SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
Laboratorium Farmasetika
Jurusan Farmasi FIKES
UIN Alauddin Makassar
“EMULSIFIKASI”

OLEH:

OLEH:
KELOMPOK I (SATU)
GELOMBANG I (SATU)

ABULKHAIR ABDULLAH (70100111001)
AGUS SALIM (70100111003)
AHMAD ZAKIR (70100111004)
ASWAR NASHIR AS(70100111017)
FADLI DZULHIDAYAT (70100111024)

Asisten Pembimbing
MUH. AGUS SAFAR H.

GOWA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Emulsi adalah sistem dispersi kasar dari dua atau lebih cairan yang
tidak larut satu sama lain. Sistem emulsi banyak dijumpai penggunaannya
dalam farmasi. Dibedakan antara emulsi cairan, yang ditentukan untuk
kebutuhan dalam dan emulsi untuk penggunaan luar.
Ahli fisika menentukan emulsi sebagai suatu campuran yang tidak
stabil secara termodinamis dari dua cairan yang pada dasarnya tidak saling
bercampur.
Pada percobaan ini kita akan mempelajari cara pembuatan emulsi
dengan menggunakan emulgator dari golongan surfaktan yaitu tween 80 dan
span 80. Dalam pembuatan emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor
yang paling penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu
emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan.
Penerapannya dalam bidang farmasi banyak yang digunakan dalam
pengamatan tentang beberapa senyawa yang larut lemak seperti vitamin dan
diabsorbsi sempurna jika diemulsikan dibandingkan pemberian peroral. Juga
digunakan pada produk farmasi dan kosmetik untuk pemakaian luar terutama
untuk lotion dermatologik dan lotion kosmetik serta krim. Digunakan pula
dalam produk aerosol untuk menghasilkan busa.

B. Maksud dan Tujuan
1.

Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara pembuatan emulsi dan pengaruh
nilai HLB terhadap kestabilan emulsi.

2.

Tujuan Percobaan
a.

Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan
dalam pembuatan emulsi.
b.

Membuat emulsi menggunakan emulgator golongan surfaktan.

c.

Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi.

d.

Menentukan HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan
emulsi.

C. Prinsip Percobaan
Pembuatan emulsi dengan menggunakan emulgator golongan
surfaktan dengan variasi HLB butuh yang kemudian dibandingkan
kestabilannya dengan mengamati volume emulsi, volume sedimentasi, warna,
dan pemisahan fase selama 3 hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamika tidak stabil,
terdiri dari paling sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair
lainnya. Sistem ini biasanya distabilkan dengan emulgator (Tim Asisten,
2008 : 30).
Emulsi yang digunakan dalam bidang farmasi adalah sediaan yang
mengandung dua cairan immiscible yang satu terdispersi. Sediaan emulsi
merupakan golongan penting dalam sediaan farmasetik karena memberikan
pengaturan yang dapat diterima dan bentuk yang cocok untuk beberapa bahan
berminyak yang tidak diinginkan oleh pasien (Jenkins, 1957 : 314).
Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air.
Berdasarkan masa terdispersinya, dikenal dua jenis emulsi, yaitu : (Ansel,
1989 : 77)
1.

Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi dalam fase
air.

2.

Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fase air terdispersi dalam fase
minyak.
Menurut teori umum emulsi klasik bahwa zat aktif permukaan mampu

menampilkan kedua tujuan yaitu zat-zat tersebut mengurangi tegangan
permukaan

(antar

permukaan)

dan

bertindak

sebagai

penghalang

bergabungnya tetesan karena zat-zat tersebut diabsorbsi pada antarmuka atau
lebih tepat pada permukaan tetesan-tetesan yang tersuspensi. Zat pengemulsi
memudahkan pembentukan emulsi dengan 3 mekanisme : (Ansel, 1989 :
385).
1.

Mengurangi tegangan antarmuka-stabilitas termodinamis.

2.

Pembentukan suatu lapisan antarmuka yang halus-pembatas mekanik
untuk penggabungan.
3.

Pembentukan

lapisan

listrik

rangkap-penghalang

elektrik

untuk

mendekati partikel.
HLB adalah nomor yang diberikan bagi tiap-tiap surfaktan. Daftar di
bawah ini menunjukkan hubungan nilai HLB dengan bermacam-macam tipe
sistem.
Nilai HLB

Tipe sistem

3-6

A/M emulgator

7-9

Zat pembasah

8-18

M/A emulgator

13-15

Zat pembersih

15-18

Zat penambah kelarutan

Makin rendah nilai HLB maka makin lipofil surfaktan tersebut, makin tinggi
nilai HLB maka makin hidrofil (Anief, 2005 : 143).
Tipe emulsi yang dihasilkan, M/A atau A/M, terutama bergantung
pada sifat zat pengemulsi. Karakteristik ini dikenal sebagai keseimbangan
hidrofil lipofil yakni sifat polar dan non polar dari pengemulsi.
Kenyataannya, apakah sutau surfaktan adalah selalu pengemulsi, zat
tambahan, detergen, atau zat penstabil keseimbangan dan zat hidrofilik dan
sifat lipofilik dari suatu pengemulsi menentukan apakah akan dihasilkan suatu
emulsi M/A atau A/M (Martin, 1990 : 1551).
Salah satu jenis emulsi dikenal sebagai produk air dalam minyak
(W/O). emulsi obat untuk pemberian oral biasanya obat dari emulsi yang
berupa O/W dan membutuhkan penggunaan suatu zat pengemulsi O/W. Salah
satu tipe fase cair dalam satu emulsi terutama bersifat polar (sebagai contoh
air) (Martin, 1990 : 1144).
Dalam pembuatan emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor
yang penting untuk dipertahankan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi
banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satunya emulgator
yang aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme
kerjanya adalah menurunkan tegangan antarmuka air dan minyak serta
membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fase terdispersinya
(Ansel, 1989 : 79).
Mekanisme kerja emulgator surfaktan, yaitu : (Parrot, 1970 : 335).
1.

Membentuk lapisan monomolekuler. Surfaktan yang dapat menstabilkan
emulsi, bekerja dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang
diabsorbsi molekul atai ion pada permukaan antara minyak atau air.
Menurut Hukum Gibbs, kehadiran kelebihan pertemuan penting
mengurangi tegangan permukaan. Ini menghasilkan emulsi yang lebih
stabil karena pengurangan sejumlah energi bebas permukaan secara nyata
adalah fakta bahwa tetesan dikelilingi oleh lapisan tunggal yang
mencegah penggabungan tetesan yang mendekat.

2.

Membentuk lapisan multimolekuler. Koloid hidrofobik membentuk
lapisan multimolekuler di sekitar tetesan dan dispersi minyak. Sementara
koloid hidrofilik diabsorbsi pada pertemuan, merata tidak menyebabkan
penurunan tegangan permukaan. Keefektivitasnya bergantung pada
kemampuan membentuk lapisan kuat, lapisan multimolekuler yang
koheren.

3.

Pembentukan kristal partikel-partikel padat. Mereka menunjukkan
pembiasan ganda kuat dan dapat dilihat secara mikroskopik polarisasi.
Sifat-sifat optis yang sesuai dengan kristal mengarahkan kepada
penandaan kristal cair.

4.

Emulsi dapat digunakan dalm farmasi. Suatu sediaan yang terdiri dua
cairan tidak bercampur dimana yang satu terdispersi seluruhnya seperti
globul-globul terhadap yang lain, walaupun umumnya emulsi merupakan
bahan cair. Emulsi dapat digunakan untuk pemakaian dalam dan luar
serta dapat digunakan untuk dalam dan luar serta dapat digunakan untuk
sejumlah kepentingan yang berbeda.
Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan emulgator yang

mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan besar dan akhirnya menjadi
satu fase tunggal yang memisah. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan
dengan cara menempati daerah antarmuka tetesan dan fase eksternal dan
dengan membuat batas fisik di sekeliling partikel yang akan berkoalesensi.
Surfaktan juga mengurangi tegangan antarmuka dua fase, juga hingga
meninggalkan proses emulsifikasi selama pencampuran (Jenkins, 1957 : 314).

B. Uraian Medium
1.

Aquadest (Dirjen POM, 1979 : 96)
Nama resmi

: AQUA DESTILLATA

Nama lain

: air suling, aquadest, air baterig

Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul

: 18,02 g/mol

Pemerian

: cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa

Penyimpanan
Kegunaan
2.

: dalam wadah tertutup baik
: fase pendispersi

Tween 80 (Dirjen POM, 1979 : 509)
Nama resmi

: POLYSORBATUM 80

Nama lain

: polisorbatum 80, tween 80

Pemerian

: cairan kental, transparan, tidak berwarna, hampir
tidak berasa

Kelarutan

: mudah larut dalam air, dalam etanol 94 % P, dalam
etil asetat P, dan dalam methanol P, sukar larut dalam
parafin cair

Penyimpanan
Kegunaan

: sebagai emulgator

HLB
3.

: dalam wadah tertutup baik

: 15

Span 80 (Raymond, 2009; 475)
Nama resmi

: SORBITAN MONOOLEAT

Nama lain

: Ssorbitan, span 80

Rumus molekul : C3O6H27Cl17
Berat molekul

: 768,5 g/mol
Pemerian

: serbuk, butiran atau kepingan putih, rasa manis,
higroskopis

Kelarutan

: sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol
95 % P, dalam methanol P, asetat P

Penyimpanan
Kegunaan

: sebagai emulgator

HLB
4.

: dalam wadah tertutup baik

: 4,3

Parafin cair (Dirjen POM, 1979 : 474)
Nama resmi

: PARAFFINUM LIQUIDUM

Nama lain

: parafin cair

Pemerian

: cairan kental, transparan, tidak berwarna, hampir
tidak berbau

Kelarutan

: praktis tidak larut di dalam air dan dalam etanol 95 %
P, larut dalam kloroform P dan dalam eter P

Penyimpanan

: dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya

Kegunaan

: fase terdispersi

C. Prosedur Kerja (Fitrah, 2012 : 8)
1.

Buatlah satu emulsi dengan nilai HLB butuh 8, 10, 12, dan 14.

2.

Hitung jumlah tween dan span yang dibutuhkan untuk masing-masing
HLB butuh.

3.

Timbang masing-masing minyak, air, tween, dan span sejumlah yang
dibutuhkan.

4.

Campurkan minyak dengan span dan air dengan tween lalu panaskan di
atas penangas air sampai suhu 20 oC.

5.

Tambahkan campuran minyak di dalam campuran air dan segera diaduk
dengan magnetic stirrer pada kecepatan dan waktu yang sama.

6.

Masukkan ke dalam tabung sedimentasi dan beri tanda untuk masingmasing HLB.

7.

Amati kestabilan selama 5 hari.

8.

Catat pada harga HLB berapa emulsi relatif paling stabil.
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
1.

Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah batang
pengaduk, botol semprot, cawan porselin, gelas kimia, gelas ukur, mixer,
neraca analitik, pipet tetes, dan stopwatch.

2.

Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aluminium
foil, aquadest, parafin cair, span 80, tissue, dan tween 80.

B. Cara Kerja
1.

Disiapkan alat dan bahan.

2.

Ditimbang tween 80 dan span 80 dalam cawan porselin sesuai dengan
perhitungan untuk membuat emulsi dengan HLB butuh 8, HLB butuh 10
dan HLB butuh 12.

3.

Ditimbang 75 g air suling dan ditimbang paraffin liquid 22 g di dalam
cawan porselin.

4.

Dicampurkan terlebih dahulu span 80 dan paraffin liquid hingga
tercampur merata.

5.

Dicampurkan sedikit demi sedikit fase minyak ke dalam fase air lalu
dikocok dengan mixer (yang dibagi dalam 5 kali penuangan dengan
selang waktu 15 detik) selama 45 detik.

6.

Dimasukkan emulsi ke dalam gelas ukur 250 ml.

7.

Dilakukan hal yang sama pada HLB butuh 10 dan HLB butuh 12.

8.

Dilakukan pengamatan selama 3 hari.

9.

Ditentukan kestabilan emulsi berdasarkan perubahan warna, perubahan
volume dan pemisahan fase.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Pengamatan
sedimentasi (mL)

55

-

Putih susu

-

10

51

-

Putih susu

-

54

-

Putih susu

-

49

36

10

50

43

12

50

43

8

49

38

10

50

43

12

3

emulsi (mL)

8

2

Volume

12

1

Volume

8

Hari

50

43

HLB

Ket :
* : lapisan atas
** : lapisan bawah

B. Perhitungan
R/ Parafin cair

10 %

Emulgator
Aquadest

5%
ad

50 mL

Warna

Putih susu*
Putih keruh**
Putih susu*
Putih keruh**
Putih susu*
Putih keruh**
Putih susu*
Putih keruh**
Putih susu*
Putih keruh**
Putih susu*
Putih keruh**

Pemisahan
warna

+

++

++

+

++

++
Diketahui :
-

HLB tween 80

: 15

-

HLB span 80

: 4,3

-

Bobot butuh

: 2,5

-

Bobot tween 80

:T

-

Bobot span 80

: 2,5 g - T

1.

HLB butuh 8
Parafin cair

= 10/100 x 50 mL

= 5 mL
= 5 mL x 0,88 g/mL
= 4,4 g

Emulgator

= 2,5 g

HLBB x BobotB = (HLBT x BobotT) + (HLBS x BobotS)
8 x 2,5 g = (15 x T) + {4,2 x (2,5 g – T)}
20 g = 15T + 10,5 g – 4,2T
9,5 g = 10,8T
T = 0,88 g
S = 2,5 g – 0,88 g
= 1,62 g
2.

HLB butuh 10
Parafin cair

= 10/100 x 50 mL

= 5 mL
= 5 mL x 0,88 g/mL
= 4,4 g

Emulgator

= 2,5 g

HLBB x BobotB = (HLBT x BobotT) + (HLBS x BobotS)
10 x 2,5 = (15 x T) + {4,2 x (2,5 g – T)}
25 g = 15T + 10,5 g – 4,2T
14,5 g = 10,8T
T = 1,34 g
S = 2,5 g – 1,34 g
= 1,16 g
3.

HLB butuh 12
Parafin cair

= 10/100 x 50 mL

= 5 mL
= 5 mL x 0,88 g/mL
= 4,4 g

Emulgator

= 2,5 g

HLBB x BobotB = (HLBT x BobotT) + (HLBS x BobotS)
12 x 2,5 g = (15 x T) + {4,2 x (2,5 g – T)}
30 g = 15T + 10,5 g – 4,2T
19,5 g = 10,8T
T = 1,80 g
S = 2,5 g – 1,80 g
= 0,70 g
BAB IV
PEMBAHASAN
Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamik tidak stabil, terdiri
dari paling sedikit dua fase sebagai globul-globul dalam fase cair yang lainnya.
Sistem ini biasanya distabilkan dengan adanya emulsi. Dalam bidang farmasi,
emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air.
1.

Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi ke dalam air.

2.

Emulasi air dalam minyak, yaitu bila fase air terdispersi ke dalam minyak.
Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal empat macam teori

yang melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda.
1.

Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension)
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi di bidang batas,
semakin sulit kedua zat cair tersebut untuk bercampur. Tegangan yang terjadi
pada air akan bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau
senyawa elektrolik, tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa
organik tertentu, antara lain sabun (sapo). Dalam teori ini dikatakan bahwa
penambahan emulgator akan menurunkan atau menghilangkan tegangan yang
terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah
bercampur.

2.

Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge)
Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan
adanya kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator, ada bagian yang
bersifat suka air atau mudah larut dalam air, dan ada bagian yang suka
minyak atau mudah larut dalam minyak.
Jadi, setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a.
b.

3.

Kelompok hidrofilik, yaitu bagian emulgator yang suka air.
Kelompok lipofilik, yaitu bagian emulgator yang suka minyak.

Teori Film Plastik (Interfacial Film)
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara
air dan minyak sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus
partikel fase dispers atau fase internal. Dengan terbungkusnya partikel
tersebut, usaha antara partikel yang sejenis untuk bergabung menjadi
terhalang. Dengan kata lain, fase dispers menjadi stabil. Untuk memberikan
stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang dipakai adalah :
a.

Dapat membentuk lapisan film yang kuat tetapi lunak.

b.

Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase dispers.

c.

Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua
partikel dengan segera.

4.

Teori Lapisan Listrik Rangkap (Electric Double Layer)
Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung
berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan
lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan
di depannya.
Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara
di bawah ini :
a.

Terjadinya ionisasi molekul pada permukaan partikel.

b.

Terjadinya absorbs ion oleh partikel dari cairan di sekitarnya.

c.

Terjadinya gesekan partikel dengan cairan di sekitarnya.
Apabila menggunakan surfaktan sebagai emulgator dapat pula terjadi

emulsi dengan sistem yang kompleks (multiple emulsion). Sistem ini merupakan
jenis emulsi air-minyak-air atau sebaliknya.
Dalam pembuatan emulsi, pemilihan suatu emulgator merupakan faktor
yang penting karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh
emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang banyak digunakan adalah
zat aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme kerja
emulgator ini adalah menurunkan tegangan antarmuka air dan minyak serta
membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fase terdispersinya. Tipe
emulsi dapat ditentukan dari jenis surfaktan yang digunakan. Secara kimia,
molekul surfaktan terdiri atas gugus polar dan non polar. Apabila surfaktan
dimasukkan ke dalam sistem dari air dan minyak, maka surfaktan yang
mempunyai gugus polar lebih kuat akan cenderung membentuk emulsi minyak
dalam air sedangkan bila gugus non polar yang lebih kuat maka akan cenderung
membentuk emulsi air dalam minyak.
Pada percobaan ini, mula-mula ditentukan jumlah span 80 dan tween 80
serta bahan lain yang akan digunakan. Pencampuran bahan berdasarkan dari sifat
bahan itu. Tujuannya, bahan yang berfase air dicampur dengan air itu sendiri dan
untuk fase minyak juga pada fase minyak itu sendiri.
Jumlah tween 80 dan span 80 untuk HLB 8 adalah 0,88 g dan 1,62 g,
untuk HLB 10 adalah 1,34 g dan 1,16 g, dan untuk HLB 12 adalah 1,80 g dan
0,70 g. Pencampuran dilakukan pada suhu ruang alasannya agar kedua fase
tersebut memiliki kesetaraan suhu sehingga yang membedakan dari kedua fase
hanya nilai HLB-nya. Selain itu, kedua fase juga memiliki titik lebur yang sama
(20 oC) sehingga tidak ada salahnya memberikan perlakuan yang sama. Hal
selanjutnya adalah pengocokan campuran dengan cara intermitten menggunakan
mixer selama 5 menit dan diistirahatkan setiap 15 detik. Pengocokan intermitten
dilakukan untuk memberikan kesempatan pada minyak untuk terdispersi ke dalam
air dengan baik serta emulgator dapat membentuk lapisan film pada permukaan
fase terdispersi.
Pengamatan dilakukan selama 3 hari. Tujuannya untuk melihat pemisahan
antara fase air dan fase minyak, perubahan warna dari kedua fase tersebut, dan
volume dari emulsi setelah 3 hari kemudian. Penyimpanan emulsi dilakukan pada
suhu kamar dalam keadaan tertutup aluminium foil untuk mengetahui kestabilan
emulsi dimana terjadi penurunan suhu. Kondisi ini akan menyebabkan dan
mempercepat pengamatan kita terhadap stabil atau tidaknya suhu emulsi.
Pada hari pertama HLB 8, volume emulsi 55 mL dan sudah termasuk
volume busa 8 mL. Larutan berwarna putih susu dan tidak terjadi pemisahan fase.
Pada hari kedua, terjadi pemisahan fase, fase atas berwarna putih susu dan fase
bawah putih keruh, begitu pula dengan volume pada hari ketiga, namun volume
sedimennya 38 mL.
Pada hari pertama HLB 8, volume emulsi 51 mL dan sudah termasuk
volume busa 2 mL. Larutan berwarna putih susu dan tidak terjadi pemisahan fase.
Pada hari kedua, volume emulsi menjadi 50 mL, terjadi pemisahan fase dengan
fase atas berwarna putih susu dan fase bawah putih keruh, serta volume
sedimennya 43 mL. Pada hari ketiga, pemisahan fase, volume emulsi, sedimen,
dan warna emulsi sama seperti hari kedua.
Pada hari pertama HLB 12, volume emulsi 54 mL dan sudah termasuk
volume busa 6 mL. Pada hari kedua, volume emulsi menjadi 50 mL, terjadi
pemisahan fase dan perubahan warna, serta terbentuk sedimen. Datanya sama
seperti pada HLB 10.
Berdasarkan pada pengamatan ketiga emulsi dengan HLB yang berbeda
tersebut, dapat disimpulkan bahwa emulsi dengan HLB 8 lebih stabil daripada
HLB 10 dan HLB 12 karena pada pengamatan hari pertama, volume sedimen
emulsi ini lebih kecil dari kedua HLB lain yaitu 36 mL sedangkan HLB 10 dan
HLB 12 adalah 43 mL.
Berdasarkan literatur, HLB butuh parafin cair untuk emulsi M/A adalah
12, namun pada percobaan terjadi kesalahan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakstabilan dari emulsi di
antaranya :
1.

Suhu pemanasan tidak konstan;

2.

Perbedaan intensitas pengadukan;

3.

Pencampuran kurang merata;

4.

Kekompakan dan elastisitas film yang melindungi zat terdispersi; dan

5.

Suhu yang tidak sama dengan kedua fase ketika dicampur.
Adapun parameter ketidakstabilan suatu emulsi dalam percobaan ini

adalah :
1.

Creaming
Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, yaitu satu
bagian mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain.
Creaming bersifat reversible, artinya jika dikocok perlahan-lahan akan
terdispersi kembali.
2.

Koalesensi
Koalesensi adalah pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel
rusak dan butir minyak berkoalesensi atau menyatu menjadi fase tunggal
yang memisah.

3.

Infers fase
Infers fase adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi M/A menjadi A/M
secara tiba-tiba atau sebaliknya. Sifatnya irreversible.
Hubungan volume sedimentasi dengan ketidakstabilan emulsi adalah

semakin besar volume sedimentasi semakin tidak stabil suatu emulsi.
Dalam dunia farmasi, pengujian kestabilan emulsi penting untuk diketahui
pada HLB berapa emulsi stabil sehingga suatu sediaan emulsi yang akan dibuat
tidak mengalami kerusakan.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan ini, diperoleh hasil bahwa HLB 8 lebih stabil daripada
HLB 10 dan HLB 12 karena volume sedimen yang lebih sedikit daripada
HLB 10 dan HLB 12, begitupun dengan pemisahan fasenya.

B. Kritik dan Saran
1.

Laboratorium
Penuntunnya diperlengkap dan diperbaiki lagi karena banyak prosedur
yang tidak sesuai pada saat praktikum.

2.

Asisten
Dalam menjelaskan materi mudah dimengerti. Dipertahankan, kalau bisa
lebih ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Muhammad. 1987. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta : UI
Press
--------------- 2007. Teori dan Praktek Industri. Jakarta : UI Press
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : DEPKES RI
Fitrah, Muh., dkk. 2012. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Makassar :
UIN Alauddin Makassar
Jenkins. 1957. Farmasi Fisika. Yogyakarta : UGM Press
Martin, Alferd. 1990. Farmasi Fisika. Jakarta : UI Press
Parrot. 1970. Farmasi Fisika. UGM Yogyakarta.
Tim Asisten Kimia Fisika. 2012. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika.
Makassar : Universitas Islam Negeri Alauddin.
SKEMA KERJA
Disiapkan alat dan bahan

Ditimbang tween 80 dan span 80
untuk HLB butuh 8,10 dan 12

Ditimbang 75 g aquadest
dan
22 g paraffin liquid

Dicampur span 80
dan
paraffin liquid
(fase minyak)

Dicampur air
dan
tween 80
(fase air)

Dimasukkan campuran fase minyak
ke dalam fase air
(sedikit demi sedikit )

Dibagi dalam 5 kali penuangan
(dengan intermitten waktu 15
detik) selama 45 detik
sebanyak 5 kali
Dilakukan hal yang sama
untuk
HLB butuh 8, 10 dan 12

Dikocok dengan
menggunakan mixer
Dimasukkan ke
dalam gelas kimia
250 ml dan
ditutup dengan
alumunium foil

More Related Content

What's hot

Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1marwahhh
 
Laporan sirup
Laporan sirupLaporan sirup
Laporan sirupsisabihi
 
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisDwi Andriani
 
Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Senyawa Anti MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Senyawa Anti Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti MikrobaRukmana Suharta
 
Laporan farmasi fisika rheologi
Laporan farmasi fisika rheologiLaporan farmasi fisika rheologi
Laporan farmasi fisika rheologiMina Audina
 
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasiLaporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasiMina Audina
 
VISKOSITAS BROOKFIELD
VISKOSITAS BROOKFIELDVISKOSITAS BROOKFIELD
VISKOSITAS BROOKFIELDSofiaNofianti
 
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumLaporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumRukmana Suharta
 
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKALAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKARezkyNurAziz
 
Penetapan kadar Kalsium laktat
Penetapan kadar Kalsium laktatPenetapan kadar Kalsium laktat
Penetapan kadar Kalsium laktatNur Kasim
 
Bab iv asidi alkalimetri
Bab iv asidi alkalimetriBab iv asidi alkalimetri
Bab iv asidi alkalimetriAndreas Cahyadi
 
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairLaporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairMina Audina
 

What's hot (20)

Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1
 
Laporan praktikum media
Laporan praktikum mediaLaporan praktikum media
Laporan praktikum media
 
Laporan sirup
Laporan sirupLaporan sirup
Laporan sirup
 
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis
 
Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Senyawa Anti MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Senyawa Anti Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti Mikroba
 
Ppt bu anggun
Ppt bu anggunPpt bu anggun
Ppt bu anggun
 
Sediaan krim
Sediaan krimSediaan krim
Sediaan krim
 
Laporan farmasi fisika rheologi
Laporan farmasi fisika rheologiLaporan farmasi fisika rheologi
Laporan farmasi fisika rheologi
 
Gel
GelGel
Gel
 
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasiLaporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
 
VISKOSITAS BROOKFIELD
VISKOSITAS BROOKFIELDVISKOSITAS BROOKFIELD
VISKOSITAS BROOKFIELD
 
mikromiretik
mikromiretikmikromiretik
mikromiretik
 
Klt ku
Klt kuKlt ku
Klt ku
 
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumLaporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
 
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKALAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
 
Pembuatan amilum
Pembuatan amilumPembuatan amilum
Pembuatan amilum
 
Penetapan kadar Kalsium laktat
Penetapan kadar Kalsium laktatPenetapan kadar Kalsium laktat
Penetapan kadar Kalsium laktat
 
Lipid
LipidLipid
Lipid
 
Bab iv asidi alkalimetri
Bab iv asidi alkalimetriBab iv asidi alkalimetri
Bab iv asidi alkalimetri
 
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairLaporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
 

Viewers also liked

P pt emulsi unsiq
P pt emulsi unsiqP pt emulsi unsiq
P pt emulsi unsiqtuciel88
 
Emulsi Ayu try sartika 70100111016
Emulsi Ayu try sartika 70100111016Emulsi Ayu try sartika 70100111016
Emulsi Ayu try sartika 70100111016Ayyu Sartheeqaa
 
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASIFORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASIarymita
 
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliLaporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliKezia Hani Novita
 

Viewers also liked (9)

07 emulsifikasi
07 emulsifikasi07 emulsifikasi
07 emulsifikasi
 
Laporan Sedimentasi
Laporan SedimentasiLaporan Sedimentasi
Laporan Sedimentasi
 
P pt emulsi unsiq
P pt emulsi unsiqP pt emulsi unsiq
P pt emulsi unsiq
 
Emulsi Ayu try sartika 70100111016
Emulsi Ayu try sartika 70100111016Emulsi Ayu try sartika 70100111016
Emulsi Ayu try sartika 70100111016
 
Materi kuliah tamu S1 bioekuivalensi
Materi kuliah tamu S1 bioekuivalensiMateri kuliah tamu S1 bioekuivalensi
Materi kuliah tamu S1 bioekuivalensi
 
Laporan resmi syrup gg
Laporan resmi syrup ggLaporan resmi syrup gg
Laporan resmi syrup gg
 
Ppt emulsi
Ppt emulsiPpt emulsi
Ppt emulsi
 
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASIFORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
FORMULA PEMBUATAN EMULSI FARMASI
 
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliLaporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
 

Similar to Emulsifikasi Farmasi

Pembuatan Shampoo
Pembuatan ShampooPembuatan Shampoo
Pembuatan ShampooNur Rasmi
 
Emulsi jadi
Emulsi jadiEmulsi jadi
Emulsi jadi1234ulha
 
Nanoemulsion kel.06 smstr 5 a
Nanoemulsion kel.06 smstr 5 aNanoemulsion kel.06 smstr 5 a
Nanoemulsion kel.06 smstr 5 aRezumProDeta
 
SESI 11-12 EMULSI.pptx
SESI 11-12 EMULSI.pptxSESI 11-12 EMULSI.pptx
SESI 11-12 EMULSI.pptxdiah72
 
SESI-13 LOTION.pptx
SESI-13 LOTION.pptxSESI-13 LOTION.pptx
SESI-13 LOTION.pptxdiah72
 
BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.
BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.
BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.2110070100058
 
Plugin emulsifarmasi
Plugin emulsifarmasiPlugin emulsifarmasi
Plugin emulsifarmasidukuhwaru
 
Materi tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.ppt
Materi tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.pptMateri tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.ppt
Materi tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.pptAFRILION1
 
Sediaan Suspensi
Sediaan SuspensiSediaan Suspensi
Sediaan SuspensiAkfar ikifa
 
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi pptbentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi pptPadmaNingsih
 
Sediaan semi solid
Sediaan semi solidSediaan semi solid
Sediaan semi solidDokter Tekno
 

Similar to Emulsifikasi Farmasi (20)

emulsi.pptx
emulsi.pptxemulsi.pptx
emulsi.pptx
 
Emulsi (7)
Emulsi (7)Emulsi (7)
Emulsi (7)
 
Pembuatan Shampoo
Pembuatan ShampooPembuatan Shampoo
Pembuatan Shampoo
 
Pembentukan emulsi & suspensi
Pembentukan emulsi & suspensiPembentukan emulsi & suspensi
Pembentukan emulsi & suspensi
 
Resume emulsi harsya
Resume emulsi harsyaResume emulsi harsya
Resume emulsi harsya
 
Makalah emulsi
Makalah emulsiMakalah emulsi
Makalah emulsi
 
Emulsi jadi
Emulsi jadiEmulsi jadi
Emulsi jadi
 
Nanoemulsion kel.06 smstr 5 a
Nanoemulsion kel.06 smstr 5 aNanoemulsion kel.06 smstr 5 a
Nanoemulsion kel.06 smstr 5 a
 
SESI 11-12 EMULSI.pptx
SESI 11-12 EMULSI.pptxSESI 11-12 EMULSI.pptx
SESI 11-12 EMULSI.pptx
 
SESI-13 LOTION.pptx
SESI-13 LOTION.pptxSESI-13 LOTION.pptx
SESI-13 LOTION.pptx
 
Lotion Pegagan
Lotion PegaganLotion Pegagan
Lotion Pegagan
 
Kuliah Bab I.ppt
Kuliah Bab I.pptKuliah Bab I.ppt
Kuliah Bab I.ppt
 
BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.
BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.
BODY LOTION-Tim Dosen Kosmetika-Health-.
 
Plugin emulsifarmasi
Plugin emulsifarmasiPlugin emulsifarmasi
Plugin emulsifarmasi
 
Materi tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.ppt
Materi tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.pptMateri tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.ppt
Materi tentang emulsi atau emulsifikasi pada sediaan emulsi.ppt
 
Sediaan Suspensi
Sediaan SuspensiSediaan Suspensi
Sediaan Suspensi
 
E m u_l_s_i
E m u_l_s_iE m u_l_s_i
E m u_l_s_i
 
kelompok Emulsi
kelompok Emulsikelompok Emulsi
kelompok Emulsi
 
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi pptbentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
bentuk sediaan farmasi liquid emulsi ppt
 
Sediaan semi solid
Sediaan semi solidSediaan semi solid
Sediaan semi solid
 

More from Abulkhair Abdullah (20)

Asam Urat
Asam UratAsam Urat
Asam Urat
 
Lower Back Pain dan Diabetes Melitus
Lower Back Pain dan Diabetes MelitusLower Back Pain dan Diabetes Melitus
Lower Back Pain dan Diabetes Melitus
 
Marine Pharmacognosy
Marine PharmacognosyMarine Pharmacognosy
Marine Pharmacognosy
 
Slimming Agent
Slimming AgentSlimming Agent
Slimming Agent
 
Molekul pembawa sebagai target aksi obat
Molekul pembawa sebagai target aksi obatMolekul pembawa sebagai target aksi obat
Molekul pembawa sebagai target aksi obat
 
Kosmetik dan Pembagiannya
Kosmetik dan PembagiannyaKosmetik dan Pembagiannya
Kosmetik dan Pembagiannya
 
Hipersensitivitas Tipe I
Hipersensitivitas Tipe IHipersensitivitas Tipe I
Hipersensitivitas Tipe I
 
Reaksi Hipersensitivitas Tipe III
Reaksi Hipersensitivitas Tipe IIIReaksi Hipersensitivitas Tipe III
Reaksi Hipersensitivitas Tipe III
 
Sistem komplemen
Sistem komplemenSistem komplemen
Sistem komplemen
 
Kompleksasi
KompleksasiKompleksasi
Kompleksasi
 
Fenomena Distribusi
Fenomena DistribusiFenomena Distribusi
Fenomena Distribusi
 
Berat Jenis dan Rapat Jenis
Berat Jenis dan Rapat JenisBerat Jenis dan Rapat Jenis
Berat Jenis dan Rapat Jenis
 
Glikosida
GlikosidaGlikosida
Glikosida
 
Dasar-Dasar Fisika dan Matematika
Dasar-Dasar Fisika dan MatematikaDasar-Dasar Fisika dan Matematika
Dasar-Dasar Fisika dan Matematika
 
Sistem pembuluh darah
Sistem pembuluh darahSistem pembuluh darah
Sistem pembuluh darah
 
Tnf alpha
Tnf alphaTnf alpha
Tnf alpha
 
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalamAkidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
 
Gandaria
GandariaGandaria
Gandaria
 
Morfologi Batang
Morfologi BatangMorfologi Batang
Morfologi Batang
 
Helium
HeliumHelium
Helium
 

Recently uploaded

DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 

Recently uploaded (20)

DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 

Emulsifikasi Farmasi

  • 1. Laboratorium Farmasetika Jurusan Farmasi FIKES UIN Alauddin Makassar “EMULSIFIKASI” OLEH: OLEH: KELOMPOK I (SATU) GELOMBANG I (SATU) ABULKHAIR ABDULLAH (70100111001) AGUS SALIM (70100111003) AHMAD ZAKIR (70100111004) ASWAR NASHIR AS(70100111017) FADLI DZULHIDAYAT (70100111024) Asisten Pembimbing MUH. AGUS SAFAR H. GOWA 2013
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emulsi adalah sistem dispersi kasar dari dua atau lebih cairan yang tidak larut satu sama lain. Sistem emulsi banyak dijumpai penggunaannya dalam farmasi. Dibedakan antara emulsi cairan, yang ditentukan untuk kebutuhan dalam dan emulsi untuk penggunaan luar. Ahli fisika menentukan emulsi sebagai suatu campuran yang tidak stabil secara termodinamis dari dua cairan yang pada dasarnya tidak saling bercampur. Pada percobaan ini kita akan mempelajari cara pembuatan emulsi dengan menggunakan emulgator dari golongan surfaktan yaitu tween 80 dan span 80. Dalam pembuatan emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang paling penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Penerapannya dalam bidang farmasi banyak yang digunakan dalam pengamatan tentang beberapa senyawa yang larut lemak seperti vitamin dan diabsorbsi sempurna jika diemulsikan dibandingkan pemberian peroral. Juga digunakan pada produk farmasi dan kosmetik untuk pemakaian luar terutama untuk lotion dermatologik dan lotion kosmetik serta krim. Digunakan pula dalam produk aerosol untuk menghasilkan busa. B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Percobaan Mengetahui dan memahami cara pembuatan emulsi dan pengaruh nilai HLB terhadap kestabilan emulsi. 2. Tujuan Percobaan a. Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan dalam pembuatan emulsi.
  • 3. b. Membuat emulsi menggunakan emulgator golongan surfaktan. c. Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi. d. Menentukan HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan emulsi. C. Prinsip Percobaan Pembuatan emulsi dengan menggunakan emulgator golongan surfaktan dengan variasi HLB butuh yang kemudian dibandingkan kestabilannya dengan mengamati volume emulsi, volume sedimentasi, warna, dan pemisahan fase selama 3 hari.
  • 4. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Umum Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamika tidak stabil, terdiri dari paling sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair lainnya. Sistem ini biasanya distabilkan dengan emulgator (Tim Asisten, 2008 : 30). Emulsi yang digunakan dalam bidang farmasi adalah sediaan yang mengandung dua cairan immiscible yang satu terdispersi. Sediaan emulsi merupakan golongan penting dalam sediaan farmasetik karena memberikan pengaturan yang dapat diterima dan bentuk yang cocok untuk beberapa bahan berminyak yang tidak diinginkan oleh pasien (Jenkins, 1957 : 314). Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air. Berdasarkan masa terdispersinya, dikenal dua jenis emulsi, yaitu : (Ansel, 1989 : 77) 1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi dalam fase air. 2. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fase air terdispersi dalam fase minyak. Menurut teori umum emulsi klasik bahwa zat aktif permukaan mampu menampilkan kedua tujuan yaitu zat-zat tersebut mengurangi tegangan permukaan (antar permukaan) dan bertindak sebagai penghalang bergabungnya tetesan karena zat-zat tersebut diabsorbsi pada antarmuka atau lebih tepat pada permukaan tetesan-tetesan yang tersuspensi. Zat pengemulsi memudahkan pembentukan emulsi dengan 3 mekanisme : (Ansel, 1989 : 385). 1. Mengurangi tegangan antarmuka-stabilitas termodinamis. 2. Pembentukan suatu lapisan antarmuka yang halus-pembatas mekanik untuk penggabungan.
  • 5. 3. Pembentukan lapisan listrik rangkap-penghalang elektrik untuk mendekati partikel. HLB adalah nomor yang diberikan bagi tiap-tiap surfaktan. Daftar di bawah ini menunjukkan hubungan nilai HLB dengan bermacam-macam tipe sistem. Nilai HLB Tipe sistem 3-6 A/M emulgator 7-9 Zat pembasah 8-18 M/A emulgator 13-15 Zat pembersih 15-18 Zat penambah kelarutan Makin rendah nilai HLB maka makin lipofil surfaktan tersebut, makin tinggi nilai HLB maka makin hidrofil (Anief, 2005 : 143). Tipe emulsi yang dihasilkan, M/A atau A/M, terutama bergantung pada sifat zat pengemulsi. Karakteristik ini dikenal sebagai keseimbangan hidrofil lipofil yakni sifat polar dan non polar dari pengemulsi. Kenyataannya, apakah sutau surfaktan adalah selalu pengemulsi, zat tambahan, detergen, atau zat penstabil keseimbangan dan zat hidrofilik dan sifat lipofilik dari suatu pengemulsi menentukan apakah akan dihasilkan suatu emulsi M/A atau A/M (Martin, 1990 : 1551). Salah satu jenis emulsi dikenal sebagai produk air dalam minyak (W/O). emulsi obat untuk pemberian oral biasanya obat dari emulsi yang berupa O/W dan membutuhkan penggunaan suatu zat pengemulsi O/W. Salah satu tipe fase cair dalam satu emulsi terutama bersifat polar (sebagai contoh air) (Martin, 1990 : 1144). Dalam pembuatan emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang penting untuk dipertahankan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satunya emulgator yang aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme kerjanya adalah menurunkan tegangan antarmuka air dan minyak serta
  • 6. membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fase terdispersinya (Ansel, 1989 : 79). Mekanisme kerja emulgator surfaktan, yaitu : (Parrot, 1970 : 335). 1. Membentuk lapisan monomolekuler. Surfaktan yang dapat menstabilkan emulsi, bekerja dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang diabsorbsi molekul atai ion pada permukaan antara minyak atau air. Menurut Hukum Gibbs, kehadiran kelebihan pertemuan penting mengurangi tegangan permukaan. Ini menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena pengurangan sejumlah energi bebas permukaan secara nyata adalah fakta bahwa tetesan dikelilingi oleh lapisan tunggal yang mencegah penggabungan tetesan yang mendekat. 2. Membentuk lapisan multimolekuler. Koloid hidrofobik membentuk lapisan multimolekuler di sekitar tetesan dan dispersi minyak. Sementara koloid hidrofilik diabsorbsi pada pertemuan, merata tidak menyebabkan penurunan tegangan permukaan. Keefektivitasnya bergantung pada kemampuan membentuk lapisan kuat, lapisan multimolekuler yang koheren. 3. Pembentukan kristal partikel-partikel padat. Mereka menunjukkan pembiasan ganda kuat dan dapat dilihat secara mikroskopik polarisasi. Sifat-sifat optis yang sesuai dengan kristal mengarahkan kepada penandaan kristal cair. 4. Emulsi dapat digunakan dalm farmasi. Suatu sediaan yang terdiri dua cairan tidak bercampur dimana yang satu terdispersi seluruhnya seperti globul-globul terhadap yang lain, walaupun umumnya emulsi merupakan bahan cair. Emulsi dapat digunakan untuk pemakaian dalam dan luar serta dapat digunakan untuk dalam dan luar serta dapat digunakan untuk sejumlah kepentingan yang berbeda. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan emulgator yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati daerah antarmuka tetesan dan fase eksternal dan
  • 7. dengan membuat batas fisik di sekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan antarmuka dua fase, juga hingga meninggalkan proses emulsifikasi selama pencampuran (Jenkins, 1957 : 314). B. Uraian Medium 1. Aquadest (Dirjen POM, 1979 : 96) Nama resmi : AQUA DESTILLATA Nama lain : air suling, aquadest, air baterig Rumus Molekul : H2O Berat Molekul : 18,02 g/mol Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa Penyimpanan Kegunaan 2. : dalam wadah tertutup baik : fase pendispersi Tween 80 (Dirjen POM, 1979 : 509) Nama resmi : POLYSORBATUM 80 Nama lain : polisorbatum 80, tween 80 Pemerian : cairan kental, transparan, tidak berwarna, hampir tidak berasa Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam etanol 94 % P, dalam etil asetat P, dan dalam methanol P, sukar larut dalam parafin cair Penyimpanan Kegunaan : sebagai emulgator HLB 3. : dalam wadah tertutup baik : 15 Span 80 (Raymond, 2009; 475) Nama resmi : SORBITAN MONOOLEAT Nama lain : Ssorbitan, span 80 Rumus molekul : C3O6H27Cl17 Berat molekul : 768,5 g/mol
  • 8. Pemerian : serbuk, butiran atau kepingan putih, rasa manis, higroskopis Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol 95 % P, dalam methanol P, asetat P Penyimpanan Kegunaan : sebagai emulgator HLB 4. : dalam wadah tertutup baik : 4,3 Parafin cair (Dirjen POM, 1979 : 474) Nama resmi : PARAFFINUM LIQUIDUM Nama lain : parafin cair Pemerian : cairan kental, transparan, tidak berwarna, hampir tidak berbau Kelarutan : praktis tidak larut di dalam air dan dalam etanol 95 % P, larut dalam kloroform P dan dalam eter P Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya Kegunaan : fase terdispersi C. Prosedur Kerja (Fitrah, 2012 : 8) 1. Buatlah satu emulsi dengan nilai HLB butuh 8, 10, 12, dan 14. 2. Hitung jumlah tween dan span yang dibutuhkan untuk masing-masing HLB butuh. 3. Timbang masing-masing minyak, air, tween, dan span sejumlah yang dibutuhkan. 4. Campurkan minyak dengan span dan air dengan tween lalu panaskan di atas penangas air sampai suhu 20 oC. 5. Tambahkan campuran minyak di dalam campuran air dan segera diaduk dengan magnetic stirrer pada kecepatan dan waktu yang sama. 6. Masukkan ke dalam tabung sedimentasi dan beri tanda untuk masingmasing HLB. 7. Amati kestabilan selama 5 hari. 8. Catat pada harga HLB berapa emulsi relatif paling stabil.
  • 9. BAB III METODE KERJA A. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah batang pengaduk, botol semprot, cawan porselin, gelas kimia, gelas ukur, mixer, neraca analitik, pipet tetes, dan stopwatch. 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aluminium foil, aquadest, parafin cair, span 80, tissue, dan tween 80. B. Cara Kerja 1. Disiapkan alat dan bahan. 2. Ditimbang tween 80 dan span 80 dalam cawan porselin sesuai dengan perhitungan untuk membuat emulsi dengan HLB butuh 8, HLB butuh 10 dan HLB butuh 12. 3. Ditimbang 75 g air suling dan ditimbang paraffin liquid 22 g di dalam cawan porselin. 4. Dicampurkan terlebih dahulu span 80 dan paraffin liquid hingga tercampur merata. 5. Dicampurkan sedikit demi sedikit fase minyak ke dalam fase air lalu dikocok dengan mixer (yang dibagi dalam 5 kali penuangan dengan selang waktu 15 detik) selama 45 detik. 6. Dimasukkan emulsi ke dalam gelas ukur 250 ml. 7. Dilakukan hal yang sama pada HLB butuh 10 dan HLB butuh 12. 8. Dilakukan pengamatan selama 3 hari. 9. Ditentukan kestabilan emulsi berdasarkan perubahan warna, perubahan volume dan pemisahan fase.
  • 10. BAB IV HASIL PENGAMATAN A. Tabel Pengamatan sedimentasi (mL) 55 - Putih susu - 10 51 - Putih susu - 54 - Putih susu - 49 36 10 50 43 12 50 43 8 49 38 10 50 43 12 3 emulsi (mL) 8 2 Volume 12 1 Volume 8 Hari 50 43 HLB Ket : * : lapisan atas ** : lapisan bawah B. Perhitungan R/ Parafin cair 10 % Emulgator Aquadest 5% ad 50 mL Warna Putih susu* Putih keruh** Putih susu* Putih keruh** Putih susu* Putih keruh** Putih susu* Putih keruh** Putih susu* Putih keruh** Putih susu* Putih keruh** Pemisahan warna + ++ ++ + ++ ++
  • 11. Diketahui : - HLB tween 80 : 15 - HLB span 80 : 4,3 - Bobot butuh : 2,5 - Bobot tween 80 :T - Bobot span 80 : 2,5 g - T 1. HLB butuh 8 Parafin cair = 10/100 x 50 mL = 5 mL = 5 mL x 0,88 g/mL = 4,4 g Emulgator = 2,5 g HLBB x BobotB = (HLBT x BobotT) + (HLBS x BobotS) 8 x 2,5 g = (15 x T) + {4,2 x (2,5 g – T)} 20 g = 15T + 10,5 g – 4,2T 9,5 g = 10,8T T = 0,88 g S = 2,5 g – 0,88 g = 1,62 g 2. HLB butuh 10 Parafin cair = 10/100 x 50 mL = 5 mL = 5 mL x 0,88 g/mL = 4,4 g Emulgator = 2,5 g HLBB x BobotB = (HLBT x BobotT) + (HLBS x BobotS) 10 x 2,5 = (15 x T) + {4,2 x (2,5 g – T)} 25 g = 15T + 10,5 g – 4,2T 14,5 g = 10,8T T = 1,34 g S = 2,5 g – 1,34 g = 1,16 g
  • 12. 3. HLB butuh 12 Parafin cair = 10/100 x 50 mL = 5 mL = 5 mL x 0,88 g/mL = 4,4 g Emulgator = 2,5 g HLBB x BobotB = (HLBT x BobotT) + (HLBS x BobotS) 12 x 2,5 g = (15 x T) + {4,2 x (2,5 g – T)} 30 g = 15T + 10,5 g – 4,2T 19,5 g = 10,8T T = 1,80 g S = 2,5 g – 1,80 g = 0,70 g
  • 13. BAB IV PEMBAHASAN Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamik tidak stabil, terdiri dari paling sedikit dua fase sebagai globul-globul dalam fase cair yang lainnya. Sistem ini biasanya distabilkan dengan adanya emulsi. Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air. 1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi ke dalam air. 2. Emulasi air dalam minyak, yaitu bila fase air terdispersi ke dalam minyak. Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal empat macam teori yang melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda. 1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension) Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi di bidang batas, semakin sulit kedua zat cair tersebut untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawa elektrolik, tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa organik tertentu, antara lain sabun (sapo). Dalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan menurunkan atau menghilangkan tegangan yang terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur. 2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge) Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan adanya kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator, ada bagian yang bersifat suka air atau mudah larut dalam air, dan ada bagian yang suka minyak atau mudah larut dalam minyak. Jadi, setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : a. b. 3. Kelompok hidrofilik, yaitu bagian emulgator yang suka air. Kelompok lipofilik, yaitu bagian emulgator yang suka minyak. Teori Film Plastik (Interfacial Film) Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus
  • 14. partikel fase dispers atau fase internal. Dengan terbungkusnya partikel tersebut, usaha antara partikel yang sejenis untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain, fase dispers menjadi stabil. Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang dipakai adalah : a. Dapat membentuk lapisan film yang kuat tetapi lunak. b. Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase dispers. c. Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua partikel dengan segera. 4. Teori Lapisan Listrik Rangkap (Electric Double Layer) Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan di depannya. Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara di bawah ini : a. Terjadinya ionisasi molekul pada permukaan partikel. b. Terjadinya absorbs ion oleh partikel dari cairan di sekitarnya. c. Terjadinya gesekan partikel dengan cairan di sekitarnya. Apabila menggunakan surfaktan sebagai emulgator dapat pula terjadi emulsi dengan sistem yang kompleks (multiple emulsion). Sistem ini merupakan jenis emulsi air-minyak-air atau sebaliknya. Dalam pembuatan emulsi, pemilihan suatu emulgator merupakan faktor yang penting karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang banyak digunakan adalah zat aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme kerja emulgator ini adalah menurunkan tegangan antarmuka air dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fase terdispersinya. Tipe emulsi dapat ditentukan dari jenis surfaktan yang digunakan. Secara kimia, molekul surfaktan terdiri atas gugus polar dan non polar. Apabila surfaktan dimasukkan ke dalam sistem dari air dan minyak, maka surfaktan yang mempunyai gugus polar lebih kuat akan cenderung membentuk emulsi minyak
  • 15. dalam air sedangkan bila gugus non polar yang lebih kuat maka akan cenderung membentuk emulsi air dalam minyak. Pada percobaan ini, mula-mula ditentukan jumlah span 80 dan tween 80 serta bahan lain yang akan digunakan. Pencampuran bahan berdasarkan dari sifat bahan itu. Tujuannya, bahan yang berfase air dicampur dengan air itu sendiri dan untuk fase minyak juga pada fase minyak itu sendiri. Jumlah tween 80 dan span 80 untuk HLB 8 adalah 0,88 g dan 1,62 g, untuk HLB 10 adalah 1,34 g dan 1,16 g, dan untuk HLB 12 adalah 1,80 g dan 0,70 g. Pencampuran dilakukan pada suhu ruang alasannya agar kedua fase tersebut memiliki kesetaraan suhu sehingga yang membedakan dari kedua fase hanya nilai HLB-nya. Selain itu, kedua fase juga memiliki titik lebur yang sama (20 oC) sehingga tidak ada salahnya memberikan perlakuan yang sama. Hal selanjutnya adalah pengocokan campuran dengan cara intermitten menggunakan mixer selama 5 menit dan diistirahatkan setiap 15 detik. Pengocokan intermitten dilakukan untuk memberikan kesempatan pada minyak untuk terdispersi ke dalam air dengan baik serta emulgator dapat membentuk lapisan film pada permukaan fase terdispersi. Pengamatan dilakukan selama 3 hari. Tujuannya untuk melihat pemisahan antara fase air dan fase minyak, perubahan warna dari kedua fase tersebut, dan volume dari emulsi setelah 3 hari kemudian. Penyimpanan emulsi dilakukan pada suhu kamar dalam keadaan tertutup aluminium foil untuk mengetahui kestabilan emulsi dimana terjadi penurunan suhu. Kondisi ini akan menyebabkan dan mempercepat pengamatan kita terhadap stabil atau tidaknya suhu emulsi. Pada hari pertama HLB 8, volume emulsi 55 mL dan sudah termasuk volume busa 8 mL. Larutan berwarna putih susu dan tidak terjadi pemisahan fase. Pada hari kedua, terjadi pemisahan fase, fase atas berwarna putih susu dan fase bawah putih keruh, begitu pula dengan volume pada hari ketiga, namun volume sedimennya 38 mL. Pada hari pertama HLB 8, volume emulsi 51 mL dan sudah termasuk volume busa 2 mL. Larutan berwarna putih susu dan tidak terjadi pemisahan fase. Pada hari kedua, volume emulsi menjadi 50 mL, terjadi pemisahan fase dengan
  • 16. fase atas berwarna putih susu dan fase bawah putih keruh, serta volume sedimennya 43 mL. Pada hari ketiga, pemisahan fase, volume emulsi, sedimen, dan warna emulsi sama seperti hari kedua. Pada hari pertama HLB 12, volume emulsi 54 mL dan sudah termasuk volume busa 6 mL. Pada hari kedua, volume emulsi menjadi 50 mL, terjadi pemisahan fase dan perubahan warna, serta terbentuk sedimen. Datanya sama seperti pada HLB 10. Berdasarkan pada pengamatan ketiga emulsi dengan HLB yang berbeda tersebut, dapat disimpulkan bahwa emulsi dengan HLB 8 lebih stabil daripada HLB 10 dan HLB 12 karena pada pengamatan hari pertama, volume sedimen emulsi ini lebih kecil dari kedua HLB lain yaitu 36 mL sedangkan HLB 10 dan HLB 12 adalah 43 mL. Berdasarkan literatur, HLB butuh parafin cair untuk emulsi M/A adalah 12, namun pada percobaan terjadi kesalahan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakstabilan dari emulsi di antaranya : 1. Suhu pemanasan tidak konstan; 2. Perbedaan intensitas pengadukan; 3. Pencampuran kurang merata; 4. Kekompakan dan elastisitas film yang melindungi zat terdispersi; dan 5. Suhu yang tidak sama dengan kedua fase ketika dicampur. Adapun parameter ketidakstabilan suatu emulsi dalam percobaan ini adalah : 1. Creaming Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, yaitu satu bagian mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversible, artinya jika dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.
  • 17. 2. Koalesensi Koalesensi adalah pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak berkoalesensi atau menyatu menjadi fase tunggal yang memisah. 3. Infers fase Infers fase adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi M/A menjadi A/M secara tiba-tiba atau sebaliknya. Sifatnya irreversible. Hubungan volume sedimentasi dengan ketidakstabilan emulsi adalah semakin besar volume sedimentasi semakin tidak stabil suatu emulsi. Dalam dunia farmasi, pengujian kestabilan emulsi penting untuk diketahui pada HLB berapa emulsi stabil sehingga suatu sediaan emulsi yang akan dibuat tidak mengalami kerusakan.
  • 18. BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari percobaan ini, diperoleh hasil bahwa HLB 8 lebih stabil daripada HLB 10 dan HLB 12 karena volume sedimen yang lebih sedikit daripada HLB 10 dan HLB 12, begitupun dengan pemisahan fasenya. B. Kritik dan Saran 1. Laboratorium Penuntunnya diperlengkap dan diperbaiki lagi karena banyak prosedur yang tidak sesuai pada saat praktikum. 2. Asisten Dalam menjelaskan materi mudah dimengerti. Dipertahankan, kalau bisa lebih ditingkatkan.
  • 19. DAFTAR PUSTAKA Anief, Muhammad. 1987. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta : UI Press --------------- 2007. Teori dan Praktek Industri. Jakarta : UI Press Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : DEPKES RI Fitrah, Muh., dkk. 2012. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Makassar : UIN Alauddin Makassar Jenkins. 1957. Farmasi Fisika. Yogyakarta : UGM Press Martin, Alferd. 1990. Farmasi Fisika. Jakarta : UI Press Parrot. 1970. Farmasi Fisika. UGM Yogyakarta. Tim Asisten Kimia Fisika. 2012. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Makassar : Universitas Islam Negeri Alauddin.
  • 20. SKEMA KERJA Disiapkan alat dan bahan Ditimbang tween 80 dan span 80 untuk HLB butuh 8,10 dan 12 Ditimbang 75 g aquadest dan 22 g paraffin liquid Dicampur span 80 dan paraffin liquid (fase minyak) Dicampur air dan tween 80 (fase air) Dimasukkan campuran fase minyak ke dalam fase air (sedikit demi sedikit ) Dibagi dalam 5 kali penuangan (dengan intermitten waktu 15 detik) selama 45 detik sebanyak 5 kali Dilakukan hal yang sama untuk HLB butuh 8, 10 dan 12 Dikocok dengan menggunakan mixer Dimasukkan ke dalam gelas kimia 250 ml dan ditutup dengan alumunium foil