SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
BENIGN PROSTATIC
HYPERPLASIA
Identitas Pasien
• Nama : Tn. SH
• Rekam medis : 1-59-54-XX
• Umur : 77 tahun
• Alamat : Yogyakarta
Anamnesis
• Keluhan utama: BAK tidak lancar
• RPS: BAK tidak lancar sejak 3 bulan yang lalu, pasien
mengeluhkan peningkatan frekuensi kencing dan
terbangun di malam hari untuk kencing. Pasien menyangkal
merasakan nyeri saat BAK, pasien tidak pernah
mengeluarkan batu saat berkemih, serta menyangkal
merasakan kencing tidak lampias.
SELAMA 1BULAN TERAHIR SEBERAPA SERING
0 1 2 3 4 5
1.Tidak lampias saat
selesai berkemih ?
0 1 2 3 4 5
2. Harus kembali
kencing dalam waktu <
2jam
0 1 2 3 4 5
3. Kencing terputus
putus
0 1 2 3 4 5
4. Sulir menahan
kencing
0 1 2 3 4 5
5. Pancaran kencing
lemah
0 1 2 3 4 5
6. Mengedan untuk
mulai berkemih
0 1 2 3 4 5
7.Bangun untuk
berkemih malam
hari
Tidak
ada
0
1 kali
1
2 kali
2
3 kali
3
4 kali
4
5 kali /
lebih
5
Skor
Total
21
Seandainya Anda harus
menghabiskan sisa hidup
dengn fungsi berkemih
seperti ini bagaimana
perasaan Anda
0 1 2 3 4 5 6
• RPD: riwayat retensi (-), riwayat trauma/op pada daerah
kelamin disangkal, riwayat tumor/kanker disangkal,
riwayat penyakit kronis disangkal, DM(-), HT (-)
• RPK: keluhan serupa disangkal, riwayat tumor/kanker
disangkal, DM(-), HT (-)
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum: compos mentis, baik
• VS : TD 120/80 HR 76 RR 18 S 36,5
• Status urologis
Flank : I: bulging (-)
P: NT (-) nyeri ketok (-) ballotement (-)
Suprapubik : I : bulging (-)
P: NT (-)
Genital eksterna : I : oue dbn, discharge (-)
P : NT (-) penis skrotum testis epididimis dbn
• RT : TMSA dbn; mukosa recti licin; ampula recti tidak kolaps; prostat
simetris, nodul (-), kenyal, TBP 20 gram, BCR (+)
Pemeriksaan Penunjang
USG
• Tak tampak hidronefrosis
• TBP 29,69 gram
Diagnosis
• Susp. BPH dengan LUTS
• Differensial diagnosis:
• - ca. Prostat
• -vesicolithiasis
• -striktur urethra
Tindakan
• Tab tamsulosin 0,4 mg 1.d.d Tab I
• Cek laboratorium  BUN, kreatinin, urinalysis, PSA
• Cek uroflowmetri
BPH
DEFINISI
Benign Prostate Hyperplasia (BPH) adalah proses
hyperplasia masa nodul fibromyoadenomatous pada inner
zone kelenjar prostat periuretral, sehingga jaringan
prostat di sekitarnya terdesak dan membentuk kapsul
palsu di sisi luar jaringan yang mengalami hyperplasi
(surgical capsule).
Prevalensi BPH
• Pathological process start at age 40 years
• 50% in men > 60 years*
• 90% in men > 85 years*
• 90% in men 50-80 years**
• Second most frequent in urology in Indonesia
*AUA practice guidelines committee. J.Urol.2003,170
** MSAM-7 Eur Urol. in press 2004
ANATOMI
• Prostat adalah organ genitalia
pria yang terletak di sebelah
inferior buli-buli, di depan
rektum dan membungkus uretra
posterior. Prostat memiliki
komponen fibromuscular dan
glandular.
• Berukuran 4 x 3 x 2,5 cm dan
berat kurang lebih 20 gram.
• Inervasi
• Plexus pelvicus ,
• cab parasimpatik dari med.spin setinggi S2-S4
• cab simpatik dari thoracolumbal L1-L2
• Vaskularisasi dan Aliran limfatik
• a.vesikalis inferior (a.illiaka interna), a.hemoroidalis media
(a.mesenterica inferior), a.pudenda interna (a.illiaca interna).
Cabang-cabang arteri tersebut masuk lewat basis prostat di Vesico
Prostatic Junction.
• Darah vena dialirkan kembali melalui plexus venosus prostaticus
yang kemudian diteruskan ke v.iliaca interna.
• Pembuluh limfe dari prostat mengalirakn cairan limfe ke nodi
limfatici iliaca interna.
FUNGSI
• Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah
satu komponen dari cairan ejakulat.
Cairan kelenjar ini dialirkan melalui duktus sekretorius dan
bermuara di uretra posterior untuk kemudian dikeluarkan
bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi.
• Cairan ini merupakan kurang lebih 25% dari volume
ejakulat.
• Jika kelenjar ini mengalami hiperplasi jinak atau berubah
menjadi kanker ganas dapat mengobstruksi uretra
posterior.
ETIOLOGI
Peningkatan usia  peningkatan
estrogen  sensitisasi reseptor
androgen pada testosterone
meningkat
PATOFISIOLOGI
1. Obstruktif :
- Mekanisme mekanik atau statis : kelainan bersifat
anatomik, terjadi akibat perubahan
volume,konsistensi dan bentuk kelenjar prostat
- Mekanisme fungsional atau dinamik : kelainan
neuromuskuler oleh serabut otot polos pada urethra
pars prostatika,kelenjar prostat dan kapsula
2. Iritatif : respon sekunnder dari peningkatan resistensi
buli  hipertrofi dan hiperplasia m.detrussor vesica 
herniasi mukosa  false diverticulum
1. Fase kompensata
Pada tahap awal setelah terjadi
pembesaran prostat, resistensi pada
leher vesika dan daerah prostat
meningkat  detrusor menjadi lebih
tebal.
Penonjolan serat detrusor ke dalam
kandung kemih dengan sistoskopi
akan terlihat seperti balok yang
disebut trabekulasi (buli-buli balok).
Mukosa dapat menerobos keluar
diantara serat detrusor.
Tonjolan serat yang kecil dinamakan
sakula, sedangkan yang besar
dinamakan divertikel
2. Fase Dekompensata
Apabila keadaan berlanjut maka detrusor menjadi lelah
dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu
lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin 
timbul rasa tidak tuntas pada akhir miksi.
• Jika keadaan ini berlanjut maka pada suatu saat akan terjadi
kemacetan total sehingga penderita tidak mampu lagi miksi.
• Karena produksi urin terus terjadi maka vesika tidak mampu lagi
menampung urin sehingga tekanan intravesika terus meningkat dan
dapat terjadi inkontinensia paradoks.
• Retensi kronik menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter,
hidronefrosis, dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat
bila terjadi infeksi.
• Pada waktu miksi penderita terus mengedan sehingga lama kelamaan
menyebabkan hernia atau hemoroid.
• Karena selalu terbentuk sisa urin terbentuk batu endapan di dalam
kandung kemih.
• Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan
hematuria.
• Batu juga dapat menimbulkan sistitis dan bila terjadi refluks dapat
terjadi pielonefritis.
MANIFESTASI KLINIS : LUTS
Gejala Obstruksi : Disebabkan karena m.detrussor gagal berkontraksi
cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus.
• Menunggu lama pada permulaan buang air kecil (hesitancy)
• Harus mengedan saat buang air kecil (straining),
• Buang air kecil terputus-putus (intermittency)
• Terminal dribbling
• Pancaran miksi lemah
• Rasa belum puas sehabis miksi (Incomplete emptying)
Gejala Iritatif :
Disebabkan karena pengosongan vesika yang tidak sempurna
pada saat miksi atau pembesaran prostat menyebabkan
rangsangan pada vesika,sehingga vesika sering berkontraksi
meskipun belum penuh.
• sering buang air kecil (frequency)
• buang air kecil malam hari lebih dari satu kali (nocturia)
• tergesa-gesa untuk buang air kecil (urgency)
• sulit menahan buang air kecil (urge incontinence)
ANAMNESIS
• ANAMNESA
• Proses & lamanya gangguan berkemih
• Komplikasi yang menyertai
• Riwayat operasi sebelumnya
• Kesehatan umum & fungsi seks
• Toleransi pada terapi
• Obat-obatan yang diminum
• Anticholinergic ( mengurangi kontraksi buli-buli)
•  simpatomimetik ( meningkatkan resistensi outflow)
(Cockett et all 1993, McConnell et all 1994)
ANAMNESIS
• SISTEM SKORING
• I-PSS (International Prostat Symtomp Score)
• Ringan = 0 – 7
• Sedang = 8 – 19
• Berat = 20 - 35
SELAMA 1BULAN TERAHIR SEBERAPA SERING
0 1 2 3 4 5
1.Tidak lampias saat
selesai berkemih ?
0 1 2 3 4 5
2. Harus kembali
kencing dalam
waktu < 2jam
0 1 2 3 4 5
3. Kencing terputus
putus
0 1 2 3 4 5
4. Sulir menahan
kencing
0 1 2 3 4 5
5. Pancaran kencing
lemah
0 1 2 3 4 5
6. Mengedan untuk
mulai berkemih
0 1 2 3 4 5
7.Bangun untuk
berkemih malam
hari
Tidak
ada
0
1 kali
1
2 kali
2
3 kali
3
4 kali
4
5 kali /
lebih
5
PEMERIKSAAN FISIK
• Status urologis : regio flank, regio
suprapubis, dan regio genitalia
eksterna
• Colok dubur
• Tonus sfingter ani 
• Mukosa rectal
• Ampula recti
• Prostat
• KONSISTENSI, simetri
• UKURAN ( obstruksi) 
• PERMUKAAN, NODUL
• Nyeri tekan
• Massa di rectum
LABORATORIUM
• URINALISA
• HEMATURI,
• PYURI,
• PROTEINURI
• GLUKOSURIA.
(Cockett et all 1993, McConnell et all 1994)
• UREUM / KREATININ
• 13,6% (0,3 – 30%) BPH + insufisiensi renal
(McConnell et all 1994)
LABORATORIUM
• PSA
• Dihasilkan oleh Jaringan Prostat Jinak dan Ganas.
• Terdapat False (+) / (-).
• Nilai normal (< 4 ng/dl).
UROFLOWMETRI
UROFLOWMETRI
• Tidak invasif (nyaman)
• Q MAX (MAX. FLOW RATE)
• NORMAL ( 15 – 25 CC/DET)
• Ringan (12 – 14 cc/det)
• Sedang ( 8 – 12cc/det)
• Buruk ( <8 cc/det)
• Jumlah kencing
• >150cc
RESIDU URIN
• RESIDU URIN (USG trans abdominal)
• Normal (78% < 5cc)
(100% < 12 cc)
• Minimal (< 50cc)
• Sedang (50 – 100cc)
• Banyak (>100cc)
(Di Mare et all 1963)
Pemeriksaan Tambahan
• BNO – IVP
• USG ( GINJAL & Sal Kemih)
1. Infeksi saluran kemih berulang
2. Hematuria
3. Riwayat Batu Saluran Kemih
4. Gangguan fungsi Ginjal
(McConnell et all 1994)
Terapi
Observasi Medikamentosa Pembedahan
Watchful waiting Antagonis adrenergik-
eg. tamsulosin
Inhibitor reduktase-5
eg finasteride,
dutasteride
Prostatektomi terbuka
TURP
TUIP
Pilihan Terapi pada Hiperplasia Prostat Jinak (BPH)
Indikasi Absolut Operasi Pada BPH (TUR
Prostat-Open Prostat)
1. Retensio urine akut / berulang
2. Infeksi saluran kemih rekuren/persisten karena BPH
3. Gejala signifikan tidak membaik dengan
medikamentosa
4. Gross hematuri berulang karena BPH
5. Perubahan patofisiologi ginjal, ureter atau kandung
kemih karena BPH
6. Batu kandung kemih karena BPH
Wein: Campbell-Walsh Urology, 9th ed.
Pembedahan
• Prosedur TURP merupakan 90% dari semua tindakan
pembedahan prostat pada pasien BPH
• TURP lebih bermanfaat dari pada watchful waiting
• TURP lebih sedikit menimbulkan trauma dibandingkan
prosedur bedah terbuka dan memerlukan masa
pemulihan yang lebih singkat.
• Secara umum TURP dapat memperbaiki gejala BPH
hingga 90%, meningkatkan laju pancaran urine hingga
100%.
TUR PROSTAT
Pembedahan
• Komplikasi dini yang terjadi pada saat operasi sebanyak
18-23%, dan yang paling sering adalah perdarahan
sehingga membutuhkan transfusi, infeksi, TUR syndrome
• Timbulnya penyulit biasanya pada reseksi prostat yang
beratnya lebih dari 45 gram, usia lebih dari 80 tahun,
ASA II-IV, dan lama reseksi lebih dari 90 menit. Sindroma
TUR terjadi kurang dari 1 %,
TUR PROSTAT
Pembedahan
• TUIP atau insisi leher buli-buli (bladder neck insicion)
direkomendasikan pada prostat yang ukurannya kecil
(kurang dari 30 cm3)
• Tidak dijumpai pembesaran lobus medius, dan tidak
diketemukan adanya kecurigaan karsinoma prostat.
Teknik ini dipopulerkan oleh Orandi pada tahun 1973,
dengan melakukan mono insisi atau bilateral insisi
mempergunakan pisau Colling mulai dari muara ureter,
leher buli-buli sampai ke verumontanum.
• Insisi diperdalam hingga kapsula Prostat.
TUI PROSTAT
Pembedahan
• Prostatektomi terbuka merupakan cara yang paling tua,
paling invasif, dan paling efisien di antara tindakan pada BPH
yang lain dan memberikan perbaikan gejala BPH 98%.
• Pembedahan terbuka dianjurkan pada prostat volumenya
diperkirakan lebih dari 80-100 cm3. Dilaporkan bahwa
prostatektomi terbuka menimbulkan komplikasi striktur uretra
dan inkontinensia urine yang lebih sering dibandingkan
dengan TURP ataupun TUIP.
OPERASI TERBUKA
• Operasi terbuka ini dianjurkan pada BPH dengan berat lebih
dari 50 gram atau yang diperkirakan tidak dapat reseksi dengan
sempurna dalam waktu satu jam.
• BPH yang disertai penyulit, disertai batu buli-buli yang
diameternya lebih dari 2,5 cm atau multipel
• Tidak tersedia fasilitas untuk melakukan TURP Prostat baik
sarana maupun tenaga ahlinya.
KOMPLIKASI PROSTATEKTOMI
• Perdarahan
• Post operative pain
• Risiko infeksi
• Disfungsi ereksi
ADVERSE EFFECT
• Loss of ejaculation
• Retrogade ejaculation
• Incontinence
• Striktur
• Retensi urin
REFLEKSI
• Sebagai dokter umum harus menguasai kompetesi dalam
mendiagnosa dan memberi tatalaksana bagi kasus BPH.
• Kasus BPH memiliki insidensi yang cukup tinggi,
sehingga dokter umum seharusnya sadar untuk
menskrining kemungkinan terjadinya BPH pada pasien
lansia yang datang untuk berobat baik dengan keluhan
yang menjurus ke BPH maupun tidak.
• Penting untuk dapat menjelaskan dengan baik pada
pasien mengenai sistem perujukan ke spesialis urologi
agar pasien patuh dan segera mendapatkan penanganan
yang sesuai dan komprehensif.
BPH.pptx

More Related Content

Similar to BPH.pptx (20)

Bph
BphBph
Bph
 
Bph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNA Bph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNA
 
Bph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNABph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNA
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
Satpel bph
Satpel bphSatpel bph
Satpel bph
 
Eliminasi Urine.ppt
Eliminasi Urine.pptEliminasi Urine.ppt
Eliminasi Urine.ppt
 
Askep bph
Askep bphAskep bph
Askep bph
 
Retensi urine
Retensi urineRetensi urine
Retensi urine
 
BATU_SALURAN_KEMIH.pptx
BATU_SALURAN_KEMIH.pptxBATU_SALURAN_KEMIH.pptx
BATU_SALURAN_KEMIH.pptx
 
BPH KELOMPOK 1.pptx
BPH KELOMPOK 1.pptxBPH KELOMPOK 1.pptx
BPH KELOMPOK 1.pptx
 
KEGaWADARURATAN GINJAL.pptx
KEGaWADARURATAN GINJAL.pptxKEGaWADARURATAN GINJAL.pptx
KEGaWADARURATAN GINJAL.pptx
 
Rentensi urine
Rentensi urineRentensi urine
Rentensi urine
 
Danger of Kidney Stones.pptx
Danger of Kidney Stones.pptxDanger of Kidney Stones.pptx
Danger of Kidney Stones.pptx
 
GADAR dan KEKRITISAN KEMIH.ppt
GADAR dan KEKRITISAN KEMIH.pptGADAR dan KEKRITISAN KEMIH.ppt
GADAR dan KEKRITISAN KEMIH.ppt
 
BPH.pdf
BPH.pdfBPH.pdf
BPH.pdf
 
Eliminasi urine
Eliminasi urineEliminasi urine
Eliminasi urine
 
Rangkuman Materi Urologi
Rangkuman Materi UrologiRangkuman Materi Urologi
Rangkuman Materi Urologi
 
289520845 nefrolithiasis
289520845 nefrolithiasis289520845 nefrolithiasis
289520845 nefrolithiasis
 
Case Report Session Obstructive Ileus
Case Report Session Obstructive IleusCase Report Session Obstructive Ileus
Case Report Session Obstructive Ileus
 
Asuhan keperawatan retensi urin
Asuhan keperawatan retensi urinAsuhan keperawatan retensi urin
Asuhan keperawatan retensi urin
 

Recently uploaded

PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxMelisaBSelawati
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 

Recently uploaded (20)

PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 

BPH.pptx

  • 2. Identitas Pasien • Nama : Tn. SH • Rekam medis : 1-59-54-XX • Umur : 77 tahun • Alamat : Yogyakarta
  • 3. Anamnesis • Keluhan utama: BAK tidak lancar • RPS: BAK tidak lancar sejak 3 bulan yang lalu, pasien mengeluhkan peningkatan frekuensi kencing dan terbangun di malam hari untuk kencing. Pasien menyangkal merasakan nyeri saat BAK, pasien tidak pernah mengeluarkan batu saat berkemih, serta menyangkal merasakan kencing tidak lampias.
  • 4. SELAMA 1BULAN TERAHIR SEBERAPA SERING 0 1 2 3 4 5 1.Tidak lampias saat selesai berkemih ? 0 1 2 3 4 5 2. Harus kembali kencing dalam waktu < 2jam 0 1 2 3 4 5 3. Kencing terputus putus 0 1 2 3 4 5 4. Sulir menahan kencing 0 1 2 3 4 5 5. Pancaran kencing lemah 0 1 2 3 4 5 6. Mengedan untuk mulai berkemih 0 1 2 3 4 5 7.Bangun untuk berkemih malam hari Tidak ada 0 1 kali 1 2 kali 2 3 kali 3 4 kali 4 5 kali / lebih 5 Skor Total 21
  • 5. Seandainya Anda harus menghabiskan sisa hidup dengn fungsi berkemih seperti ini bagaimana perasaan Anda 0 1 2 3 4 5 6 • RPD: riwayat retensi (-), riwayat trauma/op pada daerah kelamin disangkal, riwayat tumor/kanker disangkal, riwayat penyakit kronis disangkal, DM(-), HT (-) • RPK: keluhan serupa disangkal, riwayat tumor/kanker disangkal, DM(-), HT (-)
  • 6. Pemeriksaan Fisik • Keadaan Umum: compos mentis, baik • VS : TD 120/80 HR 76 RR 18 S 36,5 • Status urologis Flank : I: bulging (-) P: NT (-) nyeri ketok (-) ballotement (-) Suprapubik : I : bulging (-) P: NT (-) Genital eksterna : I : oue dbn, discharge (-) P : NT (-) penis skrotum testis epididimis dbn • RT : TMSA dbn; mukosa recti licin; ampula recti tidak kolaps; prostat simetris, nodul (-), kenyal, TBP 20 gram, BCR (+)
  • 7. Pemeriksaan Penunjang USG • Tak tampak hidronefrosis • TBP 29,69 gram
  • 8. Diagnosis • Susp. BPH dengan LUTS • Differensial diagnosis: • - ca. Prostat • -vesicolithiasis • -striktur urethra
  • 9. Tindakan • Tab tamsulosin 0,4 mg 1.d.d Tab I • Cek laboratorium  BUN, kreatinin, urinalysis, PSA • Cek uroflowmetri
  • 10. BPH
  • 11. DEFINISI Benign Prostate Hyperplasia (BPH) adalah proses hyperplasia masa nodul fibromyoadenomatous pada inner zone kelenjar prostat periuretral, sehingga jaringan prostat di sekitarnya terdesak dan membentuk kapsul palsu di sisi luar jaringan yang mengalami hyperplasi (surgical capsule).
  • 12. Prevalensi BPH • Pathological process start at age 40 years • 50% in men > 60 years* • 90% in men > 85 years* • 90% in men 50-80 years** • Second most frequent in urology in Indonesia *AUA practice guidelines committee. J.Urol.2003,170 ** MSAM-7 Eur Urol. in press 2004
  • 13. ANATOMI • Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli, di depan rektum dan membungkus uretra posterior. Prostat memiliki komponen fibromuscular dan glandular. • Berukuran 4 x 3 x 2,5 cm dan berat kurang lebih 20 gram.
  • 14. • Inervasi • Plexus pelvicus , • cab parasimpatik dari med.spin setinggi S2-S4 • cab simpatik dari thoracolumbal L1-L2 • Vaskularisasi dan Aliran limfatik • a.vesikalis inferior (a.illiaka interna), a.hemoroidalis media (a.mesenterica inferior), a.pudenda interna (a.illiaca interna). Cabang-cabang arteri tersebut masuk lewat basis prostat di Vesico Prostatic Junction. • Darah vena dialirkan kembali melalui plexus venosus prostaticus yang kemudian diteruskan ke v.iliaca interna. • Pembuluh limfe dari prostat mengalirakn cairan limfe ke nodi limfatici iliaca interna.
  • 15. FUNGSI • Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen dari cairan ejakulat. Cairan kelenjar ini dialirkan melalui duktus sekretorius dan bermuara di uretra posterior untuk kemudian dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi. • Cairan ini merupakan kurang lebih 25% dari volume ejakulat. • Jika kelenjar ini mengalami hiperplasi jinak atau berubah menjadi kanker ganas dapat mengobstruksi uretra posterior.
  • 16. ETIOLOGI Peningkatan usia  peningkatan estrogen  sensitisasi reseptor androgen pada testosterone meningkat
  • 17. PATOFISIOLOGI 1. Obstruktif : - Mekanisme mekanik atau statis : kelainan bersifat anatomik, terjadi akibat perubahan volume,konsistensi dan bentuk kelenjar prostat - Mekanisme fungsional atau dinamik : kelainan neuromuskuler oleh serabut otot polos pada urethra pars prostatika,kelenjar prostat dan kapsula 2. Iritatif : respon sekunnder dari peningkatan resistensi buli  hipertrofi dan hiperplasia m.detrussor vesica  herniasi mukosa  false diverticulum
  • 18. 1. Fase kompensata Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi pada leher vesika dan daerah prostat meningkat  detrusor menjadi lebih tebal. Penonjolan serat detrusor ke dalam kandung kemih dengan sistoskopi akan terlihat seperti balok yang disebut trabekulasi (buli-buli balok). Mukosa dapat menerobos keluar diantara serat detrusor. Tonjolan serat yang kecil dinamakan sakula, sedangkan yang besar dinamakan divertikel
  • 19. 2. Fase Dekompensata Apabila keadaan berlanjut maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin  timbul rasa tidak tuntas pada akhir miksi.
  • 20. • Jika keadaan ini berlanjut maka pada suatu saat akan terjadi kemacetan total sehingga penderita tidak mampu lagi miksi. • Karena produksi urin terus terjadi maka vesika tidak mampu lagi menampung urin sehingga tekanan intravesika terus meningkat dan dapat terjadi inkontinensia paradoks. • Retensi kronik menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. • Pada waktu miksi penderita terus mengedan sehingga lama kelamaan menyebabkan hernia atau hemoroid. • Karena selalu terbentuk sisa urin terbentuk batu endapan di dalam kandung kemih. • Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria. • Batu juga dapat menimbulkan sistitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi pielonefritis.
  • 21. MANIFESTASI KLINIS : LUTS Gejala Obstruksi : Disebabkan karena m.detrussor gagal berkontraksi cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus. • Menunggu lama pada permulaan buang air kecil (hesitancy) • Harus mengedan saat buang air kecil (straining), • Buang air kecil terputus-putus (intermittency) • Terminal dribbling • Pancaran miksi lemah • Rasa belum puas sehabis miksi (Incomplete emptying)
  • 22. Gejala Iritatif : Disebabkan karena pengosongan vesika yang tidak sempurna pada saat miksi atau pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada vesika,sehingga vesika sering berkontraksi meskipun belum penuh. • sering buang air kecil (frequency) • buang air kecil malam hari lebih dari satu kali (nocturia) • tergesa-gesa untuk buang air kecil (urgency) • sulit menahan buang air kecil (urge incontinence)
  • 23. ANAMNESIS • ANAMNESA • Proses & lamanya gangguan berkemih • Komplikasi yang menyertai • Riwayat operasi sebelumnya • Kesehatan umum & fungsi seks • Toleransi pada terapi • Obat-obatan yang diminum • Anticholinergic ( mengurangi kontraksi buli-buli) •  simpatomimetik ( meningkatkan resistensi outflow) (Cockett et all 1993, McConnell et all 1994)
  • 24. ANAMNESIS • SISTEM SKORING • I-PSS (International Prostat Symtomp Score) • Ringan = 0 – 7 • Sedang = 8 – 19 • Berat = 20 - 35
  • 25. SELAMA 1BULAN TERAHIR SEBERAPA SERING 0 1 2 3 4 5 1.Tidak lampias saat selesai berkemih ? 0 1 2 3 4 5 2. Harus kembali kencing dalam waktu < 2jam 0 1 2 3 4 5 3. Kencing terputus putus 0 1 2 3 4 5 4. Sulir menahan kencing 0 1 2 3 4 5 5. Pancaran kencing lemah 0 1 2 3 4 5 6. Mengedan untuk mulai berkemih 0 1 2 3 4 5 7.Bangun untuk berkemih malam hari Tidak ada 0 1 kali 1 2 kali 2 3 kali 3 4 kali 4 5 kali / lebih 5
  • 26. PEMERIKSAAN FISIK • Status urologis : regio flank, regio suprapubis, dan regio genitalia eksterna • Colok dubur • Tonus sfingter ani  • Mukosa rectal • Ampula recti • Prostat • KONSISTENSI, simetri • UKURAN ( obstruksi)  • PERMUKAAN, NODUL • Nyeri tekan • Massa di rectum
  • 27. LABORATORIUM • URINALISA • HEMATURI, • PYURI, • PROTEINURI • GLUKOSURIA. (Cockett et all 1993, McConnell et all 1994) • UREUM / KREATININ • 13,6% (0,3 – 30%) BPH + insufisiensi renal (McConnell et all 1994)
  • 28. LABORATORIUM • PSA • Dihasilkan oleh Jaringan Prostat Jinak dan Ganas. • Terdapat False (+) / (-). • Nilai normal (< 4 ng/dl).
  • 30. UROFLOWMETRI • Tidak invasif (nyaman) • Q MAX (MAX. FLOW RATE) • NORMAL ( 15 – 25 CC/DET) • Ringan (12 – 14 cc/det) • Sedang ( 8 – 12cc/det) • Buruk ( <8 cc/det) • Jumlah kencing • >150cc
  • 31. RESIDU URIN • RESIDU URIN (USG trans abdominal) • Normal (78% < 5cc) (100% < 12 cc) • Minimal (< 50cc) • Sedang (50 – 100cc) • Banyak (>100cc) (Di Mare et all 1963)
  • 32. Pemeriksaan Tambahan • BNO – IVP • USG ( GINJAL & Sal Kemih) 1. Infeksi saluran kemih berulang 2. Hematuria 3. Riwayat Batu Saluran Kemih 4. Gangguan fungsi Ginjal (McConnell et all 1994)
  • 33. Terapi Observasi Medikamentosa Pembedahan Watchful waiting Antagonis adrenergik- eg. tamsulosin Inhibitor reduktase-5 eg finasteride, dutasteride Prostatektomi terbuka TURP TUIP Pilihan Terapi pada Hiperplasia Prostat Jinak (BPH)
  • 34. Indikasi Absolut Operasi Pada BPH (TUR Prostat-Open Prostat) 1. Retensio urine akut / berulang 2. Infeksi saluran kemih rekuren/persisten karena BPH 3. Gejala signifikan tidak membaik dengan medikamentosa 4. Gross hematuri berulang karena BPH 5. Perubahan patofisiologi ginjal, ureter atau kandung kemih karena BPH 6. Batu kandung kemih karena BPH Wein: Campbell-Walsh Urology, 9th ed.
  • 35.
  • 36. Pembedahan • Prosedur TURP merupakan 90% dari semua tindakan pembedahan prostat pada pasien BPH • TURP lebih bermanfaat dari pada watchful waiting • TURP lebih sedikit menimbulkan trauma dibandingkan prosedur bedah terbuka dan memerlukan masa pemulihan yang lebih singkat. • Secara umum TURP dapat memperbaiki gejala BPH hingga 90%, meningkatkan laju pancaran urine hingga 100%. TUR PROSTAT
  • 37. Pembedahan • Komplikasi dini yang terjadi pada saat operasi sebanyak 18-23%, dan yang paling sering adalah perdarahan sehingga membutuhkan transfusi, infeksi, TUR syndrome • Timbulnya penyulit biasanya pada reseksi prostat yang beratnya lebih dari 45 gram, usia lebih dari 80 tahun, ASA II-IV, dan lama reseksi lebih dari 90 menit. Sindroma TUR terjadi kurang dari 1 %, TUR PROSTAT
  • 38. Pembedahan • TUIP atau insisi leher buli-buli (bladder neck insicion) direkomendasikan pada prostat yang ukurannya kecil (kurang dari 30 cm3) • Tidak dijumpai pembesaran lobus medius, dan tidak diketemukan adanya kecurigaan karsinoma prostat. Teknik ini dipopulerkan oleh Orandi pada tahun 1973, dengan melakukan mono insisi atau bilateral insisi mempergunakan pisau Colling mulai dari muara ureter, leher buli-buli sampai ke verumontanum. • Insisi diperdalam hingga kapsula Prostat. TUI PROSTAT
  • 39. Pembedahan • Prostatektomi terbuka merupakan cara yang paling tua, paling invasif, dan paling efisien di antara tindakan pada BPH yang lain dan memberikan perbaikan gejala BPH 98%. • Pembedahan terbuka dianjurkan pada prostat volumenya diperkirakan lebih dari 80-100 cm3. Dilaporkan bahwa prostatektomi terbuka menimbulkan komplikasi striktur uretra dan inkontinensia urine yang lebih sering dibandingkan dengan TURP ataupun TUIP. OPERASI TERBUKA
  • 40. • Operasi terbuka ini dianjurkan pada BPH dengan berat lebih dari 50 gram atau yang diperkirakan tidak dapat reseksi dengan sempurna dalam waktu satu jam. • BPH yang disertai penyulit, disertai batu buli-buli yang diameternya lebih dari 2,5 cm atau multipel • Tidak tersedia fasilitas untuk melakukan TURP Prostat baik sarana maupun tenaga ahlinya.
  • 41.
  • 42. KOMPLIKASI PROSTATEKTOMI • Perdarahan • Post operative pain • Risiko infeksi • Disfungsi ereksi ADVERSE EFFECT • Loss of ejaculation • Retrogade ejaculation • Incontinence • Striktur • Retensi urin
  • 43. REFLEKSI • Sebagai dokter umum harus menguasai kompetesi dalam mendiagnosa dan memberi tatalaksana bagi kasus BPH. • Kasus BPH memiliki insidensi yang cukup tinggi, sehingga dokter umum seharusnya sadar untuk menskrining kemungkinan terjadinya BPH pada pasien lansia yang datang untuk berobat baik dengan keluhan yang menjurus ke BPH maupun tidak. • Penting untuk dapat menjelaskan dengan baik pada pasien mengenai sistem perujukan ke spesialis urologi agar pasien patuh dan segera mendapatkan penanganan yang sesuai dan komprehensif.

Editor's Notes

  1. Prostat merupakan kelenjar kelamin laki-laki terdiri dari jaringan fibromuskuler (30-50%) stroma dan asiner (50-70%) yang berupa sel epithel glandular. Berbentuk konus atau piramida terbalik yang terletak pada rongga pelvis tepat di bawah tepi inferior simfisis pubis dan anterior ampula recti. rostat dikelilingi oleh kapsula fibrosa. Di luar kapsul terdapat selubung fibrosa, yang merupakan bagian dari lapisan visceral fascia pelvis. Prostat mempunyai basis, apex, permukaan anterior dan posterior, dan dua permukaan lateral. Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli, di depan rektum dan membungkus uretra posterior. Berukuran 4 x 3 x 2,5 cm dan berat kurang lebih 20 gram. Kelenjar ini terdiri atas jaringan fibromuskular dan glandular yang terbagi dalam beberapa daerah atau zona, yaitu : perifer, sentral, transisional, preprostatik sfingter dan anterior.
  2. LUTS: Lower Urinary Tract Syndrome