SlideShare a Scribd company logo
1 of 59
Mini CEX Bedah
Pembimbing : dr. M. Arifin, Sp.B-KBD
Oleh : Yensen Yestianto
NIM: 406201040
Kepaniteraan Ilmu Bedah RSUD RAA Soewondo Pati
Periode 14 Juni 2021 – 07 Agustus 2021
Nama : Tn. Y
Tanggal Lahir : 01-07-1938
Usia : 83 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Alamat : BRATI 06/1 KAYEN, Kayen, Pati, Jawa Tengah
IDENTITAS PASIEN
ANAMNESIS
Dilakukan anamnesa pada 30 Juni 2021 pukul 10:00 WIB secara
autoanamnesa di ruang rawat Edelways RSUD RAA Soewondo Pati
Keluhan
Utama
• Tidak dapat
BAK
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh susah buang air kecil. Pasien
harus mengedan dan menunggu lama untuk
memulai kencing. Ketika buang air kecil keluar
sedikit-sedikit dan pancaran kencing lemah
dan terputus-putus. Di akhir kencing air
menetes, dan pasien tidak merasa puas
karena pasien merasa masih ada air di dalam
kandung kemihnya.
April
Frekuensi BAB normal 1 kali
sehari. Frekuensi BAK 10-12 kali
perhari. Disertai nyeri dan
didahului oleh mengejan, dan
buang air kencing tidak lampias
Mei
Pasien mengatakan lebih
sering terbangun pada
malam hari untuk kencing
± 10 kali
Pasien merasa terganggu Ketika
malam dikarenakan harus bangun
untuk kencing ± 10 kali dan
kencing tidak lampias
Riwayat penurunan BB (-)
Jun
Pasien merasa nyeri pada
perut tengah bawah saat
memulai BAK dan saat
sedang BAK.
Nyeri terasa seperti tertusuk-
tusuk dan menjalar sampai
paha bagian atas.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat keluhan serupa (-)
• Riwayat hipertensi (+)
• Riwayat diabetes mellitus (-)
• Riwayat keganasan (-)
• Riwayat alergi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat keluhan serupa (-)
• Riwayat hipertensi (-)
• Riwayat diabetes mellitus (-)
• Riwayat keganasan (-)
• Riwayat alergi (-)
Riwayat Kebiasaan
• Alkohol (-)
• Merokok (-) [Dulu merokok]
• Kopi (+)
• Narkotika (-)
• Riwayat Pipis Malam hari (+)
• Riwayat mengedan (+)
• Pasien merupakan seorang Petani.
• Pasien makan 3x/hari, dengan lauk bervariasi dan minum air putih -
/+ 1,5 L/hari. Pasien jarang makan daging merah, dan makan sayur
setiap hari.
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pemeriksaan fisik pada 30 Juni 2021 pukul 10.00 WIB di di ruang rawat
Edelways RSUD RAA Soewondo Pati
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang, Cemas
Kesadaran : Composmentis GCS = E4V5M6= 15
Tanda vital
TD : 180/100 mmHg
HR : 102 x / menit, isi cukup, reguler
RR : 20 x / menit , reguler
Suhu : 36,7 °C
SpO2: 100 %
Status Generalis
Kepala • Normosefali, benjolan (-), luka(-)
Mata
• Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-),pupil isokor ø
3mm, refleks cahaya langsung dan tidak langsung (+/+)
Hidung
• Bentuk hidung normal, tidak ada nafas cuping hidung, deviasi septum (-), rinorhea
-/-,
Telinga • Normotia, otorhea -/-
Mulut • Lidah tidak tampak kotor, uvula ditengah, mukosa faring tidak hiperemis, tonsil T1/T1
Leher • trakea ditengah, Pembesaran KGB (-)
PEMERIKSAAN FISIK - SISTEM
Jantung
• Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak tampak
• Palpasi : Pulsasi iktus kordis teraba di ICS V
midclavicula line sinistra
• Perkusi :
• Batas jantung atas di ICS II parasternal line
sinistra
• Batas jantung kanan di ICS IV parasternal
line dextra
• Batas jantung kiri ICS V midclavicula line
sinistra
• Auskultasi : BJI-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
• Inspeksi : bentuk normal, simetris dalam
keadaan statis maupun dinamis, retraksi (-)
• Palpasi : tidak teraba massa, krepitasi (-),
stem fremitus kanan kiri sama kuat
• Perkusi : sonor di kedua lapang paru
• Auskultasi : vesikuler +/+, Rhonki -/-,
wheezing -/-
Abdomen
• Inspeksi : Tampak datar, distensi area
suprapubic (-)
• Auskultasi : BU (+) normal
• Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-)
• Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (+),
hepar dan lien tidak teraba membesar,
distensi abdomen (-), defans muscular (-),
nyeri lepas (-)
Extremitas
• Akral hangat
• CRT < 2 detik [Normal]
• Oedem Ektremitas (-)
Genitalia Eksterna
• Inspeksi : Orifisum uretra
eksterna baik
• Palpasi : Testis teraba dua buah,
kanan dan kiri. Konsistensi kenyal
Perianal
• Inspeksi:
• Bentuk normal, Tanda inflamasi
(-), Ulkus (-), Benjolan (-),
Hemoroid (-), Anal prolapse (-),
Anal fissure (-), Herpes (-), Kutil
(-)
• Palpasi:
• Perianal tidak teraba benjolan,
nyeri tekan (-)
Rectal Touche
• TMSA (+)
• Ampulla tidak kolaps. Mukosa licin, Benjolan (-)
• Teraba massa dengan konsistensi kenyal, batas tegas, permukaan
licin, sulcus medianus ditengah, teraba simetris, diameter latero-
lateral 3.5 cm, puncak (polus cranial) tidak teraba, nyeri tekan (-),
nodul (-), arah jam 11 - 1
• Handscoon: lendir (-), darah (-), feses (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah
Hasil Nilai Rujukan
Leukosit 8.000 uL 3.8 – 10.6 x 103 / uL
Eritrosit 4.87 x 106 / uL 4.7 – 6.1 x 106 / uL
Hemoglobin 14.4 g/dL 13.2 – 17.3 g/dL
Hematokrit 42.5 % 40-52%
MCH 29.6 pg 26-34 pg
MCHC 33.9 % 32-36 %
MCV 87.3 fL 80 – 100 fL
Trombosit 303 x 103 / Ul 150 – 400 x103 / uL
RDW- CV 15.6 % (↑) 11.5 – 14.5 %
RDW- SD 49.3 fL (↑) 35- 47 fL
Hitung Jenis Hasil Nilai rujukan
Neutrofil 69.50 % 50 – 70%
Eosinofil 1.90 % (↓) 2 – 4 %
Limfosit 19.80 % (↓) 25 – 40%
Monosit 8.40 %(↑) 2 – 8%
Basofil 0.40 % 0 – 1 %
07-06-2021
Laboratorium Darah
Kimia Klinik Hasil Nilai Rujukan
GDS / PP 115 mg/dL 70 – 160 mg/dL
SGOT 25.4 U/L < 35 U/L
SGPT/ ALAT 16.8 U/L < 45 U/L
Creatinine 0.97 mg/dL 0.6 – 1.2 mg/dL
Ureum 23.1 mg/dL 10 – 50 mg/dL
Kalsium Darah 9.60 mg/dL 8.1 – 10.4 mg/dL
Natrium darah 138.0 mmol/L 135 – 155 mmol/L
Kalium darah 3.34 mmol/L (↓) 3.6 – 5.5 mmol/L
Chlorida darah 103.5 mmol/L 95 – 108 mmol/L
Hasil Nilai
Rujukan
APTT 34.2 20-40
PT 12.9 12-16,5
Hasil Nilai
Rujukan
HBsAg Non reaktif Non reaktif
Anti HIV Non reaktif Non reaktif
X Foto Thorax
06-01-2021
Cor
• Tak tampak membesar, bentuk dan letak
normal
Pulmo
• Corakan bronkovaskular normal, tak
tampak bercak kesuraman pada kedua
paru
• Diafragma dan sinus kostofrenikus kanan
dan kiri normal
Kesan • Cor dan Pulmo dalam batas normal
USG
• Ginjal Kanan: Ukuran dan bentuk (N), differensiasi corticomedullar
normal, PCS tak melebar, ureter proksimal tak melebar, batu (-),
kista (3.11 cm)
• Ginjal Kiri: Ukuran dan bentuk normal, differensiasi
corticomedullar normal, PCS tak melebar, ureter proksimal tak
melebar, batu (-), kista (3.06 cm)
• Vesika Urinaria: Dinding tidak menebal, ireguler, batu (-)
• Prostat: Ukuran membesar (Vol 30.28 cc), nodul (-), kalsifikasi (-),
Cairan bebas intraabdomen / supradiafragma kanan kiri (-)
RESUME
•Telah dilakukan pemeriksaan pada pasien laki-laki berusia 82
tahun dengan keluhan susah BAK sejak 2 bulan lalu. Awalnya
lancar, lama-lama buang air kecil menjadi semakin sulit. Sejak
2 bulan yang lalu, setiap buang air kecil pasien harus
mengedan dan menunggu lama untuk memulai kencing.
Ketika buang air kecil keluar sedikit-sedikit dan pancaran
kencing lemah dan terputus-putus. Di akhir BAK, kencing
masih menetes, dan pasien tidak merasa puas karena pasien
merasa masih ada air di dalam kandung kemihnya. Sejak 1
bulan yang lalu, pasien merasa lebih sering kencing pada
malam hari karena pasien bisa terbangun ± 10 kali untuk BAK.
Sejak 2 minggu SMRS pasien merasa nyeri pada perut tengah
bawah saat memulai BAK dan saat sedang BAK. Nyeri terasa
seperti tertusuk-tusuk dan menjalar sampai paha bagian atas.
RESUME
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan KU tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis (e4v5m6), tekanan darah 180/100
mmhg, HR 102x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,7°c, saturasi
oksigen 100%.
• Riwayat kencing berwarna merah (-), kencing batu dan
berpasir (-), nyeri pinggang (-), riwayat jatuh dan kecelakaan
pada bagian perut dan kemaluan (-). Demam (-), Penurunan
berat badan secara cepat dan drastic (-).
• Pemeriksaan RT didapatkan: Massa dengan konsistensi
kenyal, batas tegas, permukaan licin, teraba simetris,
puncak (polus cranial) tidak teraba, nyeri tekan (-), nodul (-),
arah jam 11 - 1
RESUME
• Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan RDW-CV 15.6%
(↑), RDW – SD 49.3 fL (↑), Eosinofil 1.90 % (↓), Limfosit
19.80 % (↓), Monosit 8.40 % (↓) Kalium 3.34 mmol/L (↓)
Diagnosis Kerja
• BPH
Diagnosis Banding
• Sistitis
• Ca Prostat
• Neurogenic
Bladder
• Batu Saluran Kemih
(urolithiasis)
• Batu buli
• Batu Uretra
Tatalaksana :
• Bed Rest
• Diet rendah natrium
• Infus RL 20 TPM
• Captopril 3x12.5 mg
• Inj. Ezola 21x1 mg
• Inj. Ketorolac 2 x 1
• Edukasi mengenai Tindakan operasi
Rencana • TURP (Transurethral Resection of the Prostat)
Edukasi
• Menjelaskan tentang penyakit BPH kepada pasien
dan keluarga
• Menjelaskan rencana terapi farmakologi dan
nonfarmakologi yang akan dilakukan pada pasien
dan keluarganya
• Menjelaskan tentang tindakan pembedahan yang
akan dilakukan
Prognosis
• Ad vitam : dubia ad bonam
• Ad functionam : dubia ad bonam
• Ad sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Benign Prostatic Hyperplasia
ANATOMI PROSTAT
• Organ genitalia pria yang terletak di
sebelah inferior buli-buli dan
membungkus uretra posterior.
• Prostat berbentuk seperti pyramid
terbalik (organ kelenjar fibromuskuler)
• Ukuran: 4x3x2,5 cm
• Berat : +/- 20 g
5 zona pada kelenjar prostat
 Zona Anterior atau Ventral
Kelenjar (X), terdiri atas stroma fibromuskular.
Zona ini meliputi sepertiga kelenjar prostat.
 Zona Perifer
Zona ini rentan terhadap inflamasi dan merupakan
tempat asal karsinoma terbanyak.
 Zona Sentralis
Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulatorius.
 Zona Transisional
Merupakan bagian terkecil dari prostat, dapat
melebar bersama jaringan stroma fibromuskular
anterior menjadi benign prostatic hyperpiasia
(BPH).
 Zona Periuretra
Bagian ini terdiri dan duktus-duktus kecil dan
susunan sel-sel asinar abortif tersebar sepanjang
segmen uretra proksimal.
Fisiologi Prostat
 Sekret kelenjar prostat: Cairan seperti susu yang bersama dengan
sekret dari vesikula seminalis merupakan komponen utama dari
cairan semen.
 Sekret prostat dikeluarkan selama ejakulasi melalui kontraksi otot
polos. kelenjar prostat juga menghasilkan cairan dan plasma
seminalis, dengan perbandingan cairan prostat 13-32% dan cairan
vesikula seminalis 46-80% pada waktu ejakulasi.
Benign Prostatic Hyperplasia
Pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena
hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat, meliputi
jaringan kelenjar atau jaringan fibromuskuler yang
menyebabkan penyumbatan urethra pars prostatika.
Epidemiologi
• Menurut WHO (2016) di dunia penderita BPH (Benigna Prostatic
Hyperplasia) sebanyak 30 juta.
• Pada tahun 2017 di Indonesia terdapat 6,2 juta kasus, dengan rata-
rata kasus gangguan prostat di Jawa Tengah adalah 206,48
• Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 18 Maret 2018 di RSUD
dr. H Soewondo Kendal didapatkan data pasien bedah dengan
kategori Prostatektomy mengalami peningkatan setiap tahunnya.
• 103 pasien post-OP BPH (2015)  132 pasien post-OP BPH (2016)  156
pasien post-OP BPH (2017)
• Pada tahun 2018 dari bulan Januari - Maret 2018 terdapat 47 pasien yang
menjalani post operasi BPH.
Etiologi
ETIOLOGI
Teori
Dihidrotestosteron
Keseimbangan
Estrogen-Terstosteron
Growth
Factors
Berkurangnya
apoptosis
Teori Stem Sel
Faktor Risiko
Usia
Ras
Gen
Lifestyle
Sindrom Metabolik
Faktor
Risiko
Lim KB. Epidemiology of clinical benign prostatic hyperplasia. Asian J Urol. 2017;4(3):148-151. doi:10.1016/j.ajur.2017.06.004
Keluhan yang dirasakan dan berapa lama
keluhan itu telah mengganggu;
Riwayat penyakit lain dan penyakit pada
saluran urogenitalia
Riwayat kesehatan secara umum dan
keadaan fungsi seksual
Riwayat konsumsi obat yang dapat
menimbulkan keluhan berkemih
Anamnesis
BPH
DIAGNOSIS
Lower Urinary Tract Symptom (LUTS)
LUTS dibagi menjadi:
• Gangguan Pengosongan
• Weak Flow
• Hesistansi
• Emptying incomplete
• Intermittensi
• Terminal Dribbling
• Gangguan Penyimpanan
• Frequency
• Urgency
• Nocturia
• Dysuria
• Residu Urine
}
}
Obstruksi
Iritatif
Skor Keluhan
Beberapa metode kuisioner yang tersedia saat ini bagi para klinisi untuk
mengukur tingkat gejala saluran kemih bagian bawah:
Boyarsky
Madsen–Iversen
Maine Medical Assessment Program (MMAP)
Danishsymptom score (DAN-PSS-1)
AUA symptom score
IPSS (International Prostate Symptom Score)
VPSS (Visual Prostatic Symptom Score)
Bolognese instrument
Skor Keluhan
Derajat gejala saluran kemih bagian
bawah:
Nilai 0-8 derajat ringan
Nilai 9-19 derajat sedang
Nilai 20 ke atas derajat berat
IPSS
(International
Prostate
Symptom
Score)
Catatan harian berkemih (voiding diaries)
• Pencatatan harian berkemih sangat berguna pada pasien yang
mengeluh nokturia sebagai keluhan yang menonjol. Dengan mencatat
kapan dan berapa jumlah asupan cairan yang dikonsumsi serta
kapan dan berapa jumlah urine yang dikemihkan
• Dapat diketahui seorang pasien menderita nokturia idiopatik,
instabilitas detrusor akibat obstruksi infravesika, atau karena poliuria
akibat asupan air yang berlebih.
• Sebaiknya pencatatan dikerjakan 3 hari berturut-turut untuk
mendapatkan hasil yang baik
Visual Prostatic Symptom Score (VPSS)
• VPSS memiliki keunggulan dibandingkan IPSS, antara lain, lebih
mudah digunakan oleh lansia yang mengalami gangguan penglihatan,
yang sulit membaca tulisan pada IPSS.
• VPSS juga lebih baik dibandingkan IPSS pada populasi dengan
diversitas bahasa yang luas, serta keterbatasan pendidikan.
Visual Prostatic Symptom Score (VPSS)
Gambar pada VPSS mewakili
 Frekuensi
 Nokturia
 Pancaran lemah
 Kualitas hidup
Pemeriksaan Fisik
• Ginjal
• Pemeriksaan fisik ginjal pada kasus BPH untuk mengevaluasi adanya obstruksi
atau tanda infeksi.
• Kandung kemih
• Pemeriksaan kandung kemih dilakukan dengan palpasi dan perkusi untuk
menilai isi kandung kemih, ada tidaknya tanda infeksi.
• Genitalia Eksterna
• Penilaian adanya meatal stenosis, fimosis, tumor penis serta urethral
discharge.
Pedoman Penatalaksanaan Pembesaran Prostat di Indonesia 2017
Pemeriksaan Fisik
Colok Dubur
• Pada pemeriksaan colok dubur juga perlu
menilai tonus sfingter ani dan refleks
bulbokavernosus yang dapat menunjukkan
adanya kelainan pada lengkung refleks di
daerah sakral.
• Prostat: Ukuran, konsistensi prostat,
permukaan, nyeri tekan, pole atas, bawah,
sulcus mediana dan adanya nodul (tanda dari
keganasan prostat).
Pedoman Penatalaksanaan Pembesaran Prostat di Indonesia 2017
Pemeriksaan Penunjang
• Darah Lengkap
• Urinalisis
• Menentukan adanya leukosituria dan hematuria.
• Hematuria  Cari penyebabnya
• Curiga adanya ISK  Kultur urine
• Pemeriksaan fungsi ginjal
• Obstruksi infravesika akibat BPH dapat menyebabkan gangguan pada saluran
kemih bagian atas. Gagal ginjal akibat BPH terjadi sebanyak 0,3-30% dengan
rata-rata 13,6%.
• Pemeriksaan faal ginjal berguna sebagai petunjuk perlu tidaknya melakukan
pemeriksaan pencitraan pada saluran kemih bagian atas.
Pedoman Penatalaksanaan Pembesaran Prostat di Indonesia 2017
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan PSA (normal < 4 ng/ml)
• Kadar PSA di dalam serum dapat mengalami peningkatan pada peradangan,
setelah manipulasi pada prostat (biopsi prostat atau TURP), pada retensi urine
akut, kateterisasi, keganasan prostat, dan usia yang makin tua.
• Serum PSA (memperkirakan perjalanan penyakit dari BPH), kadar PSA tinggi
berarti:
a) Pertumbuhan volume prostat lebih cepat
b) Keluhan akibat BPH/ laju pancaran urine lebih jelek
c) Lebih mudah terjadi retensi urine akut
• Serum PSA dapat meningkat pada saat terjadi retensi urine akut dan kadarnya
perlahan-lahan menurun terutama setelah 72 jam dilakukan kateterisasi.
Pedoman Penatalaksanaan Pembesaran Prostat di Indonesia 2017
Kadar PSA normal berdasarkan usia:
1. 40-49 tahun : 0-2,5 ng/mL
2. 50-59 tahun : 0-3,5 ng/mL
3. 60-69 tahun : 0-4,5 ng/mL
4. 70-79 tahun : 0-6,5 ng/mL
Pemeriksaan Radiologi
• Ultrasonografi (USG)
• Menilai konsistensi
• Volume prostat (0.52 x d1xd2xd3 mL)
• Patologis lain dalam buli
• IVP
• pembesaran prostat dapat dilihat sebagai lesi
defek isian kontras (filling defect/indentasi prostat)
pada dasar kandung kemih
• mengetahui adanya kelainan pada ginjal maupun
ureter
• Foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urin
Pemeriksaan Penunjang Lain
• Pemeriksaan Uroflowmetri
• Menilai volume berkemih, laju pancaran maksimum (Qmax), laju pancaran
rata-rata (Qave), waktu yang dibutuhkan untuk mencapai laju pancaran
maksimum, dan lama pancaran.
• Pemeriksaan ini dipakai untuk mengevaluasi gejala obstruksi infravesika, baik
sebelum maupun setelah terapi.
• Pemeriksaan uroflowmetry bermakna jika volume urine >150 mL
Derajat Obstruksi berdasarkan Qmax:
1. >15 mL/s : Non-Obstruktif
2. 10 – 15 mL/s : Borderline
3. <10 mL/s : Obstruktif
Pemeriksaan Penunjang Lain
• Residu urine atau Post voiding residual urine
• Sisa urine di kandung kemih setelah berkemih (normal ±12 mL)
• Pemeriksaan residu urine dapat dilakukan dengan cara USG, bladder scan
atau dengan kateter uretra.
• obstruksi saluran kemih bagian bawah atau kelemahan kontraksi otot
detrusor  Peningkatan volume residu urine
Diagnosis Banding
Kelainan
Prostat
• Ca prostat
• BPH
• Prostatitis
Kelainan
Bladder
• Sistitis
• Neurogenic
bladder
Kelainan
Uretra
• Batu Saluran
Kemih
• Striktur Uretra
• Ruptur uretra
Tatalaksana
• Konservatif (IPSS < 7)
• Watchful Waiting
• Life Style advice education
• Medikamentosa (IPSS >7)
• a1-blocker  mengurangi keluhan storage symptom dan voiding symptom
dan mampu memperbaiki skor gejala berkemih
• 5a-reductase inhibitor  menghambat kontraksi otot polos prostat sehingga
mengurangi resistensi tonus leher kandung kemih dan uretra
• Antagonis Reseptor Muskarinik  memperbaiki gejala storage LUTS
• PDE5 Inhibitor  mengurangi tonus otot polos detrusor, prostat, dan uretra
• Fitoterapi
Pedoman Penatalaksanaan Pembesaran Prostat di Indonesia 2017
Tatalaksana (lanjutan)
• Pembedahan
• Indikasi tindakan pembedahan pada BPH yang sudah menimbulkan komplikasi,
seperti:
• retensi urine akut
• gagal Trial Without Catheter (TWOC)
• infeksi saluran kemih berulang
• hematuria makroskopik berulang
• batu kandung kemih
• penurunan fungsi ginjal yang disebabkan oleh obstruksi akibat BPH
• perubahan patologis pada kandung kemih dan saluran kemih bagian atas.
• Indikasi relatif lain:
• keluhan sedang hingga berat
• tidak menunjukkan perbaikan setelah pemberian terapi non bedah
• pasien yang menolak pemberian terapi medikamentosa
Tatalaksana (lanjutan)
• Pembedahan (Lanjutan)
• Invasif minimal
1. Transurethral Resection of the Prostate (TURP)
 TURP merupakan tindakan baku emas pembedahan pada pasien BPH dengan volume prostat 30-80
ml.
 Secara umum, TURP dapat memperbaiki gejala BPH hingga 90% dan meningkatkan laju pancaran
urine hingga 100%.
2. Laser Prostatektomi
 Penggunaan laser pada terapi pembesaran prostat jinak dianjurkan khususnya pada pasien yang
terapi antikoagulannya tidak dapat dihentikan
 Terdapat 5 jenis energi yang dipakai untuk terapi invasif BPH, yaitu: Nd:YAG, Holmium:YAG,
KTP:YAG, Green Light Laser, Thulium:YAG (Tm:YAG), dan diode
3. Transurethral Incision of the Prostate (TUIP)
1. insisi leher kandung kemih (bladder neck insicion) direkomendasikan pada prostat yang
ukurannya kecil (kurang dari 30 ml) dantidak terdapat pembesaran lobus medius prostat
• Operasi Terbuka
• Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui transvesikal (Hryntschack atau Freyer) dan
retropubik (Millin).
• Pembedahan terbuka dianjurkan pada prostat yang volumenya lebih dari 80 ml.
Skema pengelolaan BPH
untuk dokter umum dan
spesialis nonurologi
Algoritma tata laksana pilihan terapi
medikamentosa/konservatif
Algoritma tata laksana
pilihan terapi intervensi
Prognosis
 >90 % mengalami perbaikan dari gejala yang dialami
 Sekitar 10-20% pasien mengalami kekambuhan penyumbatan dalam
5 tahun
TERIMA KASIH
1. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi
revisi, Jakarta : EGC, 1997.
2. Tenggara T. Gambaran Klinis dan Penatalaksanaan Hipertrofi
Prostat, Majalah Kedokteran Indonesia volume: 48, Jakarta :
IDI, 1998.
3. Reksoprodjo S. Prostat Hipertrofi, Kumpulan Kuliah Ilmu
Bedah cetakan pertama, Jakarta :Binarupa Aksara, 1995.
4. Tjahjodjati, Doddy M. Soebadi, dkk. Panduan Penatalaksanaan Klinis
Pembesaran Prostat Jinak (Benign Prostatic Hyperplasia/BPH) Edisi-
3, Jakarta : Ikatan Ahli Urologi Indonesia

More Related Content

Similar to Mini CEX Bedah Prostat

Presentasi1.pptx
Presentasi1.pptxPresentasi1.pptx
Presentasi1.pptxKahyaChann
 
stone case in this modern nera or at leas that is the title .pptx
stone case in this modern nera or at leas that is the title .pptxstone case in this modern nera or at leas that is the title .pptx
stone case in this modern nera or at leas that is the title .pptxAgungIndra8
 
SJS TEN Lapkas.pptx
SJS TEN Lapkas.pptxSJS TEN Lapkas.pptx
SJS TEN Lapkas.pptxDellaSepta
 
POMR Minggu Pagi edit 1.pptx
POMR Minggu Pagi edit 1.pptxPOMR Minggu Pagi edit 1.pptx
POMR Minggu Pagi edit 1.pptxSyahrulAdzim
 
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptxCASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptxMuhammadMutashimBill
 
Sindrom nefrotik relaps
Sindrom nefrotik relapsSindrom nefrotik relaps
Sindrom nefrotik relapsWiwin Meiriana
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKPhil Adit R
 
BST-Arya Maulana (712019057).pptx
BST-Arya Maulana (712019057).pptxBST-Arya Maulana (712019057).pptx
BST-Arya Maulana (712019057).pptxnabilahdwinoprida
 
Seorang Anak Laki-laki dengan Diare Akut Dehidrasi Sedang, Anemia Defisiensi ...
Seorang Anak Laki-laki dengan Diare Akut Dehidrasi Sedang, Anemia Defisiensi ...Seorang Anak Laki-laki dengan Diare Akut Dehidrasi Sedang, Anemia Defisiensi ...
Seorang Anak Laki-laki dengan Diare Akut Dehidrasi Sedang, Anemia Defisiensi ...Argo Dio
 
kasus-kolelitiasis_compress.pdf
kasus-kolelitiasis_compress.pdfkasus-kolelitiasis_compress.pdf
kasus-kolelitiasis_compress.pdfAsri83231
 
409651743 nefrolithiasis
409651743 nefrolithiasis409651743 nefrolithiasis
409651743 nefrolithiasisElvira Cesarena
 
119497230 gastropati-nsaid
119497230 gastropati-nsaid119497230 gastropati-nsaid
119497230 gastropati-nsaidRais Reskiawan
 
91722104 case-dr-andi-fajar
91722104 case-dr-andi-fajar91722104 case-dr-andi-fajar
91722104 case-dr-andi-fajarhomeworkping4
 
PPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptxPPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptxSuciMayvera1
 

Similar to Mini CEX Bedah Prostat (20)

Presentasi1.pptx
Presentasi1.pptxPresentasi1.pptx
Presentasi1.pptx
 
Psmba.pptx
Psmba.pptxPsmba.pptx
Psmba.pptx
 
stone case in this modern nera or at leas that is the title .pptx
stone case in this modern nera or at leas that is the title .pptxstone case in this modern nera or at leas that is the title .pptx
stone case in this modern nera or at leas that is the title .pptx
 
JC fatih.pptx
JC fatih.pptxJC fatih.pptx
JC fatih.pptx
 
SJS TEN Lapkas.pptx
SJS TEN Lapkas.pptxSJS TEN Lapkas.pptx
SJS TEN Lapkas.pptx
 
dd
dddd
dd
 
LAPORAN KASUS.pptx
LAPORAN KASUS.pptxLAPORAN KASUS.pptx
LAPORAN KASUS.pptx
 
ssd
ssdssd
ssd
 
POMR Minggu Pagi edit 1.pptx
POMR Minggu Pagi edit 1.pptxPOMR Minggu Pagi edit 1.pptx
POMR Minggu Pagi edit 1.pptx
 
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptxCASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
 
Sindrom nefrotik relaps
Sindrom nefrotik relapsSindrom nefrotik relaps
Sindrom nefrotik relaps
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIK
 
BST-Arya Maulana (712019057).pptx
BST-Arya Maulana (712019057).pptxBST-Arya Maulana (712019057).pptx
BST-Arya Maulana (712019057).pptx
 
Seorang Anak Laki-laki dengan Diare Akut Dehidrasi Sedang, Anemia Defisiensi ...
Seorang Anak Laki-laki dengan Diare Akut Dehidrasi Sedang, Anemia Defisiensi ...Seorang Anak Laki-laki dengan Diare Akut Dehidrasi Sedang, Anemia Defisiensi ...
Seorang Anak Laki-laki dengan Diare Akut Dehidrasi Sedang, Anemia Defisiensi ...
 
kasus-kolelitiasis_compress.pdf
kasus-kolelitiasis_compress.pdfkasus-kolelitiasis_compress.pdf
kasus-kolelitiasis_compress.pdf
 
409651743 nefrolithiasis
409651743 nefrolithiasis409651743 nefrolithiasis
409651743 nefrolithiasis
 
119497230 gastropati-nsaid
119497230 gastropati-nsaid119497230 gastropati-nsaid
119497230 gastropati-nsaid
 
lapsusneuro.pptx
lapsusneuro.pptxlapsusneuro.pptx
lapsusneuro.pptx
 
91722104 case-dr-andi-fajar
91722104 case-dr-andi-fajar91722104 case-dr-andi-fajar
91722104 case-dr-andi-fajar
 
PPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptxPPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptx
 

Recently uploaded

serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxCahyaRizal1
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 

Recently uploaded (20)

serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 

Mini CEX Bedah Prostat

  • 1. Mini CEX Bedah Pembimbing : dr. M. Arifin, Sp.B-KBD Oleh : Yensen Yestianto NIM: 406201040 Kepaniteraan Ilmu Bedah RSUD RAA Soewondo Pati Periode 14 Juni 2021 – 07 Agustus 2021
  • 2. Nama : Tn. Y Tanggal Lahir : 01-07-1938 Usia : 83 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Status : Menikah Pekerjaan : Petani Pendidikan : SMP Agama : Islam Alamat : BRATI 06/1 KAYEN, Kayen, Pati, Jawa Tengah IDENTITAS PASIEN
  • 3. ANAMNESIS Dilakukan anamnesa pada 30 Juni 2021 pukul 10:00 WIB secara autoanamnesa di ruang rawat Edelways RSUD RAA Soewondo Pati Keluhan Utama • Tidak dapat BAK
  • 4. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengeluh susah buang air kecil. Pasien harus mengedan dan menunggu lama untuk memulai kencing. Ketika buang air kecil keluar sedikit-sedikit dan pancaran kencing lemah dan terputus-putus. Di akhir kencing air menetes, dan pasien tidak merasa puas karena pasien merasa masih ada air di dalam kandung kemihnya. April Frekuensi BAB normal 1 kali sehari. Frekuensi BAK 10-12 kali perhari. Disertai nyeri dan didahului oleh mengejan, dan buang air kencing tidak lampias Mei Pasien mengatakan lebih sering terbangun pada malam hari untuk kencing ± 10 kali Pasien merasa terganggu Ketika malam dikarenakan harus bangun untuk kencing ± 10 kali dan kencing tidak lampias Riwayat penurunan BB (-) Jun Pasien merasa nyeri pada perut tengah bawah saat memulai BAK dan saat sedang BAK. Nyeri terasa seperti tertusuk- tusuk dan menjalar sampai paha bagian atas.
  • 5. Riwayat Penyakit Dahulu • Riwayat keluhan serupa (-) • Riwayat hipertensi (+) • Riwayat diabetes mellitus (-) • Riwayat keganasan (-) • Riwayat alergi (-)
  • 6. Riwayat Penyakit Keluarga • Riwayat keluhan serupa (-) • Riwayat hipertensi (-) • Riwayat diabetes mellitus (-) • Riwayat keganasan (-) • Riwayat alergi (-)
  • 7. Riwayat Kebiasaan • Alkohol (-) • Merokok (-) [Dulu merokok] • Kopi (+) • Narkotika (-) • Riwayat Pipis Malam hari (+) • Riwayat mengedan (+) • Pasien merupakan seorang Petani. • Pasien makan 3x/hari, dengan lauk bervariasi dan minum air putih - /+ 1,5 L/hari. Pasien jarang makan daging merah, dan makan sayur setiap hari.
  • 8. PEMERIKSAAN FISIK Dilakukan pemeriksaan fisik pada 30 Juni 2021 pukul 10.00 WIB di di ruang rawat Edelways RSUD RAA Soewondo Pati
  • 9. Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang, Cemas Kesadaran : Composmentis GCS = E4V5M6= 15 Tanda vital TD : 180/100 mmHg HR : 102 x / menit, isi cukup, reguler RR : 20 x / menit , reguler Suhu : 36,7 °C SpO2: 100 % Status Generalis
  • 10. Kepala • Normosefali, benjolan (-), luka(-) Mata • Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-),pupil isokor ø 3mm, refleks cahaya langsung dan tidak langsung (+/+) Hidung • Bentuk hidung normal, tidak ada nafas cuping hidung, deviasi septum (-), rinorhea -/-, Telinga • Normotia, otorhea -/- Mulut • Lidah tidak tampak kotor, uvula ditengah, mukosa faring tidak hiperemis, tonsil T1/T1 Leher • trakea ditengah, Pembesaran KGB (-) PEMERIKSAAN FISIK - SISTEM
  • 11. Jantung • Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak tampak • Palpasi : Pulsasi iktus kordis teraba di ICS V midclavicula line sinistra • Perkusi : • Batas jantung atas di ICS II parasternal line sinistra • Batas jantung kanan di ICS IV parasternal line dextra • Batas jantung kiri ICS V midclavicula line sinistra • Auskultasi : BJI-II reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo • Inspeksi : bentuk normal, simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, retraksi (-) • Palpasi : tidak teraba massa, krepitasi (-), stem fremitus kanan kiri sama kuat • Perkusi : sonor di kedua lapang paru • Auskultasi : vesikuler +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-
  • 12. Abdomen • Inspeksi : Tampak datar, distensi area suprapubic (-) • Auskultasi : BU (+) normal • Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-) • Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba membesar, distensi abdomen (-), defans muscular (-), nyeri lepas (-) Extremitas • Akral hangat • CRT < 2 detik [Normal] • Oedem Ektremitas (-)
  • 13. Genitalia Eksterna • Inspeksi : Orifisum uretra eksterna baik • Palpasi : Testis teraba dua buah, kanan dan kiri. Konsistensi kenyal Perianal • Inspeksi: • Bentuk normal, Tanda inflamasi (-), Ulkus (-), Benjolan (-), Hemoroid (-), Anal prolapse (-), Anal fissure (-), Herpes (-), Kutil (-) • Palpasi: • Perianal tidak teraba benjolan, nyeri tekan (-)
  • 14. Rectal Touche • TMSA (+) • Ampulla tidak kolaps. Mukosa licin, Benjolan (-) • Teraba massa dengan konsistensi kenyal, batas tegas, permukaan licin, sulcus medianus ditengah, teraba simetris, diameter latero- lateral 3.5 cm, puncak (polus cranial) tidak teraba, nyeri tekan (-), nodul (-), arah jam 11 - 1 • Handscoon: lendir (-), darah (-), feses (-)
  • 16. Laboratorium Darah Hasil Nilai Rujukan Leukosit 8.000 uL 3.8 – 10.6 x 103 / uL Eritrosit 4.87 x 106 / uL 4.7 – 6.1 x 106 / uL Hemoglobin 14.4 g/dL 13.2 – 17.3 g/dL Hematokrit 42.5 % 40-52% MCH 29.6 pg 26-34 pg MCHC 33.9 % 32-36 % MCV 87.3 fL 80 – 100 fL Trombosit 303 x 103 / Ul 150 – 400 x103 / uL RDW- CV 15.6 % (↑) 11.5 – 14.5 % RDW- SD 49.3 fL (↑) 35- 47 fL Hitung Jenis Hasil Nilai rujukan Neutrofil 69.50 % 50 – 70% Eosinofil 1.90 % (↓) 2 – 4 % Limfosit 19.80 % (↓) 25 – 40% Monosit 8.40 %(↑) 2 – 8% Basofil 0.40 % 0 – 1 % 07-06-2021
  • 17. Laboratorium Darah Kimia Klinik Hasil Nilai Rujukan GDS / PP 115 mg/dL 70 – 160 mg/dL SGOT 25.4 U/L < 35 U/L SGPT/ ALAT 16.8 U/L < 45 U/L Creatinine 0.97 mg/dL 0.6 – 1.2 mg/dL Ureum 23.1 mg/dL 10 – 50 mg/dL Kalsium Darah 9.60 mg/dL 8.1 – 10.4 mg/dL Natrium darah 138.0 mmol/L 135 – 155 mmol/L Kalium darah 3.34 mmol/L (↓) 3.6 – 5.5 mmol/L Chlorida darah 103.5 mmol/L 95 – 108 mmol/L Hasil Nilai Rujukan APTT 34.2 20-40 PT 12.9 12-16,5 Hasil Nilai Rujukan HBsAg Non reaktif Non reaktif Anti HIV Non reaktif Non reaktif
  • 18. X Foto Thorax 06-01-2021 Cor • Tak tampak membesar, bentuk dan letak normal Pulmo • Corakan bronkovaskular normal, tak tampak bercak kesuraman pada kedua paru • Diafragma dan sinus kostofrenikus kanan dan kiri normal Kesan • Cor dan Pulmo dalam batas normal
  • 19. USG • Ginjal Kanan: Ukuran dan bentuk (N), differensiasi corticomedullar normal, PCS tak melebar, ureter proksimal tak melebar, batu (-), kista (3.11 cm) • Ginjal Kiri: Ukuran dan bentuk normal, differensiasi corticomedullar normal, PCS tak melebar, ureter proksimal tak melebar, batu (-), kista (3.06 cm) • Vesika Urinaria: Dinding tidak menebal, ireguler, batu (-) • Prostat: Ukuran membesar (Vol 30.28 cc), nodul (-), kalsifikasi (-), Cairan bebas intraabdomen / supradiafragma kanan kiri (-)
  • 20. RESUME •Telah dilakukan pemeriksaan pada pasien laki-laki berusia 82 tahun dengan keluhan susah BAK sejak 2 bulan lalu. Awalnya lancar, lama-lama buang air kecil menjadi semakin sulit. Sejak 2 bulan yang lalu, setiap buang air kecil pasien harus mengedan dan menunggu lama untuk memulai kencing. Ketika buang air kecil keluar sedikit-sedikit dan pancaran kencing lemah dan terputus-putus. Di akhir BAK, kencing masih menetes, dan pasien tidak merasa puas karena pasien merasa masih ada air di dalam kandung kemihnya. Sejak 1 bulan yang lalu, pasien merasa lebih sering kencing pada malam hari karena pasien bisa terbangun ± 10 kali untuk BAK. Sejak 2 minggu SMRS pasien merasa nyeri pada perut tengah bawah saat memulai BAK dan saat sedang BAK. Nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk dan menjalar sampai paha bagian atas.
  • 21. RESUME • Pada pemeriksaan fisik didapatkan KU tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis (e4v5m6), tekanan darah 180/100 mmhg, HR 102x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,7°c, saturasi oksigen 100%. • Riwayat kencing berwarna merah (-), kencing batu dan berpasir (-), nyeri pinggang (-), riwayat jatuh dan kecelakaan pada bagian perut dan kemaluan (-). Demam (-), Penurunan berat badan secara cepat dan drastic (-). • Pemeriksaan RT didapatkan: Massa dengan konsistensi kenyal, batas tegas, permukaan licin, teraba simetris, puncak (polus cranial) tidak teraba, nyeri tekan (-), nodul (-), arah jam 11 - 1
  • 22. RESUME • Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan RDW-CV 15.6% (↑), RDW – SD 49.3 fL (↑), Eosinofil 1.90 % (↓), Limfosit 19.80 % (↓), Monosit 8.40 % (↓) Kalium 3.34 mmol/L (↓)
  • 23. Diagnosis Kerja • BPH Diagnosis Banding • Sistitis • Ca Prostat • Neurogenic Bladder • Batu Saluran Kemih (urolithiasis) • Batu buli • Batu Uretra
  • 24. Tatalaksana : • Bed Rest • Diet rendah natrium • Infus RL 20 TPM • Captopril 3x12.5 mg • Inj. Ezola 21x1 mg • Inj. Ketorolac 2 x 1 • Edukasi mengenai Tindakan operasi Rencana • TURP (Transurethral Resection of the Prostat)
  • 25. Edukasi • Menjelaskan tentang penyakit BPH kepada pasien dan keluarga • Menjelaskan rencana terapi farmakologi dan nonfarmakologi yang akan dilakukan pada pasien dan keluarganya • Menjelaskan tentang tindakan pembedahan yang akan dilakukan Prognosis • Ad vitam : dubia ad bonam • Ad functionam : dubia ad bonam • Ad sanationam : dubia ad bonam
  • 27. ANATOMI PROSTAT • Organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli dan membungkus uretra posterior. • Prostat berbentuk seperti pyramid terbalik (organ kelenjar fibromuskuler) • Ukuran: 4x3x2,5 cm • Berat : +/- 20 g
  • 28. 5 zona pada kelenjar prostat  Zona Anterior atau Ventral Kelenjar (X), terdiri atas stroma fibromuskular. Zona ini meliputi sepertiga kelenjar prostat.  Zona Perifer Zona ini rentan terhadap inflamasi dan merupakan tempat asal karsinoma terbanyak.  Zona Sentralis Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulatorius.  Zona Transisional Merupakan bagian terkecil dari prostat, dapat melebar bersama jaringan stroma fibromuskular anterior menjadi benign prostatic hyperpiasia (BPH).  Zona Periuretra Bagian ini terdiri dan duktus-duktus kecil dan susunan sel-sel asinar abortif tersebar sepanjang segmen uretra proksimal.
  • 29. Fisiologi Prostat  Sekret kelenjar prostat: Cairan seperti susu yang bersama dengan sekret dari vesikula seminalis merupakan komponen utama dari cairan semen.  Sekret prostat dikeluarkan selama ejakulasi melalui kontraksi otot polos. kelenjar prostat juga menghasilkan cairan dan plasma seminalis, dengan perbandingan cairan prostat 13-32% dan cairan vesikula seminalis 46-80% pada waktu ejakulasi.
  • 30. Benign Prostatic Hyperplasia Pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat, meliputi jaringan kelenjar atau jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan urethra pars prostatika.
  • 31. Epidemiologi • Menurut WHO (2016) di dunia penderita BPH (Benigna Prostatic Hyperplasia) sebanyak 30 juta. • Pada tahun 2017 di Indonesia terdapat 6,2 juta kasus, dengan rata- rata kasus gangguan prostat di Jawa Tengah adalah 206,48 • Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 18 Maret 2018 di RSUD dr. H Soewondo Kendal didapatkan data pasien bedah dengan kategori Prostatektomy mengalami peningkatan setiap tahunnya. • 103 pasien post-OP BPH (2015)  132 pasien post-OP BPH (2016)  156 pasien post-OP BPH (2017) • Pada tahun 2018 dari bulan Januari - Maret 2018 terdapat 47 pasien yang menjalani post operasi BPH.
  • 33. Faktor Risiko Usia Ras Gen Lifestyle Sindrom Metabolik Faktor Risiko Lim KB. Epidemiology of clinical benign prostatic hyperplasia. Asian J Urol. 2017;4(3):148-151. doi:10.1016/j.ajur.2017.06.004
  • 34.
  • 35. Keluhan yang dirasakan dan berapa lama keluhan itu telah mengganggu; Riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenitalia Riwayat kesehatan secara umum dan keadaan fungsi seksual Riwayat konsumsi obat yang dapat menimbulkan keluhan berkemih Anamnesis BPH DIAGNOSIS
  • 36. Lower Urinary Tract Symptom (LUTS) LUTS dibagi menjadi: • Gangguan Pengosongan • Weak Flow • Hesistansi • Emptying incomplete • Intermittensi • Terminal Dribbling • Gangguan Penyimpanan • Frequency • Urgency • Nocturia • Dysuria • Residu Urine } } Obstruksi Iritatif
  • 37. Skor Keluhan Beberapa metode kuisioner yang tersedia saat ini bagi para klinisi untuk mengukur tingkat gejala saluran kemih bagian bawah: Boyarsky Madsen–Iversen Maine Medical Assessment Program (MMAP) Danishsymptom score (DAN-PSS-1) AUA symptom score IPSS (International Prostate Symptom Score) VPSS (Visual Prostatic Symptom Score) Bolognese instrument
  • 38. Skor Keluhan Derajat gejala saluran kemih bagian bawah: Nilai 0-8 derajat ringan Nilai 9-19 derajat sedang Nilai 20 ke atas derajat berat IPSS (International Prostate Symptom Score)
  • 39. Catatan harian berkemih (voiding diaries) • Pencatatan harian berkemih sangat berguna pada pasien yang mengeluh nokturia sebagai keluhan yang menonjol. Dengan mencatat kapan dan berapa jumlah asupan cairan yang dikonsumsi serta kapan dan berapa jumlah urine yang dikemihkan • Dapat diketahui seorang pasien menderita nokturia idiopatik, instabilitas detrusor akibat obstruksi infravesika, atau karena poliuria akibat asupan air yang berlebih. • Sebaiknya pencatatan dikerjakan 3 hari berturut-turut untuk mendapatkan hasil yang baik
  • 40. Visual Prostatic Symptom Score (VPSS) • VPSS memiliki keunggulan dibandingkan IPSS, antara lain, lebih mudah digunakan oleh lansia yang mengalami gangguan penglihatan, yang sulit membaca tulisan pada IPSS. • VPSS juga lebih baik dibandingkan IPSS pada populasi dengan diversitas bahasa yang luas, serta keterbatasan pendidikan.
  • 41. Visual Prostatic Symptom Score (VPSS) Gambar pada VPSS mewakili  Frekuensi  Nokturia  Pancaran lemah  Kualitas hidup
  • 42. Pemeriksaan Fisik • Ginjal • Pemeriksaan fisik ginjal pada kasus BPH untuk mengevaluasi adanya obstruksi atau tanda infeksi. • Kandung kemih • Pemeriksaan kandung kemih dilakukan dengan palpasi dan perkusi untuk menilai isi kandung kemih, ada tidaknya tanda infeksi. • Genitalia Eksterna • Penilaian adanya meatal stenosis, fimosis, tumor penis serta urethral discharge. Pedoman Penatalaksanaan Pembesaran Prostat di Indonesia 2017
  • 43. Pemeriksaan Fisik Colok Dubur • Pada pemeriksaan colok dubur juga perlu menilai tonus sfingter ani dan refleks bulbokavernosus yang dapat menunjukkan adanya kelainan pada lengkung refleks di daerah sakral. • Prostat: Ukuran, konsistensi prostat, permukaan, nyeri tekan, pole atas, bawah, sulcus mediana dan adanya nodul (tanda dari keganasan prostat). Pedoman Penatalaksanaan Pembesaran Prostat di Indonesia 2017
  • 44. Pemeriksaan Penunjang • Darah Lengkap • Urinalisis • Menentukan adanya leukosituria dan hematuria. • Hematuria  Cari penyebabnya • Curiga adanya ISK  Kultur urine • Pemeriksaan fungsi ginjal • Obstruksi infravesika akibat BPH dapat menyebabkan gangguan pada saluran kemih bagian atas. Gagal ginjal akibat BPH terjadi sebanyak 0,3-30% dengan rata-rata 13,6%. • Pemeriksaan faal ginjal berguna sebagai petunjuk perlu tidaknya melakukan pemeriksaan pencitraan pada saluran kemih bagian atas. Pedoman Penatalaksanaan Pembesaran Prostat di Indonesia 2017
  • 45. Pemeriksaan Penunjang • Pemeriksaan PSA (normal < 4 ng/ml) • Kadar PSA di dalam serum dapat mengalami peningkatan pada peradangan, setelah manipulasi pada prostat (biopsi prostat atau TURP), pada retensi urine akut, kateterisasi, keganasan prostat, dan usia yang makin tua. • Serum PSA (memperkirakan perjalanan penyakit dari BPH), kadar PSA tinggi berarti: a) Pertumbuhan volume prostat lebih cepat b) Keluhan akibat BPH/ laju pancaran urine lebih jelek c) Lebih mudah terjadi retensi urine akut • Serum PSA dapat meningkat pada saat terjadi retensi urine akut dan kadarnya perlahan-lahan menurun terutama setelah 72 jam dilakukan kateterisasi. Pedoman Penatalaksanaan Pembesaran Prostat di Indonesia 2017 Kadar PSA normal berdasarkan usia: 1. 40-49 tahun : 0-2,5 ng/mL 2. 50-59 tahun : 0-3,5 ng/mL 3. 60-69 tahun : 0-4,5 ng/mL 4. 70-79 tahun : 0-6,5 ng/mL
  • 46. Pemeriksaan Radiologi • Ultrasonografi (USG) • Menilai konsistensi • Volume prostat (0.52 x d1xd2xd3 mL) • Patologis lain dalam buli • IVP • pembesaran prostat dapat dilihat sebagai lesi defek isian kontras (filling defect/indentasi prostat) pada dasar kandung kemih • mengetahui adanya kelainan pada ginjal maupun ureter • Foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urin
  • 47.
  • 48. Pemeriksaan Penunjang Lain • Pemeriksaan Uroflowmetri • Menilai volume berkemih, laju pancaran maksimum (Qmax), laju pancaran rata-rata (Qave), waktu yang dibutuhkan untuk mencapai laju pancaran maksimum, dan lama pancaran. • Pemeriksaan ini dipakai untuk mengevaluasi gejala obstruksi infravesika, baik sebelum maupun setelah terapi. • Pemeriksaan uroflowmetry bermakna jika volume urine >150 mL Derajat Obstruksi berdasarkan Qmax: 1. >15 mL/s : Non-Obstruktif 2. 10 – 15 mL/s : Borderline 3. <10 mL/s : Obstruktif
  • 49. Pemeriksaan Penunjang Lain • Residu urine atau Post voiding residual urine • Sisa urine di kandung kemih setelah berkemih (normal ±12 mL) • Pemeriksaan residu urine dapat dilakukan dengan cara USG, bladder scan atau dengan kateter uretra. • obstruksi saluran kemih bagian bawah atau kelemahan kontraksi otot detrusor  Peningkatan volume residu urine
  • 50. Diagnosis Banding Kelainan Prostat • Ca prostat • BPH • Prostatitis Kelainan Bladder • Sistitis • Neurogenic bladder Kelainan Uretra • Batu Saluran Kemih • Striktur Uretra • Ruptur uretra
  • 51. Tatalaksana • Konservatif (IPSS < 7) • Watchful Waiting • Life Style advice education • Medikamentosa (IPSS >7) • a1-blocker  mengurangi keluhan storage symptom dan voiding symptom dan mampu memperbaiki skor gejala berkemih • 5a-reductase inhibitor  menghambat kontraksi otot polos prostat sehingga mengurangi resistensi tonus leher kandung kemih dan uretra • Antagonis Reseptor Muskarinik  memperbaiki gejala storage LUTS • PDE5 Inhibitor  mengurangi tonus otot polos detrusor, prostat, dan uretra • Fitoterapi Pedoman Penatalaksanaan Pembesaran Prostat di Indonesia 2017
  • 52. Tatalaksana (lanjutan) • Pembedahan • Indikasi tindakan pembedahan pada BPH yang sudah menimbulkan komplikasi, seperti: • retensi urine akut • gagal Trial Without Catheter (TWOC) • infeksi saluran kemih berulang • hematuria makroskopik berulang • batu kandung kemih • penurunan fungsi ginjal yang disebabkan oleh obstruksi akibat BPH • perubahan patologis pada kandung kemih dan saluran kemih bagian atas. • Indikasi relatif lain: • keluhan sedang hingga berat • tidak menunjukkan perbaikan setelah pemberian terapi non bedah • pasien yang menolak pemberian terapi medikamentosa
  • 53. Tatalaksana (lanjutan) • Pembedahan (Lanjutan) • Invasif minimal 1. Transurethral Resection of the Prostate (TURP)  TURP merupakan tindakan baku emas pembedahan pada pasien BPH dengan volume prostat 30-80 ml.  Secara umum, TURP dapat memperbaiki gejala BPH hingga 90% dan meningkatkan laju pancaran urine hingga 100%. 2. Laser Prostatektomi  Penggunaan laser pada terapi pembesaran prostat jinak dianjurkan khususnya pada pasien yang terapi antikoagulannya tidak dapat dihentikan  Terdapat 5 jenis energi yang dipakai untuk terapi invasif BPH, yaitu: Nd:YAG, Holmium:YAG, KTP:YAG, Green Light Laser, Thulium:YAG (Tm:YAG), dan diode 3. Transurethral Incision of the Prostate (TUIP) 1. insisi leher kandung kemih (bladder neck insicion) direkomendasikan pada prostat yang ukurannya kecil (kurang dari 30 ml) dantidak terdapat pembesaran lobus medius prostat • Operasi Terbuka • Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui transvesikal (Hryntschack atau Freyer) dan retropubik (Millin). • Pembedahan terbuka dianjurkan pada prostat yang volumenya lebih dari 80 ml.
  • 54. Skema pengelolaan BPH untuk dokter umum dan spesialis nonurologi
  • 55. Algoritma tata laksana pilihan terapi medikamentosa/konservatif
  • 56. Algoritma tata laksana pilihan terapi intervensi
  • 57. Prognosis  >90 % mengalami perbaikan dari gejala yang dialami  Sekitar 10-20% pasien mengalami kekambuhan penyumbatan dalam 5 tahun
  • 59. 1. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi revisi, Jakarta : EGC, 1997. 2. Tenggara T. Gambaran Klinis dan Penatalaksanaan Hipertrofi Prostat, Majalah Kedokteran Indonesia volume: 48, Jakarta : IDI, 1998. 3. Reksoprodjo S. Prostat Hipertrofi, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah cetakan pertama, Jakarta :Binarupa Aksara, 1995. 4. Tjahjodjati, Doddy M. Soebadi, dkk. Panduan Penatalaksanaan Klinis Pembesaran Prostat Jinak (Benign Prostatic Hyperplasia/BPH) Edisi- 3, Jakarta : Ikatan Ahli Urologi Indonesia

Editor's Notes

  1. Buang air kecil awalnya lancar, lama-lama buang air kecil menjadi semakin sulit. Sejak 2 bulan yang lalu, setiap buang air kecil pasien harus mengedan dan menunggu lama untuk memulai kencing. Ketika buang air kecil keluar sedikit-sedikit dan pancaran kencing lemah dan terputus-putus. Di akhir kencing air menetes, dan pasien tidak merasa puas karena pasien merasa masih ada air di dalam kandung kemihnya. Sejak 1 bulan SMRS, Os merasa lebih sering kencing pada malam hari karena os bisa terbangun kurang lebih 10 kali untuk BAK. Sejak 1 bulan terakhir SMRS os merasa nyeri pada perut tengah bawah saat memulai BAK dan saat sedang BAK. Nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk dan menjalar sampai paha  bagian atas.
  2. Status Antropometri BB : 41 TB : 160 IMT : 16 (Underweight)
  3. Tidak teraba membesar pada submandibula, submental, cervical, aksila, supraklavikula, infra klavikula
  4. KGB Tidak teraba membesar pada submandibula, submental, cervical, aksila, supraklavikula, infra klavikula
  5. Trachea tampak ditengah Cor                 : tak membesar, bentuk dan letak normal Pulmo            : Corakan vaskuler normal Tak tampak bercak pada kedua paru Difragma kanan kiri normal Sinus kostofrenikus kanan kiri lancip   KESAN : Cor tak membesar Pulmo tak tampak kelainan
  6. Ad Vitam : Pengaruh thdp khdpn, Ad Functionam : Pengaruh thdp fx manusia Ad Sanationam : Sanationam sembuh/tdk Dubia : Ragu2
  7. Riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenitalia (pernah mengalami cedera, infeksi, kencing berdarah (hematuria), kencing batu, atau pembedahan pada saluran kemih);
  8. Pengukuran dengan kateter ini lebih akurat dibandingkan USG, tetapi tidak nyaman bagi pasien, dapat menimbulkan cedera uretra, infeksi saluran kemih, hingga bakteremia.