1. LAPORAN KASUS
Benign Prostat Hyperplasia
Pembimbing:
dr. Arief Fatoni
dr. Novi Kurniasari
Oleh:
dr. Chusnia Wardani
PROGRAM DOKTER INTERNSHIP KEMENKES
RS MUHAMMADIYAH JOMBANG
KABUPATEN JOMBANG, JAWA TIMUR
3. Identitas pasien
Nama : Tn. Riyono
Umur : 66 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Cangkringrandu RT 05/RW 02, Perak,
Jombang
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Tanggal periksa: 6 Juli 2022
4. Keluhan Utama : Tidak bisa kencing
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Muhammadiyah Jombang dengan keluhan tidak bisa
kencing sejak kemarin sore jam 16.00 (10 jam yang lalu), nyeri perut bawah,
sebelumnya ketika pasien kencing hanya keluar menetes, tidak bisa menahan
kencing, pancarannya lemah, sering terbangun malam hari karena sering kencing,
setiap kencing harus mengejan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya sudah pernah ke RSUD dan di diagnosis BPH sejak bulan januari 2022,
dan diberikan obat. Tetapi pasien tidak membawa obat yang sudah di konsumsi,
hasil USG dan hasil pemeriksaan sebelumnya. HT (+), DM (-)
Riwayat penyakit keluarga
Disangkal
Anamnesis
5. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 V5 M6
Tekanan darah : 160/90mmHg
Nadi : 112x/ menit
Frekuensi nafas : 22x/ menit
Temperatur : 36,8ºC
SpO2 : 99%
Kepala/Leher
Bentuk : Normochepali a-/i-/c-/d-
Leher : JVP (-), pembesaran KGB (-)
Thorax
Pulmo : Pergerakan dinding dada simetris,
sonor +/+, ves +/+, rh -/-, wh -/-
Cor : batas jantung dalam batas normal,
S1 S2 tunggal, murmur (-) gallop(-)
Status Generalis
6. Pemeriksaan Fisik
Abdomen :
- Inspeksi: distended(-), discharge(-)
- Auskultasi: BU(+) normal
- Palpasi : soepel, nyeri tekan (+) regio supra
simfisis, massa(-), VU kesan penuh, hepar
tidak teraba, ren tidak teraba, nyeri ketok cva
(-/-)
- Perkusi : Tympani seluruh regio abdomen
Extremitas:
Akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/-
Status Generalis
Genitalia:
- Nyeri tekan (-), edeme (-)
RT :
- Mukosa rectum licin,
- Tonus sphincter ani baik,
- Ampula tidak kolaps,
- Sulcus tidak teraba,
- Pole atas tidak teraba.
7. IPSS SCORE
No Pertanyaan Skor Keterangan Skor per Item
1 Merasakan masih terdapat sisa urine sehabis kencing?
(emptying incomplete)
3
0 tidak pernah
1 <1 kali dari 5 kejadian
2 < separuh kejadian
3 separuh dari kejadian
4 > separuh kejadian
5 hampir selalu
2 Harus kencing lagi padahal belum setengah jam yang lalu anda
kencing? (frequency)
2
3 Harus berhenti pada saat kencing dan segera mulai kencing lagi
dan hal ini dilakukan berkali-kali? (intermittent)
3
4 Tidak dapat menahan keinginan untuk kencing? (urgency) 5
5 Merasakan pancaran urine yang lemah? (weak streaming) 4
6 Harus mengejan dalam memulai kencing? (straining) 4
7 Dalam sebulan terakhir, berapa kali anda terbangun dari tidur
malam untuk kencing? (nocturia) 5
Tulis sesuai berapa kali anda terbangun
Skor 0 tidak pernah sampai
5 5 kali dalam sebulan
Kesimpulan berdasarkan total skor pertanyaan 1-7 Ringan : 0 – 7
Sedang : 8 – 19
Berat : 20 – 35
8. Assessment
Diagnosis Kerja : Retensio Uri
Diagnosis Primer : susp. BPH dd Ca Prostat
Diagnosis Sekunder : HT
Planning
Diagnosis
- UL
- Uroflowmetri
- USG Trans Abdomen/Trans Rektal
Terapi
- Pasang Cateter
- NSAID
- Rujuk Sp.U
10. Benign Prostate
Hyperplasia (BPH)
Diagnosis histologis dimana adanya proliferasi epitel dan
jaringan otot halus pada zona transisional di prostat
BPH BPE BOO
Sutanto, R.,2021 “Benign Prostatic Hyperplasia”, JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia, 8(3), pp. 90-97. doi: 10.53366/jimki.v8i3.230.
Patofisiologi Diagnosis Pemeriksaan Tatalaksana
Definisi
11. Benign Prostate
Hyperplasia (BPH)
Prevelansi Pada Pria
30-40%
70% Usia 60 thn
90% Usia 80 thn
Patofisiologi Diagnosis Pemeriksaan Tatalaksana
Madersbacher, S., Sampson, N. and Culig, Z., 2019. Pathophysiology of Benign Prostatic Hyperplasia and Benign Prostatic Enlargement: A Mini-Review. Gerontology, 65(5), pp.458-464.
Paduan Penatalaksanaan Klinis Pembesaran Prostat Jinak, Ikatan Ahli Urologi Indonesia, 2017
Hospital Prevalence di Indonesia
• RSCM (1994-2013) 3.804 kasus
Rata-rata usia 66,61 th
• RS Hasan Sadikin (2012-2016) 718 kasus
Rata-rata usia 67,9 th
Definisi
12. Patofisiologi
Definisi Pemeriksaan Tatalaksana
Teori DHT
Teori Estrogen-Testosterone
↓ Kematian Sel
Stem Cell
Kompleks DHT-RA pada intisel sintesis GF
stimulasi pertumbuhan prostat
Testosteron ↓, estrogen tetap proliferasi
kelenjar prostat,
Pengaruh Hormon Androgen, Estrogen, TGFb
↓ Apoptosis penambahan massa prostat
Sel yang mempunyai kemampuan untuk
berproliferasi ekstensive (hormone Androgen)
Ketidaktepatan aktivitas stem sel
Pembesaran
Prostat
↑ Tekanan
Intravesika
Tekanan ke
seluruh bagian
buli
Komplikasi
Kontraksi buli,
perubahan anatomik:
Hipertrofi otot detrusor,
trabekulasi, terbentuk
selula, sakula, divertikel
buli (LUTS)
Aliran balik urin dari
buli ke ureter (refluks
vesikoureter)
● Hidroureter
● Hidronefrosis
● Gagal Ginjal
(0,3%-30%)
Penyempitan lumen
uretra prostatika :
hambat aliran urine
Purnomo, Basuki. 2012. Dasar-Dasar Urologi Edisi 3. Malang: Sagung Seto
Diagnosis
14. terdiri dari gejala storage, voiding, pasca miksi
Evaluasi dengan skor IPSS
manifestasi kompensasi otot buli-buli
untuk mengeluarkan urine
Gejala Saluran
Kencing Bawah
(LUTS)
Jatuh ke fase dekompensasi (fatigue otot buli)
Gejala retensi urin, inkontinensia paradoksa
1. Volume buli terisi penuh
3. Kontraksi otot detrusor ↓
dan leher buli menyempit
2. Massa prostat membesar
Purnomo, Basuki. 2012. Dasar-Dasar Urologi Edisi 3. Malang: Sagung Seto
Partin, A., Dmochowski, R., Kavoussi, L., et al. 2021. Campbell-Walsh-Wein Urology 12th Edition. Philadelphia : Elsevier
Gejala Storage/ Iritatif
Gejala Voiding/ Obstruktif
Gejala Pasca Miksi
• Straining
• Weak stream
• Hesitansi
• Intermitten
• Emptying incomplete
• Frequency = sering kecing
• Urgency =
• Nocturia
• Dysuria
• Terminal dribbling
• Retensi urine
Diagnosis
Patofisiologi Pemeriksaan Tatalaksana
Definisi
15. Skor IPSS
No Pertanyaan Skor Keterangan Skor per Item
1 Merasakan masih terdapat sisa urine sehabis kencing?
(emptying incomplete)
0 tidak pernah
1 <1 kali dari 5 kejadian
2 < separuh kejadian
3 separuh dari kejadian
4 > separuh kejadian
5 hampir selalu
2 Harus kencing lagi padahal belum setengah jam yang lalu anda
kencing? (frequency)
3 Harus berhenti pada saat kencing dan segera mulai kencing lagi
dan hal ini dilakukan berkali-kali? (intermittent)
4 Tidak dapat menahan keinginan untuk kencing? (urgency)
5 Merasakan pancaran urine yang lemah? (weak streaming)
6 Harus mengejan dalam memulai kencing? (straining)
7 Dalam sebulan terakhir, berapa kali anda terbangun dari tidur
malam untuk kencing? (nocturia)
Tulis sesuai berapa kali anda terbangun
Skor 0 tidak pernah sampai
5 5 kali dalam sebulan
Kesimpulan berdasarkan total skor pertanyaan 1-7 Ringan : 0 – 7
Sedang : 8 – 19
Berat : 20 – 35
Diagnosis
Patofisiologi Pemeriksaan Tatalaksana
Definisi
16. Scoring Quality of Life
Pertanyaan Keterangan Skor
Dengan keluhan ini bagaimana anda
menikmati hidup ini?
1 = Sangat senang
2 = Senang
3 = Puas
4 = Campuran antara puas dan tidak puas
5 = Sangat tidak puas
6 = Tidak bahagia
7 = Buruk sekali
Diagnosis
Patofisiologi Pemeriksaan Tatalaksana
Definisi
20. PSA (Prostate Specific Antigen)
PSA disintesis oleh sel epitel prostat
Kadar PSA di dalam serum dapat mengalami peningkatan pada :
• keradangan,
• setelah manipulasi pada prostat (biopsi prostat atau TURP),
• retensi urine akut, kadarnya perlahan menurun terutama setelah 72 jam kateterisasi
• kateterisasi,
• keganasan prostat,
• usia yang makin tua
• Meramalkan perjalanan penyakit BPH
↓
- Pertumbuhan volume prostat lebih cepat
- Keluhan akibat BPH/laju pancaran urine lebih jelek
- Lebih mudah terjadi retensi urine akut
Laju pertumbuhan volume prostat rata-rata per tahun:
Kadar PSA
0,2- 1,3 ng/dl
1,4-3,2 ng/dl
3,3-9,9 ng/dl
Pertumbuhan Volume
0,7 mL/tahun
2,1 mL/tahun
3,3 mL/tahun
Purnomo, Basuki. 2012. Dasar-Dasar Urologi Edisi 3. Malang: Sagung Seto
Partin, A., Dmochowski, R., Kavoussi, L., et al. 2021. Campbell-Walsh-Wein Urology 12th Edition. Philadelphia : Elsevier
Pemeriksaan
Patofisiologi Tatalaksana
Definisi Diagnosis
21. Pencitraan pada BPH
Diukur dari tonjolan (protrusi prostat)
di dalam buli sampai
dasar basis sirkumferensi buli
Derajat IPP berhubungan dengan :
derajat obstruksi leher buli (BOO), jml
urin paska miksi, volume prostat
↓
risiko retensi urin akut
Grade 1 : IPP ≤ 5 mm
Grade 2 : IPP 5,1 – 10 mm
Grade 3 : IPP > 10 mm
Purnomo, Basuki. 2012. Dasar-Dasar Urologi Edisi 3. Malang: Sagung Seto
Partin, A., Dmochowski, R., Kavoussi, L., et al. 2021. Campbell-Walsh-Wein Urology 12th Edition. Philadelphia : Elsevier
Pemeriksaan
Patofisiologi Tatalaksana
Definisi Diagnosis
22. Gambar (A)
Normal RUG, teknik balon
RUG (Retrograde Urethrography)
Gambar (B)
klem Brodney (kepala panah)
striktur uretra pars bulbaris
(anak panah)
Gambar (C)
Struktur uretra normal
pada laki-laki
Menyingkirkan kemungkinan lesi pada saluran kemih bagian bawah seperti
• Striktur uretra penyempitan atau hambatan kontras pada uretra
• Trauma uretra ekstravasasi kontras ke luar dinding uretra
• Tumor uretra atau batu non opak pada uretra filling defect pada uretra
Purnomo, Basuki. 2012. Dasar-Dasar Urologi Edisi 3. Malang: Sagung Seto
Partin, A., Dmochowski, R., Kavoussi, L., et al. 2021. Campbell-Walsh-Wein Urology 12th Edition. Philadelphia : Elsevier
Pemeriksaan
Patofisiologi Tatalaksana
Definisi Diagnosis
23. Uroflowmetri dan PVR (Post Void Residual)
↓
Pemeriksaan pancaran urine
selama proses berkemih
Pemeriksaan non-invasif yang
ditujukan untuk mendeteksi
gejala obstruksi saluran kemih
bawah
↓
Pemeriksaan yg menilai residu
urine pada buli setelah miksi
Dapat dilakukan dengan kateter,
TAUS, maupun bladder scanner
Non signifikan < 30 ml
Masih dapat diterima < 100 ml
Curiga BOO/DUA > 300 ml
• Qmax > 20 ml/detik : kemungkinan BOO rendah
• Q antara 15-20 ml/detik : kemungkinan BOO rendah,
namun pada pasien dengan keluhan simpomatik yang
jelas diperlukan pemeriksaan lanjutan
• Q antara 10-15 ml/detik : meragukan/ equivocal
• Q < 10 ml/detik : dapat mengindikasikan adanya BOO,
striktur uretra, maupun DUA (detrusor under activity)
Qmax
Vv
TQ
Qav
TQmax
Q = Vv : TQ
Purnomo, Basuki. 2012. Dasar-Dasar Urologi Edisi 3. Malang: Sagung Seto
Partin, A., Dmochowski, R., Kavoussi, L., et al. 2021. Campbell-Walsh-Wein Urology 12th Edition. Philadelphia : Elsevier
McAninch, J., Lue, T. 2020 . Smith & Tanagho’s General Urology 19th Edition. New York : McGraw Hill
Pemeriksaan
Patofisiologi Tatalaksana
Definisi Diagnosis
24. Tatalaksana
Patofisiologi Pemeriksaan
Definisi
Gejala LUTS
Anamnesis, Pemeriksaan Fisik,
Pemeriksaan Penunjang
Tanda BOO
OAB dan BOO Perbesaran minimal (<40 ml)
dan/atau PSA <1,5 ng/ml
Kelenjar besar (>40 ml)
dan/atau PSA >1,5 ng/ml
Modifikasi Lifestyle,
Antimuskarinik dan α-
blockers
Watchfull Waiting dan
Modifikasi Lifestyle, ± α-
blockers / PDE5I
Modifikasi Lifestyle ± α-
blockers / PDE5I ± 5α
reductase inhibitor
LUTS membaik LUTS tidak membaik
LUTS dengan
Komplikasi
Rujuk ke Spesialis untuk Pemeriksaan Penunjang
tambahan dan Operatif
Jangka Pendek Jangka Panjang
Partin, A., Campbell, M., Walsh, P. and Wein Alan J, 2020. Campbell-Walsh-Wein Urology. 12th ed. Amsterdam: Elsevier, pp.2637-2649
Opsi Terapi Medikamentosa
Opsi MIST atau
Operatif
Diagnosis
25. Tatalaksana BPH
Tatalaksana
Patofisiologi Pemeriksaan
Keluhan Ringan (IPSS Score <7)
Edukasi & Modifikasi Gaya Hidup
• Intake cairan harian 1,5-2 L
• Mengurangi intake cairan sebelum tidur
• Menghindari Kafein, alcohol
• Menghindari obat diuretik (dengan
persetujuan dokter)
• Bladder Retraining
Watchfull Waiting
Pilihan terapi
α blocker
PDE5I
5α reductase inhibitor
Antimuskarinik
Fitofarmaka
Medikamentosa
• Terapi Medikamentosa tidak berhasil
• Menolak Medikamentosa
• Riwayat Operasi Urologi,
• Indikasi tidakan bila ditemukan hasil
dibawah ini saat pemeriksaan awal
a. PSA Abnormal, DRE curiga
Keganasan
b. Hematuria
c. Nyeri
d. Palpable Bladder
e. ISK
f. Batu Buli (+)
g. Penurunan Fungsi Ginjal
h. Neurologic Disease
Operatif
McAninch, J. and Lue, T., 2020. Smith & Tanagho's General Urology. 19th ed. New York: McGraw-Hill Education, pp.302-304.
McPartin, A., Campbell, M., Walsh, P. and Wein Alan J, 2020. Campbell-Walsh-Wein Urology. 12th ed. Amsterdam: Elsevier, pp.2637-2649
Vasanwala, F. F., Wong, M., Ho, H., & Foo, K. T., 2017. Benign prostatic hyperplasia and male lower urinary symptoms: A guide for family physicians. Asian journal of urology, 4(3),
181–184.
Definisi Diagnosis
26. Tatalaksana
Patofisiologi Pemeriksaan
α blockers 5α Reduktase Inhibitor
Menghambat kontraksi otot polos prostat
: << resistensi tonus bladder neck dan
uretra
Hambat pembentukan DHT, sistesis protein dan
replikasi prostat turun. Induksi proses apoptosis sel ->
kecilkan volume prostat
Non Selektif Phenoxybenxamine 10 mg, 2x/hr
α1 Short Acting Prazosin 2mg, 2x/hr
α1 Long Acting Terazosin 5 atau 10 mg / hr
Doxasozin 4 atau 8mg / hr
Finasteride 5mg / hr
Dutasteride 0,5mg / hr
Selektif α1a Tamsulozin 0,4 atau 0,8 mg/ hr
Alfuzosin 10mg/ hr
Silodosin 8mg / hr
Medikamentosa
Definisi
Aninch, J. and Lue, T., 2020. Smith & Tanagho's General Urology. 19th ed. New York: McGraw-Hill Education, pp.302-304.
McPartin, A., Campbell, M., Walsh, P. and Wein Alan J, 2020. Campbell-Walsh-Wein Urology. 12th ed. Amsterdam: Elsevier, pp.2637-2649
Diagnosis
27. Aninch, J. and Lue, T., 2020. Smith & Tanagho's General Urology. 19th ed. New York: McGraw-Hill Education, pp.302-304.
McPartin, A., Campbell, M., Walsh, P. and Wein Alan J, 2020. Campbell-Walsh-Wein Urology. 12th ed. Amsterdam: Elsevier, pp.2637-2649
PDE5 inhibitor Antimuskarinik
Meningkatkan cGMP intrasel,
mengurangi tonus otot polos detrusor,
prostat, dan uretra
Mengurangi kontraksi sel otot polos kandung kemih.
Umumnya untuk pengobatan OAB. Dilakukan pada
pasien BOO + gejala storage LUTS
Tadalafil 5mg/hr selama 12 minggu Darinafenacin 7,5 – 15mg / hr
Fesoterodine 4-8mg / hr
Oxybutynin 5-15mg /hr (max 20mg)
Propiverine 30mg /hr
Solifenacin 5-10 mg, 2-3x/hr
Tolterodine 2-4mg / hr
Trospium 60mg / hr
Medikamentosa
Tatalaksana
Patofisiologi Pemeriksaan
Definisi Diagnosis
28. Operatif
Pria dengan BPH dengan Indikasi Absolut/ Tidak respon medikamentosa/ Menolak
Medikamentosa
Resiko Operasi
Rendah
Operasi dengan
anastesi
Tinggi
Bisa Tidak Bisa
Bisa Dihentikan
dengan Koagulan
Bisa Tidak
Volume Prostat
30-80 mL
<30 mL >80 mL
TURP
Laser Enucleation
/ Vaporization
TURP
TUIP
Open Prostatectomy
HoLEP
Laser Vaporization
TURP
Laser Enucleation
/ Vaporization
Kateter Menetap
CIC
Cystotomi
Paduan Penatalaksanaan Klinis Pembesaran Prostat Jinak, Ikatan Ahli Urologi Indonesia, 2017
Tatalaksana
Patofisiologi Pemeriksaan
Definisi Diagnosis
29. Operatif
Simple Prostactetomy
Retropubik Simple Prostatektomi, Suprapubic Simple Prostatektomi, Laparoskopi
Retropubik Simple
Prostatektomi
(Millin)
McPartin, A., Campbell, M., Walsh, P. and Wein Alan J, 2020. Campbell-Walsh-Wein Urology. 12th ed. Amsterdam: Elsevier, pp.2637-2649
Tatalaksana
Patofisiologi Pemeriksaan
Definisi Diagnosis
30. Operatif
Simple Prostactetomy
Retropubik Simple Prostatektomi, Suprapubic Simple Prostatektomi, Laparoskopi
Suprapubik Simple
Prostatektomi
(Freyer)
McPartin, A., Campbell, M., Walsh, P. and Wein Alan J, 2020. Campbell-Walsh-Wein Urology. 12th ed. Amsterdam: Elsevier, pp.2637-2649
Tatalaksana
Patofisiologi Pemeriksaan
Definisi Diagnosis
31. Operatif
Transurethal
Aninch, J. and Lue, T., 2020
TURP
(Transurethral Resection of The Prostate)
Laser Vaporization
TUIP
(Transurethral Incision of The Prostate)
Laser Enucleation / HoLEP
(Holmium Laser Enucleation of the Prostate)
TUNA
(Transurethral Needle Ablation of the Prostate)
HIFU
(High Intensity Focused Ultrasound)
TUMT
(Transurethral Microwave Therapy)
McPartin, A., Campbell, M., Walsh, P. and Wein Alan J, 2020. Campbell-Walsh-Wein Urology. 12th ed. Amsterdam: Elsevier, pp.2637-2649
Tatalaksana
Patofisiologi Pemeriksaan
Definisi Diagnosis
32. Operatif
Transurethal Resection of Prostate (TURP)
McPartin, A., Campbell, M., Walsh, P. and Wein Alan J, 2020. Campbell-Walsh-Wein Urology. 12th ed.
Amsterdam: Elsevier, pp.2637-2649
Paduan Penatalaksanaan Klinis Pembesaran Prostat Jinak, Ikatan Ahli Urologi Indonesia, 2017
Merupakan Gold Standart pembedahan pada pasien BPH.
Secara umum, TURP dapat memperbaiki gejala BPH hingga
90% dan meningkatkan laju pancaran urine hingga 100%
M-TURP dan B-TURP
Komplikasi
Sindroma TURP
Perdarahan
Acute urinary retention
Tatalaksana
Patofisiologi Pemeriksaan
Definisi Diagnosis
33. Monitoring Hasil Treatment
Paduan Penatalaksanaan Klinis Pembesaran Prostat Jinak, Ikatan Ahli Urologi Indonesia, 2017
Tatalaksana
Patofisiologi Pemeriksaan
Definisi Diagnosis
Evaluasi rutin dilakukan dengan pemeriksaan IPSS, uroflowmetry,
dan pengukuran volume residu urine pasca berkemih.
Jadwal Kontrol sesuai Jenis Treatment
Watchful Waiting 6 bulan pertama, lalu tiap tahun
Medikamentosa
α blockers, antimuskarinik, PDE5 Inhibitor, Terapi
Kombinasi
4-6 minggu setelah inisiasi obat , lalu 6 bulan
5α Reduktase Inhibitor
12 minggu, 6 bulan
Operatif
4-6 minggu
Bila tidak ada gejala dan efek samping, penilaian
ulang tidak diperlukan
35. Tinjauan Kasus Tinjauan Pustaka
Anamnesis
• Tidak bisa kencing(akut, +- 3
minggu yll)
• Kencing menetes
• Riwayat operasi HIL
• Fase dekompensasi/ fatigue otot buli (Basuki, 2016)
• Gejala obstruktif dari LUTS (Basuki, 2016; McAninch, 2021; Partin, 2021)
• Akibat sering mengejan saat miksi tekanan intraabdomen meningkat (Basuki, 2016)
Pemeriksaan Fisik
• Massa suprapubik dan retensi
tidak dapat dievaluasi karena telah
terpasang kateter
• DRE : konsistensi kenyal, lobus
kanan kiri simetris, nodul di jam 1
Tanda benign : konsistensi kenyal seperti ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris (Basuki,
2016). Namun ditemukan nodul di arah jam 1, yang mana merupakan salah satu tanda
malignansi, perlu evaluasi lebih lanjut seperti pemeriksaan PSA, TRUS, MRI atau biopsi
(McAninch, 2020)
Diagnosis
36. Tinjauan Kasus Tinjauan Pustaka
Pemeriksaan Penunjang
• Leukositosis
• Piuria
• GDA normal
• RFT normal
• Terdapat tanda proses infeksi pada pemeriksaan DL dan UL. Diperlukan kultur urine untuk
evaluasi kuman dan sensitivitasnya terhadap antimikroba (Basuki, 2016; McAninch, 2020;
Partin, 2021)
• Menyingkirkan DD neurogenik bladder pada pasien DM (Basuki, 2016)
• RFT yang normal dapat menurunkan komplikasi post operasi (Basuki, 2016; McAninch,
2020; Partin, 2021)
Diagnosis: retensio urine
DD : BPH/BOO, striktur uretra, ca
prostat
• Pemeriksaan uroflowmetri : plateu striktur, prolong BPH (McAninch, 2020)
• RUG cek striktur (Basuki, 2016; McAninch, 2020; Partin, 2021)
• Biopsi, PSA (McAninch, 2020)
Diagnosis
37. Terapi yang Dilakukan
Operatif
Transurethal Resection of Prostate (TURP)
Indikasi pada Pasien :
- Riwayat Operasi Urologi
- Curiga Keganasan (Prostat teraba Keras), Nodul (+) arah jam 1
Frekuensi bila BAK > 5-6x sehari
Nocturia bila BAK >2x per malam
Volume buli penuh : cuaca dingin, menahan BAK terlalu lama, konsumsi obat/minuman diuretik (alkohol, kopi), minum terlalu berlebihan
Massa prostat membesar : setelah aktivitas seksual, infeksi prostat akut
Kontraksi otot detrusor turun dan leher buli menyempit akibat konsumsi obat golongan antikolinergik atau adrenergik alfa
IPP : Perubahan morfologis akibat pertumbuhan berlebih lobus medius dan lateral prostat ke arah buli