2. A. Konsep dasar Kejang
Demam
1. Pengertian Kejang Demam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 380
C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
(Arif Mansjoer. 2000)
Kejang demam (febrile convulsion) ialah bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Taslim.
1989)
3. 2. Etiologi
Penyebab kejang demam menurut Buku Kapita
Selekta Kedokteran belum diketahui dengan pasti,
namun disebutkan penyebab utama kejang demam
ialah demam yang tinggi. Demam yang terjadi sering
disebabkan oleh :
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
Gangguan metabolic
Penyakit infeksi diluar susunan saraf misalnya
tonsilitis, otitis media, bronchitis.
Keracunan obat
Faktor herediter
Idiopatik.
4. 3. Patofisiologi
Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan
dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi
difusi ion kalium dan natrium melalui membran tersebut
dengan akibat teerjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya
dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan
terjadi kejang. Kejang demam yang terjadi singkat pada
umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala
sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama ( lebih dari 15
menit ) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan
oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi
arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu
tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh makin
meningkatnya
aktivitas
otot,
dan
selanjutnya
menyebabkan metabolisme otak meningkat
5. Lanjutan..!!
Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah
yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan
permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang
mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan
pada daerah medial lobus temporalis setelah
mendapat serangan kejang yang berlangsung lama
dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga
terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang
demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan
kelainan anatomis diotak hingga terjadi epilepsi.
6. 4. Klasifikasi Kejang Demam
Menurut Livingston ( 1954) Kejang demam di bagi
atas:
Kejang demam sederhana : Kejang demam yang
berlangsung singkat. Yang digolongkan kejang demam
sederhana adalah
kejang umum
waktunya singkat
umur serangan kurang dari 6 tahun
frekuensi serangan 1-4 kali per tahun
EEG normal
7. Sedangkan menurut subbagian saraf anak FKUI,
memodifikasi criteria Livingston untuk membuat
diagnosis kejang demam sederhana yaitu :
Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
Kejang berlangsung sebentar, tidak melebihi 15 menit.
Kejang bersifat umum.
Kejang timbul dalam 16 jam pertama
Pemeriksaan neurologist sebelum dan sesudah kejang
normal
Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu setelah
suhu normal tidak menunjukkan kelainan.
Frekuensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 4
kali.
8. 5. Manifestasi klinis
Gejala berupa
Suhu anak tinggi.
Anak pucat / diam saja
Mata terbelalak ke atas disertai kekakuan dan kelemahan.
Umumnya kejang demam berlangsung singkat.
Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau
hanya sentakan atau kekakuan fokal.
Serangan tonik klonik ( dapat berhenti sendiri )
Kejang dapat diikuti sementara berlangsung beberapa
menit
Seringkali kejang berhenti sendiri.
9. 6. Komplikasi
Menurut Taslim S. Soetomenggolo dapat
mengakibatkan :
Kerusakan sel otak
Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung
lama lebih dari 15 menit dan bersifat unilateral
Kelumpuhan
10. 7. Pemeriksaan Penunjang
EEG
Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi
otak akibat lesi organik, melalui pengukuran EEG ini
dilakukan 1 minggu atau kurang setelah kejang.
CT SCAN
mengidentifikasi lesi serebral, mis: infark, hematoma,
edema serebral, dan Abses.
Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal
(cairan yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk
meneliti kecurigaan meningitis
Laboratorium
Darah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit )
mengetahui sejak dini apabila ada komplikasi dan penyakit
kejang demam.
11. 8. Penatalaksanaan Medis
Pada penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu
dikerjakan yaitu :
1. Pengobatan Fase Akut
Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang
pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau
muntahan. Jalan napas harus bebas agar oksigennisasi
terjami. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran,
tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu
tubuh tinggi diturunkan dengan kompres air dan
pemberian antipiretik.
Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah
diazepam yang diberikan intravena atau intrarektal. Dosis
diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan
kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg.
bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan
penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila tidak timbul
kejang lagi jarum dicabut
12. Lanjutan..!!
Bila
diazepam intravena tidak tersedia atau
pemberiannya sulit gunakan diazepam intrarektal 5
mg (BB<10>10kg). bila kejang tidak berhenti dapat
diulang selang 5 menit kemudian. Bila tidak berhenti
juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20
mg/kgBB secara intravena perlahan-lahan 1
mg/kgBb/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus
dilakukan pembilasan dengan Nacl fisiologis karena
fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena.
13. Lanjutan..
Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan
fenobarbital diberikan langsung setelah kejang berhenti.
Dosis awal untuk bayi 1 bulan -1 tahun 50 mg dan umur 1
tahun ke atas 75 mg secara intramuscular. Empat jama
kemudian diberikan fenobarbital dosis rumat. Untuk 2 hari
pertama dengan dosis 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2
dosis, untuk hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5
mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Selama keadaan belum
membaik, obat diberikan secara suntikan dan setelah
membaik per oral. Perhatikan bahwa dosis total tidak
melebihi
200mg/hari.
Efek
sampingnya
adalah
hipotensi,penurunan kesadaran dan depresi pernapasan.
Bila kejang berhenti dengan fenitoin,lanjutkna fenitoin
dengan dosis 4-8mg/KgBB/hari, 12-24 jam setelah dosis
awal.
14. 2. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebrospinalis dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama
pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun
demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi
lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai
meningitiss, misalnya bila ada gejala meningitis atau
kejang demam berlangsung lama.
15. 3. Pengobatan profilaksis
Ada 2 cara profilaksis, yaitu
(1) profilaksis intermiten saat demam atau
(2) profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan
setiap hari