SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
FARMAKOLOGI
PRAKTIKUM II

MULA KERJA, PUNCAK EFEK DAN LAMA KERJA OBAT ANALGETIK PADA
PEMBERIAN PERORAL DAN INTRAPERITONEAL

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 4


PUTRA P.

201210410311035



NOR HALIDAH

201210410311046



NOVI FACHRUNNISA

201210410311051



DYAH NURI R.

201210410311052



MIATIN RAHMANIYAH

201210410311054



SITI MUSLIKAH

201210410311065



RUSDIANA DEWI

201210410311068



KUNTUM KHOIRO UMMAH

201210410311071



ATHIRA RIANDITA

201210410311075

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
1
2013/2014

2
DAFTAR ISI

Daftar Isi…………………………………………………………………...1
I.

Tujuan Instruksional Khusus…………………………………………2

II.

Dasar Teori …………………………………………………………....2

III.

Alat dan Bahan………………………………………………………...6

IV.

Prosedur Kerja ……………………………………………………......7

V.

Dosis …………………………………………………………………....8

VI.

Tabel ……………………………………………………………………9

VII.

Pembahasan ……………………………………………………………9

VIII. Kesimpulan ……………………………………………………………12
Bahan Diskusi ……………………………………………………………..13
Daftar Pustaka ………………………………………………………...….14

3
PRAKTIKUM II
MULA KERJA, PUNCAK EFEK DAN LAMA KERJA OBAT ANALGETIK PADA
PEMBERIAN PERORAL DAN INTRAPERITONEAL

I.

Tujuan Instruksional Khusus
Membedakan mula kerja (onset of action), puncak efek (peak effect), lama kerja

obat (duration of action) analgesic pada pemberian per oral dan intra peritoneal.

II.

Dasar Teori

a) Farmakokinetik
Farmakokinetik adalah proses pergerakan obat untuk mencapai kerja obat.
b) Mula Kerja (Onset of Action)
Mula kerja adalah waktu dimana obat mulai memasuki plasma dan berakhir sampai
mencapai konsentrasi efektif minimum (MEC Minimum Effective Concentration) .
c) Puncak Efek (Peak Effect)
Puncak efek adalah proses dimana obat mencapai konsentrasi tertinggi dalam darah
atau plasma.
d) Lama Kerja (Duration of Action)
Lama kerja adalah lamanya obat mempunyai efek farmakologis.
Beberapa obat menghasilkan efek dalam beberapa menit, tetapi yang lain dapat
memakan waktu beberapa jam atau hari. Kurva respons – waktu menilai 3 parameter dari
kerja obat : mula kerja obat, puncak efek dan lama kerja.
Kadar obat dalam plasma atau serum menurun di bawah ambang atau MEC, maka ini
berarti dosis obat yang memadai tidak tercapai ; kadar obat yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan toksisitas.

Ketiga fase tersebut dipengaruhi oleh :
a. Absorbsi.
Absorbsi adalah proses dimana obat masuk ke dalam tubuh (sirkulasi) dari tempat ia
diberikan, jadi tempat absorbsi bergantung pada cara pemberian obatnya disesuakan dengan
4
kondisi pasien sehingga tercapai efek terapi yang diinginkan. Absorpsi sangat mempengaruhi
bioavailabilitas hal ini bia dilihat pada pemberian secara intra vena dan secara oral, dimana
pemberian secara intravena bioavailabilitasnya lebih besar maksimal daripada pemberian
secara oral, hal ini dipengaruhi oleh tingkat absorbsi yang tidak lengkap dan eliminasi lintas
pertama (first pass)

Tingkat absorbsi
Dalam pemberian oral,suatu obat dapat diabsorpsi secara tidak sempurna, misalnya
hanya 70% dari dosisi digoksin yang mencapai sistem sirkulasi sistemik. Hal ni disebabkan
kurangnya absorpsi melalui usus. Obat yang terlalu hidrofilik misalnya aetanolol tidak akan
bisa menembus membran plasma yang bersifat lipid dan jika terlalu lipofilik misalnya
acyclovir maka obat tersebut akan kurang melarut untuk menembus lapsan air disekitar sel.
Obat mungkin tidak akan di absorbsi oleh karena adanya transporter yang berlawanan yang
berkaitan dengan glikoprotein - P.proses ini secara aktif memompa obat keluar dari sel –sel
dinding usus masuk kedlam lumen usus. Penghambat glikoprotein – P dan metabolisme
dinding usus mungkin jus jeruk bali, mungkin berkaitan penting dengan absorbsi obat.

Tabel Rute pemberian,bioavalibilitas dan sifat- sifat umum

Rute

Bioavalibilitas (%)

Sifat – sifat

Intravena (IV)

100 (dengan ketentuan)

Kebanyakan dengan mula
kerja cepat

Intramuskular (IM)

75 sampai < = 100

Sering membutuhkan
volume yang besar ;
mungkin disertai dengan
rasa nyeri

Subkutan (SC)

75 sampai < = 100

Volume lebih sedikit
dibandingkan
IM;mungkin dengan rasa
nyeri

Oral (PO)

5 ampai < 100

Sebagaian besar
sesuai;efek first pass
mungkin berarti

5
Rektal (PR)

30 sampai < 100

Efek first past lebih kecil
dibandingkan per oral

inhalasi

5 sampai < 100

Mula kerja sring sangat
cepat

Transdermal

80 sampai <= 100

Absorpsi biasanya snagat
lambat ; digunakan untuk
yang tidak memiliki efek
first pass, memperlam
durasi keraja

Catata : <= artinya kurang dari sama dengan

Eliminasi first pass
Setelah absorbsi melalui dinding usus, darah portal akan membawa obat ke hati
sebelum masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Obat dapat dimetabolisme di dinding usus (misal
oleh sistem enzim CYP3A4) atau bahkan di dalam darah portal, tetapi umumnya hati adalah
yang bertanggung jawab atas metabolisme obat sebelum obat mencapai sirkulasi
sistemik.selain itu, hati dapat mengeluarkan obat kedalam empedu. Setiap proses ini dapat
berperan pada pengurangan biovaliblitas , semua proses ini dikenal sebagai eliminasi first
pass.

Distribusi
Distribusi adalah Merupakan proses dimana molekul obat yang diabsorbsi mulai
meninggalkan tempat ia diabsorbsi, masuk sirkulasi sistemik, bersama aliran darah menuju ke
seluruh tubuh, melewati berbagai barier untuk mencapai tempat kerjanya pada jaringan atau
organ target

sehingga tercapainya terapi. Distribusi obat dipengruhi oleh aliran darah,

afinitas (kekuatan penggabungan) terhadap jaringan ,dan efek pengikatan dengan protein.
Ketika obat di distribusi didalam plasma , kebanyakan berikatan dengan protein (terutama
albumin) merupakan protein yang berikatan dengan obat yang bersift asam misalnya fenitoin
salisilat dan disopiramid dan ada juga proten 1-acid glycoprotein – mengikat obat basa
misalnya kunidin lidokain dan propranolol. Obat yang berikatan dengan protein maka
molekulnya menjadi besar sehingga sulit untuk berdifusi pada membran secara difusi pasif.
Hanya free drugs yang dapat melewati membran jaringan kemudian

berikatan dengan

6
reseptor seluler dan kemudian didistribusikan ke jaringan tubuh lain setelah itu
dimetabolisme dan diekskresi. Ikatan protein pada obat idak spesifik misalnya ketika ada
obat yang berbeda mengikat protein yg sama pada saat itu terjadi kompetisi, dimana obat
yang memiliki afinitas kuat akan berikatan kuat dengan proteinnya. Sistem kerja distribusi
obat seperti pola difusi dimana obat yang telah selsai diabsorpsi didistribusikan oleh sirkulasi
darah menuju jaringan target, kemudian berikatan dengan protein plasma sehingga ada obat
yang berikatan dengan protein plasma dan ada obat free drugs. Obat yang berikatan dengan
protein plasma dan obat free drugs berpindah secara difusi akibat perbedaan konsentrasi.

Obat yang berikatan dengan Protein albumin
barbiturate

probenecid

benzodiazepines

streptomycin

bilirubin

sulfonamides

digotoxin

tetracycline

fatty acids

tolbutamide

penicillins

valproic acid

phenytoin

warfarin

Obat yang berikataan dengan Protein 1-glikoprot
 alprenolol

lidocaine

 bupivicaine

methadone

 desmethylperazine

prazosin

 dipyridamole

propranolol

 disopyramide

quinidine

 etidocaine

verapamil

 imipramine

7
b. Metabolisme
Metabolisme adalah proses dimana enzim mengkatalisa perubahan kimia obat
menjadi lebih polar (metabolit) sehingga mudah diekskresikan
Hati merupakan tempat utama metabolisme. Kebanyakan obat di inaktifkan oleh
enzim-enzim hati dan kemudian diubah atau di transformasikan oleh enzim-enzim menjadi
metabolit inaktif atau zat yang larut dalam air untuk di ekskresikan. Tetapi, beberapa obat di
transformasikan menjadi metabolit aktif, menyebabkan peningkatan Respon Pharmacologyc.
Penyakit-penyakit hati, seperti sirosis dan hepatitis, mempengaruhi metabolisme obat.

c. Ekskresi atau klirens
Rute utama dari eliminasi obat adalah melalui ginjal, rute-rute lain meliputi empedu,
feses, paru-paru, saliva, keringat,dan ASI. Obat bebas, yang tidak berikatan,yang larut dalam
air, dan obat-obat yang tidak diubah di filtrasi oleh ginjal. Obat-obat yang berikatan dengan
protein tidak dapat di filtrasi oleh ginjal. Sekali obat dilepaskan ikatnnya dengan protein,
maka obat menjadi bebas dan akhirnya akan di ekskresikan melalui usus.

III.

Alat dan Bahan

a. Alat
-

Analgetic meter beban geser

-

Hot plate

-

Spuit 1 ml

-

Sonde

-

Stop watch

b. Bahan
-

Tikus

-

Obat analgetik : xylomidon (50 mg/150 mg BB)

-

Antalgin tablet (500 mg/tab) dipuyer + CMC + air sampai 20 cc tiap tikus disonde
2 ml

8
IV.

Prosedur Kerja

a. Prosedur pemeriksaan rasa nyeri:


Rangsangan rasa nyeri dengan tekanang akan
-

Persiapkan analgesi meter, terlebih dahulu dilakukan pengaturan dan menentukan
beban yang akan di pakai. Gunakan beban terkecil untuk menentukan nyeri tekan
normal pada semua tikus. Pegang tikus dengan posisi tangan kiri memegang
daerah kulit punggung dan tangan kanan memposisikan salah satu kaki di alat
penekan antara jari I dan II. Jalankan beban dengan jalan menggeser beban
dengan kecepatan stabil sampai tikus merespon rasa sakit berupa jeritan dan atau
menarik kaki yang ditekan. Usahakan begitu tikus menunjukkan respon nyeri,
lepaskan beban dari sela jari tersebut. Catat posisi beba dalam gram.

-

Tikus perlakukan di bagi menjadi 2 kelompok. Kelompok analgetik per oral dan
intraperitoneal. Setelah obat analgetik diberikan, ukur respon analgetik tiap 5
menit. Pengamatan dilakukan sampai menit ke-60. Catat hasil pengamatan
tersebut pada tabel.

-

Efek analgetik dikatakan positif (+) jika tikus dapat menahan beban 2x beban
control.



Parameter pengukuran
-

Onset of action di ukur sejak analgetik diberikan sampai terjadi pengurangan rasa
nyeri.

-

Puncak efek diukur sejak analgetik diberikan sampai terjadi pengurangan rasa
nyeri terhadap rangsangan nyeri yang maksimal.

-

Lama kerja obat diukur sejak mulai terjadi pengurangan rasa nyeri sampai
pengurangan rasa nyeri menghilang.

9
V. Dosis
Tikus I

Tikus II

Antalgin

Xylomidon

Dosis= 50mg/150gBB

Dosis= 50mg/150gBB

…/95gBB


…/120gBB


Yang tersedia= 500mg/20ml

Yang tersedia= 250mg/1ml

Yang diambil →

Yang diambil →

10
VI. Tabel
Tikus I (peroral)

Tikus II (intraperitoneal)

33g

22g

22g

22g

28g

40g

Kontrol

Waktu

Cara
danKelompok

5’

10’

15’

20’

25’

30’

35’

40’

45’

50’

55’

60’

-

-

-

+

+

+

-

-

-

-

-

-

+

+

+

-

+

-

+

-

-

+

-

-

Peroral
Kel.1
Kel.2
Kel.3
Kel.4
Kel.5
Kel.6
Intraperitoneal
Kel.1
Kel.2
Kel.3
Kel.4
Kel.5
Kel.6

VII. Pembahasan


Mekanisme kerja obat analgesic
Analgetik atau penghalang rasa nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau

rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Analgetik anti inflamasi di duga bekerja berdasarkan penghambatan sintesis
prostaglandin (mediator nyeri).

11
Mekanisme kerja obat analgetik merupakan sebuah mekanisme fisiologis tubuh
terhadap zat-zat tertentu. Obat analgetik bekerja di dua tempat utama, yaitu di perifer dan
sentral. Golongan obat AINS bekerja diperifer dengan cara menghambat pelepasan mediator
sehingga aktifitas enzim siklooksigenase terhambat dan sintesa prostaglandin tidak terjadi.
Sedangkan analgetik opioid bekerja di sentral dengan cara menempati reseptor di kornu
dorsalis medulla spinalis sehingga terjadi penghambatan pelepasan transmitter dan
perangsangan ke saraf spinal tidak terjadi.

a.

Analgetik perifer

Analgetik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu badan
pada saat demam. Khasiatnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di
hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit dengan bertambahnya pengeluaran
kalor disertai keluarnya keringat.
Berdasarkan rumus kimianya analgesik perifer di golongkan terdri dari golongan
salisilat, golongan para-aminofenol, golongan pirazolon, dan golongan antranilat. Contohnya
Parasetamol, Asetosal, Antalgin.

b.

Analgetik NSAIDs (Non Steroid Anti Inflammatory Drugs)
Anti radang sama kuat dengan analgesik di gunakan sebagai anti nyeri atau rematik

contohnya asam mefenamat, ibuprofen.

2)

Analgetik narkotik (analgetik central)
Analgetik narkotik bekerja di SSP, memiliki daya penghalang nyeri yang hebat sekali

yang bersifat depresan umum (mengurangi kesadaran) dan efek sampingnya dapat
menimbulkan rasa nyaman (euforia). Obat ini khusus di gunakan untuk penghalau rasa nyeri
hebat, seperti pada fractura dan kanker. Contoh obatnya : Morfin, Codein, Heroin, Metadon,
Nalorfin.
Yang termasuk analgetik narkotik antara lain :
a. Agonis Opiat, yang dapat dibagi dalam :
- Alkaloida candu
- Zat-zat sintetis
Cara kerja obat-obat ini sama dengan morfin, hanya berlainan mengenai potensi dan
lama kerjanya, efek samping, dan risiko akan kebiasaan dengan ketergantungan.

12
b. Antagonis Opiat, bila digunakan sebagai analgetika, obat ini dapat menduduki salah
satu reseptor.
c. Kombinasi, zat-zat ini juga mengikat pada reseptor opioid, tetapi tidak mengaktivasi
kerjanya dengan sempurna.


Obat Antalgin dan Xylomidon

1) Antalgin
a) Mekanisme kerja :
Aminopirin merupakan derivate pirazolon yang mempunyai efek sebagai analgesik,
antipiretik. Efek antipiretik diduga berdasarkan efek mempengaruhi pusat pengatur suhu di
hipotalamus dan menghabisi biosintesa dari prostaglandin sedangkan efek analgesiknya
mengurangi rasa nyeri cukup kuat.
b) Efek Samping
agranulosis, reaksi hipersensitifitas, reaksi pada kulit.
2) Xylomidon
Xylomidon adalah obat campuran dari antalgin 250mg.pyramidon 50 mg.lidocain
15mg.solvens ad 1ml. xylomidon termasuk dalam mitamizol yaitu derivate sulfonat dari
aminofenazol yang larut dalam air. Khasiat dan efek sampingnya sama yaitu analgesik,
antipiretik, dan anti radang. Obat ini sering dikombinasi dengan obat lain yaitu dengan
aminofenazol. Obat ini dapat secara mendadak dan tak terduga menimbulkan kelainan darah
yang bisa menyebabkan akibat fatal. Oleh karena itu, sudah lama dilarang beredar.


Jalur pemberian obat
Dalam pengelolaan penderita, ketepatan cara pemberian obat bisa menjadi factor

penentu keberhasilan suatu pengobatan, karena cepat lambatnya obat sampai di tempat
kerjanya (site of action) sangat tergantung pada cara pemberian obat.
Ada berbagai cara pemberian obat diantaranya dapat memberikan secara peroral,
intraperitoneal, intravena, subcutan, intramuscular. Pada percobaan ini kita akan
membedakan antara peroral dan intraperitoneal.

-

Per Oral
Absorbs obat yang dilakukan secara oral dapat berlangsung didalam mulut, lambung

ataupun usus. Absorbsi dapat berlangsung di mulut melalui mukosa mulut, jika obat
diberikan secara sublingual(dibawah lidah) atau secara bukal (antara mukosa pipi dan gusi).
Cara ini dapat menguntungkan karena mencegah perusakan obat oleh asam lambung. Di

13
samping itu, obat dari lambung akan dibawa ke hati melalui vena porta sehingga dapat
dimetabolisme oleh hati. Hal ini harus diperhitungkan agar jangan sampai salah hitung pada
pemberian dosis.jika dikehendaki bahan aktif obat tidak dirusak oleh asam lambung, maka
sediaan obat (tablet) dapat dibuat agar tidak mengalami desintegrasi atau pecah didalam
lambung tapi baru pecah didalam usus. Dengan cara melapisi bahan obat dengan bahan yang
tahan asam. Jika absorbsi terjadi di usus, obat dapat mengalami metabolisme oleh hati pada
saat pertama kali melintasi hati (first pass metabolism). Sebagian besar obat diabsorbsi
melalui jalur ini dan cara ini paling banyak digunakan karena kenyamanannya. Tetapi,
beberapa obat (misalnya benzilpenisilin, insulin) dirusak oleh asam atau enzim dalam usus
dan harus diberikan secara parenteral.

-

Intraperitoneal
Intraperitoneal termasuk dalam pemberian obat parenteral. Pada rongga peritonerum

mempunyai permukaan absorbsi yang sangat luas sehingga obat dapat masuk kedalam
sirkulasi sistemik secara cepat. Untuk obat yang merangsang atau rusak oleh getah lambung
atau tidak di reabsorbsi usus pemberian parenteral ini sangat tepat. Tetapi kerugiannya adalah
cara ini lebih mahal dan nyeri serta sukar digunakan oleh pasien sendiri. Selain itu, adapula
bahaya terkena infeksi kuman (harus steril) dan bahaya merusak pembuluh atau syaraf jika
tempat injeksi tidak dipilih dengan tepat.

VIII. Kesimpulan
- Cara pemberian secara intraperitonial (i.p.) dengan menyuntikkan tepat pada bagian
abdomen kelinci dan melaui oral dengan menggunakan oral sonde untuk mempermudah
masukknya obat kedalam mulut kelinci yang sempit dan langsung ke kerongkongan.
- Pada pemberian obat secara oral lebih lama menunjukkan onset of action dibanding
secara Intraperitonial, hal ini dikarenakan Intraperitonial tidak mengalami fase absorpsi
tapi langsung ke dalam pembuluh darah.Sementara pemberian secara oral, obat akan
mengalami absorpsi terlebih dahulu lalu setelah itu masuk ke pembuluh darah dan
memberikan efek.

14
o Semakin tinggi dosis yang diberikan akan memberikan efek yang lebih cepat
Onset of action dari rute pemberian obat secar IP lebih cepat diperoleh daripada
rute pemberian obat secara oral.
Duration of action dari rute pemberian obat secara IP lebih panjang (lama)
dibandingkan rute pemberian obat secara oral.

Bahan Diskusi
1. Mengapa mula kerja obat pada pemberian peroral lebih lambat daripada pemberian
intraperitoneal? Jelaskan!
→ Karenapemberian per oral memiliki banyak faktor yang dapat mempengaruhi
bioavaibilitasnya sehinggawaktu onset yang didapat cukup lama. Sedangkan
pemberian yang cukup efektif adalah intraperitoneal, Karena tidak mengalami
tahap absorpsi maka kadar obat dalam darah diperoleh secara cepat.

2. Sebutkan cara pemberian parenteral selain intraperitoneal serta keuntungan dan
kelebihan masing-masing!
→
-

Intravena. Cepat mencapai konsentrasi, cepat menimbulkan efek.

-

Intramuskular. Tidak diperlukan keahlian khusus, dan dapat dipakai untuk
pemberian obat larut dalam minyak.

-

Subkutan. Diperlukan latihan sederhana dan mencegah kerusakan sekitar
saluran cerna.

3. Buatlah kurva dosis vs % efek!

15
DAFTAR PUSTAKA
http://www.psychologymania.com/2012/12/mekanisme-kerja-obat-analgetik.html
http://norhayani.blogspot.ca/2010/04/farmakologi-cara-pemberian-obat.html
http://wendijuwandi.blogspot.com/2012/09/analgetik.html
Katzung, Bertram G. Farmakologi Dasar & Klinik edisi 10. 2010
Neal, M.J. At a Glance Farmakologi Medis edisi kelima

16

More Related Content

What's hot

Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Taofik Rusdiana
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul DeLas Rac
 
Kuliah 2 farmakope
Kuliah 2 farmakopeKuliah 2 farmakope
Kuliah 2 farmakopeAbner D Nero
 
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Surya Amal
 
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATPENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATSurya Amal
 
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrakStandarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrakGina Sakinah
 
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKALAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKARezkyNurAziz
 
Komunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasiKomunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasiNur Fadillah
 
Aspek aspek biofarmasi
Aspek aspek biofarmasiAspek aspek biofarmasi
Aspek aspek biofarmasimurianda
 

What's hot (20)

Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)
 
Materi kuliah tamu S1 bioekuivalensi
Materi kuliah tamu S1 bioekuivalensiMateri kuliah tamu S1 bioekuivalensi
Materi kuliah tamu S1 bioekuivalensi
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul
 
Tetes Mata
Tetes MataTetes Mata
Tetes Mata
 
Kuliah formulasi dasar 1
Kuliah formulasi dasar 1Kuliah formulasi dasar 1
Kuliah formulasi dasar 1
 
Glikosida
GlikosidaGlikosida
Glikosida
 
Kuliah 2 farmakope
Kuliah 2 farmakopeKuliah 2 farmakope
Kuliah 2 farmakope
 
Pengenalan resep
Pengenalan resepPengenalan resep
Pengenalan resep
 
Emulsi Farmasi
Emulsi FarmasiEmulsi Farmasi
Emulsi Farmasi
 
Farmakokinetik Teofilin
Farmakokinetik TeofilinFarmakokinetik Teofilin
Farmakokinetik Teofilin
 
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
 
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATPENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
 
Ekskresi dan klirens ginjal
Ekskresi dan klirens ginjalEkskresi dan klirens ginjal
Ekskresi dan klirens ginjal
 
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrakStandarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
Standarisasi dan spesifikasi simplisia dan ekstrak
 
Uji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan SuspensiUji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan Suspensi
 
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKALAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
 
Komunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasiKomunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasi
 
Aspek aspek biofarmasi
Aspek aspek biofarmasiAspek aspek biofarmasi
Aspek aspek biofarmasi
 
Stabilitas Obat
Stabilitas ObatStabilitas Obat
Stabilitas Obat
 

Similar to Mula, Puncak dan Lama Kerja Analgetik

FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK OBAT DALAM TUBUH.pptx
FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK OBAT DALAM TUBUH.pptxFARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK OBAT DALAM TUBUH.pptx
FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK OBAT DALAM TUBUH.pptxhaslinahaslina3
 
Farmakoterapi Lanjutan Kel 3.pptx
Farmakoterapi Lanjutan Kel 3.pptxFarmakoterapi Lanjutan Kel 3.pptx
Farmakoterapi Lanjutan Kel 3.pptxHelmiMildani
 
Makalah farmakologi
Makalah farmakologi Makalah farmakologi
Makalah farmakologi dinana88
 
Konsep Dasar Farmakosetik, Farmakokinetik
Konsep Dasar Farmakosetik, FarmakokinetikKonsep Dasar Farmakosetik, Farmakokinetik
Konsep Dasar Farmakosetik, Farmakokinetikpjj_kemenkes
 
Konsep dasar
Konsep dasar Konsep dasar
Konsep dasar Dedi Kun
 
FARMAKOLOGI 1 - kuliah 1,2 ok.pptx
FARMAKOLOGI 1 - kuliah 1,2 ok.pptxFARMAKOLOGI 1 - kuliah 1,2 ok.pptx
FARMAKOLOGI 1 - kuliah 1,2 ok.pptxWahyuRaizHo
 
P2. Farmakokinetik & dinamik.pptx
P2. Farmakokinetik & dinamik.pptxP2. Farmakokinetik & dinamik.pptx
P2. Farmakokinetik & dinamik.pptxNFebrian
 
BIOFARMASI SEDIAAN OBAT FARMASI 2024 fix
BIOFARMASI SEDIAAN OBAT FARMASI 2024 fixBIOFARMASI SEDIAAN OBAT FARMASI 2024 fix
BIOFARMASI SEDIAAN OBAT FARMASI 2024 fixRISMIFARMASI
 
Materi farmakologi kelas xi bab 1
Materi farmakologi kelas xi  bab 1Materi farmakologi kelas xi  bab 1
Materi farmakologi kelas xi bab 1apotek agam farma
 
Review Dasar farmakologi, Farmakoterapi dan Farmakodinamik.pptx
Review Dasar farmakologi, Farmakoterapi dan Farmakodinamik.pptxReview Dasar farmakologi, Farmakoterapi dan Farmakodinamik.pptx
Review Dasar farmakologi, Farmakoterapi dan Farmakodinamik.pptxAPOTEKERBAYUPAMUNGKA
 
Absorpsi & Disposisi Obat - Copy.pptx
Absorpsi & Disposisi Obat - Copy.pptxAbsorpsi & Disposisi Obat - Copy.pptx
Absorpsi & Disposisi Obat - Copy.pptxYeoreumBi
 

Similar to Mula, Puncak dan Lama Kerja Analgetik (20)

Farmakologi Dasar
Farmakologi DasarFarmakologi Dasar
Farmakologi Dasar
 
Makalah farmakologi
Makalah farmakologiMakalah farmakologi
Makalah farmakologi
 
FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK OBAT DALAM TUBUH.pptx
FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK OBAT DALAM TUBUH.pptxFARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK OBAT DALAM TUBUH.pptx
FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK OBAT DALAM TUBUH.pptx
 
Farmakoterapi Lanjutan Kel 3.pptx
Farmakoterapi Lanjutan Kel 3.pptxFarmakoterapi Lanjutan Kel 3.pptx
Farmakoterapi Lanjutan Kel 3.pptx
 
Farmakologi Dasar
Farmakologi Dasar Farmakologi Dasar
Farmakologi Dasar
 
Makalah farmakologi
Makalah farmakologi Makalah farmakologi
Makalah farmakologi
 
Kb 1
Kb 1Kb 1
Kb 1
 
Konsep Dasar Farmakosetik, Farmakokinetik
Konsep Dasar Farmakosetik, FarmakokinetikKonsep Dasar Farmakosetik, Farmakokinetik
Konsep Dasar Farmakosetik, Farmakokinetik
 
Kb 1
Kb 1Kb 1
Kb 1
 
Konsep dasar
Konsep dasar Konsep dasar
Konsep dasar
 
Pertemuan-1.pptx
Pertemuan-1.pptxPertemuan-1.pptx
Pertemuan-1.pptx
 
FARMAKOLOGI 1 - kuliah 1,2 ok.pptx
FARMAKOLOGI 1 - kuliah 1,2 ok.pptxFARMAKOLOGI 1 - kuliah 1,2 ok.pptx
FARMAKOLOGI 1 - kuliah 1,2 ok.pptx
 
P2. Farmakokinetik & dinamik.pptx
P2. Farmakokinetik & dinamik.pptxP2. Farmakokinetik & dinamik.pptx
P2. Farmakokinetik & dinamik.pptx
 
Farmakologi
FarmakologiFarmakologi
Farmakologi
 
Farmakokinetik
FarmakokinetikFarmakokinetik
Farmakokinetik
 
BIOFARMASI SEDIAAN OBAT FARMASI 2024 fix
BIOFARMASI SEDIAAN OBAT FARMASI 2024 fixBIOFARMASI SEDIAAN OBAT FARMASI 2024 fix
BIOFARMASI SEDIAAN OBAT FARMASI 2024 fix
 
Materi farmakologi kelas xi bab 1
Materi farmakologi kelas xi  bab 1Materi farmakologi kelas xi  bab 1
Materi farmakologi kelas xi bab 1
 
Review Dasar farmakologi, Farmakoterapi dan Farmakodinamik.pptx
Review Dasar farmakologi, Farmakoterapi dan Farmakodinamik.pptxReview Dasar farmakologi, Farmakoterapi dan Farmakodinamik.pptx
Review Dasar farmakologi, Farmakoterapi dan Farmakodinamik.pptx
 
kuliah 1 (2021).pptx
kuliah 1 (2021).pptxkuliah 1 (2021).pptx
kuliah 1 (2021).pptx
 
Absorpsi & Disposisi Obat - Copy.pptx
Absorpsi & Disposisi Obat - Copy.pptxAbsorpsi & Disposisi Obat - Copy.pptx
Absorpsi & Disposisi Obat - Copy.pptx
 

More from Novi Fachrunnisa

Brain abscess ec sinusitis
Brain abscess ec sinusitisBrain abscess ec sinusitis
Brain abscess ec sinusitisNovi Fachrunnisa
 
Laporan tetap pratikum Kimia (Penentuan Perubahan Entalpi Reaksi)
Laporan  tetap pratikum  Kimia (Penentuan  Perubahan  Entalpi  Reaksi)Laporan  tetap pratikum  Kimia (Penentuan  Perubahan  Entalpi  Reaksi)
Laporan tetap pratikum Kimia (Penentuan Perubahan Entalpi Reaksi)Novi Fachrunnisa
 
Laporan tetap pratikum Kimia (Larutan Asam Basa)
Laporan  tetap pratikum  Kimia (Larutan Asam Basa)Laporan  tetap pratikum  Kimia (Larutan Asam Basa)
Laporan tetap pratikum Kimia (Larutan Asam Basa)Novi Fachrunnisa
 
Denah Kelas 3A SMP Negeri 1 Dompu, Th 2008/2009
Denah Kelas 3A SMP Negeri 1 Dompu, Th 2008/2009Denah Kelas 3A SMP Negeri 1 Dompu, Th 2008/2009
Denah Kelas 3A SMP Negeri 1 Dompu, Th 2008/2009Novi Fachrunnisa
 
Jadwal Piket Penjualan di Kopsis
Jadwal Piket Penjualan di KopsisJadwal Piket Penjualan di Kopsis
Jadwal Piket Penjualan di KopsisNovi Fachrunnisa
 
Nilai Anggota PIK-KRR Melati
Nilai Anggota PIK-KRR MelatiNilai Anggota PIK-KRR Melati
Nilai Anggota PIK-KRR MelatiNovi Fachrunnisa
 
Makalah Keracunan Bisa Ular
Makalah Keracunan Bisa UlarMakalah Keracunan Bisa Ular
Makalah Keracunan Bisa UlarNovi Fachrunnisa
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-CLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-CNovi Fachrunnisa
 

More from Novi Fachrunnisa (20)

Kasus di ICCU
Kasus di ICCUKasus di ICCU
Kasus di ICCU
 
Brain abscess ec sinusitis
Brain abscess ec sinusitisBrain abscess ec sinusitis
Brain abscess ec sinusitis
 
Catatan
CatatanCatatan
Catatan
 
Botani
BotaniBotani
Botani
 
Laporan tetap pratikum Kimia (Penentuan Perubahan Entalpi Reaksi)
Laporan  tetap pratikum  Kimia (Penentuan  Perubahan  Entalpi  Reaksi)Laporan  tetap pratikum  Kimia (Penentuan  Perubahan  Entalpi  Reaksi)
Laporan tetap pratikum Kimia (Penentuan Perubahan Entalpi Reaksi)
 
Laporan tetap pratikum Kimia (Larutan Asam Basa)
Laporan  tetap pratikum  Kimia (Larutan Asam Basa)Laporan  tetap pratikum  Kimia (Larutan Asam Basa)
Laporan tetap pratikum Kimia (Larutan Asam Basa)
 
Denah Kelas 3A SMP Negeri 1 Dompu, Th 2008/2009
Denah Kelas 3A SMP Negeri 1 Dompu, Th 2008/2009Denah Kelas 3A SMP Negeri 1 Dompu, Th 2008/2009
Denah Kelas 3A SMP Negeri 1 Dompu, Th 2008/2009
 
Nama-Nama Paduka FC
Nama-Nama Paduka FCNama-Nama Paduka FC
Nama-Nama Paduka FC
 
Jadwal Piket Penjualan di Kopsis
Jadwal Piket Penjualan di KopsisJadwal Piket Penjualan di Kopsis
Jadwal Piket Penjualan di Kopsis
 
Jacked kelas paduka
Jacked kelas padukaJacked kelas paduka
Jacked kelas paduka
 
Nilai Anggota PIK-KRR Melati
Nilai Anggota PIK-KRR MelatiNilai Anggota PIK-KRR Melati
Nilai Anggota PIK-KRR Melati
 
Daftar Komisaris X2
Daftar Komisaris X2Daftar Komisaris X2
Daftar Komisaris X2
 
Daftar Komisaris
Daftar KomisarisDaftar Komisaris
Daftar Komisaris
 
Baju Kelas Paduka1012
Baju Kelas Paduka1012Baju Kelas Paduka1012
Baju Kelas Paduka1012
 
Absent Siswa Baru 2011
Absent Siswa Baru 2011Absent Siswa Baru 2011
Absent Siswa Baru 2011
 
Tabel Langkah Catur
Tabel Langkah CaturTabel Langkah Catur
Tabel Langkah Catur
 
Keracunan Bisa Ular
Keracunan Bisa UlarKeracunan Bisa Ular
Keracunan Bisa Ular
 
Praktikum Botani Farmasi
Praktikum Botani FarmasiPraktikum Botani Farmasi
Praktikum Botani Farmasi
 
Makalah Keracunan Bisa Ular
Makalah Keracunan Bisa UlarMakalah Keracunan Bisa Ular
Makalah Keracunan Bisa Ular
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-CLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
 

Mula, Puncak dan Lama Kerja Analgetik

  • 1. FARMAKOLOGI PRAKTIKUM II MULA KERJA, PUNCAK EFEK DAN LAMA KERJA OBAT ANALGETIK PADA PEMBERIAN PERORAL DAN INTRAPERITONEAL DISUSUN OLEH: KELOMPOK 4  PUTRA P. 201210410311035  NOR HALIDAH 201210410311046  NOVI FACHRUNNISA 201210410311051  DYAH NURI R. 201210410311052  MIATIN RAHMANIYAH 201210410311054  SITI MUSLIKAH 201210410311065  RUSDIANA DEWI 201210410311068  KUNTUM KHOIRO UMMAH 201210410311071  ATHIRA RIANDITA 201210410311075 JURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 1
  • 3. DAFTAR ISI Daftar Isi…………………………………………………………………...1 I. Tujuan Instruksional Khusus…………………………………………2 II. Dasar Teori …………………………………………………………....2 III. Alat dan Bahan………………………………………………………...6 IV. Prosedur Kerja ……………………………………………………......7 V. Dosis …………………………………………………………………....8 VI. Tabel ……………………………………………………………………9 VII. Pembahasan ……………………………………………………………9 VIII. Kesimpulan ……………………………………………………………12 Bahan Diskusi ……………………………………………………………..13 Daftar Pustaka ………………………………………………………...….14 3
  • 4. PRAKTIKUM II MULA KERJA, PUNCAK EFEK DAN LAMA KERJA OBAT ANALGETIK PADA PEMBERIAN PERORAL DAN INTRAPERITONEAL I. Tujuan Instruksional Khusus Membedakan mula kerja (onset of action), puncak efek (peak effect), lama kerja obat (duration of action) analgesic pada pemberian per oral dan intra peritoneal. II. Dasar Teori a) Farmakokinetik Farmakokinetik adalah proses pergerakan obat untuk mencapai kerja obat. b) Mula Kerja (Onset of Action) Mula kerja adalah waktu dimana obat mulai memasuki plasma dan berakhir sampai mencapai konsentrasi efektif minimum (MEC Minimum Effective Concentration) . c) Puncak Efek (Peak Effect) Puncak efek adalah proses dimana obat mencapai konsentrasi tertinggi dalam darah atau plasma. d) Lama Kerja (Duration of Action) Lama kerja adalah lamanya obat mempunyai efek farmakologis. Beberapa obat menghasilkan efek dalam beberapa menit, tetapi yang lain dapat memakan waktu beberapa jam atau hari. Kurva respons – waktu menilai 3 parameter dari kerja obat : mula kerja obat, puncak efek dan lama kerja. Kadar obat dalam plasma atau serum menurun di bawah ambang atau MEC, maka ini berarti dosis obat yang memadai tidak tercapai ; kadar obat yang terlalu tinggi dapat menyebabkan toksisitas. Ketiga fase tersebut dipengaruhi oleh : a. Absorbsi. Absorbsi adalah proses dimana obat masuk ke dalam tubuh (sirkulasi) dari tempat ia diberikan, jadi tempat absorbsi bergantung pada cara pemberian obatnya disesuakan dengan 4
  • 5. kondisi pasien sehingga tercapai efek terapi yang diinginkan. Absorpsi sangat mempengaruhi bioavailabilitas hal ini bia dilihat pada pemberian secara intra vena dan secara oral, dimana pemberian secara intravena bioavailabilitasnya lebih besar maksimal daripada pemberian secara oral, hal ini dipengaruhi oleh tingkat absorbsi yang tidak lengkap dan eliminasi lintas pertama (first pass) Tingkat absorbsi Dalam pemberian oral,suatu obat dapat diabsorpsi secara tidak sempurna, misalnya hanya 70% dari dosisi digoksin yang mencapai sistem sirkulasi sistemik. Hal ni disebabkan kurangnya absorpsi melalui usus. Obat yang terlalu hidrofilik misalnya aetanolol tidak akan bisa menembus membran plasma yang bersifat lipid dan jika terlalu lipofilik misalnya acyclovir maka obat tersebut akan kurang melarut untuk menembus lapsan air disekitar sel. Obat mungkin tidak akan di absorbsi oleh karena adanya transporter yang berlawanan yang berkaitan dengan glikoprotein - P.proses ini secara aktif memompa obat keluar dari sel –sel dinding usus masuk kedlam lumen usus. Penghambat glikoprotein – P dan metabolisme dinding usus mungkin jus jeruk bali, mungkin berkaitan penting dengan absorbsi obat. Tabel Rute pemberian,bioavalibilitas dan sifat- sifat umum Rute Bioavalibilitas (%) Sifat – sifat Intravena (IV) 100 (dengan ketentuan) Kebanyakan dengan mula kerja cepat Intramuskular (IM) 75 sampai < = 100 Sering membutuhkan volume yang besar ; mungkin disertai dengan rasa nyeri Subkutan (SC) 75 sampai < = 100 Volume lebih sedikit dibandingkan IM;mungkin dengan rasa nyeri Oral (PO) 5 ampai < 100 Sebagaian besar sesuai;efek first pass mungkin berarti 5
  • 6. Rektal (PR) 30 sampai < 100 Efek first past lebih kecil dibandingkan per oral inhalasi 5 sampai < 100 Mula kerja sring sangat cepat Transdermal 80 sampai <= 100 Absorpsi biasanya snagat lambat ; digunakan untuk yang tidak memiliki efek first pass, memperlam durasi keraja Catata : <= artinya kurang dari sama dengan Eliminasi first pass Setelah absorbsi melalui dinding usus, darah portal akan membawa obat ke hati sebelum masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Obat dapat dimetabolisme di dinding usus (misal oleh sistem enzim CYP3A4) atau bahkan di dalam darah portal, tetapi umumnya hati adalah yang bertanggung jawab atas metabolisme obat sebelum obat mencapai sirkulasi sistemik.selain itu, hati dapat mengeluarkan obat kedalam empedu. Setiap proses ini dapat berperan pada pengurangan biovaliblitas , semua proses ini dikenal sebagai eliminasi first pass. Distribusi Distribusi adalah Merupakan proses dimana molekul obat yang diabsorbsi mulai meninggalkan tempat ia diabsorbsi, masuk sirkulasi sistemik, bersama aliran darah menuju ke seluruh tubuh, melewati berbagai barier untuk mencapai tempat kerjanya pada jaringan atau organ target sehingga tercapainya terapi. Distribusi obat dipengruhi oleh aliran darah, afinitas (kekuatan penggabungan) terhadap jaringan ,dan efek pengikatan dengan protein. Ketika obat di distribusi didalam plasma , kebanyakan berikatan dengan protein (terutama albumin) merupakan protein yang berikatan dengan obat yang bersift asam misalnya fenitoin salisilat dan disopiramid dan ada juga proten 1-acid glycoprotein – mengikat obat basa misalnya kunidin lidokain dan propranolol. Obat yang berikatan dengan protein maka molekulnya menjadi besar sehingga sulit untuk berdifusi pada membran secara difusi pasif. Hanya free drugs yang dapat melewati membran jaringan kemudian berikatan dengan 6
  • 7. reseptor seluler dan kemudian didistribusikan ke jaringan tubuh lain setelah itu dimetabolisme dan diekskresi. Ikatan protein pada obat idak spesifik misalnya ketika ada obat yang berbeda mengikat protein yg sama pada saat itu terjadi kompetisi, dimana obat yang memiliki afinitas kuat akan berikatan kuat dengan proteinnya. Sistem kerja distribusi obat seperti pola difusi dimana obat yang telah selsai diabsorpsi didistribusikan oleh sirkulasi darah menuju jaringan target, kemudian berikatan dengan protein plasma sehingga ada obat yang berikatan dengan protein plasma dan ada obat free drugs. Obat yang berikatan dengan protein plasma dan obat free drugs berpindah secara difusi akibat perbedaan konsentrasi. Obat yang berikatan dengan Protein albumin barbiturate probenecid benzodiazepines streptomycin bilirubin sulfonamides digotoxin tetracycline fatty acids tolbutamide penicillins valproic acid phenytoin warfarin Obat yang berikataan dengan Protein 1-glikoprot  alprenolol lidocaine  bupivicaine methadone  desmethylperazine prazosin  dipyridamole propranolol  disopyramide quinidine  etidocaine verapamil  imipramine 7
  • 8. b. Metabolisme Metabolisme adalah proses dimana enzim mengkatalisa perubahan kimia obat menjadi lebih polar (metabolit) sehingga mudah diekskresikan Hati merupakan tempat utama metabolisme. Kebanyakan obat di inaktifkan oleh enzim-enzim hati dan kemudian diubah atau di transformasikan oleh enzim-enzim menjadi metabolit inaktif atau zat yang larut dalam air untuk di ekskresikan. Tetapi, beberapa obat di transformasikan menjadi metabolit aktif, menyebabkan peningkatan Respon Pharmacologyc. Penyakit-penyakit hati, seperti sirosis dan hepatitis, mempengaruhi metabolisme obat. c. Ekskresi atau klirens Rute utama dari eliminasi obat adalah melalui ginjal, rute-rute lain meliputi empedu, feses, paru-paru, saliva, keringat,dan ASI. Obat bebas, yang tidak berikatan,yang larut dalam air, dan obat-obat yang tidak diubah di filtrasi oleh ginjal. Obat-obat yang berikatan dengan protein tidak dapat di filtrasi oleh ginjal. Sekali obat dilepaskan ikatnnya dengan protein, maka obat menjadi bebas dan akhirnya akan di ekskresikan melalui usus. III. Alat dan Bahan a. Alat - Analgetic meter beban geser - Hot plate - Spuit 1 ml - Sonde - Stop watch b. Bahan - Tikus - Obat analgetik : xylomidon (50 mg/150 mg BB) - Antalgin tablet (500 mg/tab) dipuyer + CMC + air sampai 20 cc tiap tikus disonde 2 ml 8
  • 9. IV. Prosedur Kerja a. Prosedur pemeriksaan rasa nyeri:  Rangsangan rasa nyeri dengan tekanang akan - Persiapkan analgesi meter, terlebih dahulu dilakukan pengaturan dan menentukan beban yang akan di pakai. Gunakan beban terkecil untuk menentukan nyeri tekan normal pada semua tikus. Pegang tikus dengan posisi tangan kiri memegang daerah kulit punggung dan tangan kanan memposisikan salah satu kaki di alat penekan antara jari I dan II. Jalankan beban dengan jalan menggeser beban dengan kecepatan stabil sampai tikus merespon rasa sakit berupa jeritan dan atau menarik kaki yang ditekan. Usahakan begitu tikus menunjukkan respon nyeri, lepaskan beban dari sela jari tersebut. Catat posisi beba dalam gram. - Tikus perlakukan di bagi menjadi 2 kelompok. Kelompok analgetik per oral dan intraperitoneal. Setelah obat analgetik diberikan, ukur respon analgetik tiap 5 menit. Pengamatan dilakukan sampai menit ke-60. Catat hasil pengamatan tersebut pada tabel. - Efek analgetik dikatakan positif (+) jika tikus dapat menahan beban 2x beban control.  Parameter pengukuran - Onset of action di ukur sejak analgetik diberikan sampai terjadi pengurangan rasa nyeri. - Puncak efek diukur sejak analgetik diberikan sampai terjadi pengurangan rasa nyeri terhadap rangsangan nyeri yang maksimal. - Lama kerja obat diukur sejak mulai terjadi pengurangan rasa nyeri sampai pengurangan rasa nyeri menghilang. 9
  • 10. V. Dosis Tikus I Tikus II Antalgin Xylomidon Dosis= 50mg/150gBB Dosis= 50mg/150gBB …/95gBB  …/120gBB  Yang tersedia= 500mg/20ml Yang tersedia= 250mg/1ml Yang diambil → Yang diambil → 10
  • 11. VI. Tabel Tikus I (peroral) Tikus II (intraperitoneal) 33g 22g 22g 22g 28g 40g Kontrol Waktu Cara danKelompok 5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’ 35’ 40’ 45’ 50’ 55’ 60’ - - - + + + - - - - - - + + + - + - + - - + - - Peroral Kel.1 Kel.2 Kel.3 Kel.4 Kel.5 Kel.6 Intraperitoneal Kel.1 Kel.2 Kel.3 Kel.4 Kel.5 Kel.6 VII. Pembahasan  Mekanisme kerja obat analgesic Analgetik atau penghalang rasa nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetik anti inflamasi di duga bekerja berdasarkan penghambatan sintesis prostaglandin (mediator nyeri). 11
  • 12. Mekanisme kerja obat analgetik merupakan sebuah mekanisme fisiologis tubuh terhadap zat-zat tertentu. Obat analgetik bekerja di dua tempat utama, yaitu di perifer dan sentral. Golongan obat AINS bekerja diperifer dengan cara menghambat pelepasan mediator sehingga aktifitas enzim siklooksigenase terhambat dan sintesa prostaglandin tidak terjadi. Sedangkan analgetik opioid bekerja di sentral dengan cara menempati reseptor di kornu dorsalis medulla spinalis sehingga terjadi penghambatan pelepasan transmitter dan perangsangan ke saraf spinal tidak terjadi. a. Analgetik perifer Analgetik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu badan pada saat demam. Khasiatnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit dengan bertambahnya pengeluaran kalor disertai keluarnya keringat. Berdasarkan rumus kimianya analgesik perifer di golongkan terdri dari golongan salisilat, golongan para-aminofenol, golongan pirazolon, dan golongan antranilat. Contohnya Parasetamol, Asetosal, Antalgin. b. Analgetik NSAIDs (Non Steroid Anti Inflammatory Drugs) Anti radang sama kuat dengan analgesik di gunakan sebagai anti nyeri atau rematik contohnya asam mefenamat, ibuprofen. 2) Analgetik narkotik (analgetik central) Analgetik narkotik bekerja di SSP, memiliki daya penghalang nyeri yang hebat sekali yang bersifat depresan umum (mengurangi kesadaran) dan efek sampingnya dapat menimbulkan rasa nyaman (euforia). Obat ini khusus di gunakan untuk penghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fractura dan kanker. Contoh obatnya : Morfin, Codein, Heroin, Metadon, Nalorfin. Yang termasuk analgetik narkotik antara lain : a. Agonis Opiat, yang dapat dibagi dalam : - Alkaloida candu - Zat-zat sintetis Cara kerja obat-obat ini sama dengan morfin, hanya berlainan mengenai potensi dan lama kerjanya, efek samping, dan risiko akan kebiasaan dengan ketergantungan. 12
  • 13. b. Antagonis Opiat, bila digunakan sebagai analgetika, obat ini dapat menduduki salah satu reseptor. c. Kombinasi, zat-zat ini juga mengikat pada reseptor opioid, tetapi tidak mengaktivasi kerjanya dengan sempurna.  Obat Antalgin dan Xylomidon 1) Antalgin a) Mekanisme kerja : Aminopirin merupakan derivate pirazolon yang mempunyai efek sebagai analgesik, antipiretik. Efek antipiretik diduga berdasarkan efek mempengaruhi pusat pengatur suhu di hipotalamus dan menghabisi biosintesa dari prostaglandin sedangkan efek analgesiknya mengurangi rasa nyeri cukup kuat. b) Efek Samping agranulosis, reaksi hipersensitifitas, reaksi pada kulit. 2) Xylomidon Xylomidon adalah obat campuran dari antalgin 250mg.pyramidon 50 mg.lidocain 15mg.solvens ad 1ml. xylomidon termasuk dalam mitamizol yaitu derivate sulfonat dari aminofenazol yang larut dalam air. Khasiat dan efek sampingnya sama yaitu analgesik, antipiretik, dan anti radang. Obat ini sering dikombinasi dengan obat lain yaitu dengan aminofenazol. Obat ini dapat secara mendadak dan tak terduga menimbulkan kelainan darah yang bisa menyebabkan akibat fatal. Oleh karena itu, sudah lama dilarang beredar.  Jalur pemberian obat Dalam pengelolaan penderita, ketepatan cara pemberian obat bisa menjadi factor penentu keberhasilan suatu pengobatan, karena cepat lambatnya obat sampai di tempat kerjanya (site of action) sangat tergantung pada cara pemberian obat. Ada berbagai cara pemberian obat diantaranya dapat memberikan secara peroral, intraperitoneal, intravena, subcutan, intramuscular. Pada percobaan ini kita akan membedakan antara peroral dan intraperitoneal. - Per Oral Absorbs obat yang dilakukan secara oral dapat berlangsung didalam mulut, lambung ataupun usus. Absorbsi dapat berlangsung di mulut melalui mukosa mulut, jika obat diberikan secara sublingual(dibawah lidah) atau secara bukal (antara mukosa pipi dan gusi). Cara ini dapat menguntungkan karena mencegah perusakan obat oleh asam lambung. Di 13
  • 14. samping itu, obat dari lambung akan dibawa ke hati melalui vena porta sehingga dapat dimetabolisme oleh hati. Hal ini harus diperhitungkan agar jangan sampai salah hitung pada pemberian dosis.jika dikehendaki bahan aktif obat tidak dirusak oleh asam lambung, maka sediaan obat (tablet) dapat dibuat agar tidak mengalami desintegrasi atau pecah didalam lambung tapi baru pecah didalam usus. Dengan cara melapisi bahan obat dengan bahan yang tahan asam. Jika absorbsi terjadi di usus, obat dapat mengalami metabolisme oleh hati pada saat pertama kali melintasi hati (first pass metabolism). Sebagian besar obat diabsorbsi melalui jalur ini dan cara ini paling banyak digunakan karena kenyamanannya. Tetapi, beberapa obat (misalnya benzilpenisilin, insulin) dirusak oleh asam atau enzim dalam usus dan harus diberikan secara parenteral. - Intraperitoneal Intraperitoneal termasuk dalam pemberian obat parenteral. Pada rongga peritonerum mempunyai permukaan absorbsi yang sangat luas sehingga obat dapat masuk kedalam sirkulasi sistemik secara cepat. Untuk obat yang merangsang atau rusak oleh getah lambung atau tidak di reabsorbsi usus pemberian parenteral ini sangat tepat. Tetapi kerugiannya adalah cara ini lebih mahal dan nyeri serta sukar digunakan oleh pasien sendiri. Selain itu, adapula bahaya terkena infeksi kuman (harus steril) dan bahaya merusak pembuluh atau syaraf jika tempat injeksi tidak dipilih dengan tepat. VIII. Kesimpulan - Cara pemberian secara intraperitonial (i.p.) dengan menyuntikkan tepat pada bagian abdomen kelinci dan melaui oral dengan menggunakan oral sonde untuk mempermudah masukknya obat kedalam mulut kelinci yang sempit dan langsung ke kerongkongan. - Pada pemberian obat secara oral lebih lama menunjukkan onset of action dibanding secara Intraperitonial, hal ini dikarenakan Intraperitonial tidak mengalami fase absorpsi tapi langsung ke dalam pembuluh darah.Sementara pemberian secara oral, obat akan mengalami absorpsi terlebih dahulu lalu setelah itu masuk ke pembuluh darah dan memberikan efek. 14
  • 15. o Semakin tinggi dosis yang diberikan akan memberikan efek yang lebih cepat Onset of action dari rute pemberian obat secar IP lebih cepat diperoleh daripada rute pemberian obat secara oral. Duration of action dari rute pemberian obat secara IP lebih panjang (lama) dibandingkan rute pemberian obat secara oral. Bahan Diskusi 1. Mengapa mula kerja obat pada pemberian peroral lebih lambat daripada pemberian intraperitoneal? Jelaskan! → Karenapemberian per oral memiliki banyak faktor yang dapat mempengaruhi bioavaibilitasnya sehinggawaktu onset yang didapat cukup lama. Sedangkan pemberian yang cukup efektif adalah intraperitoneal, Karena tidak mengalami tahap absorpsi maka kadar obat dalam darah diperoleh secara cepat. 2. Sebutkan cara pemberian parenteral selain intraperitoneal serta keuntungan dan kelebihan masing-masing! → - Intravena. Cepat mencapai konsentrasi, cepat menimbulkan efek. - Intramuskular. Tidak diperlukan keahlian khusus, dan dapat dipakai untuk pemberian obat larut dalam minyak. - Subkutan. Diperlukan latihan sederhana dan mencegah kerusakan sekitar saluran cerna. 3. Buatlah kurva dosis vs % efek! 15