SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
TUGAS
KASUS
OLEH :
KELOMPOK 3
LOKAL : III B
DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Lenni Sastra, S.Kep. MS
PROGRAM STUDI
S1 KEPERAWATAN
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018
PENYUSUN
 DIANA YULANDA 151211067
 FADILLA RAHMAWATI 151211070
 FEBBY IRIANTY DESKI 151211071
 LASMI 151211077
 MEIRIZA ELVI 151211079
 MUHAMMAD SURAIDI 151211081
 NABILLA AMATULLAH 151211083
 SANTI MARLINA 151211091
 SRI WAHYUNI 151211093
 YULIA RAHMI PUTRI 151211103
KASUS 3
Seorang laki-laki berusia 70 tahun di rawat dirumah sakit dengan keluhan tidak dapat
buang air kecil sejak 4 bulan yang lalu walaupun ia merasakan keinginan untuk BAK.
Pasien juga mengeluh sakit pada perut bagian bawah. Pada pemeriksaan fisik di
dapatkan Regio Suprapubik Bulging dan pemeriksaan colok dubur didapatkan
prostate membesar.
Tugas :
1. Identifikasi masalah/ kondisi abnormal pada masing-masing kasus serta jelaskan
mekanisme terjadinya kondisi tersebut !
Pembahasan :
 Keluhan tidak dapat buang air kecil sejak 4 bulan yang lalu, walaupun
merasakan ingin BAK.
- Saat laki-laki menjadi tua keseimbangan antara kadar 5a reduktase dan DHT dapat
terganggu yang mengakibatkan ketidakseimbangan produksi hormone testosterone
dan androgen. Yang mana fungsi testoteron ini adalah mendukung pertumbuhan
dan pembesaran prostat selama kehidupan dan androgen ini mempertahankan
ukuran dan fungsi prostat yang pada akhirnya akan berkontribusi terhadap
pembesaran prostat. Pembesaran prostat ini bisa mengobstruksi jalan keluar
kandung kemih yang mengakibatkan LUTS (gejala saluran kemih bawah),
peningkatan resiko ISK dan mengganggu saluran kemih atas. 2 proses yang
menyebabkan obstruksi ini adalah heiperplasia dan hipertrofi. (keperawatan
medikal bedah. Joyce M. Black dan Jane Hokanson Hawks. Edisi 8. 2014)
- Obtruksi terjadi pada saat hiperplasia menyempitkan lumen dan segmen uretra
yang melalui prostate. Obstruksi juga terjadi pada saat prostate melampaui atas
leher kandung kemih, menurunkan kemampuannya untuk menyalurkan urine
sebaai respon terhadap miksi dan saat perkemihan dari lobus median prostate
keluar meluas kedalam uretra prostatistika. (keperawatan medikal bedah. Joyce M.
Black dan Jane Hokanson Hawks. Edisi 8. 2014)
- Lobus yang mengalami hipertrofi dapat menyumbat kolum vesika / uretra
prostatik dengan demikian menyebabkan pengosongan urine inkomplit/ retensi
urin. (Brunner and Sudarth. 2001. keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Vol.2.)
- Pertumbuhan prostat dan obstruksi uretra lebih lanjut pada akhirnya akan
melampaui kemampuan otot detrusor untuk berkontraksi dan cukup kuat /
angguan pada kontraksi cukup lama, dan kontraksiterputus-putus. (Ilmu bedah. R.
Sjamsuhidayat dan Wim de Jong. Edisi 2. 2004)
- Gejala dan tanda obtruksi saluran kemih yaitu miksi terputus, menetes pada akhir
miksi, pancaran menjadi lemah dan merasakan belum puas setelah miksi.
- Apabila otot detrusor menjadi dekompensasi akan terjadi retensi urin sehingga
pada akhir miksi masih ditemukan sisa urin di dalam kandung kemih dan timbul
rasa tidak tuntas pada akhir miksi. Jika keadaan ini berlanjut, pada suatu saat akan
terjadi kemacetan total sehingga penderita tidak mampu lagi miksi. (Ilmu
bedah. R. Sjamsuhidayat dan Wim de Jong. Edisi 2. 2004)
- Selain ditemukan gejala obstruksi akan dtemukan tanda dan gejala iritasi. Gejala
iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna pada saat miksi/
pembesasaran prostat menyebabakan pengosongan ada kandung kemih sehingga
vesika sering berkontraksi meskipun belum penuh, oleh sebab itu penderita
sering merasakan keinginan untuk BAK. (Ilmu bedah. R. Sjamsuhidayat dan
Wim de Jong. Edisi 2. 2004)
 Keluhan sakit pada perut bagian bawah.
- Pada gambaran Makroskopik bagian periuretra kelenjer paling sering terkena.
Secara keseluruhan, kelenjer membesar hingga sering mencapai ukuran masif dan
memiliki konsistensi padat kenyal seperti karet. Nodul-nodul kecil didapatkan di
seluruh kelenjer, umumnya berdiamater 0,5-1 cm, tetapi terkadang menajdi jauh
lebih besar. Beberapa nodul yang lebiyh besar menunjukkan perubahan kistik.
Uretra tampak seperti celah dan tertekan. (Patofisiologi anatomi. Parakrama
Chandrasoma, MD, MRCP (UK). Edisi 2. 2005)
- Pada gambaran Mikroskopik nosul tersusun oleh variasi campuran elemen
kelenjer hiperplastik dan otot stroma hiperplastik. Kelenjer tampak lebih besar
dari normal dan di lapisi oleh epitelyan sering kali membentuk tonjolan paplar.
Infark pada nodul serng di temukan dan mungkin menyebabkan akut yang dapat
mencetuskan nyeri akut dan retensi urin. Bila infark pada nodul periuretra
terjadi, pasien dapat mengalami hematuria. (Patofisiologi anatomi. Parakrama
Chandrasoma, MD, MRCP (UK). Edisi 2. 2005)
 Pada pemeriksaan fisik di dapatkan Regio Suprapubik Bulging
- Pada pemeriksaan fisik regio suprapubik di lakukan untuk mengetahui apakah
terdapat batu buli-buli/sistisis yang di tandai dengan terabanya masa dan
nyeri tekan pada suprapubik. Retensi urin jugadapat diketahui dengan kesan
penuh pada buli-buli pada penderta. Pada pemeriksaan regio suprapubik di
dapatkan adanya retensi urin.
- Saat seseorang mengalami retensi urin pada akhir miksi masih ditemukan urin
tertinggal di kandung kemih. Karena selalu terdapat sisa urin, dapat terbentuk batu
endapan didalam kandun kemih, batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan
kematian. Batu tersebut juga dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks,
dapat terjadi pielonefritis. (Ilmu bedah. R. Sjamsuhidayat dan Wim de Jong. Edisi
2. 2004)
 Pemeriksaan colok dubur didapatkan prostate membesar.
- Pemeriksaan colok dubur (DRE) dlakukan untuk menilai ukuran prostat dan
membedakan BPH dari pembesaran prostat yang disebabkan oleh
adenokarsinoma atau infeksi. BPH memperlihatkan prostat yang memperbesar
secara simetris dengan sulkus sentralis yang hilang. Infeksi prostat (prostatitis)
berkaitan dengan pembesaran simetris, konstensi yang lembab, dan
ketidaknyamanan pada palpasi. Adonekarsinoma prostat berkaitan denan
pembesaran asimetris, nodulyang keras, atau indurasi. Urinalisis dan tes darah
untuk fingsi ginjal (urea nitrogen) atau nitrogen area darah (BUN) dan kadar
kreatinin secara rutin dilakukan, dan kultur urineatau pengukuran antigen spesifik
prostate (PSA) serum untuk menilai kanker dilakukan pada kasus tertentu.
- Monitor kimiawi, seperti kadar elektrolit, fungsi liver, dan koagulasi darah, dapat
dilakukan jika di pertimbangkan untuk pembedahan. (keperawatan medikal bedah.
Joyce M. Black dan Jane Hokanson Hawks. Edisi 8. 2014)
2. Jelaskan pengkajian lain yang harus di lakukan untuk melengkapi data pada kasus!
Pembahasan :
 Pemeriksaan awal terhadap pasien BPH adalah melakukan anamnesis atau
wawancara yang cermat guna mendapatkan data tentang riwayat penyakit yang di
deritanya.
Anamnesis itu meliputi :
 Keluhan yang di rasakan dan berapa lama keluhan itu telah mengganggu ( Ikatan
Ahli Urologi Indonesia. 2015)
a. Gejala iritatif meliputi : (Menurut Arora. P.Et. al. 2006)
 Peningkatan frekuensi berkemih
 Nokturia (terbangun pada malam hari untuk miksi)
 Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak atau tidak dapat ditunda
(urgensi)
 Nyeri pada saat miksi ( disuria)
b. Gejala obstruktif meliputi : (Menurut Arora. P.Et. al. 2006)
 Pancaran urin melemah
 Rasa tidak puas setelah miksi, kandung kemih tidak kosong dengan
baik
 Ketika ingin miksi harus menunggu lama
 Volume urin menurun dan harus mengedan pada saat berkemih
 Aliran urin tidak lancar atau terputus-putus
 Urin terus menetes setelah berkemih
 Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan
inkotinensia karena penumpukan berlebih
 Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi azotemia (akumulasi
produk sampah nitrogen) dan gagal ginjal dengan retensi urin kronis
dan volume residu yang besar
c. Gejala generalisata seperti : keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa
tidak nyaman pada epigastrik. (Menurut Arora. P.Et. al. 2006)
 Riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenitalia (pernah mengalami
cidera, infeksi, kencing berdarah (hematuria), kencing batu, atau pembedahan
pada saluran kemih)
 Riwayat kesehatan secara umum dan keadaan fungsi seksual.
 Riwayat konsumsi obat yang dapat menimbulka keluhan berkemih
 Skor Keluhan
Pemandu untuk mengarahkan dan menentukan adanya gejala obstruksi akibat
pembesaran prostat adalah sistem penskoran keluhan. Salah satu sistem penskoran
yang digunakan secara luas adalah International Prostat SymptomScore (IPSS) yang
telah di kembangkan American Urological Association (AUA) dan di standarisasi
oleh World Health Organization (WHO). Skor ini berguna untuk menilai dan
memantau keadaan pasien BPH. IPSS terdiri atas 7 pertanyaan yang masing-masing
memiliki nilai 0 hingga 5 dengan total maksimum 35. Kuesioner IPSS dibagikan
kepada pasien dan di harapkan pasien mengisi sendiri setiap pertanyaan. Berat
ringannya keluhan pasien BPH dapat digolongkan berdasarkan skor yang diperoleh,
yaitu : skor 0-7 : ringan, skor 8-9 :sedang, dan skor 20-35 : berat. Selain 7 pertanyaan
tersebut, di dalam daftar pertanyaan IPSS terdapat satu pertanyaan tunggal mengenai
hidup (quality of life atau QoL) yang juga terdiri atas 7 kemungkinan jawaban.
 Cacatan harian berkemih (voiding diaries)
Pencatatan harian berkemih sangat berguna pada pasien yang mengeluh nukturia
sebagai keluhan yang menonjol. Dengan mencatat kapan dan berapa jumlah asupan
cairan yang di konsumsi serta kapan dan berapa jumlah urine yang dikemihkan, dapat
diketahui seorang pasien menderita nokturia idiopatik, instabilitas detrusor akibat
obstruksi infravesika, atau karena poliuria akibat air yang berlebihan. Sebaiknya
pencatatan dikerjakan 3 hari berturut-turut untuk mendapatkan hasil yang baik.
 Pemeriksaan Fisik
 Status Urologis
 Ginjal
Pemeriksaan fisik ginjal pada kasus BPH untuk mengevaluasi adanya
obstruksi atau tanda infeksi
 Kandung kemih
Pemeriksaan kandung kemih dilakukan dengan palpasi dan perkusi untuk
menilai isi kandung kemih, ada tidaknya tanda infeksi.
 Colok Dubur
Colok dubur atau digital rectal examination (DRE) merupakan pemeriksaa
yang penting pada pasien BPH. Dan pemeriksaan colok dubur ini dapat
diperkirakan adanya pembesaran prostat, konsistensi prostat, dan adanya nodul
yang merupakan salah satu tanda keganasan prostat. Mengukur volume prostat
dengan DRE cenderung lebih kecil dari pada ukuran ang sebenarnya.
 Pemeriksaan Penunjang
 Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis dapat menentukan adanya leukosituria dan
hematuria. Apabila di temukan hematuria, maka perlu dicari penyebabnya. Bila di
curigai adanya infeksi saluran kemih perlu dilakukan pemeriksaan kultur urine.
 Pemeriksaan fungsi Ginjal
Obstruksi infravesika akibat BPH dapat menyebabkan gangguan pada
saluran kemih bagian atas. Gagal ginjal akibat BPH terjadi sebanyak 0,3-30%
dengan rata-rata 13,6%. Pemeriksaan faal ginjal berguna sebagai petunjuk perlu
tidaknya melakukan pemeriksaan pencitraan pada saluran kemih bagian atas.
 Pemeriksaan PSA (Prostate Spesific Antigen)
PSA distensi oleh sel epitel prostat dan bersifat organ specific tetapi bukan
cancer specific. Kadar PSA di dalam serum dapat mengalami peningkatan pada
keradangan, setelah manipulasi pada prostat (biopsy prostat atau TRUP), pada
retensi urin akut, kateterisasi,mkeganasan prostat, dan usia yang semakin tua.
Serum PSA dapat dipakai untuk meramalkan perjalanan penyakit dari BPH,
dalam hal ini jika kadar PSA tinggi berarti :
a. Pertumbuhan volume prostat lebih cepat
b. Keluhan akibat BPH/laju pancaran urine lebih jelek, dan
c. Lebih mudah terjadi retensi urin akut
Pertumbuhan volume kelenjer prostat dapat diprediksikan berdasarkan
kadar PSA. Semakin tinggi kadar PSA, maka semakin cepat laju pertumbuhan
prostat. Laju pertumbuhan volume prostat rata-rata setiap tahun pada kadar PSA
0,2 -1,3 ng/dl adalah 0,7 Ml/tahun, sedangkan pada kadar PSA 1,4-3,2 ng/dl
adalah 2,1 mL/tahun, dan kadar PSA 3,3 mL/tahun. Serum PSA dapat meningkat
pada saat terjadi retensi urin akut dan kadarnya perlahan-lahan menurun terutama
setelah 72 jam di lakukan kateterisasi.
Pemeriksaan PSA bersama dengan colok dubur lebih superior dari pada
pemeriksaan colok dubur saja dalam mendeteksi adanya karsinoma prostat. Oleh
karena itu, pada usia di atas 50 tahun atau di atas 40 tahun (pad kelompok dengan
resiko tinggi) pemeriksaan PSA menjadi snagat penting guna mendeteksi
kemungkinan adanya karsinoma prostat. Apabila kadar PSA >4 ng/ml, biopsy
prostat dipertimbangkan setelah didiskusikan dengan pasien.
 Uroflowmetry (Pancaran Urine)
Uroflowmetry adalah pemeriksaan pancaran urine selama proses berkemih.
Pemeriksaan non-invasif ini di tunjukkan untuk mendeteksi gejala obstruksi
slauran kemih bagian bawah. Dari Uroflowmetry dapat diperoleh informasi
mengenai volume berkemih, lalu pancaran maksimum (Qmax), laju pancaran rata-
rata (Qave), waktu yang dibutuhkan untuk mencapai laju pancaran maksimum, dan
lama pancaran. Pemeriksaan ini di pakai untuk mengevaluasi, baik sebelum
maupun setelah terapi.
Hasil Uroflowmetry tidka spesifik menunjukkan penyebab terjadinya
kelainan pancaran urine. Pancaran urin yang lemah dapat disebabkan obstruksi
saluran kemih bagian bawah atau kelemahan otot destrusor. Terdapat hubungan
antara nilai Qmax dengan kemungkinan obstruksi saluran kemih bagian bawah
(BOO). Pada batas nilai Qmax sebebsar 10 mL/detik memiliki spesifikais sebesar
70% , positive predictive value (PPV)sebesar 70% dan sebesar 15mL/detik
memiliki spesifisitas sebesar 38%, PPV sebesar 67% dan spesitivitas sebesar 82%
untuk mendiagnosis BOO.
Sebaiknya, penilaian ada tidaknya obstruksi saluran kemih bagian bawah
tidak hanya di nilai dari hasil Qmax saja, tetapi juga digabungkan dengan
pemeriksaan lain. Kombinasi pemeriksaan skor IPSS, volume prostat, dan Qmax
cukup akurat dalam menentukan adanya obstruksi saluran kemih bagian bawah.
Pemeriksaan Uroflowmetry bermakna jika volume urine >150mL.
 Residu Urine
Residu urine atau post voiding urine (PVR) adalah urine di kandung kemih
setelah berkemih. Jumlah residu urine normal rata-rata 12 Ml.
Pemeriksaan residu urine dapat dilakukan dengan cara USG, bladder scan
atau dengan kateter uretra. Pengukuran dengan kateter ini lebih akurat
dibandingkan USG, tetapi tidak nyaman bagi pasien, dapat menimbulkan cedera
uretra, infeksi saluran kemih, hingga bakteremia.
Peningkatan volume residu urin dapat disebabkan oleh obstruksi saluran
kemih bagian bawah atau kelemahan kontraksi otot detrusor. Volume residu urine
yang banyak pada pemeriksaan awal berkaitan dengan peningkatan resiko
perburukan gejala. Penibgkatan volume residu urine pada pemantauan berkala
berkaitan dengan resiko terjadinya retensi urine.
3. Tentukan diagnose keperawatan untuk masing-masing kasus serta jelaskan WOC
nya (berdasarkan nanda) !
Pembahasan :
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN
DATA SUBJEKTIF (DS) DATA OBJEKTIF (DO)
1 Nyeri akut b.d
Agen Cidera
Biologis
- Klien mengeluh sakit
perut bagian bawah
- Klien mengeluh tidak
dapat BAK sejak 4
bulan lalu
- Ekspresi wajah klien
tampak menahan
nyeri
- Klien menunjukkan
rasa tidak nyaman
pada abdomen bagian
bawah
- Pemeriksaan fisik di
dapatkan region
suprapubik bulging
- Pemeriksaan colok
dubur di dapatkan
adanya pembesaran
prostat
2 Retensi urin b.d
sumbatan saluran
perkemihan
- Klien mengeluh tidak
dapat BAK sejak 4
bulan lalu
- Merasakan ingin BAK
(miksi yg urgensi)
- Merasakan sakit pada
perut bagian bawah
- Pemeriksaan fisik di
dapatkan region
suprapubik bulging
- Pemeriksaan colok
dubur di dapatkan
adanya pembesaran
prostat
3 Gangguan
eliminasi urin b.d
obstruksi anatomik
- Klien mengatakan ada
rasa ingin BAK
- Klien mengeluh tidak
dapat BAK sejak 4
bulan lalu
- Merasakan sakit pada
perut bagian bawah
- Pemeriksaan fisik di
dapatkan region
suprapubik bulging
- Pemeriksaan colok
dubur di dapatkan
adanya pembesaran
prostat
4. Rumuskan intervensi keperawatan untuk setiap diagnose keperawatan
(berdasarkan NOC NIC) !
Pembahasan :
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN
NIC NOC
1 Nyeri akut b.d Agen
Cidera Biologis
Kontrol nyeri
Indikator :
 Mengenali kapan nyeri
terjadi
 Menggambarkan faktor
penyebab
 Menggunakan tindakan
penguranggan (nyeri)
tanpa analgestik
 Menggunakan
analgestik yang
direkomendasikan
 Melaporkan perubahan
terhadap gejala nyeri
pada profesional
kesehatan
 Menggunakan sumber
daya yang tesedia
 Mengenali apa yang
terkait dengan gejala
nyeri
 Melaporkan nyeri yang
kontrol
Tingkat nyeri
 Manajemen nyeri
Aktivitas :
1. Lakukan pengakajian
nyeri secara
komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor
presifasi
2. Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
untuk mengatahui
pengalaman nyeri pasien
4. Kai kultrul yang
mempengaruhi respons
nyeri
5. Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
6. Evaluasi bersama pasien
dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
Indikator :
 Mengerang dan
menangis
 Ekspersi nyeri wajah
 Tidak bisa beristirahat
 Mengerinyit
 Kehilangan nafsu
makan
 Mual
7. Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan
8. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengarui nyeri
seperti suhu ruangan
percahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor
presivitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
11. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervesi
12. Ajarkan tentang teknik
nonformakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istrirahat
16. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajement nyeri
18. Pemberian analgesik
19. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
20. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
21. Cek riwayat alergi
22. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
23. Tentukan pilihan
anagesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
24. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
25. Pilih rute pemberian
secara IV, IM, untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
26. Monitor vitalsign
sebelum dan sesudah
pemberian nalgesik
pertama kali
27. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
28. Evaluasi aktivitas
analgesik tanda dan
gejala
 Administrasi analgesic
a. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
b. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesic yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesic ketika
pemberian lebih dari
Satu
e. Tentukan pilihan
analgesic tergantung
tipe dan berat nyeri
f. Tentukan analgesic
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
g. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
h. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
pertama kali
i. Berikan analgesic
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
j. Evaluasi evektivitas
analgesic, tanda dan
gejala
2 Retensi urin b.d
sumbatan saluran
perkemihan
Retensi Urine
Eliminasi Urine
Indicator :
 Pola eliminasi 1/3
 Jumlah urine 1/5
 Mengosongkan kandung
kemih sepenuhnya 1/5
 Mengenali keinginan
untuk berkemih 1/3
 Retensi urine 1/3
 Nyeri saat berkemih 1/3
 Ragu untuk berkemih
1/3
Keparahan Gejala
Indicator :
 Intensitas gejala 1/3
 Frekuensi gejala 1/3
 Terkait kegelisahan 1/3
Kateter urin
Aktivitas-aktivitas :
 Pasang alat dengan tepat
 Berikan privasi dan
tutupi pasien dengan baik
untuk kesopanan yaitu
hanya mengekspos
daerah genitalia
 Isi bola kateter sebelum
pemasangan kateter
untuk memeriksa ukuran
dan kepatenan kateter
 Posisi pasien dengan
tepat ( misalnya,
perempuan terlentang
dengan kedua kaki
direnggangkan atau fleksi
pada bagian panggul dan
lutut; laki-laki dengan
posisis terlentang )
 Bersihkan daerah miatus
uretra dengan larutan anti
bakteri, saline steril, atau
air steril sesuai
kewajiban lembaga
 Masukkn dengan lurus
atau retensi kateter
kedalam kandung kemih
 Gunakan ukuran kateter
yang sesuai
 Pastikan bahwa kateter
yang dimasukkan cukup
jauh kedalam kandung
kemih untuk mencegah
trauma pada jaringan
uretra dengan inflamsi
balon
 Isi bola kateter untuk
menetapkan kateter,
berdasarkan usia dan
ukuran tubuh sesuai
rekomendasi pabrik
 Hubungkan retensi
kateter kekantong sisi
tempat tidur drenase atau
pada kantong kaki
 Amankan kateter pada
kulit dengan plester yang
sesuai
 Tempatkan kantong
drainase dibawah
permukaan kandung
kemih
 Monitor imtake dan
output
 Lakukan pengosongan
kantong kateter
Perawatan retensi urin
Aktivita-aktivitas :
 Lakukan komperensif
system perkemihan focus
terhadap intekonensia
 Monitor adanya
penggunaan agen-agen
yang tidak sesuai resep
mengandung bahan
anticholinergic
 Atau alpha-agonist
 Gunakan kekuatan
sugesti dengan
mengunakan air yang
mengalir dengan
menyiram toilet
 Stimulasi reflek kandung
kemih dengan
membasahi abdomen
dengan air dingin,
memberikan sentuhan
pada paha bagian dalam
atau air yang mengalir
 Pasangkan kateter urine
sesua kebutuhan
 Anjurkan pasien tau
keluarga untuk mencatat
urine output sesuai
kebutuhan
 Anjurkan cara untuk
menghindari konstipasi
peces
 Monitor intake dan
output
 Monitor derajat distensi
kandung kemih dengan
palpasi dan perkusi
3 Gangguan eliminasi
urin b.d obstruksi
anatomik
 Urinary elimination
 Urinary Contiunence
Indikator :
 Kandung kemih kosong
secara penuh
 Tidak ada residu urine
>100-200 cc
 Intake cairan dalam
rentang normal
 Bebas dari ISK
 Tidak ada spasme
bladder
Urinary Retention Care
 Lakukan penilaian
kemih yang
komprehensif berfokus
pada inkontinensia
(misalnya, output urin,
pola berkemih kemih,
fungsi kognitif, dan
masalah kencing
praeksisten)
 Memantau penggunaan
obat dengan sifat
antikolinergik atau
properti alpha agonis
 Memonitor efek dari
obat-obatan yang
diresepkan, seperti
calcium channel
blockers dan
antikolinergik
 Menyediakan
penghapusan privasi
 Gunakan kekuatan
sugesti dengan
menjalankan air atau
disiram toilet
 Merangsang refleks
kandung kemih dengan
menerapkan dingin
untuk perut, membelai
tinggi batin, atau air
 Sediakan waktu yang
cukup untuk
pengosongan kandung
kemih (10 menit)
 Gunakan spirit
wintergreen di pispot
atau urinal
 Menyediakan manuver
Crede, yang diperlukan
 Gunakan double-void
teknik
 Masukkan kateter
kemih, sesuai
 Anjurkan pasien /
keluarga untuk merekam
output urin, sesuai
 Instruksikan cara-cara
untuk menghindari
konstipasi atau impaksi
tinja
 Memantau asupan dan
keluaran
 Memantau tingkat
distensi kandung kemih
dengan palpasi dan
perkusi
 Membantu dengan toilet
secara berkala
 Memasukkan pipa ke
dalam lubang tubuh
untuk sisa
 Menerapkan kateterisasi
intermiten.
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M and Jane Hokanson,2014. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH :
Manajemen Klinis untuk Hasil yang diharapkan. Edisi 8. Buku 2. Indonesia : CV. Pentasada
Media. Edukasi
Sjamsuhidayat. R and Win De Jong.2004. Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC
Chandarasoma, parakrama and Clive R. Taylor.2005.PATOLOGI ANATOMI. Edisi 2.
Jakarta : EGC
Brunner and Sudarth. 2001. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. Edisi 8. Vol.2. Jakarta :
EGC

More Related Content

What's hot

Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)
Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)
Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)Anno Making
 
Hipertropi prostat
Hipertropi prostatHipertropi prostat
Hipertropi prostatRizman Aji
 
PBL 3b Kulit Kuning
PBL 3b Kulit KuningPBL 3b Kulit Kuning
PBL 3b Kulit KuningAi Coryde
 
PENGAMBILAN SEJARAH & PEMERIKSAAN FIZIKAL - SISTEM GENITOURINARI
PENGAMBILAN SEJARAH & PEMERIKSAAN FIZIKAL - SISTEM GENITOURINARIPENGAMBILAN SEJARAH & PEMERIKSAAN FIZIKAL - SISTEM GENITOURINARI
PENGAMBILAN SEJARAH & PEMERIKSAAN FIZIKAL - SISTEM GENITOURINARIMuhammad Nasrullah
 
176175164 case-mola-hidatidosa-doc
176175164 case-mola-hidatidosa-doc176175164 case-mola-hidatidosa-doc
176175164 case-mola-hidatidosa-dochomeworkping9
 
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTAOBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTANindi Yulianti
 
Asites pada ca colon
Asites pada ca colonAsites pada ca colon
Asites pada ca colonarie setyawan
 
Kelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lllKelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lllAgnes Putri
 
Sakit perut bagian kanan uronefrologi
Sakit perut bagian kanan uronefrologiSakit perut bagian kanan uronefrologi
Sakit perut bagian kanan uronefrologiZarah Dzulhijjah
 
Ilmu bedah kolon
Ilmu bedah kolonIlmu bedah kolon
Ilmu bedah kolonIva Maria
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKPhil Adit R
 
Manajemen bedah cholelithiasis
Manajemen bedah cholelithiasisManajemen bedah cholelithiasis
Manajemen bedah cholelithiasisagungwahyudi709
 

What's hot (20)

Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)
Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)
Laporan pendahuluan benign prostatic hyperplasia (bph)
 
Satpel bph
Satpel bphSatpel bph
Satpel bph
 
Radiology pada urolithiasis
Radiology pada urolithiasisRadiology pada urolithiasis
Radiology pada urolithiasis
 
Hipertropi prostat
Hipertropi prostatHipertropi prostat
Hipertropi prostat
 
PBL 3b Kulit Kuning
PBL 3b Kulit KuningPBL 3b Kulit Kuning
PBL 3b Kulit Kuning
 
104250978 case-bph
104250978 case-bph104250978 case-bph
104250978 case-bph
 
PENGAMBILAN SEJARAH & PEMERIKSAAN FIZIKAL - SISTEM GENITOURINARI
PENGAMBILAN SEJARAH & PEMERIKSAAN FIZIKAL - SISTEM GENITOURINARIPENGAMBILAN SEJARAH & PEMERIKSAAN FIZIKAL - SISTEM GENITOURINARI
PENGAMBILAN SEJARAH & PEMERIKSAAN FIZIKAL - SISTEM GENITOURINARI
 
176175164 case-mola-hidatidosa-doc
176175164 case-mola-hidatidosa-doc176175164 case-mola-hidatidosa-doc
176175164 case-mola-hidatidosa-doc
 
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTAOBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
 
bph dan vesiclithiasis
bph dan vesiclithiasis bph dan vesiclithiasis
bph dan vesiclithiasis
 
Asites pada ca colon
Asites pada ca colonAsites pada ca colon
Asites pada ca colon
 
PILONEFRITIS
PILONEFRITISPILONEFRITIS
PILONEFRITIS
 
Kelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lllKelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lll
 
Sakit perut bagian kanan uronefrologi
Sakit perut bagian kanan uronefrologiSakit perut bagian kanan uronefrologi
Sakit perut bagian kanan uronefrologi
 
Ilmu bedah kolon
Ilmu bedah kolonIlmu bedah kolon
Ilmu bedah kolon
 
bph dan hidronefrosis
bph dan hidronefrosis bph dan hidronefrosis
bph dan hidronefrosis
 
Post Op TURP
Post Op TURPPost Op TURP
Post Op TURP
 
Lapkas gastropati nsaid
Lapkas gastropati nsaidLapkas gastropati nsaid
Lapkas gastropati nsaid
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIK
 
Manajemen bedah cholelithiasis
Manajemen bedah cholelithiasisManajemen bedah cholelithiasis
Manajemen bedah cholelithiasis
 

Similar to Kasus bph (20)

1. PPT BPH.pptx
1. PPT BPH.pptx1. PPT BPH.pptx
1. PPT BPH.pptx
 
358484597 ureterolithiasis
358484597 ureterolithiasis358484597 ureterolithiasis
358484597 ureterolithiasis
 
BPH KELOMPOK 1.pptx
BPH KELOMPOK 1.pptxBPH KELOMPOK 1.pptx
BPH KELOMPOK 1.pptx
 
Bph
BphBph
Bph
 
BPH.pptx
BPH.pptxBPH.pptx
BPH.pptx
 
Bph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNA Bph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNA
 
Bph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNABph AKPER PEMKAB MUNA
Bph AKPER PEMKAB MUNA
 
Case Reflection BPH.pptx
Case Reflection BPH.pptxCase Reflection BPH.pptx
Case Reflection BPH.pptx
 
Rentensi urine
Rentensi urineRentensi urine
Rentensi urine
 
1. dr. Gampo Alam, SpU (K) - Penatalaksanaan Peri Operatif Pada Striktur Uret...
1. dr. Gampo Alam, SpU (K) - Penatalaksanaan Peri Operatif Pada Striktur Uret...1. dr. Gampo Alam, SpU (K) - Penatalaksanaan Peri Operatif Pada Striktur Uret...
1. dr. Gampo Alam, SpU (K) - Penatalaksanaan Peri Operatif Pada Striktur Uret...
 
Diagnosis fungsi ginjal
Diagnosis fungsi ginjalDiagnosis fungsi ginjal
Diagnosis fungsi ginjal
 
Colic Renal Pain - dr.TNY.pptx
Colic Renal Pain - dr.TNY.pptxColic Renal Pain - dr.TNY.pptx
Colic Renal Pain - dr.TNY.pptx
 
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAskep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Askep husnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
52827738 refrat-retensi-urine
52827738 refrat-retensi-urine52827738 refrat-retensi-urine
52827738 refrat-retensi-urine
 
Benigna prostat hiperplasia
Benigna prostat hiperplasiaBenigna prostat hiperplasia
Benigna prostat hiperplasia
 
Retensi urine
Retensi urineRetensi urine
Retensi urine
 
Askep retensio urine
Askep retensio urineAskep retensio urine
Askep retensio urine
 
Sistem perkemihan semester v
Sistem perkemihan semester vSistem perkemihan semester v
Sistem perkemihan semester v
 
BPH.pdf
BPH.pdfBPH.pdf
BPH.pdf
 
BPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptx
BPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptxBPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptx
BPHqwertyuiosdfghjklxcvbnmwertyuifgh.pptx
 

Recently uploaded

MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024Zakiah dr
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Codajongshopp
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxabdulmujibmgi
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxmarodotodo
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Arif Fahmi
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxmade406432
 
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) CurrentMateri Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Currentaditya romadhon
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbSendaUNNES
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxsiampurnomo90
 
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologissuser7c01e3
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxHikmaLavigne
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smearprofesibidan2
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptStevenSamuelBangun
 
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADAASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADARismaZulfiani
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritisfidel377036
 

Recently uploaded (15)

MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
 
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) CurrentMateri Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
 
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
 
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADAASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
 

Kasus bph

  • 1. TUGAS KASUS OLEH : KELOMPOK 3 LOKAL : III B DOSEN PEMBIMBING: Ns. Lenni Sastra, S.Kep. MS PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG 2018
  • 2. PENYUSUN  DIANA YULANDA 151211067  FADILLA RAHMAWATI 151211070  FEBBY IRIANTY DESKI 151211071  LASMI 151211077  MEIRIZA ELVI 151211079  MUHAMMAD SURAIDI 151211081  NABILLA AMATULLAH 151211083  SANTI MARLINA 151211091  SRI WAHYUNI 151211093  YULIA RAHMI PUTRI 151211103
  • 3. KASUS 3 Seorang laki-laki berusia 70 tahun di rawat dirumah sakit dengan keluhan tidak dapat buang air kecil sejak 4 bulan yang lalu walaupun ia merasakan keinginan untuk BAK. Pasien juga mengeluh sakit pada perut bagian bawah. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan Regio Suprapubik Bulging dan pemeriksaan colok dubur didapatkan prostate membesar. Tugas : 1. Identifikasi masalah/ kondisi abnormal pada masing-masing kasus serta jelaskan mekanisme terjadinya kondisi tersebut ! Pembahasan :  Keluhan tidak dapat buang air kecil sejak 4 bulan yang lalu, walaupun merasakan ingin BAK. - Saat laki-laki menjadi tua keseimbangan antara kadar 5a reduktase dan DHT dapat terganggu yang mengakibatkan ketidakseimbangan produksi hormone testosterone dan androgen. Yang mana fungsi testoteron ini adalah mendukung pertumbuhan dan pembesaran prostat selama kehidupan dan androgen ini mempertahankan ukuran dan fungsi prostat yang pada akhirnya akan berkontribusi terhadap pembesaran prostat. Pembesaran prostat ini bisa mengobstruksi jalan keluar kandung kemih yang mengakibatkan LUTS (gejala saluran kemih bawah), peningkatan resiko ISK dan mengganggu saluran kemih atas. 2 proses yang menyebabkan obstruksi ini adalah heiperplasia dan hipertrofi. (keperawatan medikal bedah. Joyce M. Black dan Jane Hokanson Hawks. Edisi 8. 2014) - Obtruksi terjadi pada saat hiperplasia menyempitkan lumen dan segmen uretra yang melalui prostate. Obstruksi juga terjadi pada saat prostate melampaui atas leher kandung kemih, menurunkan kemampuannya untuk menyalurkan urine sebaai respon terhadap miksi dan saat perkemihan dari lobus median prostate keluar meluas kedalam uretra prostatistika. (keperawatan medikal bedah. Joyce M. Black dan Jane Hokanson Hawks. Edisi 8. 2014)
  • 4. - Lobus yang mengalami hipertrofi dapat menyumbat kolum vesika / uretra prostatik dengan demikian menyebabkan pengosongan urine inkomplit/ retensi urin. (Brunner and Sudarth. 2001. keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Vol.2.) - Pertumbuhan prostat dan obstruksi uretra lebih lanjut pada akhirnya akan melampaui kemampuan otot detrusor untuk berkontraksi dan cukup kuat / angguan pada kontraksi cukup lama, dan kontraksiterputus-putus. (Ilmu bedah. R. Sjamsuhidayat dan Wim de Jong. Edisi 2. 2004) - Gejala dan tanda obtruksi saluran kemih yaitu miksi terputus, menetes pada akhir miksi, pancaran menjadi lemah dan merasakan belum puas setelah miksi. - Apabila otot detrusor menjadi dekompensasi akan terjadi retensi urin sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urin di dalam kandung kemih dan timbul rasa tidak tuntas pada akhir miksi. Jika keadaan ini berlanjut, pada suatu saat akan terjadi kemacetan total sehingga penderita tidak mampu lagi miksi. (Ilmu bedah. R. Sjamsuhidayat dan Wim de Jong. Edisi 2. 2004) - Selain ditemukan gejala obstruksi akan dtemukan tanda dan gejala iritasi. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna pada saat miksi/ pembesasaran prostat menyebabakan pengosongan ada kandung kemih sehingga vesika sering berkontraksi meskipun belum penuh, oleh sebab itu penderita sering merasakan keinginan untuk BAK. (Ilmu bedah. R. Sjamsuhidayat dan Wim de Jong. Edisi 2. 2004)  Keluhan sakit pada perut bagian bawah. - Pada gambaran Makroskopik bagian periuretra kelenjer paling sering terkena. Secara keseluruhan, kelenjer membesar hingga sering mencapai ukuran masif dan memiliki konsistensi padat kenyal seperti karet. Nodul-nodul kecil didapatkan di seluruh kelenjer, umumnya berdiamater 0,5-1 cm, tetapi terkadang menajdi jauh lebih besar. Beberapa nodul yang lebiyh besar menunjukkan perubahan kistik. Uretra tampak seperti celah dan tertekan. (Patofisiologi anatomi. Parakrama Chandrasoma, MD, MRCP (UK). Edisi 2. 2005) - Pada gambaran Mikroskopik nosul tersusun oleh variasi campuran elemen kelenjer hiperplastik dan otot stroma hiperplastik. Kelenjer tampak lebih besar dari normal dan di lapisi oleh epitelyan sering kali membentuk tonjolan paplar. Infark pada nodul serng di temukan dan mungkin menyebabkan akut yang dapat mencetuskan nyeri akut dan retensi urin. Bila infark pada nodul periuretra
  • 5. terjadi, pasien dapat mengalami hematuria. (Patofisiologi anatomi. Parakrama Chandrasoma, MD, MRCP (UK). Edisi 2. 2005)  Pada pemeriksaan fisik di dapatkan Regio Suprapubik Bulging - Pada pemeriksaan fisik regio suprapubik di lakukan untuk mengetahui apakah terdapat batu buli-buli/sistisis yang di tandai dengan terabanya masa dan nyeri tekan pada suprapubik. Retensi urin jugadapat diketahui dengan kesan penuh pada buli-buli pada penderta. Pada pemeriksaan regio suprapubik di dapatkan adanya retensi urin. - Saat seseorang mengalami retensi urin pada akhir miksi masih ditemukan urin tertinggal di kandung kemih. Karena selalu terdapat sisa urin, dapat terbentuk batu endapan didalam kandun kemih, batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan kematian. Batu tersebut juga dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks, dapat terjadi pielonefritis. (Ilmu bedah. R. Sjamsuhidayat dan Wim de Jong. Edisi 2. 2004)  Pemeriksaan colok dubur didapatkan prostate membesar. - Pemeriksaan colok dubur (DRE) dlakukan untuk menilai ukuran prostat dan membedakan BPH dari pembesaran prostat yang disebabkan oleh adenokarsinoma atau infeksi. BPH memperlihatkan prostat yang memperbesar secara simetris dengan sulkus sentralis yang hilang. Infeksi prostat (prostatitis) berkaitan dengan pembesaran simetris, konstensi yang lembab, dan ketidaknyamanan pada palpasi. Adonekarsinoma prostat berkaitan denan pembesaran asimetris, nodulyang keras, atau indurasi. Urinalisis dan tes darah untuk fingsi ginjal (urea nitrogen) atau nitrogen area darah (BUN) dan kadar kreatinin secara rutin dilakukan, dan kultur urineatau pengukuran antigen spesifik prostate (PSA) serum untuk menilai kanker dilakukan pada kasus tertentu. - Monitor kimiawi, seperti kadar elektrolit, fungsi liver, dan koagulasi darah, dapat dilakukan jika di pertimbangkan untuk pembedahan. (keperawatan medikal bedah. Joyce M. Black dan Jane Hokanson Hawks. Edisi 8. 2014)
  • 6. 2. Jelaskan pengkajian lain yang harus di lakukan untuk melengkapi data pada kasus! Pembahasan :  Pemeriksaan awal terhadap pasien BPH adalah melakukan anamnesis atau wawancara yang cermat guna mendapatkan data tentang riwayat penyakit yang di deritanya. Anamnesis itu meliputi :  Keluhan yang di rasakan dan berapa lama keluhan itu telah mengganggu ( Ikatan Ahli Urologi Indonesia. 2015) a. Gejala iritatif meliputi : (Menurut Arora. P.Et. al. 2006)  Peningkatan frekuensi berkemih  Nokturia (terbangun pada malam hari untuk miksi)  Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak atau tidak dapat ditunda (urgensi)  Nyeri pada saat miksi ( disuria) b. Gejala obstruktif meliputi : (Menurut Arora. P.Et. al. 2006)  Pancaran urin melemah  Rasa tidak puas setelah miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik  Ketika ingin miksi harus menunggu lama  Volume urin menurun dan harus mengedan pada saat berkemih  Aliran urin tidak lancar atau terputus-putus  Urin terus menetes setelah berkemih  Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan inkotinensia karena penumpukan berlebih  Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi azotemia (akumulasi produk sampah nitrogen) dan gagal ginjal dengan retensi urin kronis dan volume residu yang besar c. Gejala generalisata seperti : keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa tidak nyaman pada epigastrik. (Menurut Arora. P.Et. al. 2006)  Riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenitalia (pernah mengalami cidera, infeksi, kencing berdarah (hematuria), kencing batu, atau pembedahan pada saluran kemih)  Riwayat kesehatan secara umum dan keadaan fungsi seksual.
  • 7.  Riwayat konsumsi obat yang dapat menimbulka keluhan berkemih  Skor Keluhan Pemandu untuk mengarahkan dan menentukan adanya gejala obstruksi akibat pembesaran prostat adalah sistem penskoran keluhan. Salah satu sistem penskoran yang digunakan secara luas adalah International Prostat SymptomScore (IPSS) yang telah di kembangkan American Urological Association (AUA) dan di standarisasi oleh World Health Organization (WHO). Skor ini berguna untuk menilai dan memantau keadaan pasien BPH. IPSS terdiri atas 7 pertanyaan yang masing-masing memiliki nilai 0 hingga 5 dengan total maksimum 35. Kuesioner IPSS dibagikan kepada pasien dan di harapkan pasien mengisi sendiri setiap pertanyaan. Berat ringannya keluhan pasien BPH dapat digolongkan berdasarkan skor yang diperoleh, yaitu : skor 0-7 : ringan, skor 8-9 :sedang, dan skor 20-35 : berat. Selain 7 pertanyaan tersebut, di dalam daftar pertanyaan IPSS terdapat satu pertanyaan tunggal mengenai hidup (quality of life atau QoL) yang juga terdiri atas 7 kemungkinan jawaban.  Cacatan harian berkemih (voiding diaries) Pencatatan harian berkemih sangat berguna pada pasien yang mengeluh nukturia sebagai keluhan yang menonjol. Dengan mencatat kapan dan berapa jumlah asupan cairan yang di konsumsi serta kapan dan berapa jumlah urine yang dikemihkan, dapat diketahui seorang pasien menderita nokturia idiopatik, instabilitas detrusor akibat obstruksi infravesika, atau karena poliuria akibat air yang berlebihan. Sebaiknya pencatatan dikerjakan 3 hari berturut-turut untuk mendapatkan hasil yang baik.  Pemeriksaan Fisik  Status Urologis  Ginjal Pemeriksaan fisik ginjal pada kasus BPH untuk mengevaluasi adanya obstruksi atau tanda infeksi  Kandung kemih Pemeriksaan kandung kemih dilakukan dengan palpasi dan perkusi untuk menilai isi kandung kemih, ada tidaknya tanda infeksi.
  • 8.  Colok Dubur Colok dubur atau digital rectal examination (DRE) merupakan pemeriksaa yang penting pada pasien BPH. Dan pemeriksaan colok dubur ini dapat diperkirakan adanya pembesaran prostat, konsistensi prostat, dan adanya nodul yang merupakan salah satu tanda keganasan prostat. Mengukur volume prostat dengan DRE cenderung lebih kecil dari pada ukuran ang sebenarnya.  Pemeriksaan Penunjang  Urinalisis Pemeriksaan urinalisis dapat menentukan adanya leukosituria dan hematuria. Apabila di temukan hematuria, maka perlu dicari penyebabnya. Bila di curigai adanya infeksi saluran kemih perlu dilakukan pemeriksaan kultur urine.  Pemeriksaan fungsi Ginjal Obstruksi infravesika akibat BPH dapat menyebabkan gangguan pada saluran kemih bagian atas. Gagal ginjal akibat BPH terjadi sebanyak 0,3-30% dengan rata-rata 13,6%. Pemeriksaan faal ginjal berguna sebagai petunjuk perlu tidaknya melakukan pemeriksaan pencitraan pada saluran kemih bagian atas.  Pemeriksaan PSA (Prostate Spesific Antigen) PSA distensi oleh sel epitel prostat dan bersifat organ specific tetapi bukan cancer specific. Kadar PSA di dalam serum dapat mengalami peningkatan pada keradangan, setelah manipulasi pada prostat (biopsy prostat atau TRUP), pada retensi urin akut, kateterisasi,mkeganasan prostat, dan usia yang semakin tua. Serum PSA dapat dipakai untuk meramalkan perjalanan penyakit dari BPH, dalam hal ini jika kadar PSA tinggi berarti : a. Pertumbuhan volume prostat lebih cepat b. Keluhan akibat BPH/laju pancaran urine lebih jelek, dan c. Lebih mudah terjadi retensi urin akut Pertumbuhan volume kelenjer prostat dapat diprediksikan berdasarkan kadar PSA. Semakin tinggi kadar PSA, maka semakin cepat laju pertumbuhan prostat. Laju pertumbuhan volume prostat rata-rata setiap tahun pada kadar PSA 0,2 -1,3 ng/dl adalah 0,7 Ml/tahun, sedangkan pada kadar PSA 1,4-3,2 ng/dl
  • 9. adalah 2,1 mL/tahun, dan kadar PSA 3,3 mL/tahun. Serum PSA dapat meningkat pada saat terjadi retensi urin akut dan kadarnya perlahan-lahan menurun terutama setelah 72 jam di lakukan kateterisasi. Pemeriksaan PSA bersama dengan colok dubur lebih superior dari pada pemeriksaan colok dubur saja dalam mendeteksi adanya karsinoma prostat. Oleh karena itu, pada usia di atas 50 tahun atau di atas 40 tahun (pad kelompok dengan resiko tinggi) pemeriksaan PSA menjadi snagat penting guna mendeteksi kemungkinan adanya karsinoma prostat. Apabila kadar PSA >4 ng/ml, biopsy prostat dipertimbangkan setelah didiskusikan dengan pasien.  Uroflowmetry (Pancaran Urine) Uroflowmetry adalah pemeriksaan pancaran urine selama proses berkemih. Pemeriksaan non-invasif ini di tunjukkan untuk mendeteksi gejala obstruksi slauran kemih bagian bawah. Dari Uroflowmetry dapat diperoleh informasi mengenai volume berkemih, lalu pancaran maksimum (Qmax), laju pancaran rata- rata (Qave), waktu yang dibutuhkan untuk mencapai laju pancaran maksimum, dan lama pancaran. Pemeriksaan ini di pakai untuk mengevaluasi, baik sebelum maupun setelah terapi. Hasil Uroflowmetry tidka spesifik menunjukkan penyebab terjadinya kelainan pancaran urine. Pancaran urin yang lemah dapat disebabkan obstruksi saluran kemih bagian bawah atau kelemahan otot destrusor. Terdapat hubungan antara nilai Qmax dengan kemungkinan obstruksi saluran kemih bagian bawah (BOO). Pada batas nilai Qmax sebebsar 10 mL/detik memiliki spesifikais sebesar 70% , positive predictive value (PPV)sebesar 70% dan sebesar 15mL/detik memiliki spesifisitas sebesar 38%, PPV sebesar 67% dan spesitivitas sebesar 82% untuk mendiagnosis BOO. Sebaiknya, penilaian ada tidaknya obstruksi saluran kemih bagian bawah tidak hanya di nilai dari hasil Qmax saja, tetapi juga digabungkan dengan pemeriksaan lain. Kombinasi pemeriksaan skor IPSS, volume prostat, dan Qmax cukup akurat dalam menentukan adanya obstruksi saluran kemih bagian bawah. Pemeriksaan Uroflowmetry bermakna jika volume urine >150mL.
  • 10.  Residu Urine Residu urine atau post voiding urine (PVR) adalah urine di kandung kemih setelah berkemih. Jumlah residu urine normal rata-rata 12 Ml. Pemeriksaan residu urine dapat dilakukan dengan cara USG, bladder scan atau dengan kateter uretra. Pengukuran dengan kateter ini lebih akurat dibandingkan USG, tetapi tidak nyaman bagi pasien, dapat menimbulkan cedera uretra, infeksi saluran kemih, hingga bakteremia. Peningkatan volume residu urin dapat disebabkan oleh obstruksi saluran kemih bagian bawah atau kelemahan kontraksi otot detrusor. Volume residu urine yang banyak pada pemeriksaan awal berkaitan dengan peningkatan resiko perburukan gejala. Penibgkatan volume residu urine pada pemantauan berkala berkaitan dengan resiko terjadinya retensi urine. 3. Tentukan diagnose keperawatan untuk masing-masing kasus serta jelaskan WOC nya (berdasarkan nanda) ! Pembahasan : NO DIAGNOSA KEPERAWATAN DATA SUBJEKTIF (DS) DATA OBJEKTIF (DO) 1 Nyeri akut b.d Agen Cidera Biologis - Klien mengeluh sakit perut bagian bawah - Klien mengeluh tidak dapat BAK sejak 4 bulan lalu - Ekspresi wajah klien tampak menahan nyeri - Klien menunjukkan rasa tidak nyaman pada abdomen bagian bawah - Pemeriksaan fisik di dapatkan region suprapubik bulging - Pemeriksaan colok dubur di dapatkan adanya pembesaran prostat
  • 11. 2 Retensi urin b.d sumbatan saluran perkemihan - Klien mengeluh tidak dapat BAK sejak 4 bulan lalu - Merasakan ingin BAK (miksi yg urgensi) - Merasakan sakit pada perut bagian bawah - Pemeriksaan fisik di dapatkan region suprapubik bulging - Pemeriksaan colok dubur di dapatkan adanya pembesaran prostat 3 Gangguan eliminasi urin b.d obstruksi anatomik - Klien mengatakan ada rasa ingin BAK - Klien mengeluh tidak dapat BAK sejak 4 bulan lalu - Merasakan sakit pada perut bagian bawah - Pemeriksaan fisik di dapatkan region suprapubik bulging - Pemeriksaan colok dubur di dapatkan adanya pembesaran prostat
  • 12. 4. Rumuskan intervensi keperawatan untuk setiap diagnose keperawatan (berdasarkan NOC NIC) ! Pembahasan : NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NIC NOC 1 Nyeri akut b.d Agen Cidera Biologis Kontrol nyeri Indikator :  Mengenali kapan nyeri terjadi  Menggambarkan faktor penyebab  Menggunakan tindakan penguranggan (nyeri) tanpa analgestik  Menggunakan analgestik yang direkomendasikan  Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada profesional kesehatan  Menggunakan sumber daya yang tesedia  Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri  Melaporkan nyeri yang kontrol Tingkat nyeri  Manajemen nyeri Aktivitas : 1. Lakukan pengakajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presifasi 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengatahui pengalaman nyeri pasien 4. Kai kultrul yang mempengaruhi respons nyeri 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau 6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
  • 13. Indikator :  Mengerang dan menangis  Ekspersi nyeri wajah  Tidak bisa beristirahat  Mengerinyit  Kehilangan nafsu makan  Mual 7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan 8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengarui nyeri seperti suhu ruangan percahayaan dan kebisingan 9. Kurangi faktor presivitasi nyeri 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervesi 12. Ajarkan tentang teknik nonformakologi 13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri 14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri 15. Tingkatkan istrirahat 16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil 17. Monitor penerimaan pasien tentang manajement nyeri 18. Pemberian analgesik 19. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas
  • 14. dan derajat nyeri sebelum pemberian obat 20. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi 21. Cek riwayat alergi 22. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu 23. Tentukan pilihan anagesik tergantung tipe dan beratnya nyeri 24. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal 25. Pilih rute pemberian secara IV, IM, untuk pengobatan nyeri secara teratur 26. Monitor vitalsign sebelum dan sesudah pemberian nalgesik pertama kali 27. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat 28. Evaluasi aktivitas analgesik tanda dan gejala  Administrasi analgesic a. Tentukan lokasi,
  • 15. karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat b. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi c. Cek riwayat alergi d. Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dari analgesic ketika pemberian lebih dari Satu e. Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan berat nyeri f. Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal g. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur h. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali i. Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat j. Evaluasi evektivitas
  • 16. analgesic, tanda dan gejala 2 Retensi urin b.d sumbatan saluran perkemihan Retensi Urine Eliminasi Urine Indicator :  Pola eliminasi 1/3  Jumlah urine 1/5  Mengosongkan kandung kemih sepenuhnya 1/5  Mengenali keinginan untuk berkemih 1/3  Retensi urine 1/3  Nyeri saat berkemih 1/3  Ragu untuk berkemih 1/3 Keparahan Gejala Indicator :  Intensitas gejala 1/3  Frekuensi gejala 1/3  Terkait kegelisahan 1/3 Kateter urin Aktivitas-aktivitas :  Pasang alat dengan tepat  Berikan privasi dan tutupi pasien dengan baik untuk kesopanan yaitu hanya mengekspos daerah genitalia  Isi bola kateter sebelum pemasangan kateter untuk memeriksa ukuran dan kepatenan kateter  Posisi pasien dengan tepat ( misalnya, perempuan terlentang dengan kedua kaki direnggangkan atau fleksi pada bagian panggul dan lutut; laki-laki dengan posisis terlentang )  Bersihkan daerah miatus uretra dengan larutan anti bakteri, saline steril, atau air steril sesuai kewajiban lembaga  Masukkn dengan lurus atau retensi kateter kedalam kandung kemih  Gunakan ukuran kateter yang sesuai
  • 17.  Pastikan bahwa kateter yang dimasukkan cukup jauh kedalam kandung kemih untuk mencegah trauma pada jaringan uretra dengan inflamsi balon  Isi bola kateter untuk menetapkan kateter, berdasarkan usia dan ukuran tubuh sesuai rekomendasi pabrik  Hubungkan retensi kateter kekantong sisi tempat tidur drenase atau pada kantong kaki  Amankan kateter pada kulit dengan plester yang sesuai  Tempatkan kantong drainase dibawah permukaan kandung kemih  Monitor imtake dan output  Lakukan pengosongan kantong kateter Perawatan retensi urin Aktivita-aktivitas :  Lakukan komperensif system perkemihan focus terhadap intekonensia
  • 18.  Monitor adanya penggunaan agen-agen yang tidak sesuai resep mengandung bahan anticholinergic  Atau alpha-agonist  Gunakan kekuatan sugesti dengan mengunakan air yang mengalir dengan menyiram toilet  Stimulasi reflek kandung kemih dengan membasahi abdomen dengan air dingin, memberikan sentuhan pada paha bagian dalam atau air yang mengalir  Pasangkan kateter urine sesua kebutuhan  Anjurkan pasien tau keluarga untuk mencatat urine output sesuai kebutuhan  Anjurkan cara untuk menghindari konstipasi peces  Monitor intake dan output  Monitor derajat distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi
  • 19. 3 Gangguan eliminasi urin b.d obstruksi anatomik  Urinary elimination  Urinary Contiunence Indikator :  Kandung kemih kosong secara penuh  Tidak ada residu urine >100-200 cc  Intake cairan dalam rentang normal  Bebas dari ISK  Tidak ada spasme bladder Urinary Retention Care  Lakukan penilaian kemih yang komprehensif berfokus pada inkontinensia (misalnya, output urin, pola berkemih kemih, fungsi kognitif, dan masalah kencing praeksisten)  Memantau penggunaan obat dengan sifat antikolinergik atau properti alpha agonis  Memonitor efek dari obat-obatan yang diresepkan, seperti calcium channel blockers dan antikolinergik  Menyediakan penghapusan privasi  Gunakan kekuatan sugesti dengan menjalankan air atau disiram toilet  Merangsang refleks kandung kemih dengan menerapkan dingin untuk perut, membelai tinggi batin, atau air  Sediakan waktu yang
  • 20. cukup untuk pengosongan kandung kemih (10 menit)  Gunakan spirit wintergreen di pispot atau urinal  Menyediakan manuver Crede, yang diperlukan  Gunakan double-void teknik  Masukkan kateter kemih, sesuai  Anjurkan pasien / keluarga untuk merekam output urin, sesuai  Instruksikan cara-cara untuk menghindari konstipasi atau impaksi tinja  Memantau asupan dan keluaran  Memantau tingkat distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi  Membantu dengan toilet secara berkala  Memasukkan pipa ke dalam lubang tubuh untuk sisa  Menerapkan kateterisasi intermiten.
  • 21. DAFTAR PUSTAKA Black, Joyce M and Jane Hokanson,2014. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH : Manajemen Klinis untuk Hasil yang diharapkan. Edisi 8. Buku 2. Indonesia : CV. Pentasada Media. Edukasi Sjamsuhidayat. R and Win De Jong.2004. Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC Chandarasoma, parakrama and Clive R. Taylor.2005.PATOLOGI ANATOMI. Edisi 2. Jakarta : EGC Brunner and Sudarth. 2001. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. Edisi 8. Vol.2. Jakarta : EGC