SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
http://www.skripsistikes.wordpress.com
HUBUNGAN PENDEKATAN STRATEGI DOTS (DIRECLY OBSERVED
TREATMENT SHORTCORSE) DENGAN KEPATUHAN BEROBAT
PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KALASAN
SLEMAN 2008
ABSTRACT
Oleh :
1
Sugeng Djitowiyono dan
2
Akhmad Jamil
Background: Survey of household Health (2000), mentioning tuberculosis is
the third-death of disease in Indonesia. The result of National Congress of
Lung Expert Doctor Tying in Indonesia do not do better medication program
which have been determined, the wrong program will caused tuberculosis
germ resistance to drug given, so DOTS is very effective to be given to lung
tuberculosis patient. Objective of this study is known the relation of DOTS
strategy approach by raising compliance medicine of lungs tuberculosis
patient.
Methods: This research uses descriptive research with cross-sectional
planning, by using statistic test is sperman Rho correlation. The responder is
20, The sample technical is taken by total sampling technique of tuberculosis
patient in Puskesmas Kalasan by using DOTS strategy.
Result: The result of this research is execution of DOTS strategy in
Puskesmas Kalasan Sleman. The best responder is 16 or 80% from 20
samples, and the best compliance medicine is 17 responders or 85% from
total sample is 20 responders. The conclusion of this research is there is
significant correlation between DOTS execution strategy to make up of
regularity control of lungs tuberculosis patient.
Keyword: DOTS Strategy, Compliance Medicine of the Patient,
Tuberculosis.
1
Staf pengajar Politeknik Kesehatan Yogyakarta
2
Staf Puskesmas Kalasan Sleman
http://www.skripsistikes.wordpress.com
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pemerintah mempunyai komitmen menjadikan Indonesia sehat 2010
melalui UU No 23 TH 1992 tentang kesehatan. Undang - Undang ini
mengamanatkan sejahtera dari badan, jiwa, sosial yang memungkinkan
setiap orang produktif secara sosial dan ekonomi (pasal 1,ayat 1).
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pada pembangunan
nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta
ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh.
Salah satu bagian dari pembangunan kesehatan adalah pelaksanaan
pemberantasan penyakit menular tuberkulosis adalah salah satu penyakit
menular yang masih tetap menjadi masalah kesehatan yang penting
diberbagai belahan dunia.
Menurut WHO (2000) sebagian negara maju diperkirakan setiap
tahunya hanya 10-20 kasus baru tuberkulosa diantara 100.000 orang
penduduk,angka kematian diberbagai negara maju akibat penyakit
Tuberkulosis sekitaer 1-5 orang per 100.000 penduduk. Untuk negara maju
yang mulanya angka penderita TBC telah menurun tetapi belakangan ini naik
lagi sehingga disebut sebagai salah satu “ Reemerging Disease”.
Menurut (Tjana Toga, dkk 2000 cit Ratih Dewi, 2006) menyebutkan
pada tahun 2000 dikawasan Asia Tenggara telah muncul 3,1 juta penderita
baru tuberculosis dan terjadi lebih dari 1 juta kematian akibat penyakit ini. Di
tahun 2000 diperkirakan di seluruh dunia muncul lebih dari 10,2 juta penderita
baru Tuberkulosis serta 3,5 kematian. Tahun 2000 di kawasan Asia Tenggara
lebih dari 3,9 juta penderita tuberkulosis dan lebih dari 1,3 juta kematian, jika
http://www.skripsistikes.wordpress.com
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
dijumlahkan dari tahun 1990-1999 di seluruh dunia akan muncul 88 juta
pendrita tuberculosis dan 30 juta kematian di dunia ini. Pada dekade yang
sama di Asia Tenggara akan timbul lebih dari 35 juta penderita tuberkulosis
baru dan akan ditemui lebih dari 12 juta orang yang meninggal akibat
penyakit ini Dyc.C.dkk (1999, cit Ratih Dewi, 2006 ) menyebutkan bahwa
kasus penderita tuberculosis di Indonesia adalah terbesar ke -3 di dunia,
sesudah Cina dan India. Survey kesehatan Rumah Tangga (2000),
menyebutkan tuberkulosis adalah penyakit penyebab kematian ke -3 di
Indonesia, sesudah kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan. WHO
memperkirakan bahwa di Indonesia setiap tahunya terjadi 175.000 kematian
akibat tuberkulosis dan terdapat 445.000 kasus tuberkulosis setahunya. Hasil
kongres nasional Ikatan Dokter Ahli Paru Indonesia (1999) manyebutkan
bahwa 60 % penderita TBC paru di Indonesia tidak menyelesaikan program
pengobatan dengan baik sesuai dengan yang telah ditentukan. Pengobatan
yang tidak benar akan menyebabkan terjadinya resistensi kuman
Tuberkulosis terhadap obat yang diberikan (Azhar,1999, cit Rosa Prambodo,
2005).
Jumlah penderita Tuberkulosis di Puskesmas Kalasan pada tahun
2007 berjumlah 20 penderita, mengindikasikan penyakit ini perlu penanganan
yang intensif mengingat jumlah penderita yang cukup besar. Hal ini
disebabkan karena kurangnya kesadaran penderita untuk sembuh.
Dibandingkan dengan di Puskesmas Prambanan jumlah pemderita hanya 15
orang yang menggunakan strategi DOTS dengan tingkat kepatuhan baik yaitu
dari 15 orang 13 patuh dan 2 kurang patuh data ini diperolah melalui
wawancara pada tanggal 15 November 2007.
http://www.skripsistikes.wordpress.com
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi
virulensi dan menekan jumlah penderita Tuberkulosis, diantaranya dengan
dicanangkan Gerakan Terpadu Nasional penanggulangan Tuberkulosis
(GERDUNAS TB) Oleh Menkes RI pada tanggal 24 maret 1999,
penanggulangan Tuberkulosis diangkat menjadi suatu gerakan yang bukan
saja menjadi tanggung jawab penerintah, swasta maupun masyarakat pada
umumnya. Salah satu strategi pelaksanaan DOTS (Directly Observed
Treatmen Shortcourse), tujuan dari pelaksanaan kegiatan dengan
pendekatan DOTS adalah untuk menjamin dan mencegah resistensi serta
keteraturan pengobatan dan mencegah droup out/lalai dengan dilakukan
pengawasan dan pengendalian pengobatan terhadap penderita tuberkulosis.
Oleh karena itu maka penulis menganggap perlu kiranya dilakukan suatu
penelitian tentang efektifitas pelaksanaan DOTS terhadap kepatuhan berobat
pasien tuberkulosis paru. Adapun rumusan masalahnya adalah : “ Apakah
ada hubungan pelaksanaan strategi DOTS dengan kepatuhan berobat
pasien Tuberkulosis paru di Puskesmas Kalasan Sleman tahun 2007?”
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum dari penelitian ini adalah diketahuinya hubungan pendekatan
strategi DOTS dengan kepatuhan berobat pasien tuberkulosis paru.
Sedangkan tujuan khususnya adalah :diketahuinya strategi DOTS pada
penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Kalasan Sleman dan diketahuinya
kepatuhan berobat pasien tuberkulosis paru setelah dilaksanakan strategi
DOTS di Puskesmas Kalasan Sleman.
http://www.skripsistikes.wordpress.com
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif analitik dengan
rancangan cross sectional yaitu metode penelitian yang mengambil sampel
dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul
data.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah : Jumlah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang akan
diteliti (S. Arikunto, 1999) Populasi dalam penelitian ini adalah penderita
tuberkulosis paru yang datang berobat ke Puskesmas Kalasan Sleman
dengan jumlah 20 penderita. Sedangkan sampel adalah bagian dari sampel
yang akan diteliti dengan sampling tertentu untuk bisa memenuhi/mewakili
populasi (Nursalam dan S Partini, 2002). Sampel dalam penelitian ini adalah
semua pasien TBC yang mendapat pengobatan dengan menggunakan
strategi DOTS yang berobat di Puskesmas Kalasan dengan jumlah 20
penderita. Tehnik pengambilan sempel dengan menggunakan tehnik total
sampling.
Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuisioner sebagai pengumpul
data, yang terdiri dari pelaksanaan DOTS instrumennya adalah kuisioner, dan
kepatuhan berobat pasien instrumenya adalah kuisioner.
http://www.skripsistikes.wordpress.com
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam peneltian ini adalah data primer, yang
diperoleh dari penyebaran kuisioner yang akan diberikan kepada penderita
tuberkulosis yang datang ke Puskesmas Kalasan dengan menggunakan
strategi DOTS, dan data sekunder yang diperoleh dari dinas kesehatan
Kabupaten Sleman, Rekam medis Puskesmas Kalasan Sleman, literatur dan
bagian yang berhubungan dengan penelitian.
Teknik Analisa Data
Kuisioner yang telah diisi responden diberi kode sesuai dengan kriteria yang
ditentukan, didistribusikan dan dianalisa secara kwantitatif Selanjutnya data
diuji dengan menggunakan analisa uji statistik : “ Korelasi Sperman Rho” ( ρ )
Termasuk didalamnya kasus yang special dari person (r ) untuk dua variabel
dengan skala ordinal
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Karakteristik Responden
Penelitian dilakukan di Puskesmas Kalasan dengan karakteristik
responden adalah sebagai berikut: penderita yang menderita tuberkulosis
yang berobat di Puskesmas Kalasan pada bulan November – Desember 2007
adalah SD 2 orang atau 1%, SMP 5 orang atau 25%, SMU 11 orang atau
55%, dan akademi 1 atau 5 %. Jenis pekerjaan pensiunan 1 orang atau 5%,
petani 15 orang atau 75%, Pegawai negeri 1 atau 5%, wiraswasta 3 orang
atau 15%, Jenis kelamin laki-laki 15 orang atau 75%, perempuan 5 atau 25%,
http://www.skripsistikes.wordpress.com
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
umur penderita yang mengalami tuberkulosis di Puskesmas Kalasan adalah
10-20 tahun 1 orang atau 5%, 21-30 tahun 3 atau 15%, 31-40 tahun 6 atau
30%, 41-50 tahun 9 atau 45%, dan umur lebih dari 51 tahun adalah 1 orang
atau 0,5% (tabel 1).
Hasil penelitian strategi pelaksanaan DOTS tentang pengawasan
menelan obat di Puskesmas Kalasan pada bulan November –Desember
2007 diperoleh hasil baik 17 orang atau 85%, cukup 3 orang atau 15% (tabel
2). Sedangkan hasil penelitian strategi pelaksanaan DOTS tentang
kepatuhan pasien minum obat di Puskesmas Kalasan dengan hasil baik 16
orang atau 80%, cukup 4 orang atau 20% (tabel 3).
Strategi pelaksanaan DOTS tentang keteraturan kontrol pasien penderita
tuberkulosis di Puskesmas Kalasan pada bulan November- Desember 2007
dengan hasil baik 16 orang atau 80%, cukup 4 orang atau 20 %, dan tidak
ada yang mempunyai nilai kurang (tabel 4)
Hasil ρ hitung sebesar 0.700, sehingga apabila dibandingkan dengan ρ
tabel : 0,5, maka ρ hitung > ρ tabel, sehingga Ho ditolak yang artinya ada
hubungan antara strategi pelaksanaan DOTS terhadap peningkatan
keteraturan kontrol penderita tuberkulosis paru. Pembacaan yang paling
sederhana adalah dengan melihat signifikasi (p) yang besarnya 0.001, yang
dibandingkan dengan α : 5 % maka P < 0,05, sehingga Ho ditolak artinya ada
hubungan antara strategi pelaksanaan DOTS terhadap peningkatan
keteraturan berobat. Berikut ini adalah tabulasi karakteristik responden dan
strategi pelaksanaan DOTS yang disajikan dari tabel 1 sampai dengan 4 :
http://www.skripsistikes.wordpress.com
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
Tabel 1. Distribusi Frekwensi Karakteristik Responden Penderita
Tuberkulosis di Puskesmas Kalasan pada Bulan November –Desember 2007
No Karakteristik F %
1 Pendidikan
a. Tidak sekolah 0 0
b. SD 3 10%
c. SMP 5 25%
d. SMU 11 55%
e. Akademi/ PT 1 5%
Jumlah 20 100 %
2 Pekerjaan
a. Tidak bekerja 0 0
b. Pensiun 1 5%
c. Petani 15 75%
d. Pegawai Negeri 1 5%
e. Wiraswasta 3 15%
f. Lain –lain 0 0
Jumlah 20 100 %
3 Jenis Kelamin
a. Laki-laki 15 75%
b. Perempuan 5 25%
Jumlah 20 100 %
4 Umur
a. 10-20 tahun
b. 21-30 tahun
c. 31-40 tahun
d. 41-50 tahun
e. > 51 tahun
1 5%
3 15%
6 30%
9 45%
1 5%
Jumlah 20 100 %
Sumber : data primer tahun 2007
Tabel 2. Strategi Pelaksanaan DOTS tentang Pengawas Menelan Obat
di Puskesmas Kalasan pada Bulan November – Desember 2007
No Karakteristik F %
1 Baik 17 85%
2 Cukup 3 15%
3 Kurang - -
Jumlah 20 100%
Sumber : data primer tahun 2007
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
Tabel 3. Strategi Pelaksanaan DOTS Tentang Kepatuhan Pasien Minum
Obat di Puskesmas Kalasan pada Bulan November – Desember 2007
No Karakteristik F %
1 Baik 16 80%
2 Cukup 4 20%
3 Kurang - -
Jumlah 20 100%
Sumber : data primer tahun 2007
Tabel 4. Strategi Pelaksanaan DOTS Tentang Keteraturan Kontrol Penderita
Tuberkulosis di Puskesmas Kalasan pada Bulan
November – Desember 2007
No Karakteristik F %
1 Baik 16 80%
2 Cukup 4 20%
3 Kurang - -
Jumlah 20 100%
Sumber : data primer tahun 2007
Pembahasan
Karakteristik Responden.
Karakteristik responden penderita yang menderita tuberkulosis yang
berobat di Puskesmas Kalasan pada bulan November – Desember 2007
adalah SD 2 orang atau 1%, SMP 5 orang atau 25%, SMU 11 orang atau
55%, dan akademi 1 atau 5 % (tabel 1). Menurut (Freadmen 1987 cit Hesta
Meiriansyah, 2005) mengemukakan bahwa semakin terdidik seseorang maka
semakin baik pengetahuan seseorang tentang kesehatan, Pernyataan lain
yang mendukung tentang upaya peningkatan pengetahuan dengan tingkat
pendidikan adalah bahwa tingkat pengetahuan yang rendah dan dan
menyebutkan korelasi antara penilaian tingkat pengetahuan diri tentang
subyek kesehatan dan perilaku yang aktual memerlukan program pendidikan
kesehatan yang lebih efektif. Dalam hal ini bahwa penderita tuberkulosis
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
mayoritas adalah pendidikan SMU yaitu sebesar 11 orang atau 55% (Tabel
1). Jadi ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian penderita
tuberkulosis.
Jenis pekerjaan pada penderita tuberkulosis yang berobat di wilayah
kerja Puskesmas Kalasan adalah pensiunan 1 orang atau 5%, petani 15
orang atau 75%, Pegawai negeri 1 atau 5%, wiraswasta 3 orang atau 15%
(Tabel 1). Menurut (Pasaribu 1999, cit Rosa Prambodo, 2005), bahwa jenis
pekerjaan tidak ada hubunganya dengan kejadian tuberkulosis, hanya
merupakan suatu kebetulan saja karena wilayah Puskesmas Kalasan I adalah
dataran rendah dan sebagian penduduknya adalah petani di sawah.
Jenis kelamin laki-laki 15 orang atau 75%, perempuan 5 atau 25%
(Tabel 1). Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik) menunjukkan angka
harapan hidup wanita lebih panjang dibanding pria, secara proporsional
kelompok pria mempunyai kecenderungan untuk menderita sakit lebih tinggi
dibanding pria, juga menurut (Kartari 2000, cit Hesta Meiriasyah, 2005), akan
ada ketimpangan usia harapan hidup laki-laki dan perempuan larena
beberapa alasan dimana pria lebih cenderung merokok bekerja keras sebagai
tumpuan keluarga, konsumsi alkohol dan pola hidup kurang aktif yang mana
menempatkan laki-laki pada faktor resiko tinggi mengalami sakit dari pada
wanita termasuk juga sakit tuberkulosis, dari pernyataan ini maka dapat
disimpulkan ada hubungan jenis kelamin terhadap kejadian penyakit
tuberkulosis.
Umur penderita yang mengalami tuberkulosis di Puskesmas Kalasan
adalah 10-20 tahun 1 orang atau 5%, 21-30 tahun 3 atau 15%, 31-40 tahun 6
atau 30%, 41-50 tahun 9 atau 45%, dan umur lebih dari 51 tahun adalah 1
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
orang atau 0,5% (Tabel 1) hal ini disebabkan karena sesuai Badan Pengelola
Sensus Amerika Serikat, mengatakan tingkat kekebalan tubuh semakin tua
maka semakin rentan, dan adanya degeneratif pada sel –sel semua organ
juga terhadap timbulnya beberapa macam penyakit diantaranya adalah
penyakit tuberkulosis, jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
umur dengan kejadian tuberkulosis.
Strategi DOTS di Puskesmas Kalasan
Hasil penelitian strategi pelaksanaan DOTS tentang pengawasan
menelan obat di Puskesmas Kalasan pada bulan November –Desember 2007
diperoleh hasil baik 17 orang atau 85%, cukup 3 orang atau 15% (tabel 2).
Hasil tertinggi adalah baik ini dikarenakan seperti yang diungkapkan (Yoga
1999 cit Ratih Dewi, 2006) pemilihan PMO disesuaikan dengan keadaan
setempat, harus dikenal dan disegani penderita tuberkulosis dan petugas
kesehatan. Tenaga PMO bisa berasal dari petugas kesetahan maupun
masyarakat. Dari masyarakat bisa keluarga, kader atau TOMA (Tokoh
Masyarakat) seperti tokoh adat, tokoh agama, tokoh panutan masyarakat,
sebaiknya satu rumah atau dalam satu wilayah dasawisma.
Kepatuhan Berobat Pasien Tuberkulosis Di Puskesmas Kalasan
Hasil penelitian strategi pelaksanaan DOTS tentang kepatuhan pasien
minum obat di Puskesmas Kalasan dengan hasil baik 16 orang atau 80%,
cukup 4 orang atau 20% (tabel 3). Pelaksanaan DOTS pada pengobatan
tuberkulosis kepatuhan pasien berobat merupakan hal yang penting dan
utama untuk menghindari adanya bahaya atau resistensi terhadap obat anti
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
tuberkulosis, Banyak faktor yang menyebabkan penderita tuberkulosis paru
terhadap program pengobatan yang telah ditentukan, Rossensnstock (1999,
cit Ratih Dewi, 2006), menyebutkan bahwa keberhasilan pengobatan lebih
tinggi pada penderita berpendidikan sekolah menengah/perguruan tinggi.
Karena mereka akan lebih mengerti dibandingkan dengan yang
berpendidikan rendah.
Strategi pelaksanaan DOTS tentang keteraturan kontrol pasien penderita
tuberkulosis di Puskesmas Kalasan I pada bulan November- Desember 2007
denan hasil baik 16 orang atau 80%, cukup 4 orang atau 20 %, dan tidak ada
yang mempunyai nilai kurang (tabel 4). Pasaribu mengungkapkan: perilaku
berobat akan terjadi bila hilangnya atau kurangnya gejala penyakit sudah
merupakan ukuran kesembuhan bagi penderita sehingga penderita
menghentikan pengobatanya, tapi dengan menggunakan strategi DOTS,
maka keteraturan kontrol pasien akan dapat diatasi karena adanya PMO, dan
petugas kesehatan yang selalu memberikan bimbingan kepada PMO dan
penderita, sehingga individu tersebut akan mengalami perubahan perilaku
dari dalam maupun dari luar, aspek – aspek yang mempengaruhi perilaku dari
dalam individu tersebut adalah persepsi, motivasi dan emosi. Sehingga ada
hubungan antara strategi pelaksanaan DOTS dengan keteraturan kontrol
penderita.
Hasil ρ hitung sebesar 0.700, sehingga dibandingkan dengan ρ tabel :
0,5, sehingga ρ hitung > ρ tabel, maka Ho ditolak artinya ada hubungan
antara strategi pelaksanaan DOTS terhadap peningkatan keteraturan kontrol
penderita tuberkulosis paru.
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
Pembacaan yang paling sederhana adalah dengan melihat signifikasi (p)
yang besarnya 0.001, yang dibandingkan dengan α : 5 % maka p < 0,05,
sehingga Ho ditolak artinya ada hubungan antara strategi pelaksanaan DOTS
terhadap peningkatan keteraturan berobat.
KESIMPULAN
Kesimpulan hasil penelitian ini adalah : Strategi pelaksanaan DOTS di
Puskesmas Kalasan pada bulan November–Desember 2007 kebanyakan
diperoleh hasil baik ; kepatuhan berobat pada penderita tuberkulosis paru di
Puskesmas Kalasan kebanyakan dengan hasil baik dan ada hubungan antara
strategi pelaksanaan DOTS terhadap kepatuhan berobat pada penderita
tuberkulosis paru di Puskesmas Kalasan tahun 2007.
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
DAFTAR PUSTAKA
Arora, V.K., Lonnroth, K & Sarin, R. Improved Case Detection of Tuberculosis
through a Public-Private Partnership. Indian Journal of Chest Disease
& Allied Science. 2004; 46: 133-6
Demissie, M, Lindtjorn, B, & Berhane, Y. Patient and Helath Service Delay in
the Diagnosis of Pulmonary Tuberculosis in Ethiopia.Biomedcentral
Public Health. 2002 ; 2(23) : 1-7
Depkes RI, Pedoman Penanggulangan TBC, 2004 P2M Depkes RI. Jakarta
Depkes RI, 2004, Petunjuk penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Fixed Dose
Combination (OAT –FDC), Jakarta
Dewi Hapsari, 2006, Implementasi DOTS pada penanganan Tuberkulosisdi
Dua Rumah Sakit Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi, Tidak
diterbitkan, UGM, Yogyakarta.
Elysabeth J Corwin, 2001, Buku Saku Parasitologi,, (diterjemahkan Oleh
Indah P) Jakarta, buku kedokteran EGC
Hesta Meyriyansyah, 2005, Gambaran Rontgen Paru Penderita Tuberkulosis
Hubunganya dengan Pemeriksaan Sputum BTA di RSUP. Dr. Sardjito,
Skripsi, tidak diterbitkan UGM, Yogyakarta
Murthy, K.J.R., Frieden, T.R., Yazdani,A., Hreshikesh,P., (2001). Public-
Private Partnership in Tuberculosis Control : Experience in Hyderabad,
India. The Internastional Journal of Tuberculosis in Ethiopia.
Biomedcentral Public Health. 2002; 2(23) : 1-7
Notoatmojo Soekijo, 2002, Metodologi penelitian Kesehatan, Jakarta,
Rineka Cipta
Nursalam, 2003, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian ILmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan, Jakarta, Salemba Medika
Rajeswari, R, Chandrasekaran V., Suhader, M., Siva Subramaniam S.,
Sudha,G., Renu.G. Factors Associated with Patient and Health System
Delays in The Fiagnosis of Tuberculosis in South India. The
International Journal of Tuberculosis and Lung Disease. 2002; 6 (9) :
789-95
Riwidigdo Handoko, 2006, Statistik Kesehatan, Yogyakarta, Mitra cendekia
press
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
Rosa Probandono, 2005, Hubungan antara ketaatan berobat penderita
tuberkulosis paru dengan kebijakan Penyakit Paru Obstruksi
Menahun di RSUP. Dr. Sardjito, Skripsi, tidak diterbitkan Yogyakarta.

More Related Content

What's hot

5 skripsi tuberkulosis
5 skripsi tuberkulosis 5 skripsi tuberkulosis
5 skripsi tuberkulosis Icha Stevany
 
Epidemiologi skrining dbd puskesmas banjarbaru utara (indonesia)
Epidemiologi skrining dbd puskesmas banjarbaru utara (indonesia)Epidemiologi skrining dbd puskesmas banjarbaru utara (indonesia)
Epidemiologi skrining dbd puskesmas banjarbaru utara (indonesia)Rinaa Anggraini
 
2. survailens epidemiologi
2. survailens epidemiologi2. survailens epidemiologi
2. survailens epidemiologiagnesnece1
 
7751 17090-1-sm
7751 17090-1-sm7751 17090-1-sm
7751 17090-1-smMuflihun24
 
Pengantar epidemiologi
Pengantar epidemiologiPengantar epidemiologi
Pengantar epidemiologizrago
 
PENGARUH LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA P...
PENGARUH LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA P...PENGARUH LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA P...
PENGARUH LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA P...roesmiyanti
 
25944 73088-2-pb (1)
25944 73088-2-pb (1)25944 73088-2-pb (1)
25944 73088-2-pb (1)Muflihun24
 
Pengantar Epidemiologi (An Introduction of Epidemiology)
Pengantar Epidemiologi (An Introduction of Epidemiology)Pengantar Epidemiologi (An Introduction of Epidemiology)
Pengantar Epidemiologi (An Introduction of Epidemiology)NajMah Usman
 
6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)
6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)
6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)Muflihun24
 

What's hot (19)

5 skripsi tuberkulosis
5 skripsi tuberkulosis 5 skripsi tuberkulosis
5 skripsi tuberkulosis
 
Bab 1 2 uda siap
Bab 1 2 uda siapBab 1 2 uda siap
Bab 1 2 uda siap
 
Epidemiologi skrining dbd puskesmas banjarbaru utara (indonesia)
Epidemiologi skrining dbd puskesmas banjarbaru utara (indonesia)Epidemiologi skrining dbd puskesmas banjarbaru utara (indonesia)
Epidemiologi skrining dbd puskesmas banjarbaru utara (indonesia)
 
2. survailens epidemiologi
2. survailens epidemiologi2. survailens epidemiologi
2. survailens epidemiologi
 
Asma b2
Asma b2Asma b2
Asma b2
 
Jurnal keperawatan soedirman
Jurnal keperawatan soedirmanJurnal keperawatan soedirman
Jurnal keperawatan soedirman
 
Dafpus
DafpusDafpus
Dafpus
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
7751 17090-1-sm
7751 17090-1-sm7751 17090-1-sm
7751 17090-1-sm
 
The year of the lung
The year of the lungThe year of the lung
The year of the lung
 
Pengantar epidemiologi
Pengantar epidemiologiPengantar epidemiologi
Pengantar epidemiologi
 
Daftar pustaka
Daftar pustakaDaftar pustaka
Daftar pustaka
 
Presentasi epid. studi deskriptif
Presentasi epid. studi deskriptifPresentasi epid. studi deskriptif
Presentasi epid. studi deskriptif
 
Jurnal pengetahuan masker
Jurnal pengetahuan maskerJurnal pengetahuan masker
Jurnal pengetahuan masker
 
PENGARUH LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA P...
PENGARUH LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA P...PENGARUH LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA P...
PENGARUH LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA P...
 
25944 73088-2-pb (1)
25944 73088-2-pb (1)25944 73088-2-pb (1)
25944 73088-2-pb (1)
 
Pengantar Epidemiologi (An Introduction of Epidemiology)
Pengantar Epidemiologi (An Introduction of Epidemiology)Pengantar Epidemiologi (An Introduction of Epidemiology)
Pengantar Epidemiologi (An Introduction of Epidemiology)
 
6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)
6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)
6083 article text-15411-1-10-20190317 (4)
 
Jurper1 1-nas
Jurper1 1-nasJurper1 1-nas
Jurper1 1-nas
 

Similar to Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) dengan kepatuhan berobat pasien tuberkulosis paru di puskesmas kalasan

ppt up maell fixxxx golll_092602.pptx
ppt up maell fixxxx golll_092602.pptxppt up maell fixxxx golll_092602.pptx
ppt up maell fixxxx golll_092602.pptxEncepIzmal2
 
Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...
Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...
Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...Operator Warnet Vast Raha
 
Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...
Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...
Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...Operator Warnet Vast Raha
 
Jurnal kesehatan
Jurnal kesehatanJurnal kesehatan
Jurnal kesehatanPanca Titis
 
Edukasi TB paru pengetahuan sikap kader posyandu melalu permainan monopoli
Edukasi TB paru pengetahuan sikap kader posyandu melalu permainan monopoliEdukasi TB paru pengetahuan sikap kader posyandu melalu permainan monopoli
Edukasi TB paru pengetahuan sikap kader posyandu melalu permainan monopoliNurMahdiyahMerly
 
JURNAL DETERMINAN PENYAKIT KUSTA_SRI WAHYUNI.pdf
JURNAL DETERMINAN PENYAKIT KUSTA_SRI WAHYUNI.pdfJURNAL DETERMINAN PENYAKIT KUSTA_SRI WAHYUNI.pdf
JURNAL DETERMINAN PENYAKIT KUSTA_SRI WAHYUNI.pdfsriwahyuni25836
 
Handout epid-bidan
Handout epid-bidanHandout epid-bidan
Handout epid-bidanNico Robin
 
Program Skrining TB_Alfira(124)_Angsoka(125).pdf
Program Skrining TB_Alfira(124)_Angsoka(125).pdfProgram Skrining TB_Alfira(124)_Angsoka(125).pdf
Program Skrining TB_Alfira(124)_Angsoka(125).pdftulus14
 
Evaluation of tuberculosis control programs in indonesian community
Evaluation of tuberculosis control programs in indonesian communityEvaluation of tuberculosis control programs in indonesian community
Evaluation of tuberculosis control programs in indonesian communityDoel Hadji Fadly
 
makalah komunitas REGINA.docx
makalah komunitas REGINA.docxmakalah komunitas REGINA.docx
makalah komunitas REGINA.docxAyuAndira59
 
Jurnal Ditjen PP dan PL Tahun 2014
Jurnal Ditjen PP dan PL Tahun 2014Jurnal Ditjen PP dan PL Tahun 2014
Jurnal Ditjen PP dan PL Tahun 2014Ditjen P2P Kemenkes
 
Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...
Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...
Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...Operator Warnet Vast Raha
 
MINI PRO TBC - Fredy.pptx
MINI PRO TBC - Fredy.pptxMINI PRO TBC - Fredy.pptx
MINI PRO TBC - Fredy.pptxYosephAditya2
 
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah Kuala
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah KualaJournal of Tuberculosis Nasional University Syiah Kuala
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah KualaSyiah Kuala University
 

Similar to Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) dengan kepatuhan berobat pasien tuberkulosis paru di puskesmas kalasan (20)

ppt up maell fixxxx golll_092602.pptx
ppt up maell fixxxx golll_092602.pptxppt up maell fixxxx golll_092602.pptx
ppt up maell fixxxx golll_092602.pptx
 
Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...
Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...
Hubungan pola perawatan pada anak uberkulosis paru primer dengan lama penyemb...
 
Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...
Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...
Tingkat keberhasilan penyembuhan tuberkulosis paru primer pada anak usia 1 6 ...
 
Jurnal kesehatan
Jurnal kesehatanJurnal kesehatan
Jurnal kesehatan
 
Edukasi TB paru pengetahuan sikap kader posyandu melalu permainan monopoli
Edukasi TB paru pengetahuan sikap kader posyandu melalu permainan monopoliEdukasi TB paru pengetahuan sikap kader posyandu melalu permainan monopoli
Edukasi TB paru pengetahuan sikap kader posyandu melalu permainan monopoli
 
JURNAL DETERMINAN PENYAKIT KUSTA_SRI WAHYUNI.pdf
JURNAL DETERMINAN PENYAKIT KUSTA_SRI WAHYUNI.pdfJURNAL DETERMINAN PENYAKIT KUSTA_SRI WAHYUNI.pdf
JURNAL DETERMINAN PENYAKIT KUSTA_SRI WAHYUNI.pdf
 
Handout epid-bidan
Handout epid-bidanHandout epid-bidan
Handout epid-bidan
 
Program Skrining TB_Alfira(124)_Angsoka(125).pdf
Program Skrining TB_Alfira(124)_Angsoka(125).pdfProgram Skrining TB_Alfira(124)_Angsoka(125).pdf
Program Skrining TB_Alfira(124)_Angsoka(125).pdf
 
PPT BARU.docx
PPT BARU.docxPPT BARU.docx
PPT BARU.docx
 
PPT BARU.docx
PPT BARU.docxPPT BARU.docx
PPT BARU.docx
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Evaluation of tuberculosis control programs in indonesian community
Evaluation of tuberculosis control programs in indonesian communityEvaluation of tuberculosis control programs in indonesian community
Evaluation of tuberculosis control programs in indonesian community
 
makalah komunitas REGINA.docx
makalah komunitas REGINA.docxmakalah komunitas REGINA.docx
makalah komunitas REGINA.docx
 
Tugas epid b.utik
Tugas epid b.utikTugas epid b.utik
Tugas epid b.utik
 
Jurnal Ditjen PP dan PL Tahun 2014
Jurnal Ditjen PP dan PL Tahun 2014Jurnal Ditjen PP dan PL Tahun 2014
Jurnal Ditjen PP dan PL Tahun 2014
 
Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...
Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...
Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...
 
MINI PRO TBC - Fredy.pptx
MINI PRO TBC - Fredy.pptxMINI PRO TBC - Fredy.pptx
MINI PRO TBC - Fredy.pptx
 
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah Kuala
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah KualaJournal of Tuberculosis Nasional University Syiah Kuala
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah Kuala
 
Tb paruuuu
Tb paruuuuTb paruuuu
Tb paruuuu
 
Jurnal penelitian omsk
Jurnal penelitian omskJurnal penelitian omsk
Jurnal penelitian omsk
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Hubungan pendekatan strategi dots (direcly observed treatment shortcorse) dengan kepatuhan berobat pasien tuberkulosis paru di puskesmas kalasan

  • 1. JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA http://www.skripsistikes.wordpress.com HUBUNGAN PENDEKATAN STRATEGI DOTS (DIRECLY OBSERVED TREATMENT SHORTCORSE) DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KALASAN SLEMAN 2008 ABSTRACT Oleh : 1 Sugeng Djitowiyono dan 2 Akhmad Jamil Background: Survey of household Health (2000), mentioning tuberculosis is the third-death of disease in Indonesia. The result of National Congress of Lung Expert Doctor Tying in Indonesia do not do better medication program which have been determined, the wrong program will caused tuberculosis germ resistance to drug given, so DOTS is very effective to be given to lung tuberculosis patient. Objective of this study is known the relation of DOTS strategy approach by raising compliance medicine of lungs tuberculosis patient. Methods: This research uses descriptive research with cross-sectional planning, by using statistic test is sperman Rho correlation. The responder is 20, The sample technical is taken by total sampling technique of tuberculosis patient in Puskesmas Kalasan by using DOTS strategy. Result: The result of this research is execution of DOTS strategy in Puskesmas Kalasan Sleman. The best responder is 16 or 80% from 20 samples, and the best compliance medicine is 17 responders or 85% from total sample is 20 responders. The conclusion of this research is there is significant correlation between DOTS execution strategy to make up of regularity control of lungs tuberculosis patient. Keyword: DOTS Strategy, Compliance Medicine of the Patient, Tuberculosis. 1 Staf pengajar Politeknik Kesehatan Yogyakarta 2 Staf Puskesmas Kalasan Sleman
  • 2. http://www.skripsistikes.wordpress.com JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pemerintah mempunyai komitmen menjadikan Indonesia sehat 2010 melalui UU No 23 TH 1992 tentang kesehatan. Undang - Undang ini mengamanatkan sejahtera dari badan, jiwa, sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara sosial dan ekonomi (pasal 1,ayat 1). Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pada pembangunan nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Salah satu bagian dari pembangunan kesehatan adalah pelaksanaan pemberantasan penyakit menular tuberkulosis adalah salah satu penyakit menular yang masih tetap menjadi masalah kesehatan yang penting diberbagai belahan dunia. Menurut WHO (2000) sebagian negara maju diperkirakan setiap tahunya hanya 10-20 kasus baru tuberkulosa diantara 100.000 orang penduduk,angka kematian diberbagai negara maju akibat penyakit Tuberkulosis sekitaer 1-5 orang per 100.000 penduduk. Untuk negara maju yang mulanya angka penderita TBC telah menurun tetapi belakangan ini naik lagi sehingga disebut sebagai salah satu “ Reemerging Disease”. Menurut (Tjana Toga, dkk 2000 cit Ratih Dewi, 2006) menyebutkan pada tahun 2000 dikawasan Asia Tenggara telah muncul 3,1 juta penderita baru tuberculosis dan terjadi lebih dari 1 juta kematian akibat penyakit ini. Di tahun 2000 diperkirakan di seluruh dunia muncul lebih dari 10,2 juta penderita baru Tuberkulosis serta 3,5 kematian. Tahun 2000 di kawasan Asia Tenggara lebih dari 3,9 juta penderita tuberkulosis dan lebih dari 1,3 juta kematian, jika
  • 3. http://www.skripsistikes.wordpress.com JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA dijumlahkan dari tahun 1990-1999 di seluruh dunia akan muncul 88 juta pendrita tuberculosis dan 30 juta kematian di dunia ini. Pada dekade yang sama di Asia Tenggara akan timbul lebih dari 35 juta penderita tuberkulosis baru dan akan ditemui lebih dari 12 juta orang yang meninggal akibat penyakit ini Dyc.C.dkk (1999, cit Ratih Dewi, 2006 ) menyebutkan bahwa kasus penderita tuberculosis di Indonesia adalah terbesar ke -3 di dunia, sesudah Cina dan India. Survey kesehatan Rumah Tangga (2000), menyebutkan tuberkulosis adalah penyakit penyebab kematian ke -3 di Indonesia, sesudah kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan. WHO memperkirakan bahwa di Indonesia setiap tahunya terjadi 175.000 kematian akibat tuberkulosis dan terdapat 445.000 kasus tuberkulosis setahunya. Hasil kongres nasional Ikatan Dokter Ahli Paru Indonesia (1999) manyebutkan bahwa 60 % penderita TBC paru di Indonesia tidak menyelesaikan program pengobatan dengan baik sesuai dengan yang telah ditentukan. Pengobatan yang tidak benar akan menyebabkan terjadinya resistensi kuman Tuberkulosis terhadap obat yang diberikan (Azhar,1999, cit Rosa Prambodo, 2005). Jumlah penderita Tuberkulosis di Puskesmas Kalasan pada tahun 2007 berjumlah 20 penderita, mengindikasikan penyakit ini perlu penanganan yang intensif mengingat jumlah penderita yang cukup besar. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran penderita untuk sembuh. Dibandingkan dengan di Puskesmas Prambanan jumlah pemderita hanya 15 orang yang menggunakan strategi DOTS dengan tingkat kepatuhan baik yaitu dari 15 orang 13 patuh dan 2 kurang patuh data ini diperolah melalui wawancara pada tanggal 15 November 2007.
  • 4. http://www.skripsistikes.wordpress.com JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi virulensi dan menekan jumlah penderita Tuberkulosis, diantaranya dengan dicanangkan Gerakan Terpadu Nasional penanggulangan Tuberkulosis (GERDUNAS TB) Oleh Menkes RI pada tanggal 24 maret 1999, penanggulangan Tuberkulosis diangkat menjadi suatu gerakan yang bukan saja menjadi tanggung jawab penerintah, swasta maupun masyarakat pada umumnya. Salah satu strategi pelaksanaan DOTS (Directly Observed Treatmen Shortcourse), tujuan dari pelaksanaan kegiatan dengan pendekatan DOTS adalah untuk menjamin dan mencegah resistensi serta keteraturan pengobatan dan mencegah droup out/lalai dengan dilakukan pengawasan dan pengendalian pengobatan terhadap penderita tuberkulosis. Oleh karena itu maka penulis menganggap perlu kiranya dilakukan suatu penelitian tentang efektifitas pelaksanaan DOTS terhadap kepatuhan berobat pasien tuberkulosis paru. Adapun rumusan masalahnya adalah : “ Apakah ada hubungan pelaksanaan strategi DOTS dengan kepatuhan berobat pasien Tuberkulosis paru di Puskesmas Kalasan Sleman tahun 2007?” Tujuan Penelitian Tujuan Umum dari penelitian ini adalah diketahuinya hubungan pendekatan strategi DOTS dengan kepatuhan berobat pasien tuberkulosis paru. Sedangkan tujuan khususnya adalah :diketahuinya strategi DOTS pada penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Kalasan Sleman dan diketahuinya kepatuhan berobat pasien tuberkulosis paru setelah dilaksanakan strategi DOTS di Puskesmas Kalasan Sleman.
  • 5. http://www.skripsistikes.wordpress.com JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional yaitu metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data. Populasi dan Sampel Populasi adalah : Jumlah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang akan diteliti (S. Arikunto, 1999) Populasi dalam penelitian ini adalah penderita tuberkulosis paru yang datang berobat ke Puskesmas Kalasan Sleman dengan jumlah 20 penderita. Sedangkan sampel adalah bagian dari sampel yang akan diteliti dengan sampling tertentu untuk bisa memenuhi/mewakili populasi (Nursalam dan S Partini, 2002). Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien TBC yang mendapat pengobatan dengan menggunakan strategi DOTS yang berobat di Puskesmas Kalasan dengan jumlah 20 penderita. Tehnik pengambilan sempel dengan menggunakan tehnik total sampling. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuisioner sebagai pengumpul data, yang terdiri dari pelaksanaan DOTS instrumennya adalah kuisioner, dan kepatuhan berobat pasien instrumenya adalah kuisioner.
  • 6. http://www.skripsistikes.wordpress.com JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam peneltian ini adalah data primer, yang diperoleh dari penyebaran kuisioner yang akan diberikan kepada penderita tuberkulosis yang datang ke Puskesmas Kalasan dengan menggunakan strategi DOTS, dan data sekunder yang diperoleh dari dinas kesehatan Kabupaten Sleman, Rekam medis Puskesmas Kalasan Sleman, literatur dan bagian yang berhubungan dengan penelitian. Teknik Analisa Data Kuisioner yang telah diisi responden diberi kode sesuai dengan kriteria yang ditentukan, didistribusikan dan dianalisa secara kwantitatif Selanjutnya data diuji dengan menggunakan analisa uji statistik : “ Korelasi Sperman Rho” ( ρ ) Termasuk didalamnya kasus yang special dari person (r ) untuk dua variabel dengan skala ordinal HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Karakteristik Responden Penelitian dilakukan di Puskesmas Kalasan dengan karakteristik responden adalah sebagai berikut: penderita yang menderita tuberkulosis yang berobat di Puskesmas Kalasan pada bulan November – Desember 2007 adalah SD 2 orang atau 1%, SMP 5 orang atau 25%, SMU 11 orang atau 55%, dan akademi 1 atau 5 %. Jenis pekerjaan pensiunan 1 orang atau 5%, petani 15 orang atau 75%, Pegawai negeri 1 atau 5%, wiraswasta 3 orang atau 15%, Jenis kelamin laki-laki 15 orang atau 75%, perempuan 5 atau 25%,
  • 7. http://www.skripsistikes.wordpress.com JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA umur penderita yang mengalami tuberkulosis di Puskesmas Kalasan adalah 10-20 tahun 1 orang atau 5%, 21-30 tahun 3 atau 15%, 31-40 tahun 6 atau 30%, 41-50 tahun 9 atau 45%, dan umur lebih dari 51 tahun adalah 1 orang atau 0,5% (tabel 1). Hasil penelitian strategi pelaksanaan DOTS tentang pengawasan menelan obat di Puskesmas Kalasan pada bulan November –Desember 2007 diperoleh hasil baik 17 orang atau 85%, cukup 3 orang atau 15% (tabel 2). Sedangkan hasil penelitian strategi pelaksanaan DOTS tentang kepatuhan pasien minum obat di Puskesmas Kalasan dengan hasil baik 16 orang atau 80%, cukup 4 orang atau 20% (tabel 3). Strategi pelaksanaan DOTS tentang keteraturan kontrol pasien penderita tuberkulosis di Puskesmas Kalasan pada bulan November- Desember 2007 dengan hasil baik 16 orang atau 80%, cukup 4 orang atau 20 %, dan tidak ada yang mempunyai nilai kurang (tabel 4) Hasil ρ hitung sebesar 0.700, sehingga apabila dibandingkan dengan ρ tabel : 0,5, maka ρ hitung > ρ tabel, sehingga Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara strategi pelaksanaan DOTS terhadap peningkatan keteraturan kontrol penderita tuberkulosis paru. Pembacaan yang paling sederhana adalah dengan melihat signifikasi (p) yang besarnya 0.001, yang dibandingkan dengan α : 5 % maka P < 0,05, sehingga Ho ditolak artinya ada hubungan antara strategi pelaksanaan DOTS terhadap peningkatan keteraturan berobat. Berikut ini adalah tabulasi karakteristik responden dan strategi pelaksanaan DOTS yang disajikan dari tabel 1 sampai dengan 4 :
  • 8. http://www.skripsistikes.wordpress.com JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA Tabel 1. Distribusi Frekwensi Karakteristik Responden Penderita Tuberkulosis di Puskesmas Kalasan pada Bulan November –Desember 2007 No Karakteristik F % 1 Pendidikan a. Tidak sekolah 0 0 b. SD 3 10% c. SMP 5 25% d. SMU 11 55% e. Akademi/ PT 1 5% Jumlah 20 100 % 2 Pekerjaan a. Tidak bekerja 0 0 b. Pensiun 1 5% c. Petani 15 75% d. Pegawai Negeri 1 5% e. Wiraswasta 3 15% f. Lain –lain 0 0 Jumlah 20 100 % 3 Jenis Kelamin a. Laki-laki 15 75% b. Perempuan 5 25% Jumlah 20 100 % 4 Umur a. 10-20 tahun b. 21-30 tahun c. 31-40 tahun d. 41-50 tahun e. > 51 tahun 1 5% 3 15% 6 30% 9 45% 1 5% Jumlah 20 100 % Sumber : data primer tahun 2007 Tabel 2. Strategi Pelaksanaan DOTS tentang Pengawas Menelan Obat di Puskesmas Kalasan pada Bulan November – Desember 2007 No Karakteristik F % 1 Baik 17 85% 2 Cukup 3 15% 3 Kurang - - Jumlah 20 100% Sumber : data primer tahun 2007
  • 9. JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA Tabel 3. Strategi Pelaksanaan DOTS Tentang Kepatuhan Pasien Minum Obat di Puskesmas Kalasan pada Bulan November – Desember 2007 No Karakteristik F % 1 Baik 16 80% 2 Cukup 4 20% 3 Kurang - - Jumlah 20 100% Sumber : data primer tahun 2007 Tabel 4. Strategi Pelaksanaan DOTS Tentang Keteraturan Kontrol Penderita Tuberkulosis di Puskesmas Kalasan pada Bulan November – Desember 2007 No Karakteristik F % 1 Baik 16 80% 2 Cukup 4 20% 3 Kurang - - Jumlah 20 100% Sumber : data primer tahun 2007 Pembahasan Karakteristik Responden. Karakteristik responden penderita yang menderita tuberkulosis yang berobat di Puskesmas Kalasan pada bulan November – Desember 2007 adalah SD 2 orang atau 1%, SMP 5 orang atau 25%, SMU 11 orang atau 55%, dan akademi 1 atau 5 % (tabel 1). Menurut (Freadmen 1987 cit Hesta Meiriansyah, 2005) mengemukakan bahwa semakin terdidik seseorang maka semakin baik pengetahuan seseorang tentang kesehatan, Pernyataan lain yang mendukung tentang upaya peningkatan pengetahuan dengan tingkat pendidikan adalah bahwa tingkat pengetahuan yang rendah dan dan menyebutkan korelasi antara penilaian tingkat pengetahuan diri tentang subyek kesehatan dan perilaku yang aktual memerlukan program pendidikan kesehatan yang lebih efektif. Dalam hal ini bahwa penderita tuberkulosis
  • 10. JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA mayoritas adalah pendidikan SMU yaitu sebesar 11 orang atau 55% (Tabel 1). Jadi ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian penderita tuberkulosis. Jenis pekerjaan pada penderita tuberkulosis yang berobat di wilayah kerja Puskesmas Kalasan adalah pensiunan 1 orang atau 5%, petani 15 orang atau 75%, Pegawai negeri 1 atau 5%, wiraswasta 3 orang atau 15% (Tabel 1). Menurut (Pasaribu 1999, cit Rosa Prambodo, 2005), bahwa jenis pekerjaan tidak ada hubunganya dengan kejadian tuberkulosis, hanya merupakan suatu kebetulan saja karena wilayah Puskesmas Kalasan I adalah dataran rendah dan sebagian penduduknya adalah petani di sawah. Jenis kelamin laki-laki 15 orang atau 75%, perempuan 5 atau 25% (Tabel 1). Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik) menunjukkan angka harapan hidup wanita lebih panjang dibanding pria, secara proporsional kelompok pria mempunyai kecenderungan untuk menderita sakit lebih tinggi dibanding pria, juga menurut (Kartari 2000, cit Hesta Meiriasyah, 2005), akan ada ketimpangan usia harapan hidup laki-laki dan perempuan larena beberapa alasan dimana pria lebih cenderung merokok bekerja keras sebagai tumpuan keluarga, konsumsi alkohol dan pola hidup kurang aktif yang mana menempatkan laki-laki pada faktor resiko tinggi mengalami sakit dari pada wanita termasuk juga sakit tuberkulosis, dari pernyataan ini maka dapat disimpulkan ada hubungan jenis kelamin terhadap kejadian penyakit tuberkulosis. Umur penderita yang mengalami tuberkulosis di Puskesmas Kalasan adalah 10-20 tahun 1 orang atau 5%, 21-30 tahun 3 atau 15%, 31-40 tahun 6 atau 30%, 41-50 tahun 9 atau 45%, dan umur lebih dari 51 tahun adalah 1
  • 11. JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA orang atau 0,5% (Tabel 1) hal ini disebabkan karena sesuai Badan Pengelola Sensus Amerika Serikat, mengatakan tingkat kekebalan tubuh semakin tua maka semakin rentan, dan adanya degeneratif pada sel –sel semua organ juga terhadap timbulnya beberapa macam penyakit diantaranya adalah penyakit tuberkulosis, jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur dengan kejadian tuberkulosis. Strategi DOTS di Puskesmas Kalasan Hasil penelitian strategi pelaksanaan DOTS tentang pengawasan menelan obat di Puskesmas Kalasan pada bulan November –Desember 2007 diperoleh hasil baik 17 orang atau 85%, cukup 3 orang atau 15% (tabel 2). Hasil tertinggi adalah baik ini dikarenakan seperti yang diungkapkan (Yoga 1999 cit Ratih Dewi, 2006) pemilihan PMO disesuaikan dengan keadaan setempat, harus dikenal dan disegani penderita tuberkulosis dan petugas kesehatan. Tenaga PMO bisa berasal dari petugas kesetahan maupun masyarakat. Dari masyarakat bisa keluarga, kader atau TOMA (Tokoh Masyarakat) seperti tokoh adat, tokoh agama, tokoh panutan masyarakat, sebaiknya satu rumah atau dalam satu wilayah dasawisma. Kepatuhan Berobat Pasien Tuberkulosis Di Puskesmas Kalasan Hasil penelitian strategi pelaksanaan DOTS tentang kepatuhan pasien minum obat di Puskesmas Kalasan dengan hasil baik 16 orang atau 80%, cukup 4 orang atau 20% (tabel 3). Pelaksanaan DOTS pada pengobatan tuberkulosis kepatuhan pasien berobat merupakan hal yang penting dan utama untuk menghindari adanya bahaya atau resistensi terhadap obat anti
  • 12. JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA tuberkulosis, Banyak faktor yang menyebabkan penderita tuberkulosis paru terhadap program pengobatan yang telah ditentukan, Rossensnstock (1999, cit Ratih Dewi, 2006), menyebutkan bahwa keberhasilan pengobatan lebih tinggi pada penderita berpendidikan sekolah menengah/perguruan tinggi. Karena mereka akan lebih mengerti dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Strategi pelaksanaan DOTS tentang keteraturan kontrol pasien penderita tuberkulosis di Puskesmas Kalasan I pada bulan November- Desember 2007 denan hasil baik 16 orang atau 80%, cukup 4 orang atau 20 %, dan tidak ada yang mempunyai nilai kurang (tabel 4). Pasaribu mengungkapkan: perilaku berobat akan terjadi bila hilangnya atau kurangnya gejala penyakit sudah merupakan ukuran kesembuhan bagi penderita sehingga penderita menghentikan pengobatanya, tapi dengan menggunakan strategi DOTS, maka keteraturan kontrol pasien akan dapat diatasi karena adanya PMO, dan petugas kesehatan yang selalu memberikan bimbingan kepada PMO dan penderita, sehingga individu tersebut akan mengalami perubahan perilaku dari dalam maupun dari luar, aspek – aspek yang mempengaruhi perilaku dari dalam individu tersebut adalah persepsi, motivasi dan emosi. Sehingga ada hubungan antara strategi pelaksanaan DOTS dengan keteraturan kontrol penderita. Hasil ρ hitung sebesar 0.700, sehingga dibandingkan dengan ρ tabel : 0,5, sehingga ρ hitung > ρ tabel, maka Ho ditolak artinya ada hubungan antara strategi pelaksanaan DOTS terhadap peningkatan keteraturan kontrol penderita tuberkulosis paru.
  • 13. JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA Pembacaan yang paling sederhana adalah dengan melihat signifikasi (p) yang besarnya 0.001, yang dibandingkan dengan α : 5 % maka p < 0,05, sehingga Ho ditolak artinya ada hubungan antara strategi pelaksanaan DOTS terhadap peningkatan keteraturan berobat. KESIMPULAN Kesimpulan hasil penelitian ini adalah : Strategi pelaksanaan DOTS di Puskesmas Kalasan pada bulan November–Desember 2007 kebanyakan diperoleh hasil baik ; kepatuhan berobat pada penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Kalasan kebanyakan dengan hasil baik dan ada hubungan antara strategi pelaksanaan DOTS terhadap kepatuhan berobat pada penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Kalasan tahun 2007.
  • 14. JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA DAFTAR PUSTAKA Arora, V.K., Lonnroth, K & Sarin, R. Improved Case Detection of Tuberculosis through a Public-Private Partnership. Indian Journal of Chest Disease & Allied Science. 2004; 46: 133-6 Demissie, M, Lindtjorn, B, & Berhane, Y. Patient and Helath Service Delay in the Diagnosis of Pulmonary Tuberculosis in Ethiopia.Biomedcentral Public Health. 2002 ; 2(23) : 1-7 Depkes RI, Pedoman Penanggulangan TBC, 2004 P2M Depkes RI. Jakarta Depkes RI, 2004, Petunjuk penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Fixed Dose Combination (OAT –FDC), Jakarta Dewi Hapsari, 2006, Implementasi DOTS pada penanganan Tuberkulosisdi Dua Rumah Sakit Daerah Istimewa Yogyakarta, Skripsi, Tidak diterbitkan, UGM, Yogyakarta. Elysabeth J Corwin, 2001, Buku Saku Parasitologi,, (diterjemahkan Oleh Indah P) Jakarta, buku kedokteran EGC Hesta Meyriyansyah, 2005, Gambaran Rontgen Paru Penderita Tuberkulosis Hubunganya dengan Pemeriksaan Sputum BTA di RSUP. Dr. Sardjito, Skripsi, tidak diterbitkan UGM, Yogyakarta Murthy, K.J.R., Frieden, T.R., Yazdani,A., Hreshikesh,P., (2001). Public- Private Partnership in Tuberculosis Control : Experience in Hyderabad, India. The Internastional Journal of Tuberculosis in Ethiopia. Biomedcentral Public Health. 2002; 2(23) : 1-7 Notoatmojo Soekijo, 2002, Metodologi penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta Nursalam, 2003, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian ILmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Jakarta, Salemba Medika Rajeswari, R, Chandrasekaran V., Suhader, M., Siva Subramaniam S., Sudha,G., Renu.G. Factors Associated with Patient and Health System Delays in The Fiagnosis of Tuberculosis in South India. The International Journal of Tuberculosis and Lung Disease. 2002; 6 (9) : 789-95 Riwidigdo Handoko, 2006, Statistik Kesehatan, Yogyakarta, Mitra cendekia press
  • 15. JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA Rosa Probandono, 2005, Hubungan antara ketaatan berobat penderita tuberkulosis paru dengan kebijakan Penyakit Paru Obstruksi Menahun di RSUP. Dr. Sardjito, Skripsi, tidak diterbitkan Yogyakarta.