1. Minggu, 3 Februari 2013
Organisasi Sebagai Pembentuk Karakter
Oleh: M. Farhan Syakur
Kalau kita mencermati seraya pulang ke rumah, di tengah-tengah kita berkendara, kita bisa
menjumpai sekelompok pemuda-pemudi berkumpul di sana-sini. Sebagian kelompok-kelompok yang
kita jumpai itu sepintas terlihat membahayakan. Baik berbahaya bagi keamanan dan kenyamanan
warga maupun berbahaya bagi diri mereka sendiri. Sebagian lagi adalah para pemuda-pemudi yang
tidak memiliki kegiatan positif sehingga menghabiskan waktu untuk berkumpul-kumpul dengan rekan.
Ironisnya, sering kali yang terpintas dalam benak kita adalah rasa prihatin yang tidak memberi
banyak solusi. Menyayangkan waktu yang disia-siakan. Padahal yang mereka butuhkan adalah
dukungan moril dan ajak-ajak. Pertanyaannya adalah bagaimana mengajak mereka? Dan kemana
mereka akan diajak?
Saya teringat sebuah kalimat: “Keburukan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang
tidak terorganisir”. Sebuah kalimat yang patut menjadi perenungan bagi kita bahwa pengorganisasian
sangat dibutuhkan untuk menegakkan nilai-nilai kemanusiaan.
Pengorganisasian dalam bahasa Arab adalah tandzim. Yaitu sebuah upaya penataan dan
perencanaan sebelum mengeksekusi kegiatan. Mungkin karena kegiatan-kegiatan yang memiliki ruh
kebaikan dengan serta merta mendapatkan dukungan dari khalayak, lantas dijalankan begitu saja.
Padahal dukungan tidak sama dengan pengorganisasian. Akibatnya adalah di tengah perjalanannya ia
kehabisan tenaga dan kehilangan arah.
Sedangkan kalau kita melihat banyak sekali kegiatan-kegiatan yang memiliki anasir keburukan
selalu memiliki sistem pengorganisasian yang solid. Bisa jadi faktornya adalah kesadaran para anggota
organisasi atas ancaman yang datang dari luar.
Selain mempermudah eksekusi kegiatan, organisasi menjadi ladang subur untuk menyatukan
persepsi, membangun empati, menanamkan kesadaran berfikir sehingga setiap anggotanya mampu
memahami visi dan tujuan hidupnya.
Kebutuhan Berorganisasi
Page | 1