Penurunan jumlah sel darah merah memacu sumsum tulang untuk
meningkatkan pelepasan sel-sel darah merah abnormal yang berukuran kecil dan
kekurangan hemoglobin. Kondisi yang paling umum yang mempengaruhi sel darah
merah adalah anemia. Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan
jumlah massa sel darah merah, sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan
oxygen carrying capacity). Secara praktis, anemia ditunjukkan oleh penurunan
kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung sel darah merah.
Penyebab-penyebab anemia dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu
anemia yang disebabkan gangguan akibat berkurangnya pembentukan sel darah
4
merah dan anemia, yang disebabkan oleh adanya peningkatan penghancuran sel
darah merah.
Beberapa kondisi dapat menyebabkan berkurangnya pembentukan sel darah
merah, di antaranya: (a) Anemia Defisiensi Besi, (b) Anemia Pernisiosa, (c)
Anemia Defisiensi Asam Folat, (d) Anemia karena penyakit kronis, dan (e) Anemia
Sideroblastik.
Dalam keadaan normal, sel darah merah mempunyai waktu hidup 120 hari.
Jika menjadi tua, sel pemakan dalam sumsum tulang, limpa dan hati dapat
mengetahuinya dan merusaknya. Jika suatu penyakit menghancurkan sel darah
merah sebelum waktunya (hemolisis), sumsum tulang berusaha menggantinya
dengan mempercepat pembentukan sel darah merah yang baru, sampai 10 kali
kecepatan normal. Tetapi jika sel darah merah dihancurkan jauh lebih cepat
daripada penggantiannya, orang tersebut akan mengidap anemia.
Beberapa penyebab dari meningkatnya penghancuran sel darah merah,
diantaranya: (a) Kekurangan G6PD, (b) Anemia hemolotik, (c) Pembesaran limpa,
(d) Kerusakan mekanik pada sel darah merah, dan (e) Reaksi autoimun terhadap sel
darah merah.
2.1.2 Penyakit Sel Darah Putih
Beberapa jenis penyakit yang disebabkan adanya kelainan pada sel darah
putih, antara lain: (a) Leukimia, (b) Burkitts Lympoma, (c) Neutropenia, dan (d)
HIV.
Leukimia adalah kanker salah satu jenis sel darah putih di sum-sum tulang.
Leukimia terjadi pada penderita yang ditemukan banyak sel darah putih, dimana sel
darah putih yang tampak banyak merupakan sel muda yang muda, misalnya
promielosit. Jumlah yang semakin meninggi ini dapat mengganggu fungsi normal
dari sel lainnya. Leukimia dapat diklasifikasikan berdasarkan prevalensi empat tipe
utama, diantaranya: (a) Leukimia limfositik akut, (b) Leukimia mielositik akut, (c)
Leukimia limfositik kronis, dan (d) Leukimia mielositik kronis.
Burkitts Lympoma adalah jenis penyakit non-Hodgkin Lymphoma (NHL)
yang paling sering terjadi pada anak-anak muda berusia sekitar 12 dan 30 tahun.
Neutropenia adalah penurunan jumlah sel darah putih neutrofil.
Neutropenia terjadi saat tidak terdapat sel darah putih jenis tertentu yang cukup
5
untuk melindungi tubuh melawan infeksi bakteri. Orang-orang yang meminum
obat-obat kemoterapi untuk membunuh kanker mungkin dapat menjangkit
neutropenia.
Human Immunideficiency Virus (HIV) menyerang sel-sel darah putih jenis
ertentu (limfosit), yang bekerja melawan infeksi. Infeksi karena virus dapat
menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), menyebabkan
tubuh mudah terserang infeksi dan beberapa penyakit lain. Remaja dan orang
dewasa dapat terjangkit penyakit ini, melalui hubungan seksual dengan orang yang
terinfeksi atau dari penggunaan bersama jarum yang terkontaminasi yang
digunakan untuk menyuntikkan obat, narkoba atau tinta tato.
2.1.3 Penyakit Keping Darah
Salah satu jenis penyakit yang disebabkan oleh adanya kelainan pada
keeping darah adalah Thrombocytopenia atau jumlah keping darah yang lebih
rendah dari seharusnya. Biasanya didiagnosa karena seseorang mengalami
pendarahan atau pembengkakan yang tidak normal. Thrombocytopenia dapat
terjadi saat seseorang mengkonsumsi obat-obatan tertentu, terjangkit infeksi atau
leukemia, atau saat tubuh menggunakan keping darah terlalu banyak. Idiopathic
Thrombocytopenia Purpura (ITP) adalah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh
menyerang dan menghancurkan keping darah.
2.1.4 Penyakit Sistem Pembekuan Darah
Sistem pembekuan darah bergantung pada keping darah dan juga seberapa
banyak jumlah faktor pembeku dan komponen darah lain. Jika cacat turunan
mempengaruhi salah satu komponen ini, seseorang dapat mengalami kelainan
pendarahan. Kelainan pendarahan yang umum terdiri dari: (a) Hemofilia, dan (b)
Penyakit Von Willeberd.
Kondisi turunan yang khususnya hampir hanya dialami oleh pria,
menyebabkan kekurangan faktor-faktor pembeku tertentu dalam darah. Orang-
orang dengan hemofilia parah berada dalam resiko pendarahan berlebihan dan
pembengkakan setelah pemeriksaan gigi, operasi, dan trauma. Selama hidupnya,
mereka mungkin seringkali mengalami pendarahan dalam, walaupun saat mereka
sedang tidak terluka. Pada penyakit Von Willeberd, penderita mengalami kelainan
6
pendarahan turunan yang paling umum, juga melibatkan penurunan faktor
pembeku. Ini terjadi baik pada pria maupun wanita.
2.2 Gangguan Akomodasi
Kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan sinar pada mata, sehingga
sinar tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning, tetapi dapat di depan atau di
belakang bintik kuning dan mungkin tidak terletak pada satu titik fokus (Hartanto
& Inakawati, 2010). Kelainan refraksi memiliki prevalensi cukup tinggi di
Indonesia, yaitu sebesar 24,7 dan pada anak-anak usia sekolah dasar sebesar 10%
dari 66 juta anak Indonesia.
Kelainan refraksi merupakan kelainan kondisi mata yang paling sering
terjadi. Miopia adalah salah satu kelainan refraksi pada mata yang memiliki
prevalensi tinggi di dunia. Dalam pengamatan selama beberapa dekade terakhir
menunjukkan bahwa rata-rata prevalensi miopia telah mengalami peningkatan dan
ada epidemi miopia di Asia.
Sekitar 148 juta atau 51% penduduk di Amerika Serikat memakai alat
pengoreksi gangguan refraksi, dengan penggunaan lensa kontak mencapai 34 juta
orang. Angka kejadian rabun jauh meningkat sesuai dengan pertambahan usia.
Jumlah penderita rabun jauh di Amerika Serikat berkisar 3% antara usia 5-7 tahun,
8% antara usia 8-10 tahun, 14% antara usia 11-12 tahun dan 25% antara usia 12-17
tahun. Pada etnis tertentu, peningkatan angka kejadian juga terjadi walaupun
presentase tiap usia berbeda. Etnis Tiongkok memiliki insiden rabun jauh lebih
tinggi pada seluruh usia. Studi nasional Taiwan menemukan prevalensi sebanyak
12% pada usia 6 tahun dan 84% pada usia 16-18 tahun. Angka yang sama juga
dijumpai di Singapura dan Jepang.
Orang-orang yang mengalami kelainan refraksi tidak saja harus
menanggung beban fisik, melainkan mereka juga memiliki konsekuensi sosial dan
finansial. Penglihatan merupakan suatu yang secara signifikan memberikan
pengaruh dalam pilihan karir dan aktivitas seseorang, contohnya saja pada anak-
anak yang memiliki kelainan refraksi ditemukan 25% dari mereka tidak mampu
menunjukkan performa yang maksimal dalam bidang akademik dibanding degan
anak-anak yang tidak mengalami kelainan refraksi. Selain itu, 60% anak-anak
dengan masalah belajar dilaporkan juga mengalami kelainan pada penglihatannya.
7
2.2.1 Hiperopia (Pengliatan Jauh)
Hiperopia atau dikenal sebagai “Penglihatan Jauh”, biasanya akibat bola
mata terlalu pendek, atau kadang-kadang karena system lensa terlalu lemah. Pada
keadaan ini, cahaya sejajar kurang dibelokkan oleh sistem lensa yang relaks
sehingga tidak terfokus di retina. Untuk mengatasi kelainan ini, otot siliaris
berkontraksi untuk meningkatkan kekuatan lensa. Dengan menggunakan
mekanisme akomodasi, pasien hiperopia dapat memfokuskan bayangan dari objek
jauh di retina. Bila pasien hanya menggunakan sebagian dari kekuatan dari otot
siliarisnya untuk melakukan akomodasi jarak jauh, ia masih memiliki sisa daya
akomodasi, dan objek yang semakin mendekati mata dapat juga terfokus jelas saat
otot silliaris telah berkontraksi maksimum. Pada orang tua, sewaktu lensa menjadi
“presbiop”, seseorang dengan mata jauh sering tidak dapat berakomodasi cukup
kuat untuk memfokuskan objek jauh sekali pun, apalagi untuk objek dekat.
2.2.2 Miopia (Penglihatan Dekat)
Sewaktu otot siliaris relaksasi total, cahaya dari objek jauh difokuskan di
depan retina. Keadaan ini biasanya akibat bola mata terlalu panjang, tapi dapat pula
disebabkan oleh daya bias sistem lensa yang terlalu kuat. Tidak ada mekanisme
bagi mata miopia untuk mengurangi kekuatan lensanya sampai lebih kecil dari
kekuatannya bila otot siliaris dalam keadaan relaksasi sempurna. Pasien miopia
tidak memiliki mekanisme untuk memfokuskan bayangan dari objek jauh dengan
jelas di retina. Namun bila objek didekatkan ke mata, benda tersebut akhirnya
menjadi cukup dekat sehingga bayangannya dapat difokuskan. Kemudian, bila
objek terus didekatkan ke mata, pasien miopia dapat menggunakan mekanisme
akomodasi agar bayangan yang terbentuk tetap tefokus dengan jelas.
2.2.3 Astigmatisma
Astigmatisma adalah kelainan refraksi mata yang menyebabkan bayangan
pada satu bidang difokuskan pada jarak yang berbeda dari bidang yang tegak lurus
terhadap bidang tersebut. Hal ini paling sering disebabkan oleh terlalu besarnya
lengkung kornea pada salah satu bidang mata. Contoh lensa astigmatis adalah
permukaan lensa seperti telur yang terletak pada sisi datangnya cahaya. Derajat
8
kelengkungan bidang yang melalui sumbu panjang telur tidak sama besar dengan
derajat kelengkungan pada bidang yang melalui sumbu pendek.
9
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kelainan Darah
- Penyakit sel darah merah
- Penyakit sel darah putih
- Penyakit keeping darah
- Penyakit system pembekuan darah
3.2 Gangguan Akomodasi
- Hiperopia
- Miopia
- Astigmatisma
10
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E. J. 2000. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Hedge, S. P., Dayanidhi, V., dan Sriram. 2015. Study of Pattern of Change in
Handwriting Class Characters with Different Grades of Myopia. Journal of
Clinical and Diagnostic Research.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi II. Jakarta: EGC.
11
LAMPIRAN

More Related Content

What's hot

Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme Karbohidrat
Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme KarbohidratPenyakit Akibat Gangguan Metabolisme Karbohidrat
Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme KarbohidratAdela Adiibah
 
Mineral makro- Intan dan Nadya
Mineral makro- Intan dan NadyaMineral makro- Intan dan Nadya
Mineral makro- Intan dan Nadyapure chems
 
Terapi farmakologi Diabete Mellitus
Terapi farmakologi Diabete MellitusTerapi farmakologi Diabete Mellitus
Terapi farmakologi Diabete MellitusTrie Marcory
 
Hematinika oleh Ns.I dewa gede rai leadi S.medakep
Hematinika oleh Ns.I dewa gede rai leadi S.medakepHematinika oleh Ns.I dewa gede rai leadi S.medakep
Hematinika oleh Ns.I dewa gede rai leadi S.medakepPasek Sukayasa
 
Mineral (Ilmu Gizi)
Mineral (Ilmu Gizi)Mineral (Ilmu Gizi)
Mineral (Ilmu Gizi)Hilma Ahdiah
 
Menaksir bobot badan
Menaksir bobot badanMenaksir bobot badan
Menaksir bobot badanBBPP_Batu
 
1.FARMAKOGENETIK DAN FARMAKOGENOMIK (Fge dan Fgo).pptx
1.FARMAKOGENETIK DAN FARMAKOGENOMIK (Fge dan Fgo).pptx1.FARMAKOGENETIK DAN FARMAKOGENOMIK (Fge dan Fgo).pptx
1.FARMAKOGENETIK DAN FARMAKOGENOMIK (Fge dan Fgo).pptxWayanMSantika
 
Pembelahan sel dan siklus sel
Pembelahan sel dan siklus selPembelahan sel dan siklus sel
Pembelahan sel dan siklus selAlfredo Bambang
 
Karbohidrat - Ainur Pujianti
Karbohidrat - Ainur PujiantiKarbohidrat - Ainur Pujianti
Karbohidrat - Ainur PujiantiAinur
 
Laporan Pkl apotek fera revisi 4 done Oke.docx
Laporan Pkl apotek fera revisi 4 done Oke.docxLaporan Pkl apotek fera revisi 4 done Oke.docx
Laporan Pkl apotek fera revisi 4 done Oke.docxcvhrisfrobrother
 
Pengaruh peningkatan kadar enzim dan modifier pada reaksi enzimatik
Pengaruh peningkatan kadar enzim dan modifier pada reaksi enzimatikPengaruh peningkatan kadar enzim dan modifier pada reaksi enzimatik
Pengaruh peningkatan kadar enzim dan modifier pada reaksi enzimatikanandajpz
 
9 1. sistem ekskresi manusia
9 1. sistem ekskresi manusia9 1. sistem ekskresi manusia
9 1. sistem ekskresi manusiaAlfie Kesturi
 
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfarPer BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfarUlfah Hanum
 

What's hot (20)

Tetes Mata
Tetes MataTetes Mata
Tetes Mata
 
Vitamin larut dalam lemak
Vitamin larut dalam lemakVitamin larut dalam lemak
Vitamin larut dalam lemak
 
Makalah mutasi gen
Makalah mutasi genMakalah mutasi gen
Makalah mutasi gen
 
Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme Karbohidrat
Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme KarbohidratPenyakit Akibat Gangguan Metabolisme Karbohidrat
Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme Karbohidrat
 
Mineral makro- Intan dan Nadya
Mineral makro- Intan dan NadyaMineral makro- Intan dan Nadya
Mineral makro- Intan dan Nadya
 
Terapi farmakologi Diabete Mellitus
Terapi farmakologi Diabete MellitusTerapi farmakologi Diabete Mellitus
Terapi farmakologi Diabete Mellitus
 
Hematinika oleh Ns.I dewa gede rai leadi S.medakep
Hematinika oleh Ns.I dewa gede rai leadi S.medakepHematinika oleh Ns.I dewa gede rai leadi S.medakep
Hematinika oleh Ns.I dewa gede rai leadi S.medakep
 
Anatomi & fisiologi manusia
Anatomi & fisiologi manusiaAnatomi & fisiologi manusia
Anatomi & fisiologi manusia
 
Mineral (Ilmu Gizi)
Mineral (Ilmu Gizi)Mineral (Ilmu Gizi)
Mineral (Ilmu Gizi)
 
Menaksir bobot badan
Menaksir bobot badanMenaksir bobot badan
Menaksir bobot badan
 
1.FARMAKOGENETIK DAN FARMAKOGENOMIK (Fge dan Fgo).pptx
1.FARMAKOGENETIK DAN FARMAKOGENOMIK (Fge dan Fgo).pptx1.FARMAKOGENETIK DAN FARMAKOGENOMIK (Fge dan Fgo).pptx
1.FARMAKOGENETIK DAN FARMAKOGENOMIK (Fge dan Fgo).pptx
 
Pembelahan sel dan siklus sel
Pembelahan sel dan siklus selPembelahan sel dan siklus sel
Pembelahan sel dan siklus sel
 
Karbohidrat - Ainur Pujianti
Karbohidrat - Ainur PujiantiKarbohidrat - Ainur Pujianti
Karbohidrat - Ainur Pujianti
 
Laporan Pkl apotek fera revisi 4 done Oke.docx
Laporan Pkl apotek fera revisi 4 done Oke.docxLaporan Pkl apotek fera revisi 4 done Oke.docx
Laporan Pkl apotek fera revisi 4 done Oke.docx
 
Pengaruh peningkatan kadar enzim dan modifier pada reaksi enzimatik
Pengaruh peningkatan kadar enzim dan modifier pada reaksi enzimatikPengaruh peningkatan kadar enzim dan modifier pada reaksi enzimatik
Pengaruh peningkatan kadar enzim dan modifier pada reaksi enzimatik
 
PPT PROTEIN
PPT PROTEINPPT PROTEIN
PPT PROTEIN
 
9 1. sistem ekskresi manusia
9 1. sistem ekskresi manusia9 1. sistem ekskresi manusia
9 1. sistem ekskresi manusia
 
Emulsifikasi
EmulsifikasiEmulsifikasi
Emulsifikasi
 
Dasar2 farmasi
Dasar2 farmasiDasar2 farmasi
Dasar2 farmasi
 
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfarPer BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
Per BPOM No. 4 tahun 2018 tentang fasyanfar
 

Similar to Patofisiologi Kelainan Darah dan Gangguan Akomodasi

Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologiAnatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologiWarnet Raha
 
Presentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.ppt
Presentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.pptPresentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.ppt
Presentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.pptJERRYALVIANDINATA
 
Presentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.ppt
Presentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.pptPresentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.ppt
Presentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.pptJERRYALVIANDINATA
 
Presentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.ppt
Presentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.pptPresentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.ppt
Presentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.pptJERRYALVIANDINATA
 
Presentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.ppt
Presentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.pptPresentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.ppt
Presentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.pptRaufMFDL
 
Hemogram dan Sediaan Apus
Hemogram dan Sediaan ApusHemogram dan Sediaan Apus
Hemogram dan Sediaan ApusRidwan
 
ANFIS HEMATOLOGI.ppt
ANFIS HEMATOLOGI.pptANFIS HEMATOLOGI.ppt
ANFIS HEMATOLOGI.pptKaryoIIKNU
 
Makalah darah dan golongan darah
Makalah darah dan golongan darahMakalah darah dan golongan darah
Makalah darah dan golongan darahSherly ShEra
 
Asuhan Keperawatan Idiopatik Trombositopenia Purpura
Asuhan Keperawatan Idiopatik Trombositopenia PurpuraAsuhan Keperawatan Idiopatik Trombositopenia Purpura
Asuhan Keperawatan Idiopatik Trombositopenia PurpuraEndangPertiwi
 
Karsinah BAB II (1).docx
Karsinah BAB II (1).docxKarsinah BAB II (1).docx
Karsinah BAB II (1).docxSaniaJunianti
 
Bab II-dikonversi.pdf
Bab II-dikonversi.pdfBab II-dikonversi.pdf
Bab II-dikonversi.pdfNurulHabiba4
 

Similar to Patofisiologi Kelainan Darah dan Gangguan Akomodasi (20)

Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologiAnatomi fisiologi dalam sistem hematologi
Anatomi fisiologi dalam sistem hematologi
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Darah
DarahDarah
Darah
 
Presentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.ppt
Presentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.pptPresentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.ppt
Presentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.ppt
 
Presentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.ppt
Presentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.pptPresentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.ppt
Presentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.ppt
 
Presentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.ppt
Presentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.pptPresentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.ppt
Presentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.ppt
 
Presentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.ppt
Presentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.pptPresentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.ppt
Presentasi_Kelainan_Dan_Gangguan_Pada_Si.ppt
 
Hemogram dan Sediaan Apus
Hemogram dan Sediaan ApusHemogram dan Sediaan Apus
Hemogram dan Sediaan Apus
 
Sistem peredaran darah
Sistem peredaran darahSistem peredaran darah
Sistem peredaran darah
 
Hematologi
HematologiHematologi
Hematologi
 
Makalah golongan darah
Makalah golongan darahMakalah golongan darah
Makalah golongan darah
 
ANFIS HEMATOLOGI.ppt
ANFIS HEMATOLOGI.pptANFIS HEMATOLOGI.ppt
ANFIS HEMATOLOGI.ppt
 
Makalah darah dan golongan darah
Makalah darah dan golongan darahMakalah darah dan golongan darah
Makalah darah dan golongan darah
 
Makalah anemia
Makalah anemia Makalah anemia
Makalah anemia
 
Asuhan Keperawatan Idiopatik Trombositopenia Purpura
Asuhan Keperawatan Idiopatik Trombositopenia PurpuraAsuhan Keperawatan Idiopatik Trombositopenia Purpura
Asuhan Keperawatan Idiopatik Trombositopenia Purpura
 
Karsinah BAB II (1).docx
Karsinah BAB II (1).docxKarsinah BAB II (1).docx
Karsinah BAB II (1).docx
 
Anemia sel sabit
Anemia sel sabitAnemia sel sabit
Anemia sel sabit
 
penyakit pada sel darah & organ peredaran darah
penyakit pada sel darah & organ peredaran darahpenyakit pada sel darah & organ peredaran darah
penyakit pada sel darah & organ peredaran darah
 
Bab II-dikonversi.pdf
Bab II-dikonversi.pdfBab II-dikonversi.pdf
Bab II-dikonversi.pdf
 
Askep anemia gravidarum
Askep anemia gravidarumAskep anemia gravidarum
Askep anemia gravidarum
 

More from Maulana Sakti

Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang Medan
Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang MedanLaporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang Medan
Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang MedanMaulana Sakti
 
Kasus Pasien Kanker Ovarium dan Anemia
Kasus Pasien Kanker Ovarium dan AnemiaKasus Pasien Kanker Ovarium dan Anemia
Kasus Pasien Kanker Ovarium dan AnemiaMaulana Sakti
 
Laporan Kasus Kanker Ovarium dan Anemia
Laporan Kasus Kanker Ovarium dan AnemiaLaporan Kasus Kanker Ovarium dan Anemia
Laporan Kasus Kanker Ovarium dan AnemiaMaulana Sakti
 
Kemoterapi, Manajemen Ekstravasasi, serta Algoritma Efek Samping Kemoterapi
Kemoterapi, Manajemen Ekstravasasi, serta Algoritma Efek Samping KemoterapiKemoterapi, Manajemen Ekstravasasi, serta Algoritma Efek Samping Kemoterapi
Kemoterapi, Manajemen Ekstravasasi, serta Algoritma Efek Samping KemoterapiMaulana Sakti
 
Ringkasan Ketentuan Umum Farmakope Indonesia Edisi III dan IV
Ringkasan Ketentuan Umum Farmakope Indonesia Edisi III dan IVRingkasan Ketentuan Umum Farmakope Indonesia Edisi III dan IV
Ringkasan Ketentuan Umum Farmakope Indonesia Edisi III dan IVMaulana Sakti
 
Praregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Praregistrasi Suspensi Oral AmpisilinPraregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Praregistrasi Suspensi Oral AmpisilinMaulana Sakti
 
Praregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Praregistrasi Suspensi Oral AmpisilinPraregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Praregistrasi Suspensi Oral AmpisilinMaulana Sakti
 
Studi Kasus Drug Related Problems
Studi Kasus Drug Related ProblemsStudi Kasus Drug Related Problems
Studi Kasus Drug Related ProblemsMaulana Sakti
 
Summary of Pharmacists's Ethics and Discipline Course
Summary of Pharmacists's Ethics and Discipline CourseSummary of Pharmacists's Ethics and Discipline Course
Summary of Pharmacists's Ethics and Discipline CourseMaulana Sakti
 
Etik dan Disiplin Apoteker Kelompok 1
Etik dan Disiplin Apoteker Kelompok 1Etik dan Disiplin Apoteker Kelompok 1
Etik dan Disiplin Apoteker Kelompok 1Maulana Sakti
 
Etik dan Disiplin apoteker
Etik dan Disiplin apotekerEtik dan Disiplin apoteker
Etik dan Disiplin apotekerMaulana Sakti
 
Suspensi Nanopartikel Kitosan sebagai Obat Luka
Suspensi Nanopartikel Kitosan sebagai Obat LukaSuspensi Nanopartikel Kitosan sebagai Obat Luka
Suspensi Nanopartikel Kitosan sebagai Obat LukaMaulana Sakti
 
Oral Anthelmintic Intraruminal Delivery
Oral Anthelmintic Intraruminal DeliveryOral Anthelmintic Intraruminal Delivery
Oral Anthelmintic Intraruminal DeliveryMaulana Sakti
 
Formulasi Sediaan Veteriner dan Herbisida
Formulasi Sediaan Veteriner dan HerbisidaFormulasi Sediaan Veteriner dan Herbisida
Formulasi Sediaan Veteriner dan HerbisidaMaulana Sakti
 
Microencapsulation for Cosmetic Application
Microencapsulation for Cosmetic ApplicationMicroencapsulation for Cosmetic Application
Microencapsulation for Cosmetic ApplicationMaulana Sakti
 
Reaksi Reduksi dari Aldehida Aromatis
Reaksi Reduksi dari Aldehida AromatisReaksi Reduksi dari Aldehida Aromatis
Reaksi Reduksi dari Aldehida AromatisMaulana Sakti
 
Presentasi Rancangan Obat - Studi In Silico HKSA Senyawa Turunan Benzimidazole
Presentasi Rancangan Obat - Studi In Silico HKSA Senyawa Turunan BenzimidazolePresentasi Rancangan Obat - Studi In Silico HKSA Senyawa Turunan Benzimidazole
Presentasi Rancangan Obat - Studi In Silico HKSA Senyawa Turunan BenzimidazoleMaulana Sakti
 
Pemberian Obat Rute Parenteral dan Desain Injeksi Susteined Release
Pemberian Obat Rute Parenteral dan Desain Injeksi Susteined ReleasePemberian Obat Rute Parenteral dan Desain Injeksi Susteined Release
Pemberian Obat Rute Parenteral dan Desain Injeksi Susteined ReleaseMaulana Sakti
 
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
Wawasan Nusantara dan Ketahanan NasionalWawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
Wawasan Nusantara dan Ketahanan NasionalMaulana Sakti
 

More from Maulana Sakti (20)

Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang Medan
Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang MedanLaporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang Medan
Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang Medan
 
Laporan PKPA Apotek
Laporan PKPA ApotekLaporan PKPA Apotek
Laporan PKPA Apotek
 
Kasus Pasien Kanker Ovarium dan Anemia
Kasus Pasien Kanker Ovarium dan AnemiaKasus Pasien Kanker Ovarium dan Anemia
Kasus Pasien Kanker Ovarium dan Anemia
 
Laporan Kasus Kanker Ovarium dan Anemia
Laporan Kasus Kanker Ovarium dan AnemiaLaporan Kasus Kanker Ovarium dan Anemia
Laporan Kasus Kanker Ovarium dan Anemia
 
Kemoterapi, Manajemen Ekstravasasi, serta Algoritma Efek Samping Kemoterapi
Kemoterapi, Manajemen Ekstravasasi, serta Algoritma Efek Samping KemoterapiKemoterapi, Manajemen Ekstravasasi, serta Algoritma Efek Samping Kemoterapi
Kemoterapi, Manajemen Ekstravasasi, serta Algoritma Efek Samping Kemoterapi
 
Ringkasan Ketentuan Umum Farmakope Indonesia Edisi III dan IV
Ringkasan Ketentuan Umum Farmakope Indonesia Edisi III dan IVRingkasan Ketentuan Umum Farmakope Indonesia Edisi III dan IV
Ringkasan Ketentuan Umum Farmakope Indonesia Edisi III dan IV
 
Praregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Praregistrasi Suspensi Oral AmpisilinPraregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Praregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
 
Praregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Praregistrasi Suspensi Oral AmpisilinPraregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Praregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
 
Studi Kasus Drug Related Problems
Studi Kasus Drug Related ProblemsStudi Kasus Drug Related Problems
Studi Kasus Drug Related Problems
 
Summary of Pharmacists's Ethics and Discipline Course
Summary of Pharmacists's Ethics and Discipline CourseSummary of Pharmacists's Ethics and Discipline Course
Summary of Pharmacists's Ethics and Discipline Course
 
Etik dan Disiplin Apoteker Kelompok 1
Etik dan Disiplin Apoteker Kelompok 1Etik dan Disiplin Apoteker Kelompok 1
Etik dan Disiplin Apoteker Kelompok 1
 
Etik dan Disiplin apoteker
Etik dan Disiplin apotekerEtik dan Disiplin apoteker
Etik dan Disiplin apoteker
 
Suspensi Nanopartikel Kitosan sebagai Obat Luka
Suspensi Nanopartikel Kitosan sebagai Obat LukaSuspensi Nanopartikel Kitosan sebagai Obat Luka
Suspensi Nanopartikel Kitosan sebagai Obat Luka
 
Oral Anthelmintic Intraruminal Delivery
Oral Anthelmintic Intraruminal DeliveryOral Anthelmintic Intraruminal Delivery
Oral Anthelmintic Intraruminal Delivery
 
Formulasi Sediaan Veteriner dan Herbisida
Formulasi Sediaan Veteriner dan HerbisidaFormulasi Sediaan Veteriner dan Herbisida
Formulasi Sediaan Veteriner dan Herbisida
 
Microencapsulation for Cosmetic Application
Microencapsulation for Cosmetic ApplicationMicroencapsulation for Cosmetic Application
Microencapsulation for Cosmetic Application
 
Reaksi Reduksi dari Aldehida Aromatis
Reaksi Reduksi dari Aldehida AromatisReaksi Reduksi dari Aldehida Aromatis
Reaksi Reduksi dari Aldehida Aromatis
 
Presentasi Rancangan Obat - Studi In Silico HKSA Senyawa Turunan Benzimidazole
Presentasi Rancangan Obat - Studi In Silico HKSA Senyawa Turunan BenzimidazolePresentasi Rancangan Obat - Studi In Silico HKSA Senyawa Turunan Benzimidazole
Presentasi Rancangan Obat - Studi In Silico HKSA Senyawa Turunan Benzimidazole
 
Pemberian Obat Rute Parenteral dan Desain Injeksi Susteined Release
Pemberian Obat Rute Parenteral dan Desain Injeksi Susteined ReleasePemberian Obat Rute Parenteral dan Desain Injeksi Susteined Release
Pemberian Obat Rute Parenteral dan Desain Injeksi Susteined Release
 
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
Wawasan Nusantara dan Ketahanan NasionalWawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
 

Recently uploaded

414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 

Recently uploaded (20)

414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 

Patofisiologi Kelainan Darah dan Gangguan Akomodasi

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Darah adalah kendaraan atau medium untuk transportasi massal jarak jauh berbagai bahan antara sel dan lingkungan eksternal atau antara sel-sel itu sendiri. Transportasi semacam itu penting untuk memelihara homeostatis. Darah berperan dalam homeostatis berfungsi sebagai medium untuk membawa berbagai bahan ke dan dari sel, menyangga perubahan pH, mengangkut kelebihan panas ke permukaan tubuh untuk di keluarkan, berperan penting dalam sistem perubahan tubuh, dan memperkecil kehilangan darah apabila terjadi kerusakan pada pembuluh darah. Darah membentuk sekitar 8% berat tubuh total dan memiliki volume rata- rata 5 liter pada wanita dan 5,5 liter pada pria. Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila mengandung banyak oksigen sampai merah tua, apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Karena darah sangat penting, harus terdapat mekanisme yang dapat memperkecil kehilangan darah apabila terjadi kerusakan pembuluh darah. Tanpa darah, manusia tidak dapat melawan infeksi atau kuman penyakit dan bahan-bahan sisa yang dihasilkan tubuh tidak dapat dibuang. Manusia memiliki mata disebelah kiri dan kanan. Kehilangan atau kerusakan salah satu bola mata dapat mengganggu penglihatan. Berdasarkan data WHO (2012) terdapat 285 juta orang di dunia yang mengalami gangguan penglihatan, dimana 39 juta orang mengalami kebutaan dan 246 juta orang mengalami penglihatan kurang (low vision). Tajam penglihatan sudah dikatakan low vision dengan visus 6/18. Secara global, gangguan penglihatan tersebut disebabkan oleh kelainan refraksi 43%, katarak 33% dan glaukoma 2%. Meskipun demikian, bila dikoreksi dini sekitar 80% gangguan penglihatan dapat dicegah maupun diobati. Berdasarkan uraian di atas penulis merangkum tentang patofisiologi kelainan darah dan gangguan akomodasi sebagai tugas mata kuliah Patofisiologi semester ganjil.
  • 2. 2 1.2 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan ini adalah: a. Untuk mengetahui secara umum patofisiologi kelainan darah. b. Untuk mengetahui secara umum patofisiologi gangguan akomodasi.
  • 3. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Patofisiologi Kelainan Darah Terdapat dua jenis pembuluh darah, yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh, yaitu arteri dan vena. Arteri adalah pembuluh yang membawa darah, yang mengandung oksigen dari jantung dan paru-paru menuju ke seluruh tubuh. Sedangkan vena adalah pembuluh yang membawa darah mengalir kembali ke jantung dan paru-paru. Darah yang mengalir melalui kedua pembuluh tersebut terdiri atas tiga jenis sel darah, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit) yang terendam dalam cairan kompleks. plasma sendiri berupa cairan, 90% terdiri dari air yang berfungsi sebagai medium untuk mengangkut berbagai bahan dalam darah. Darah akan menunjukkan karakteristik yang berbeda-beda tergantung pada kondisi tubuh, sehingga darah dapat menjadi pendeteksi keadaan tubuh terutama saat tubuh dalam keadaan sakit. Penyakit tertentu memiliki kondisi darah tertentu pula, berdasarkan perubahan susunan kimiawi atau sel-sel darah yang merupakan sebagai petunjuk adanya penyakit darah atau dapat pula sebagai petunjuk adanya penyakit lain. Beberapa penyakit dan kondisi yang mempengaruhi darah dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis sel darah, yaitu sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah juga ada penyakit sistem pembekuan darah. 2.1.1 Penyakit Sel Darah Merah Penurunan jumlah sel darah merah memacu sumsum tulang untuk meningkatkan pelepasan sel-sel darah merah abnormal yang berukuran kecil dan kekurangan hemoglobin. Kondisi yang paling umum yang mempengaruhi sel darah merah adalah anemia. Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa sel darah merah, sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Secara praktis, anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung sel darah merah. Penyebab-penyebab anemia dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu anemia yang disebabkan gangguan akibat berkurangnya pembentukan sel darah
  • 4. 4 merah dan anemia, yang disebabkan oleh adanya peningkatan penghancuran sel darah merah. Beberapa kondisi dapat menyebabkan berkurangnya pembentukan sel darah merah, di antaranya: (a) Anemia Defisiensi Besi, (b) Anemia Pernisiosa, (c) Anemia Defisiensi Asam Folat, (d) Anemia karena penyakit kronis, dan (e) Anemia Sideroblastik. Dalam keadaan normal, sel darah merah mempunyai waktu hidup 120 hari. Jika menjadi tua, sel pemakan dalam sumsum tulang, limpa dan hati dapat mengetahuinya dan merusaknya. Jika suatu penyakit menghancurkan sel darah merah sebelum waktunya (hemolisis), sumsum tulang berusaha menggantinya dengan mempercepat pembentukan sel darah merah yang baru, sampai 10 kali kecepatan normal. Tetapi jika sel darah merah dihancurkan jauh lebih cepat daripada penggantiannya, orang tersebut akan mengidap anemia. Beberapa penyebab dari meningkatnya penghancuran sel darah merah, diantaranya: (a) Kekurangan G6PD, (b) Anemia hemolotik, (c) Pembesaran limpa, (d) Kerusakan mekanik pada sel darah merah, dan (e) Reaksi autoimun terhadap sel darah merah. 2.1.2 Penyakit Sel Darah Putih Beberapa jenis penyakit yang disebabkan adanya kelainan pada sel darah putih, antara lain: (a) Leukimia, (b) Burkitts Lympoma, (c) Neutropenia, dan (d) HIV. Leukimia adalah kanker salah satu jenis sel darah putih di sum-sum tulang. Leukimia terjadi pada penderita yang ditemukan banyak sel darah putih, dimana sel darah putih yang tampak banyak merupakan sel muda yang muda, misalnya promielosit. Jumlah yang semakin meninggi ini dapat mengganggu fungsi normal dari sel lainnya. Leukimia dapat diklasifikasikan berdasarkan prevalensi empat tipe utama, diantaranya: (a) Leukimia limfositik akut, (b) Leukimia mielositik akut, (c) Leukimia limfositik kronis, dan (d) Leukimia mielositik kronis. Burkitts Lympoma adalah jenis penyakit non-Hodgkin Lymphoma (NHL) yang paling sering terjadi pada anak-anak muda berusia sekitar 12 dan 30 tahun. Neutropenia adalah penurunan jumlah sel darah putih neutrofil. Neutropenia terjadi saat tidak terdapat sel darah putih jenis tertentu yang cukup
  • 5. 5 untuk melindungi tubuh melawan infeksi bakteri. Orang-orang yang meminum obat-obat kemoterapi untuk membunuh kanker mungkin dapat menjangkit neutropenia. Human Immunideficiency Virus (HIV) menyerang sel-sel darah putih jenis ertentu (limfosit), yang bekerja melawan infeksi. Infeksi karena virus dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), menyebabkan tubuh mudah terserang infeksi dan beberapa penyakit lain. Remaja dan orang dewasa dapat terjangkit penyakit ini, melalui hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi atau dari penggunaan bersama jarum yang terkontaminasi yang digunakan untuk menyuntikkan obat, narkoba atau tinta tato. 2.1.3 Penyakit Keping Darah Salah satu jenis penyakit yang disebabkan oleh adanya kelainan pada keeping darah adalah Thrombocytopenia atau jumlah keping darah yang lebih rendah dari seharusnya. Biasanya didiagnosa karena seseorang mengalami pendarahan atau pembengkakan yang tidak normal. Thrombocytopenia dapat terjadi saat seseorang mengkonsumsi obat-obatan tertentu, terjangkit infeksi atau leukemia, atau saat tubuh menggunakan keping darah terlalu banyak. Idiopathic Thrombocytopenia Purpura (ITP) adalah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan keping darah. 2.1.4 Penyakit Sistem Pembekuan Darah Sistem pembekuan darah bergantung pada keping darah dan juga seberapa banyak jumlah faktor pembeku dan komponen darah lain. Jika cacat turunan mempengaruhi salah satu komponen ini, seseorang dapat mengalami kelainan pendarahan. Kelainan pendarahan yang umum terdiri dari: (a) Hemofilia, dan (b) Penyakit Von Willeberd. Kondisi turunan yang khususnya hampir hanya dialami oleh pria, menyebabkan kekurangan faktor-faktor pembeku tertentu dalam darah. Orang- orang dengan hemofilia parah berada dalam resiko pendarahan berlebihan dan pembengkakan setelah pemeriksaan gigi, operasi, dan trauma. Selama hidupnya, mereka mungkin seringkali mengalami pendarahan dalam, walaupun saat mereka sedang tidak terluka. Pada penyakit Von Willeberd, penderita mengalami kelainan
  • 6. 6 pendarahan turunan yang paling umum, juga melibatkan penurunan faktor pembeku. Ini terjadi baik pada pria maupun wanita. 2.2 Gangguan Akomodasi Kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan sinar pada mata, sehingga sinar tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning, tetapi dapat di depan atau di belakang bintik kuning dan mungkin tidak terletak pada satu titik fokus (Hartanto & Inakawati, 2010). Kelainan refraksi memiliki prevalensi cukup tinggi di Indonesia, yaitu sebesar 24,7 dan pada anak-anak usia sekolah dasar sebesar 10% dari 66 juta anak Indonesia. Kelainan refraksi merupakan kelainan kondisi mata yang paling sering terjadi. Miopia adalah salah satu kelainan refraksi pada mata yang memiliki prevalensi tinggi di dunia. Dalam pengamatan selama beberapa dekade terakhir menunjukkan bahwa rata-rata prevalensi miopia telah mengalami peningkatan dan ada epidemi miopia di Asia. Sekitar 148 juta atau 51% penduduk di Amerika Serikat memakai alat pengoreksi gangguan refraksi, dengan penggunaan lensa kontak mencapai 34 juta orang. Angka kejadian rabun jauh meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Jumlah penderita rabun jauh di Amerika Serikat berkisar 3% antara usia 5-7 tahun, 8% antara usia 8-10 tahun, 14% antara usia 11-12 tahun dan 25% antara usia 12-17 tahun. Pada etnis tertentu, peningkatan angka kejadian juga terjadi walaupun presentase tiap usia berbeda. Etnis Tiongkok memiliki insiden rabun jauh lebih tinggi pada seluruh usia. Studi nasional Taiwan menemukan prevalensi sebanyak 12% pada usia 6 tahun dan 84% pada usia 16-18 tahun. Angka yang sama juga dijumpai di Singapura dan Jepang. Orang-orang yang mengalami kelainan refraksi tidak saja harus menanggung beban fisik, melainkan mereka juga memiliki konsekuensi sosial dan finansial. Penglihatan merupakan suatu yang secara signifikan memberikan pengaruh dalam pilihan karir dan aktivitas seseorang, contohnya saja pada anak- anak yang memiliki kelainan refraksi ditemukan 25% dari mereka tidak mampu menunjukkan performa yang maksimal dalam bidang akademik dibanding degan anak-anak yang tidak mengalami kelainan refraksi. Selain itu, 60% anak-anak dengan masalah belajar dilaporkan juga mengalami kelainan pada penglihatannya.
  • 7. 7 2.2.1 Hiperopia (Pengliatan Jauh) Hiperopia atau dikenal sebagai “Penglihatan Jauh”, biasanya akibat bola mata terlalu pendek, atau kadang-kadang karena system lensa terlalu lemah. Pada keadaan ini, cahaya sejajar kurang dibelokkan oleh sistem lensa yang relaks sehingga tidak terfokus di retina. Untuk mengatasi kelainan ini, otot siliaris berkontraksi untuk meningkatkan kekuatan lensa. Dengan menggunakan mekanisme akomodasi, pasien hiperopia dapat memfokuskan bayangan dari objek jauh di retina. Bila pasien hanya menggunakan sebagian dari kekuatan dari otot siliarisnya untuk melakukan akomodasi jarak jauh, ia masih memiliki sisa daya akomodasi, dan objek yang semakin mendekati mata dapat juga terfokus jelas saat otot silliaris telah berkontraksi maksimum. Pada orang tua, sewaktu lensa menjadi “presbiop”, seseorang dengan mata jauh sering tidak dapat berakomodasi cukup kuat untuk memfokuskan objek jauh sekali pun, apalagi untuk objek dekat. 2.2.2 Miopia (Penglihatan Dekat) Sewaktu otot siliaris relaksasi total, cahaya dari objek jauh difokuskan di depan retina. Keadaan ini biasanya akibat bola mata terlalu panjang, tapi dapat pula disebabkan oleh daya bias sistem lensa yang terlalu kuat. Tidak ada mekanisme bagi mata miopia untuk mengurangi kekuatan lensanya sampai lebih kecil dari kekuatannya bila otot siliaris dalam keadaan relaksasi sempurna. Pasien miopia tidak memiliki mekanisme untuk memfokuskan bayangan dari objek jauh dengan jelas di retina. Namun bila objek didekatkan ke mata, benda tersebut akhirnya menjadi cukup dekat sehingga bayangannya dapat difokuskan. Kemudian, bila objek terus didekatkan ke mata, pasien miopia dapat menggunakan mekanisme akomodasi agar bayangan yang terbentuk tetap tefokus dengan jelas. 2.2.3 Astigmatisma Astigmatisma adalah kelainan refraksi mata yang menyebabkan bayangan pada satu bidang difokuskan pada jarak yang berbeda dari bidang yang tegak lurus terhadap bidang tersebut. Hal ini paling sering disebabkan oleh terlalu besarnya lengkung kornea pada salah satu bidang mata. Contoh lensa astigmatis adalah permukaan lensa seperti telur yang terletak pada sisi datangnya cahaya. Derajat
  • 8. 8 kelengkungan bidang yang melalui sumbu panjang telur tidak sama besar dengan derajat kelengkungan pada bidang yang melalui sumbu pendek.
  • 9. 9 BAB III KESIMPULAN 3.1 Kelainan Darah - Penyakit sel darah merah - Penyakit sel darah putih - Penyakit keeping darah - Penyakit system pembekuan darah 3.2 Gangguan Akomodasi - Hiperopia - Miopia - Astigmatisma
  • 10. 10 DAFTAR PUSTAKA Corwin, E. J. 2000. Patofisiologi. Jakarta: EGC. Hedge, S. P., Dayanidhi, V., dan Sriram. 2015. Study of Pattern of Change in Handwriting Class Characters with Different Grades of Myopia. Journal of Clinical and Diagnostic Research. Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi II. Jakarta: EGC.