SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
1
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Berbicara mengenai manusia, kita tidak bisa melepaskan nya dari 3 pilar,
yaitu anatomi, histologi dan fisiologi, salah satu yang harus ada dalam manusia
adalah kulit, namun kulit manusia tidaklah bebas dari hama. Kulit steril hanya
di dapatkan pada waktu yang singkat setelah lahir.
Bahwa kulit manusia tidak steril mudah dimengerti oleh karena
permukaan kulit mengandung banyak bahan makanan untuk pertumbuhan
organisme. Salah satu masalah yang dapat muncul adalah dermatitis. Dermatitis
adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen dan endogen yang menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi polimorfik dan keluhan gatal.
Untuk mengetahui hal tersebut lebih lanjut, maka dalam makalah ini kami
akan membahas secara keseluruhan tentang dermatitis.
II. Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi serangkaian
tugas dari case "Tn. Ma’il". Selain itu juga untuk menambah ilmu pengetahuan,
dan sebagai media untuk belajar bagi yang membacanya.
2
III. Kasus
Page 1
Anda adalah seorang mahsiswa kedokteran yang sedang bertugas di departemen
kulit dan kelamin ketika seorang pasien bernama Tn. Ma’il usia 30 tahun datang
dengan keluhan utama terdapat banyak ketombe di kepala sejak 3 minggu terakhir.
Keluhan tersebut disertai oleh timbulnya bercak bercak kemerahan dan bersisik
putih kekuningan di alis, pipi, dan daerah jenggot akan tetapi tidak gatal.
Pasien mencoba mengatasi keluhannya dengan menggunakan shampo dan sabun
yang di belinya di toko obat, tetapi tidak mengalami perbaikan.
Instruction :
a. Identifikasi masalah pada Tn Mail !
b. Apa hipotesis berdasarkan anamnesis di atas ?
c. Apakah informasi yang dibutuhkan untuk mencapai kesimpulan
Page 2
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat HIV positif
Konsulen kulit kelamin melakukan pemeriksaan fisik dan ditemukan :
A. Status generalis
1) Keadaan umum : tampak sakit sedang
2) Kesadaran : compos mentis
3) Tanda vital : TD : 120/80 R : 20x/menit N: 90/menit T : 37 C
4) Kepala : normocephal, rambut tidak mudah di cabut
5) Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
6) THT : normotia, deviasi septum (-) , faris hiperemis (-)
7) Leher : kelenjar tiroid dan KGB tidak teraba membesar
8) Thorax : jantung paru DBN
9) Abdomen : datar, bising usus (-) nyeri tekan (-)
10) Ekstermitas : edema (-) , kuku tidak ada kelainan
3
B. Status Dermatologis
Pada kulit kepala, alis, lipat nasolabial dan janggut tampak bercak bercak
eritematosa difus berukuran lentikular sampai numular dengan skuama halus,
berminyak, dan kekuningan di atasnya. Pada kulit kepala lesi tidak melewati
garis rambut. Pada kuku dan mukosa tidak ditemukan adanya kelainan.
Pemeriksaan laboratorium :
Tes Eliza : HIV reaktif
CD4 : < 200
Pemeriksaan Parasitologi :
Kerokan kulit dengan KOH 10% : tidak ditemukan hifa dan atau artrospora.
Instruction :
1) Apa hipotesis anda sekarang ?
2) Informasi apa yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa berdasarkan data
di atas?
Page 3
Pemeriksaan penunjang :
Histopatologis :
a. Tampak temuan non spesifik berupa hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis,
aksentuasi rete ridges, dan spongiosis fokal.
b. Tampak sel limpohistiosit (serbukan ringan ) di daerah epidermis superfisial
Instruction :
1) Apa hipotesis anda sekarang ?
2) Bagaimana penatalaksanaan yang tepat untuk kondisi di atas ?
3) Bagaimana prognosis pasien ini ?
4
Page 4
Epilogue
spesialis kulit kelamin mengatakan bahwa Tn.Mail menderita Dermatitis Seboroik dan
di beri terapi berupa kortikosteroid topikal , keratolitik dan shampo selenium sulfida.
Untuk terapi HIV nya pasien dikonsultasikan ke internis
Setelah beberapa hari , terapi keluhan kulitnya membaik.
IV. Learning Progress Report
5
V. Terminologi
a. Tes Elisa : enzym linked imunno sorbent assay; setiap imunoessay enzim
yang menggunakan imunoreaktan berlabel enzim dan imunosorbent.
b. Hiperkeratosis : Penabalan stratum korneum
c. Parakeratosis : penebalan staratum korneum dan intinya masih terlihat
d. Akantosis : penebalan statum spinosum
e. Aksentuasi rate ridges: penipisan epidermis karena sel sel mengecil dan
berkurang
f. Spongiosis fokal : penimbunan cairan di antara sel sel epidermis sehingga
celah diantara sel bertambah renggang.
g. Sel limfohistiosit : serbukan sel radang
h. Dermatitis : peradangan kulit
i. Dermatosis : setiap penyakit kulit, terutama dermatosis yang tidak di tandai
dengan peradangan
VI. Problem
a. Apa yang menyebabkan timbulnya ketombe ?
b. Bagaimana mekanisme munculnya ketombe ?
c. Apakah ada hubungan KT dengan munculnya ketombe ?
d. Mengapa tempat predileksinya di alis, pipi, dan daerah janggut ?
e. Apa kandungan shamponya ?
f. Mengapa keluhan tidak disertai gatal ?
VII. Hipotesis
Dermatitis seboroika
Psoriasis seboroika
Alopesia seboroik
Dermatitis kontak alergi
Tinea kapitis
6
VIII. Mekanisme
7
IX. More Info
1. Ciri ciri dermatitis seboroik ?
2. Distribusi rambut ?
3. Aktivitas sebelum keluarnya keluhan utama dan tambahan ?
4. Apa ada riwayat alergi ?
5. Apa yang pertama muncul, keluhan utama atau tambahan , atau muncul secara
bersamaan ?
6. Pemeriksaan fisik nya bagaimana (head to toe ) ?
7. Bagaimana status dermatologisnya ?
8. Bagaimana pemeriksaan laboratorium nya ?
X. I don’t know
1. Dermatitis
2. Dermatitis eritoskuamosa
3. Dermatitis seboroik
4. Interpretasi kasus
5. Mekanisme DKA dan DKI
XI. Learning issue
1. Dermatitis
 Klasifikasi
 Definisi
 Sinonim
 Etiologi
 Epidemiologi
 Gejala klinis
 Diagnosa
8
2. Dermatitis eritoskuamosa
 Psoriasis
 Definisi
 Sinonim
 Etiologi
 Epidemiologi
 Gejala klinis
 Efloresensi
 Histopatologi
 Diagnosa dan
pemeriksaan
laboratorium
 Diagnosa
banding
 Pengobatan
 Prognosis
 Komplikasi
 Pencegahan
 Parapsoriasis
 Definisi
 Sinonim
 Etiologi
 Epidemiolog
i
 Gejala klinis
 Efloresensi
 Histopatolog
i
 Diagnosa
dan
pemeriksaan
laboratorium
 Diagnosa
banding
 Pengobatan
 Prognosis
 Komplikasi
 Pencegahan
 Pitiriasis rosea
 Definisi
 Sinonim
 Etiologi
 Epidemiologi
 Gejala klinis
 Efloresensi
 Histopatologi
 Diagnosa dan
pemeriksaan
laboratorium
 Diagnosa
banding
 Pengobatan
 Prognosis
 Komplikasi
 Pencegahan
3. Dermatitis seboroik
 Definisi
 Sinonim
 Etiologi
 Epidemiologi
9
 Patogenesis
 Patofisiologi
 Gejala klinis
 Efloresensi
 Diagnosa
 Pemeriksaan laboratorium
 Histopatologi
 Diagnosa banding
 Pengobatan
 Prognosis
 Komplikasi
 Pencegahan
4. Interpretasi kasus
5. Mekanisme DKA
10
BAB II
PEMBAHASAN
a. Dermatitis
Dermatitis adalah peradangan kulit sebagai respon terhadap pengaruh faktor
eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal.
Etiologi nya dapat berupa eksogen : Bahan kimia, Fisik, Mikroorganisme, atau
endogen : Dermatitis Atopik
Gejala klinis nya umumnya gatal, namun tergantung pada stadium penyakit
1. Stadium akut : eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga
tampak basah
2. Stadium subakut : eritema dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi
krusta
3. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul, dan
likenifikasi
Tata nama dan klasifikasi
Belum ada kesepakatan internasional mengenai tatanama dan klasifikasi
1. Berdasarkan etiologi, Ex : dermatitis kontak, radiodermatitis, dermatitis
medikamentosa)
2. Berdasarkan morfologi
3. Berdasarkan bentuk
4. Berdasarkan lokalisasi
5. Berdasarkan stadium penyakit
11
Dermatitis sendiri tediri atas :
1. Dermatitis kontak
Dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit.
Jenis : kontak iritan dan kontak alergik
a. Dermatitis Kontak Iritan
Adalah reaksi peradangan kulit nonimunologik yang terjadi langsung tanpa
didahului proses sensitisasi. Dapat diderita oleh semua orang dari berbagai
golongan. Jumlah penderita cukup banyak, terutama yang ada hubungannya
dengan pekerjaan
Etiologi : bahan yang bersifat iritan
Gejala Klinis : sangat beragam bergantung pada sifat iritan
DKI diklasifikasikan menjadi 10 macam :
1. DKI akut
2. Lambat akut
3. Rx. Iritan
4. Kumulatif
5. Traumateratif
6. Eksikasi ekzematik
7. Pustular
8. Akneformis
9. Noneritematosa
10.Subyektif
Ada juga yang membagi menjadi 2 kategori :
1. Kategori mayor : DKI akut dan DKI kumulatif
2. Kategori lain : DKI lambat akut, Rx. Iritasi, DKI traumatik, DKI
eritematosa, dan DKI subyektif.
12
(a) DKI akut
Contoh : luka bakar oleh bahan kimia
Etiologi : iritan kuat atau basa kuat
Gejala Klinis : kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar
Efloresensi :eritema edema, bula, nekrosis, berbatas tegas dan umumnya
asimetris.
(b) DKI Kumulatif
Nama lain : DKI kronis
Etiologi : kontak berulang-ulang dengan iritan lemah
Gejala Klinis: kulit kering, eritema, skuama, kulit menjadi tebal
(hiperkeratosis) & likenifikasi, difus. Bila kontak terus bisa menyebabkan fisur
pada kulit, mis kulit tumit tukang cuci. Sering berhubungan dengan pekerjaan.
13
(c) DKI akut lambat
Etiologi : iritan kuat atau basa kuat
Gejala Klinis : kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar, tetapi baru mincul 8 - 24
jam/lebih setelah kontak
Bahan iritan yang menyebabkan DKI akut lambat, mis podofilin, antralin,
tretinoin, etilen oksida, benzalkonium klorida, asam hidrofluorat.
(d) Reaksi Iritan
Pada orang yang terpajan dengan pekerjaan basah.
Kelainan kulit dapat berupa skuama, eritema, vesikel, pustul, & erosi.
Dapat sembuh sendiri.
Dapat berlanjut menjadi DKI kumulatif.
(e)DKI Traumatik
Kelainan kulit berkembang lambat setelah trauma panas/laserasi
Gejala : dermatitis numularis, penyembuhan lambat, paling cepat 6 minggu
Sering terdapat di tangan.
(f)DKI Non erimatosa
Merupakan bentuk subklinis DKI, ditandai perubahan fungsi sawar stratum
korneum tanpa disertai kelainan klinis.
(g) DKI Subyektif
Disebut DKI sensori. Kelainan kulit tidak terlihat; namun penderita merasa
seperti tersengat(pedih) atau terbakar(panas) setelah kontak dengan bahan
kimia tertentu, mis asam laktat.
14
Pengobatan
 Menghindari pajanan iritan serta menyingkirkan faktor yang memperberat
 Apabila diperlukan, untuk mengatasi peradangan diberikan kortikosteroid topikal,
mis hidrokortison
 Memakai alat pelindung diri yang adekuat jika bekerja ditempat yang terpapar
dengan bahan iritan.
b. Dermatitis kontak alergik
Pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen
Terjadi pada orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif)
Etiologi : bahan kimia sederhana yang berat molekulnya rendah, merupakan
alergen yang belum diproses, disebut hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat
menembus stratum korneum sehingga mencapai epidermis dibawahnya.
Gejala klinis umumnya gatal, kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis
dan lokalisasinya
Lokasi terjadinya DKA yaitu : Tangan, Wajah, Telinga, Leher, Badan, Genitalia,
Paha dan tungkai bawah
Pengobatan
Mencegah terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan menekan
kelainan kulit yang timbul, Kortikosteroid, mis prednison 30mg/hari
2. Dermatitis atopic
Keadaan peradangan kulit kronis dan residif disertai gatal. Umumnya terjadi
pada bayi dan anak-anak.
Sinonim : ekzema atopik, ekzema konstitusional, ekzema fleksural,
neurodermitis diseminata, prurigo, Besnier
15
Di negara agraris terjadi pada anak mencapai 10 – 20% dan pada orang dewasa
1-3 %. Dinegara agraris prevalensi jauh lebih rendah.
Gambaran Klinis : kulit umumnya kering, pucat, kadar lipid di epidermis
berkurang, kehilangan air lewat epidermis meningkat, jari teraba dingin, sering
merasa cemas, egois, frustasi, aggressive atau merasa tertekan. Gejala utama :
pruritus dapat timbul setiap hari (paling hebat pada malam hari)
DD : dermatitis seboroik, dermatitis kontak, dermatitis numularis, skabies,
iktiosis, psoriasis, dermatitis herpetiformis
Pengobatan antara lain :
Non farmako : edukasi
Farmako :
1. Topikal : kortikosteroid topikal : sebagai anti inflamasi lesi kulit ; Ex:
hidrokortison (bayi), triamsinolon (anak dan dewasa)
2. Sistemik : kortikosteroid sistemik, Antihistamin, Anti infeksi : generasi
sefalosporin
3. Terapi sinar : untuk DA yang berat dan luas digunakan PUVA, seperti
dipakai pada psoriasis
Prognosis : Sulit diramal. Buruk ketika kedua ortunya menderita DA
3. Neurodermatitis Sirkumskripta
Adalah peradangan kulit kronis gatal, sirkumstrip di tandai dengan kulit tebal
dan garis kulit tampak lenih menonjol menyerupai kulit batang kayu.
Gejala klinis berupa gatal yang sangat hebat, lesi biasanya tunggal, pada
walnya berupa plak erirematosa, sedikit edematosa lambat laun menjadi edema
dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal,
hiperpigmentasi, batas kulit normal menjadi tidak jelas.
16
Penyakit ini tidak terjadi pada anak anak, melainkan usia 30-50 tahun, terjadi di
scalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum,
perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral.
Pengobatan
Non farmako : perlu dijelaskan pada pasien bahwa garukan akan memperparah
penyakitnya
Farmako : untuk mengurangi rasa gatal di berikan antipritus, kortikosteroid
topikal, intralesi, produk ter. Untuk anti histamin di gunakan yang mempunyai
efek sedatif , dapat pula di berikan tipokal krim doxepin 5%.
Prognosis bergantung pada penyebab dan status pisiologik penderita
4. Dermatitis Numularis
Dermatitis yang berupa lesi berbentuk mata uang logam berbatas tegas dengan
efloresensi papula vesikel, dan mudah pecah.
Terjadi pada dewasa pria ataupun wanita, biasanya mengeluh gatal, lesi akut
berupa vesikel dan papulavesikel, lelu membesar dengan cara berkonfluensi
kesamping dan membentuk satu lesi karakteristik seperti uang logam.
Lesi mengalami eritematosa dengan sedikit edematosa dan berbatas tegas,
lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, mengering dan membentuk krusta
kekuningan.
Penyakit ini cenderung hilang timbul, lesi juga bisa terdapat di beberapa tempat
yang mengalami trauma.
Pengobatan :
Bila kulit kering berikan pelembab, secara topikal lesi dapat diobati dengan
antiinflamasi, bila msih eksudatif, lesi di kompres dengan larutan permanganas
1:10.000. Prognosis penyakit ini menimbulkan lesi yang tidak hilang kecuali
dalam masa pengobatan.
5. Dermatitis Statis
Adalah dermatitis sekunder akibat insufiensi kronik vena tungkai bawah.
Gejala bisa terjadi karena adanya tekanan vena yang meningkat pada tungkai
17
bawah sehingga pelebaran vena atau verises terjadi. Lalu kulit merah
kehitaman dan berbentuk purpura
Penyakit ini dapat mempunyai komplikasi berupa ulkus diatas malelusa.
Diagnosa bandingnya dengan DK, DN dan penyakit schambarg.
Pengobatan menggunakan kompresan pada eksudat, dan di berikan
kortikosteroid potensi rendah, antibiotika sistemik untuk mengatasi infeksi
sekunder.
6. Dermatitis Autosensitisasi
Adalah dermatitis akut yang timbul pada tempat yang jauh dari fokus inflamasi
lokal, gambaran klinis nya berupa erupsi vesikular akut dan luas, berhubungan
dengan ekzem kronis di tungkai bawah dengan atua tanpa ulkus. Erupsi akut
tersebar simetris, snagat gatal, bisa juga di sertai eritema, papul, dan vesikel.
Penyakit ini mengenai lengan bawah, paha, tungkai bawah, batang tubuh,
muka, tangan , leher, kaki.
Pengobatan : kurangi resiko penyakit awal yang mmicu timbulnya penyakit
seperti ini. Bila lesi basah di kompres, antihistamin untuk gatal, nial ada infeksi
sekunder di berikan antibiotik per or
b. Dermatitis eritoskuamosa
Adalah penyakit ditandai oleh eritema dan skuama, yaitu psoriasis, parapsoriasis,
pitiriasis rosea, eritroderma, dermatitis seboroik, dermatofitosis
1. Psoriasis
Penyakit yang disebabkan oleh autoimun, bersifat kronik dan residif. Ditandai
adanya berak bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kendur, berlapis
dan tranparan, disertai fenomen tetesan lilin, Auspitz dan kobner
Sinonim: Psioriasis Vulgaris
Epidemiologi: kulit putih labih tinggi terkena resiko disbanding orang kulit
hitam
18
Etiopatogenesis: Faktor genetic, Faktor imunologik, Faktor pencetus :
Stress psikis, infeksi local, trauma, endokrin, gangguan metabolic, obat, alcohol
dan merokok
Puncak insiden : Psoriasis -> waktu pubertas dan menopause
Kehamilan -> membaik
Pascapartus -> memburuk
Gejala klinis : Keadaan umum tidak dipengaruhi kecuali psoriasis ->
eritroderma, Sebagian penderita mengeluh gatal ringan
Tempat predileksi : Skalp, perbatasan daerah tsb dengan muka, ekstremitas
bagian ekstensor terutama siku dan kutut dan lumbosakral
Kelainan: bercak eritemate yang meninggi (plak) dengan skuama di atasnya.
Eritema sirkumskrip dan merata.
Pada penyembuhan: sering eritema yang ditengah menghilang dan hanya
terdapat di pinggir
Skuama berlapis , kasar dan warna putih seperti mika srta transparan
Besar kelainan: Lentikular, numular/plakat dapat berkonfluensi
Dulu psoriasis ada dengan gejala khas:
a) Fenomena tetesan lilin adalah skuama berubah warna menjadi putih pada
goresan, seperti lilin yang digores, disebabkan oleh indeks bias.
b) Fenomena Auspitz : Tampak serum/ darah berbentuk2 yang disebabkan
papilomatosis
c) Fenomena Kobner: Traumapada penderita psoriasis. Misalnya : garukan
Psoriasis dapat menyebabkan kelaina kuku , yakni sebanyak kira2 50% yang
agak khas adalah pitting nail/ nail pit berupa lekukan2 miliaar
19
Kelainan tidfak khas adalah kuku keruh, tebal, bagian distal terangkat karena
terdapat lapisan tanduk dibawahmya
Bentuk klinis
a) Psoriasis vulgaris
-lesi umumnya berbentuk plak
b) Psoriasis inversa (psoriasis fleksural)
Predileksi daerah fleksor
c) Psoriasis eksudativa
Biasanay kelainan keringm tapi pada bentuk ini akut
d) Psoriasis seboroik
Gabungan antara psoriasis dan skuama kering menjadi berminyak dan agak
lunak
e) Psoriasis pustulosa
Psoriasis pustulosa pada plantar bersifar kronik dan residif
Penatalaksanaan
1) kortikosteroid, Prednisone 30 mg/hari
- Setelah membaik dosis diturunkan perlahan lalu diberi dosis
pemeliharaan
- Penghentian mendadak dapat menyebabkan kekambuhan dan terjadi
psoriasis pustulosa
2) metotreksat
Indikasi : psioriasis
20
KI: Kelaianan hepar, ginjal , s hematopoeitik , kehamilan , penyakit
infeksi aktif
3) Levodopa
2x 250 mg – 3x 350 mg
Efek samping : mual, muntah anorexia, hipotensi
21
2. Parapsoriasis
Adalah kelainaan eritoderma bersisik yang makulopapular, menetap, dan
lambat berkembang tanpa gejala sebjektif dan resisten terhadap pengobatan.
Etiologi penyakit ini belum ditemukan , biasa nya penyakit ini timbul tanpa
keluhan yang berarti. Kelainan hanya terditeksi dari eritema dan skuama.
Klasifikasi
a. Parapsoriasis Gutata
Terjadi pada dewasa muda, dengan angka kejadian pada pria lebih tinggi
dibanding wanita, efloresensi berupa papul miliar lentikular, eritema dan
skuama, hemoragik, dan berkonfluensi. Predileksi nya pada badan, lengan
atas, dan paha. Gambaran histopatologik nya berupa infiltrate
limfohistosilik di sekitar pembuluh darah dengan jumlah yang sedikit,
terjadi hiperplaisa epidermal.
b. Parapsoriasis Variegata
Efloresensi nya berupa skuama, eritema bergaris garis seperti jebra, daerah
predileksi nya di badan, bahu, tungkai.
Gambaran histopatologik nya epidermis tampak menipis, parakeratosis, di
dermis terdapat infiltrate berupa pita yang terdiri dari limfosit.
22
c. Parapsoriasis En Plaques
Epidemiologi pada pria dewasa lebih tinggi, efloresensi nya berupa bercak
eritematosa, permukaan datar, bulat dan lonjong dengan diameter 2,5 cm.
Skuama coklat atau agak kekuningan.
Tempat predileksi nya di badan dan ektermitas.
Gambaran histopatologik nya tidak khas.
Diagnosis banding nya dengan pitiriasis rosea dan psoriasis
Pengobatan dengan penyinaran ultraviolet, untuk farmakologi nya diberikan
kalsiferol, preparen, obat anti malaria, derivat sulfon, obat sitostatik, dan vitamin
E. Prognosis nya baik, namun jika sudah kronis terjadi mikosis fungoides.
23
3. Pitiriasis Rosea
Terjadi pada semua umur dengan iklim lembab, namun etiologi penyakit ini
belum jelas, gejala klinis yang timbul adalah gatal ringan, dengan gambaran
efloresensi berbentuk oval dan anular, terdapat eritema, urtika, skuama halus di
pinggir , vesikel, papul, lesi serentak atau bisa muncul dalam beberapa hari.
Tempat predileksi nya dibadan, lengan, dan paha bagian atas. Diagnosa
bandinganya adalah tinea korporis, dermatitis seboroika, atau sifilis.
Gambaran histopatologisnya berupa epidermis terdapat spongiosis dan vesikel
di atas lapisan malpighi dan sub kornea. Pemeriksaan histopatologik nya
dengan serologis dan pemerikasaan kerokan kulit dengan KOH 10%.
Pengobatan nya dengan antihistamin (CTM 3 x 4 gram ), dan bedak asam
salsilat dengan menthol.
24
c. Dermatitis seboroik
Adalah peradangan kulit pada daerah yang banyak mengandung kelenjar sebasea.
Istilah dermatitis seboroik dipakai untuk segolongan kelainan kulit yang didasari
oleh faktor konstitusi dan bertempat predileksi di tempat tempat seboroik.
Etiologi nya di duga akibat aktivitas kelenjar sebasea yang meningkat, glandula
tersebut aktif pada bayi baru lahir. Umur: pada orang dewasa dan anak-anak
Jenis kelamin: lebih sering pada pria
Faktor yang mempengaruhi
 Bangsa/ras: semua bangsa
 Makanan: lebih sering pada orang yg sering mengkonsumsi lemak dan alkohol.
 Iklim: insiden meningkat pada iklim dingin.
 Keturunan: tidak berpengaruh tetapi cenderung menigkat pada orang yg stres
secara emosional.
 Lingkungan: yang menyebabkan kulit menjadi lembap dan maserasi akan lebih
mudah menyebabkan penyakit.
Gejala Klinis
Biasanya kulit penderita tampak berminyak , dengan pityrosporum ovale yang
hidup komensal di kulit dan berkembang menjadi lebih subur. Pada kepala tampak
eritema dan skuama halus sampai kasar (ketombe). Kulit tampak berminyak dan
menghasilkan skuama yg putih dan berminyak. Penderita akan mengeluh rasa gatal
yg hebat.
Distribusinya simetris dan biasanya melibatkan daerah berambut pada kepala
meliputi kulit kepala, alis mata, kumis dan jenggot. Adapun lokasi lainnya bisa
terdapat pada dahi, lipatan nasolabial, kanalis auditoris external dan daerah
belakang telinga. Sedangkan pada tubuh dermatitis seboroik dapat mengenai daerah
presternal dan lipatan-lipatan kulit seperti aksila, pusar, inguinal, infra mamae, dan
anogenital
25
Gambaran histopatologik nya berupa pada epidermis di temukan parakeratosis
fokal dengan abses munro. Pada dermis terdapat pelebaran ujung pembuluh darah
di puncak stratum papilaris di sertai serbukan sel-sel neutrofil dan monosit.
Pemerikasaan penunjang Px mikroflora dari kulit kepala untuk melihat
pityrosporum ovale. Menentukan indeks mitosis pada kulit kepala yang
berketombe.
Efloresensi berupa Makula eritematosa yg di tutupi papula-papula miliar berbatas
tak tegas, dan skuama halus putih berminyak. Kadang-kadang di temukan erosi
dengan krusta yg sudah mengering berwarna kekuningan.
Penyakit ini menurut usianya di bagi menjadi 2 yaitu
a. Pada remaja dan dewasa
Dermatitis seboroik pada remaja dan dewasa dimulai sebagai skuama
berminyak ringan pada kulit kepala dengan eritema dan skuama pada lipatan
nasolabial atau pada belakang telinga. Skuama muncul pada kulit yang
berminyak di daerah dengan peningkatan kelenjar sebasea (misalnya aurikula,
jenggot, alis mata, tubuh (lipatan dan daerah infra mamae), kadang-kadang
bagian sentral wajah dapat terlibat.
Pada masa remaja dan dewasa manifestasi kliniknya biasanya sebagai scalp
scaling (ketombe) atau eritema ringan pada lipatan nasolabial pada saat stres
atau kekurangan tidur
b. Pada bayi
Pada bayi, dermatitis seboroik dengan skuama yang tebal, berminyak pada
verteks kulit kepala (cradle cap). Kondisi ini tidak menyebabkan gatal pada
bayi sebagaimana pada anak-anak atau dewasa. Dermatitis seboroik general
pada bayi dan anak-anak tidak umum terjadi, dan biasanya berhubungan
dengan defisiensi sistem imun. Anak dengan defisiensi sistem imun yang
26
menderita dermatitis seboroik general sering disertai dengan diare dan failure
to thrive (Leiner’s disese).
Diagnosis banding
a. psoriasis: biasanya berskuama kasar, putih Mengkilat, berlapis-lapis
b. tinea barbae: pada daerah jenggot berupa papula menyerupai folikulitis yang
dalam.
c. tinea kapitis: tampak bercak-bercak botak dengan abses yang dalam , rambut
putus dan mudah di lepas.
d. Pitiriasis rosasea: Pitiriaris rosasea dapat terjadi eritem pada wajah menyerupai
dermatitis seboroik. Meskipun rosasea cenderung melibatkan daerah sentral
wajah tetapi dapat juga hanya pada dahi. Pada pitiriasis rosea, skuamanya halus
dan tak berminyak. Sumbu panjang lesi sejajar dengan garis kulit
Pengobatan
 Keratolitik
Terapi lain untuk dermatitis seboroik dengan menggunakan keratolitik.
Keratolitik yang secara luas dipakai untuk dermatitis seboroik adalah
menggunakan shampo yg mengandung selenium sulfida (selsun), ketokonazol
(nizoral), ter (tegrin, sebutone), asam salisilat (sebulex) dan peyritioneyin (head
& shoulder).
 Untuk predileksi di kepala dpt di berikan minyak kacang (dermasmoothe/FS)
di oleskan di bawah shower cap.
 Obat anti inflamasi (immunomodulatory). Terapi konvensional untuk
dermatitis seboroik dewasa pada kulit kepala dengan steroid topikal atau
27
inhibitor calcineuron. berupa shampo seperti fluocinolon (Synalar), solusio
steroid topikal, losio yang dioleskan pada kulit kepala atau krim pada kulit.
 Anti jamur topikal lainnya seperti ciclopirox (Loprox) dan flukonazole
(Diflucan) mempunyai efek anti inflamasi juga.
 Anti jamur (selenium sulfide, pytrithion zinc, azola, sodium sulfasetamid dan
topical terbinafin) dapat menurunkan kolonisasi oleh ragi lipopilik.
Penatalaksanaan farmakologi
 Umum: hindari semua faktor yg memperberat, makanan berlemak, dan sters
emosi. Perawatan rambut, dicuci dan di bersihkan dengan sampo
 Khusus:
Sistemik:
1.Anti histamin H1 sebagai penenang dan anti gatal
2. Vit B komplek
3.Kortikosteroid oral
4.Antiboiotik seperti penisilin, eritromisin pada infeksi sekunder.
5. Obat dari golongan azole
 Topikal:
Cuci rambut dengan selenium sulfida atau larutan salisil 1% atau larutan
belerang 2-4 % dalam bentuk krim
Kortikosteroid topikal atau krim dpt memberi kesembuhan sementara
Prognosis: Baik, jika faktor pencetus dapat di hilangkan.
28
d. Interpretasi kasus
a. Keluhan Utama : banyak ketombe di kepala sejak 3 minggu terakhir
Interpretasi : dari keluhan utama didapatkan adanya ketombe pada
kulit kepala, hal ini dapat mengindikasikan kelainan pada kulit kepala yaitu
Pitiriasis sika (ketombe) atau kelainan kulit lain yang predileksinya di kepala
seperti dermatitis seboroik ataupun psoriasis.
b. Keluhan tambahan : bercak-bercak kemerahan dan bersisik putih kekuningan
di alis, pipi, dan daerah janggut dan tidak gatal
Interpretasi : dari keluhan bercak kemerahan bersisik putih
kekuningan, dapat di hipotesiskan dermatitis seboroik dan psoriasis, karena
gejalanya sesuai. Lesi tidak gatal, kemungkinan penyakit kulit ini tidak
disebabkan oleh jamur.
c. Riwayat Penyakit Dahulu: HIV positif
Interpretasi : adanya riwayat HIV AIDS mungkin merupakan faktor
predisposisi dari penyakit ini karena penyakit AIDS dapat menurunkan status
imunologi(menurunkan kekebalan tubuh).
Vhjjnj Pemeriksaan fisik:
d. Pemeriksaan Fisik :
 Keadaan umum (sakit sedang), kesadaran (compos mentis)
Interpretasi : KU sakit sedang menandakan kelainan kulit masih ringan
(belum berat atau sistemik sampai menggangu aktivitas dll )
 Tanda vital : TD(120/80 mmHg), Respirasi (20x/menit), Nadi:
90x/menit, Suhu: 37 C
Interpretasi : Tekanan darah normal menandakan tidak adanya
kelainan hipertensi, Suhu normal menandakan kelainan kulit ini bukan
disebabkan oleh infeksi (jika karena infeksi, suhu akan meningkat)
 Kepala : Normocephal, rambut tidak mudah dicabut
Interpretasi : keadaan normocephal menandakan tidak terjadinya
malnutrisi, rambut yang tidak rapuh menandakan
29
 Mata : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Interpretasi : konjungtiva tidak anemis menandakan tidak terjadi
anemia atau malnutrisi. Sklera tidak ikterik(kuning) memandakan tidak ada
kelainan dalam pigmentasi seperti hepatitis.
 Thorax : Jantung, paru: dbn
Interpretasi : Tidak ada kelainan sistemik pada jantung dan paru yang
menyertai penyakit kulit ini.
 Abdomen : datar, bising usus (+) normal, nyeri tekan(-)
Interpretasi : bising usus normal, menandakan penyakit kulit ini tidak
disertai oleh gangguan saluran cerna. Tidak adanya nyeri tekan,
menandakan tidak adanya kelainan seperti pembesaran pada organ-organ
visceral.
 Ekstremitas : edema(-), kuku normal
Interpretasi : tidak adanya edema pada ekstremitas menandakan tidak
terjadinya perpindahan protein-protein dan air ke dalam jaringan
interstitial. Kuku normal menandakan tidak adanya infeksi jamur, dan tidak
adanya kelainan vaskuler (capillary refill normal).
e. Pemeriksaan dermatologis:
Pada kulit kepala, alis, lipatan nasolabial, janggut tampak bercak-bercak
eritematosa difus berukuran lentikular sampai numular dengan skuama halus,
berminyak, dan kekuningan di atasnya.
Pada kuku dan mukosa tidak ditemukan adanya kelainan.
Interpretasi : dari pemeriksaan didapatkan bercak eritema dengan skuama
halus ,dari sini dapat kita hipotesiskan dermatitis seboroik dan psoriasis
seboroik, karena gejala-gejalanya sesuai. Namun skuama yang berminyak dan
kekuningan lebih mengarah ke dermatitis seboroik, sedangkan pada psoriasis
skuama berwarna putih dan berlapis-lapis. Dengan begitu hipotesis psoriasis
dapat dilemahkan.
30
f. Pemeriksaan Laboratorium: Tes Eliza (HIV reaktif), CD4(<200)
Interpretasi : pemeriksaan ELISA menandakan adanya infeksi HIV. Lalu
pengukuran limfosit CD4 digunakan untuk mengetahui stadium dari penyakit
HIV AIDS ini.
g. Pemeriksaan Parasitologi:Kerokan kulit dengan KOH 10%, tidak ditemukan
hifa atau pun artospora
Interpretasi : kerokan kulit dengan KOH tidak ditemuka hifa atau spora
menandakan penyakit kulit ini jelas tidak disebabkan oleh jamur.
h. Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan Histopatologis : hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis aksentuasi
rete ridges dan spongiosis fokal. Tampak sel limfohistiosit(sebukan ringan) di
daerah dermis superficial serta vasodilatasi pada lapisan dermis
Interpretasi : Pemeriksaan histopatologis dalam pemeriksaan penunjang
diperlukan untuk membedakan antara penyakit utama(diagnosis) dengan
diagnosis bandingnya. Dalam pemeriksaan ini didapatkan ambaran
parakeratosis, yaitu penebalan lapisan epidermis(pola dari hiperkeratosis),
dengan sel berinti sampai di stratum korneum. Akantosis yaitu penebalan pada
stratum spinosum. Serta pemanjangan rete ridges dan vasodilatasi pembuluh
darah pada bagian dermis. Hal ini menunjukan adanya kelainan kulit yaitu
dermatosis eritroskuamosa.
HIV
HIV merupakan retrovirus ( virus RNA ) yang mampu mengkode enzyim khusus
reserve transcriptase yang memungkinkan DNA di transkripsikan dari RNA sehingga
HIV dapat menggadakan gen mereka sendiri sebagai DNA di dalam sel inang seperti
limfosit helper CD4, DNA Virus bergabung dengan gen limfosit dan hal ini adalah
dasar dari infeksi kronis HIV.
31
Imunopatogenesis
Sasaran utama virus HIV oleh subset limfosit yan berasal dari tymus ( sel helper/
inducter )
↓
Pada permukaan sel ini terdapat molekul glikoprotein disebut CD4 yg berikatan dgn
glikoprotein envelope virus HIV
↓
Kerusakan CD4 merupakan salah satu penyebab terjadsinya efek imunosupresif oleh
virus
↓
Fungsi terganggu oleh adanya ikatan ikatan oleh virus Hiv
↓
HIV yang sudah masuk ke dalam sel limfosit CD4
↓
Mengadakan multiplikasi dengan cara menumpang dalam proses pertumbuhan sel
inangnya
↓
Di dalam sel limfosit CD4, HIV mengadakan replikasi dan merusak sel
↓
Apabila sudah matang virus virus keluar
↓
Masuk ke dalam sel limfosit CD4 yang lain
↓
Berkembang biak dan merusak sel tersebut
32
Sel Limfosit CD4
Sel limfosit CD4 berperan mengatur respon tubuh yang utama, ketika CD4 di
aktifkan oleh kontak antigen maka CD4 berespon dengan melakukan pembelahan sel
dan menghasilkan limfokin, limfokin akan merangsang interferon , interleukin , dan
TNF yang berfungsi menghasilkan hormon lokal yang mengendalikan pertumbuhan
dan maturasi sel linfosit tipe lain yaitu sel T sitotoksik/ supresor (CD8) , limfosit
pengghasil antibodi, dan memicu maturasi dan fungsi monosit dan makrofag jaringan.
Sel sel ini muncul pada awal infeksi dalam beberapa hari atau minggu, sehingga
terdapat peningkatan jumlah sel sititoksik atau supresor CD8, teteapi meskipun
penderita masih berada dalam kondisi seropositif sehat, pada paparan ujung antigen
yang tidak terjadi peningkatan sel CD8 lagi, hal ini karena berkurangnya limfokin IL-
2 yang dikeluarkan sel limfosit CD4 untuk memicu CD8.
Seseorang akan teteap seropositif dan sehat untuk jangka waktu yang lama, pertanda
progresif penyakit ini selain gejala klinis ditujukan dengan cepat penurunan jumlah
linfosit CD4 serta sel limfosit CD8.
Hal ini menyebabkan gangguan produksi limfokin oleh limfosit CD4 , fungsi sel sel
lain sehingga HIV akhirnya akan mnyebabkan penurunan imunitas tubuh.
i. Mekanisme DKA
Patogenesis Dermatitis Kontak Alergi (DKA) :
Dermatitis Kontak Alergi (DKA) termasuk reaksi tipe IV yang merupakan
hipersensitivitas tipe lambat. Patogenesisnya melalui 2 fase yaitu induksi (fase
sensitisasi) dan fase elisitasi.
Fase induksi (fase sensitisasi) : terjadi saat kontak pertama alergen dengan kulit
sampai limfosit mengenal dan memberi respons, yang memerlukan 2-3 minggu.
Pada fase induksi/fase sensitisasi ini, hapten (protein tidak lengkap masuk ke dalam
kulit dan berikatan dengan protein karier membentuk antigen yang lengkap.
Antigen ini ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh makrofag dan sel langerhans.
Kemudian memacu reaksilimfosit T yang belum tersensitisasi di kulit sehingga
sensitisasi terjadi pada limfosit T. Melalui saluran limfe, limfosit tersebut
bermigrasi ke darah parakortikal kelenjar getah bening regional untuk
berdifferensiasi dan berproliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi
33
secara spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke dalam
sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan sistem limfoid, tersebar di seluruh tubuh,
menyebabkan keadaan sensitisasi yang sama di seluruh kulit tubuh.
Fase elisitasi terjadi saat pajanan ulang dengan alergen yang sama sampai timbul
gejala klinis. Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama. Sel
efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu menarik
berbagai sel radang sehingga terjadi gejala klinis.
34
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dermatitis seboroik adalah kelainanan kulit dengan gejala klinis eritema dan skuama
berminyak kekuningan yang predileksinya di tempat seboroik (tempat-tempat yang
menghasilkan sebum). Dermatitis seboroik termasuk kelainan kulit dermatosis
eritroskumosa karena gejalanya berupa adanya eritema dan skuama. Dermatitis
seboroik ini dapat lebih buruk lagi apabila terdapat faktor predisposisi seperti status
seboroik, keaktifan gandula sebasea, faktor kelelahan, stress emosional, infeksi,
defisiensi imun. Biasanya puncak insiden pada umur 18-30 tahun. Dapat pula terjadi
pada bayi, dan lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.
Saran
Kami sangat menyadari banyak sekali kekurangan dari makalah ini. Maka dari itu,
jika menemui keganjilan-keganjilan tertentu, disarankan agar mencari referensi buku
lain, bisa dari daftar pustaka makalah ini, atau pun buku terpercaya lainnya
35
Daftar Pustaka
Budimulja, U., 2008. Ilmu Penyakit Kelamin Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.
Dorland, Kamus Kedokteran, EGC, Jakarta
Marks, J. G., Miller, J. J., 2006. Lookingbill and Marks’ Principles of Dermatology Fourth
Edition. Elvesier Saunders, India.
Wolf, K., Johnson, R. A., 2009. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology Sixth Edition. Mc Graw Hill, New York.
www.google.com

More Related Content

What's hot

PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKSulistia Rini
 
Case Report BPPV
Case Report BPPVCase Report BPPV
Case Report BPPVKharima SD
 
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Novi Y'uZzman
 
Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman Ajo Yayan
 
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-pptdini dimas
 
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)Farhan Hady Danuatmaja
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikuspeternugraha
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilAgus Gunardi
 
Pendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopatiPendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopatiMerdy Prianda
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasusaauyahilda
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusAris Rahmanda
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akutAriesta Mp
 
144 penyakit yang tidak boleh di rujuk (Wajib dilayani di tingkat Pelayanan P...
144 penyakit yang tidak boleh di rujuk (Wajib dilayani di tingkat Pelayanan P...144 penyakit yang tidak boleh di rujuk (Wajib dilayani di tingkat Pelayanan P...
144 penyakit yang tidak boleh di rujuk (Wajib dilayani di tingkat Pelayanan P...Cut Ampon Lambiheue
 

What's hot (20)

PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
 
Hemoroid
HemoroidHemoroid
Hemoroid
 
Omsk
OmskOmsk
Omsk
 
Case Report BPPV
Case Report BPPVCase Report BPPV
Case Report BPPV
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
 
Resusitasi cairan
Resusitasi cairanResusitasi cairan
Resusitasi cairan
 
Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman
 
Keratitis mata
Keratitis mataKeratitis mata
Keratitis mata
 
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
 
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikus
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektil
 
Pendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopatiPendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopati
 
Dermatofitosis
DermatofitosisDermatofitosis
Dermatofitosis
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
144 penyakit yang tidak boleh di rujuk (Wajib dilayani di tingkat Pelayanan P...
144 penyakit yang tidak boleh di rujuk (Wajib dilayani di tingkat Pelayanan P...144 penyakit yang tidak boleh di rujuk (Wajib dilayani di tingkat Pelayanan P...
144 penyakit yang tidak boleh di rujuk (Wajib dilayani di tingkat Pelayanan P...
 

Viewers also liked

PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI Suharti Wairagya
 
Seborrhoeic Dermatitis by Aseem
Seborrhoeic Dermatitis by AseemSeborrhoeic Dermatitis by Aseem
Seborrhoeic Dermatitis by AseemDr. Aseem Sharma
 
Conduction system of heart
Conduction system of heartConduction system of heart
Conduction system of heartJyotindra Singh
 
Buku penyakit-kulit-kelamin-seri-ilmu-hitam
Buku penyakit-kulit-kelamin-seri-ilmu-hitamBuku penyakit-kulit-kelamin-seri-ilmu-hitam
Buku penyakit-kulit-kelamin-seri-ilmu-hitamAlvian P Windiramadhan
 

Viewers also liked (9)

PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
 
Teori kandidiasis
Teori kandidiasisTeori kandidiasis
Teori kandidiasis
 
Seborrhoeic Dermatitis by Aseem
Seborrhoeic Dermatitis by AseemSeborrhoeic Dermatitis by Aseem
Seborrhoeic Dermatitis by Aseem
 
Seborrheic dermatitis
Seborrheic dermatitisSeborrheic dermatitis
Seborrheic dermatitis
 
Cutaneous Larva Migrans
Cutaneous Larva MigransCutaneous Larva Migrans
Cutaneous Larva Migrans
 
Conduction system of heart
Conduction system of heartConduction system of heart
Conduction system of heart
 
Conduction System of the Heart
Conduction System of the HeartConduction System of the Heart
Conduction System of the Heart
 
Woc dermatitis
Woc dermatitisWoc dermatitis
Woc dermatitis
 
Buku penyakit-kulit-kelamin-seri-ilmu-hitam
Buku penyakit-kulit-kelamin-seri-ilmu-hitamBuku penyakit-kulit-kelamin-seri-ilmu-hitam
Buku penyakit-kulit-kelamin-seri-ilmu-hitam
 

Similar to DERMATITIS DAN PENYAKIT KULIT

Similar to DERMATITIS DAN PENYAKIT KULIT (20)

Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
 
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
 
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
 
Dermatitis atopik & urtikaria
Dermatitis atopik & urtikariaDermatitis atopik & urtikaria
Dermatitis atopik & urtikaria
 
Makalah demartitis
Makalah demartitisMakalah demartitis
Makalah demartitis
 
Saad dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
Saad dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA Saad dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
Saad dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
 
Dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
Dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA Dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
Dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
 
Kmb emy AKPER PEMKAB MUNA
Kmb emy AKPER PEMKAB MUNA Kmb emy AKPER PEMKAB MUNA
Kmb emy AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep dermatitis
Askep dermatitisAskep dermatitis
Askep dermatitis
 
Asuhan keperawatan pada pasien ekzema
Asuhan keperawatan pada pasien ekzemaAsuhan keperawatan pada pasien ekzema
Asuhan keperawatan pada pasien ekzema
 
Dermatitis
DermatitisDermatitis
Dermatitis
 
Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
 
Dermatitis
Dermatitis Dermatitis
Dermatitis
 
Lp eritroderma
Lp eritrodermaLp eritroderma
Lp eritroderma
 
Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
 
Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
 
Bab i AKPER PEMKAB MUNA
Bab i AKPER PEMKAB MUNA Bab i AKPER PEMKAB MUNA
Bab i AKPER PEMKAB MUNA
 
79836959 makalah-dermatitis-kontak
79836959 makalah-dermatitis-kontak79836959 makalah-dermatitis-kontak
79836959 makalah-dermatitis-kontak
 
Askep eritroderma
Askep eritrodermaAskep eritroderma
Askep eritroderma
 
Sebosea
SeboseaSebosea
Sebosea
 

More from Elissa Lisencia (20)

Penyakit kulit pada kelainan sistemik
Penyakit kulit pada kelainan sistemikPenyakit kulit pada kelainan sistemik
Penyakit kulit pada kelainan sistemik
 
Parkinson
ParkinsonParkinson
Parkinson
 
Obat antipsikosis
Obat antipsikosisObat antipsikosis
Obat antipsikosis
 
Neurosis
NeurosisNeurosis
Neurosis
 
Miksi , enuresis & defekasi
Miksi , enuresis & defekasiMiksi , enuresis & defekasi
Miksi , enuresis & defekasi
 
infeksi sistem saraf pusat
infeksi sistem saraf pusatinfeksi sistem saraf pusat
infeksi sistem saraf pusat
 
Konsep neurosis
Konsep neurosisKonsep neurosis
Konsep neurosis
 
Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demam
 
Infeksi sistem saraf pusat
Infeksi sistem saraf pusatInfeksi sistem saraf pusat
Infeksi sistem saraf pusat
 
Impetigo bullosa
Impetigo bullosaImpetigo bullosa
Impetigo bullosa
 
Herpes simpleks
Herpes simpleksHerpes simpleks
Herpes simpleks
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
F48 gangguan neurotik
F48 gangguan neurotik F48 gangguan neurotik
F48 gangguan neurotik
 
F45 gangguan somatofrom
F45 gangguan somatofromF45 gangguan somatofrom
F45 gangguan somatofrom
 
F 44 gangguan disosiatif (konversi)
F 44 gangguan disosiatif (konversi)F 44 gangguan disosiatif (konversi)
F 44 gangguan disosiatif (konversi)
 
Efloresensi
EfloresensiEfloresensi
Efloresensi
 
Dermato terapi
Dermato terapiDermato terapi
Dermato terapi
 
Tumor muskuloskletal
Tumor muskuloskletalTumor muskuloskletal
Tumor muskuloskletal
 
Makalah biokimia
Makalah biokimiaMakalah biokimia
Makalah biokimia
 

Recently uploaded

IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 

Recently uploaded (20)

IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 

DERMATITIS DAN PENYAKIT KULIT

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Berbicara mengenai manusia, kita tidak bisa melepaskan nya dari 3 pilar, yaitu anatomi, histologi dan fisiologi, salah satu yang harus ada dalam manusia adalah kulit, namun kulit manusia tidaklah bebas dari hama. Kulit steril hanya di dapatkan pada waktu yang singkat setelah lahir. Bahwa kulit manusia tidak steril mudah dimengerti oleh karena permukaan kulit mengandung banyak bahan makanan untuk pertumbuhan organisme. Salah satu masalah yang dapat muncul adalah dermatitis. Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan endogen yang menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik dan keluhan gatal. Untuk mengetahui hal tersebut lebih lanjut, maka dalam makalah ini kami akan membahas secara keseluruhan tentang dermatitis. II. Tujuan Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi serangkaian tugas dari case "Tn. Ma’il". Selain itu juga untuk menambah ilmu pengetahuan, dan sebagai media untuk belajar bagi yang membacanya.
  • 2. 2 III. Kasus Page 1 Anda adalah seorang mahsiswa kedokteran yang sedang bertugas di departemen kulit dan kelamin ketika seorang pasien bernama Tn. Ma’il usia 30 tahun datang dengan keluhan utama terdapat banyak ketombe di kepala sejak 3 minggu terakhir. Keluhan tersebut disertai oleh timbulnya bercak bercak kemerahan dan bersisik putih kekuningan di alis, pipi, dan daerah jenggot akan tetapi tidak gatal. Pasien mencoba mengatasi keluhannya dengan menggunakan shampo dan sabun yang di belinya di toko obat, tetapi tidak mengalami perbaikan. Instruction : a. Identifikasi masalah pada Tn Mail ! b. Apa hipotesis berdasarkan anamnesis di atas ? c. Apakah informasi yang dibutuhkan untuk mencapai kesimpulan Page 2 Riwayat penyakit dahulu : Riwayat HIV positif Konsulen kulit kelamin melakukan pemeriksaan fisik dan ditemukan : A. Status generalis 1) Keadaan umum : tampak sakit sedang 2) Kesadaran : compos mentis 3) Tanda vital : TD : 120/80 R : 20x/menit N: 90/menit T : 37 C 4) Kepala : normocephal, rambut tidak mudah di cabut 5) Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) 6) THT : normotia, deviasi septum (-) , faris hiperemis (-) 7) Leher : kelenjar tiroid dan KGB tidak teraba membesar 8) Thorax : jantung paru DBN 9) Abdomen : datar, bising usus (-) nyeri tekan (-) 10) Ekstermitas : edema (-) , kuku tidak ada kelainan
  • 3. 3 B. Status Dermatologis Pada kulit kepala, alis, lipat nasolabial dan janggut tampak bercak bercak eritematosa difus berukuran lentikular sampai numular dengan skuama halus, berminyak, dan kekuningan di atasnya. Pada kulit kepala lesi tidak melewati garis rambut. Pada kuku dan mukosa tidak ditemukan adanya kelainan. Pemeriksaan laboratorium : Tes Eliza : HIV reaktif CD4 : < 200 Pemeriksaan Parasitologi : Kerokan kulit dengan KOH 10% : tidak ditemukan hifa dan atau artrospora. Instruction : 1) Apa hipotesis anda sekarang ? 2) Informasi apa yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa berdasarkan data di atas? Page 3 Pemeriksaan penunjang : Histopatologis : a. Tampak temuan non spesifik berupa hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, aksentuasi rete ridges, dan spongiosis fokal. b. Tampak sel limpohistiosit (serbukan ringan ) di daerah epidermis superfisial Instruction : 1) Apa hipotesis anda sekarang ? 2) Bagaimana penatalaksanaan yang tepat untuk kondisi di atas ? 3) Bagaimana prognosis pasien ini ?
  • 4. 4 Page 4 Epilogue spesialis kulit kelamin mengatakan bahwa Tn.Mail menderita Dermatitis Seboroik dan di beri terapi berupa kortikosteroid topikal , keratolitik dan shampo selenium sulfida. Untuk terapi HIV nya pasien dikonsultasikan ke internis Setelah beberapa hari , terapi keluhan kulitnya membaik. IV. Learning Progress Report
  • 5. 5 V. Terminologi a. Tes Elisa : enzym linked imunno sorbent assay; setiap imunoessay enzim yang menggunakan imunoreaktan berlabel enzim dan imunosorbent. b. Hiperkeratosis : Penabalan stratum korneum c. Parakeratosis : penebalan staratum korneum dan intinya masih terlihat d. Akantosis : penebalan statum spinosum e. Aksentuasi rate ridges: penipisan epidermis karena sel sel mengecil dan berkurang f. Spongiosis fokal : penimbunan cairan di antara sel sel epidermis sehingga celah diantara sel bertambah renggang. g. Sel limfohistiosit : serbukan sel radang h. Dermatitis : peradangan kulit i. Dermatosis : setiap penyakit kulit, terutama dermatosis yang tidak di tandai dengan peradangan VI. Problem a. Apa yang menyebabkan timbulnya ketombe ? b. Bagaimana mekanisme munculnya ketombe ? c. Apakah ada hubungan KT dengan munculnya ketombe ? d. Mengapa tempat predileksinya di alis, pipi, dan daerah janggut ? e. Apa kandungan shamponya ? f. Mengapa keluhan tidak disertai gatal ? VII. Hipotesis Dermatitis seboroika Psoriasis seboroika Alopesia seboroik Dermatitis kontak alergi Tinea kapitis
  • 7. 7 IX. More Info 1. Ciri ciri dermatitis seboroik ? 2. Distribusi rambut ? 3. Aktivitas sebelum keluarnya keluhan utama dan tambahan ? 4. Apa ada riwayat alergi ? 5. Apa yang pertama muncul, keluhan utama atau tambahan , atau muncul secara bersamaan ? 6. Pemeriksaan fisik nya bagaimana (head to toe ) ? 7. Bagaimana status dermatologisnya ? 8. Bagaimana pemeriksaan laboratorium nya ? X. I don’t know 1. Dermatitis 2. Dermatitis eritoskuamosa 3. Dermatitis seboroik 4. Interpretasi kasus 5. Mekanisme DKA dan DKI XI. Learning issue 1. Dermatitis  Klasifikasi  Definisi  Sinonim  Etiologi  Epidemiologi  Gejala klinis  Diagnosa
  • 8. 8 2. Dermatitis eritoskuamosa  Psoriasis  Definisi  Sinonim  Etiologi  Epidemiologi  Gejala klinis  Efloresensi  Histopatologi  Diagnosa dan pemeriksaan laboratorium  Diagnosa banding  Pengobatan  Prognosis  Komplikasi  Pencegahan  Parapsoriasis  Definisi  Sinonim  Etiologi  Epidemiolog i  Gejala klinis  Efloresensi  Histopatolog i  Diagnosa dan pemeriksaan laboratorium  Diagnosa banding  Pengobatan  Prognosis  Komplikasi  Pencegahan  Pitiriasis rosea  Definisi  Sinonim  Etiologi  Epidemiologi  Gejala klinis  Efloresensi  Histopatologi  Diagnosa dan pemeriksaan laboratorium  Diagnosa banding  Pengobatan  Prognosis  Komplikasi  Pencegahan 3. Dermatitis seboroik  Definisi  Sinonim  Etiologi  Epidemiologi
  • 9. 9  Patogenesis  Patofisiologi  Gejala klinis  Efloresensi  Diagnosa  Pemeriksaan laboratorium  Histopatologi  Diagnosa banding  Pengobatan  Prognosis  Komplikasi  Pencegahan 4. Interpretasi kasus 5. Mekanisme DKA
  • 10. 10 BAB II PEMBAHASAN a. Dermatitis Dermatitis adalah peradangan kulit sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Etiologi nya dapat berupa eksogen : Bahan kimia, Fisik, Mikroorganisme, atau endogen : Dermatitis Atopik Gejala klinis nya umumnya gatal, namun tergantung pada stadium penyakit 1. Stadium akut : eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga tampak basah 2. Stadium subakut : eritema dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi krusta 3. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul, dan likenifikasi Tata nama dan klasifikasi Belum ada kesepakatan internasional mengenai tatanama dan klasifikasi 1. Berdasarkan etiologi, Ex : dermatitis kontak, radiodermatitis, dermatitis medikamentosa) 2. Berdasarkan morfologi 3. Berdasarkan bentuk 4. Berdasarkan lokalisasi 5. Berdasarkan stadium penyakit
  • 11. 11 Dermatitis sendiri tediri atas : 1. Dermatitis kontak Dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit. Jenis : kontak iritan dan kontak alergik a. Dermatitis Kontak Iritan Adalah reaksi peradangan kulit nonimunologik yang terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi. Dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan. Jumlah penderita cukup banyak, terutama yang ada hubungannya dengan pekerjaan Etiologi : bahan yang bersifat iritan Gejala Klinis : sangat beragam bergantung pada sifat iritan DKI diklasifikasikan menjadi 10 macam : 1. DKI akut 2. Lambat akut 3. Rx. Iritan 4. Kumulatif 5. Traumateratif 6. Eksikasi ekzematik 7. Pustular 8. Akneformis 9. Noneritematosa 10.Subyektif Ada juga yang membagi menjadi 2 kategori : 1. Kategori mayor : DKI akut dan DKI kumulatif 2. Kategori lain : DKI lambat akut, Rx. Iritasi, DKI traumatik, DKI eritematosa, dan DKI subyektif.
  • 12. 12 (a) DKI akut Contoh : luka bakar oleh bahan kimia Etiologi : iritan kuat atau basa kuat Gejala Klinis : kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar Efloresensi :eritema edema, bula, nekrosis, berbatas tegas dan umumnya asimetris. (b) DKI Kumulatif Nama lain : DKI kronis Etiologi : kontak berulang-ulang dengan iritan lemah Gejala Klinis: kulit kering, eritema, skuama, kulit menjadi tebal (hiperkeratosis) & likenifikasi, difus. Bila kontak terus bisa menyebabkan fisur pada kulit, mis kulit tumit tukang cuci. Sering berhubungan dengan pekerjaan.
  • 13. 13 (c) DKI akut lambat Etiologi : iritan kuat atau basa kuat Gejala Klinis : kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar, tetapi baru mincul 8 - 24 jam/lebih setelah kontak Bahan iritan yang menyebabkan DKI akut lambat, mis podofilin, antralin, tretinoin, etilen oksida, benzalkonium klorida, asam hidrofluorat. (d) Reaksi Iritan Pada orang yang terpajan dengan pekerjaan basah. Kelainan kulit dapat berupa skuama, eritema, vesikel, pustul, & erosi. Dapat sembuh sendiri. Dapat berlanjut menjadi DKI kumulatif. (e)DKI Traumatik Kelainan kulit berkembang lambat setelah trauma panas/laserasi Gejala : dermatitis numularis, penyembuhan lambat, paling cepat 6 minggu Sering terdapat di tangan. (f)DKI Non erimatosa Merupakan bentuk subklinis DKI, ditandai perubahan fungsi sawar stratum korneum tanpa disertai kelainan klinis. (g) DKI Subyektif Disebut DKI sensori. Kelainan kulit tidak terlihat; namun penderita merasa seperti tersengat(pedih) atau terbakar(panas) setelah kontak dengan bahan kimia tertentu, mis asam laktat.
  • 14. 14 Pengobatan  Menghindari pajanan iritan serta menyingkirkan faktor yang memperberat  Apabila diperlukan, untuk mengatasi peradangan diberikan kortikosteroid topikal, mis hidrokortison  Memakai alat pelindung diri yang adekuat jika bekerja ditempat yang terpapar dengan bahan iritan. b. Dermatitis kontak alergik Pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen Terjadi pada orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif) Etiologi : bahan kimia sederhana yang berat molekulnya rendah, merupakan alergen yang belum diproses, disebut hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai epidermis dibawahnya. Gejala klinis umumnya gatal, kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis dan lokalisasinya Lokasi terjadinya DKA yaitu : Tangan, Wajah, Telinga, Leher, Badan, Genitalia, Paha dan tungkai bawah Pengobatan Mencegah terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan menekan kelainan kulit yang timbul, Kortikosteroid, mis prednison 30mg/hari 2. Dermatitis atopic Keadaan peradangan kulit kronis dan residif disertai gatal. Umumnya terjadi pada bayi dan anak-anak. Sinonim : ekzema atopik, ekzema konstitusional, ekzema fleksural, neurodermitis diseminata, prurigo, Besnier
  • 15. 15 Di negara agraris terjadi pada anak mencapai 10 – 20% dan pada orang dewasa 1-3 %. Dinegara agraris prevalensi jauh lebih rendah. Gambaran Klinis : kulit umumnya kering, pucat, kadar lipid di epidermis berkurang, kehilangan air lewat epidermis meningkat, jari teraba dingin, sering merasa cemas, egois, frustasi, aggressive atau merasa tertekan. Gejala utama : pruritus dapat timbul setiap hari (paling hebat pada malam hari) DD : dermatitis seboroik, dermatitis kontak, dermatitis numularis, skabies, iktiosis, psoriasis, dermatitis herpetiformis Pengobatan antara lain : Non farmako : edukasi Farmako : 1. Topikal : kortikosteroid topikal : sebagai anti inflamasi lesi kulit ; Ex: hidrokortison (bayi), triamsinolon (anak dan dewasa) 2. Sistemik : kortikosteroid sistemik, Antihistamin, Anti infeksi : generasi sefalosporin 3. Terapi sinar : untuk DA yang berat dan luas digunakan PUVA, seperti dipakai pada psoriasis Prognosis : Sulit diramal. Buruk ketika kedua ortunya menderita DA 3. Neurodermatitis Sirkumskripta Adalah peradangan kulit kronis gatal, sirkumstrip di tandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lenih menonjol menyerupai kulit batang kayu. Gejala klinis berupa gatal yang sangat hebat, lesi biasanya tunggal, pada walnya berupa plak erirematosa, sedikit edematosa lambat laun menjadi edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal, hiperpigmentasi, batas kulit normal menjadi tidak jelas.
  • 16. 16 Penyakit ini tidak terjadi pada anak anak, melainkan usia 30-50 tahun, terjadi di scalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral. Pengobatan Non farmako : perlu dijelaskan pada pasien bahwa garukan akan memperparah penyakitnya Farmako : untuk mengurangi rasa gatal di berikan antipritus, kortikosteroid topikal, intralesi, produk ter. Untuk anti histamin di gunakan yang mempunyai efek sedatif , dapat pula di berikan tipokal krim doxepin 5%. Prognosis bergantung pada penyebab dan status pisiologik penderita 4. Dermatitis Numularis Dermatitis yang berupa lesi berbentuk mata uang logam berbatas tegas dengan efloresensi papula vesikel, dan mudah pecah. Terjadi pada dewasa pria ataupun wanita, biasanya mengeluh gatal, lesi akut berupa vesikel dan papulavesikel, lelu membesar dengan cara berkonfluensi kesamping dan membentuk satu lesi karakteristik seperti uang logam. Lesi mengalami eritematosa dengan sedikit edematosa dan berbatas tegas, lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, mengering dan membentuk krusta kekuningan. Penyakit ini cenderung hilang timbul, lesi juga bisa terdapat di beberapa tempat yang mengalami trauma. Pengobatan : Bila kulit kering berikan pelembab, secara topikal lesi dapat diobati dengan antiinflamasi, bila msih eksudatif, lesi di kompres dengan larutan permanganas 1:10.000. Prognosis penyakit ini menimbulkan lesi yang tidak hilang kecuali dalam masa pengobatan. 5. Dermatitis Statis Adalah dermatitis sekunder akibat insufiensi kronik vena tungkai bawah. Gejala bisa terjadi karena adanya tekanan vena yang meningkat pada tungkai
  • 17. 17 bawah sehingga pelebaran vena atau verises terjadi. Lalu kulit merah kehitaman dan berbentuk purpura Penyakit ini dapat mempunyai komplikasi berupa ulkus diatas malelusa. Diagnosa bandingnya dengan DK, DN dan penyakit schambarg. Pengobatan menggunakan kompresan pada eksudat, dan di berikan kortikosteroid potensi rendah, antibiotika sistemik untuk mengatasi infeksi sekunder. 6. Dermatitis Autosensitisasi Adalah dermatitis akut yang timbul pada tempat yang jauh dari fokus inflamasi lokal, gambaran klinis nya berupa erupsi vesikular akut dan luas, berhubungan dengan ekzem kronis di tungkai bawah dengan atua tanpa ulkus. Erupsi akut tersebar simetris, snagat gatal, bisa juga di sertai eritema, papul, dan vesikel. Penyakit ini mengenai lengan bawah, paha, tungkai bawah, batang tubuh, muka, tangan , leher, kaki. Pengobatan : kurangi resiko penyakit awal yang mmicu timbulnya penyakit seperti ini. Bila lesi basah di kompres, antihistamin untuk gatal, nial ada infeksi sekunder di berikan antibiotik per or b. Dermatitis eritoskuamosa Adalah penyakit ditandai oleh eritema dan skuama, yaitu psoriasis, parapsoriasis, pitiriasis rosea, eritroderma, dermatitis seboroik, dermatofitosis 1. Psoriasis Penyakit yang disebabkan oleh autoimun, bersifat kronik dan residif. Ditandai adanya berak bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kendur, berlapis dan tranparan, disertai fenomen tetesan lilin, Auspitz dan kobner Sinonim: Psioriasis Vulgaris Epidemiologi: kulit putih labih tinggi terkena resiko disbanding orang kulit hitam
  • 18. 18 Etiopatogenesis: Faktor genetic, Faktor imunologik, Faktor pencetus : Stress psikis, infeksi local, trauma, endokrin, gangguan metabolic, obat, alcohol dan merokok Puncak insiden : Psoriasis -> waktu pubertas dan menopause Kehamilan -> membaik Pascapartus -> memburuk Gejala klinis : Keadaan umum tidak dipengaruhi kecuali psoriasis -> eritroderma, Sebagian penderita mengeluh gatal ringan Tempat predileksi : Skalp, perbatasan daerah tsb dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku dan kutut dan lumbosakral Kelainan: bercak eritemate yang meninggi (plak) dengan skuama di atasnya. Eritema sirkumskrip dan merata. Pada penyembuhan: sering eritema yang ditengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir Skuama berlapis , kasar dan warna putih seperti mika srta transparan Besar kelainan: Lentikular, numular/plakat dapat berkonfluensi Dulu psoriasis ada dengan gejala khas: a) Fenomena tetesan lilin adalah skuama berubah warna menjadi putih pada goresan, seperti lilin yang digores, disebabkan oleh indeks bias. b) Fenomena Auspitz : Tampak serum/ darah berbentuk2 yang disebabkan papilomatosis c) Fenomena Kobner: Traumapada penderita psoriasis. Misalnya : garukan Psoriasis dapat menyebabkan kelaina kuku , yakni sebanyak kira2 50% yang agak khas adalah pitting nail/ nail pit berupa lekukan2 miliaar
  • 19. 19 Kelainan tidfak khas adalah kuku keruh, tebal, bagian distal terangkat karena terdapat lapisan tanduk dibawahmya Bentuk klinis a) Psoriasis vulgaris -lesi umumnya berbentuk plak b) Psoriasis inversa (psoriasis fleksural) Predileksi daerah fleksor c) Psoriasis eksudativa Biasanay kelainan keringm tapi pada bentuk ini akut d) Psoriasis seboroik Gabungan antara psoriasis dan skuama kering menjadi berminyak dan agak lunak e) Psoriasis pustulosa Psoriasis pustulosa pada plantar bersifar kronik dan residif Penatalaksanaan 1) kortikosteroid, Prednisone 30 mg/hari - Setelah membaik dosis diturunkan perlahan lalu diberi dosis pemeliharaan - Penghentian mendadak dapat menyebabkan kekambuhan dan terjadi psoriasis pustulosa 2) metotreksat Indikasi : psioriasis
  • 20. 20 KI: Kelaianan hepar, ginjal , s hematopoeitik , kehamilan , penyakit infeksi aktif 3) Levodopa 2x 250 mg – 3x 350 mg Efek samping : mual, muntah anorexia, hipotensi
  • 21. 21 2. Parapsoriasis Adalah kelainaan eritoderma bersisik yang makulopapular, menetap, dan lambat berkembang tanpa gejala sebjektif dan resisten terhadap pengobatan. Etiologi penyakit ini belum ditemukan , biasa nya penyakit ini timbul tanpa keluhan yang berarti. Kelainan hanya terditeksi dari eritema dan skuama. Klasifikasi a. Parapsoriasis Gutata Terjadi pada dewasa muda, dengan angka kejadian pada pria lebih tinggi dibanding wanita, efloresensi berupa papul miliar lentikular, eritema dan skuama, hemoragik, dan berkonfluensi. Predileksi nya pada badan, lengan atas, dan paha. Gambaran histopatologik nya berupa infiltrate limfohistosilik di sekitar pembuluh darah dengan jumlah yang sedikit, terjadi hiperplaisa epidermal. b. Parapsoriasis Variegata Efloresensi nya berupa skuama, eritema bergaris garis seperti jebra, daerah predileksi nya di badan, bahu, tungkai. Gambaran histopatologik nya epidermis tampak menipis, parakeratosis, di dermis terdapat infiltrate berupa pita yang terdiri dari limfosit.
  • 22. 22 c. Parapsoriasis En Plaques Epidemiologi pada pria dewasa lebih tinggi, efloresensi nya berupa bercak eritematosa, permukaan datar, bulat dan lonjong dengan diameter 2,5 cm. Skuama coklat atau agak kekuningan. Tempat predileksi nya di badan dan ektermitas. Gambaran histopatologik nya tidak khas. Diagnosis banding nya dengan pitiriasis rosea dan psoriasis Pengobatan dengan penyinaran ultraviolet, untuk farmakologi nya diberikan kalsiferol, preparen, obat anti malaria, derivat sulfon, obat sitostatik, dan vitamin E. Prognosis nya baik, namun jika sudah kronis terjadi mikosis fungoides.
  • 23. 23 3. Pitiriasis Rosea Terjadi pada semua umur dengan iklim lembab, namun etiologi penyakit ini belum jelas, gejala klinis yang timbul adalah gatal ringan, dengan gambaran efloresensi berbentuk oval dan anular, terdapat eritema, urtika, skuama halus di pinggir , vesikel, papul, lesi serentak atau bisa muncul dalam beberapa hari. Tempat predileksi nya dibadan, lengan, dan paha bagian atas. Diagnosa bandinganya adalah tinea korporis, dermatitis seboroika, atau sifilis. Gambaran histopatologisnya berupa epidermis terdapat spongiosis dan vesikel di atas lapisan malpighi dan sub kornea. Pemeriksaan histopatologik nya dengan serologis dan pemerikasaan kerokan kulit dengan KOH 10%. Pengobatan nya dengan antihistamin (CTM 3 x 4 gram ), dan bedak asam salsilat dengan menthol.
  • 24. 24 c. Dermatitis seboroik Adalah peradangan kulit pada daerah yang banyak mengandung kelenjar sebasea. Istilah dermatitis seboroik dipakai untuk segolongan kelainan kulit yang didasari oleh faktor konstitusi dan bertempat predileksi di tempat tempat seboroik. Etiologi nya di duga akibat aktivitas kelenjar sebasea yang meningkat, glandula tersebut aktif pada bayi baru lahir. Umur: pada orang dewasa dan anak-anak Jenis kelamin: lebih sering pada pria Faktor yang mempengaruhi  Bangsa/ras: semua bangsa  Makanan: lebih sering pada orang yg sering mengkonsumsi lemak dan alkohol.  Iklim: insiden meningkat pada iklim dingin.  Keturunan: tidak berpengaruh tetapi cenderung menigkat pada orang yg stres secara emosional.  Lingkungan: yang menyebabkan kulit menjadi lembap dan maserasi akan lebih mudah menyebabkan penyakit. Gejala Klinis Biasanya kulit penderita tampak berminyak , dengan pityrosporum ovale yang hidup komensal di kulit dan berkembang menjadi lebih subur. Pada kepala tampak eritema dan skuama halus sampai kasar (ketombe). Kulit tampak berminyak dan menghasilkan skuama yg putih dan berminyak. Penderita akan mengeluh rasa gatal yg hebat. Distribusinya simetris dan biasanya melibatkan daerah berambut pada kepala meliputi kulit kepala, alis mata, kumis dan jenggot. Adapun lokasi lainnya bisa terdapat pada dahi, lipatan nasolabial, kanalis auditoris external dan daerah belakang telinga. Sedangkan pada tubuh dermatitis seboroik dapat mengenai daerah presternal dan lipatan-lipatan kulit seperti aksila, pusar, inguinal, infra mamae, dan anogenital
  • 25. 25 Gambaran histopatologik nya berupa pada epidermis di temukan parakeratosis fokal dengan abses munro. Pada dermis terdapat pelebaran ujung pembuluh darah di puncak stratum papilaris di sertai serbukan sel-sel neutrofil dan monosit. Pemerikasaan penunjang Px mikroflora dari kulit kepala untuk melihat pityrosporum ovale. Menentukan indeks mitosis pada kulit kepala yang berketombe. Efloresensi berupa Makula eritematosa yg di tutupi papula-papula miliar berbatas tak tegas, dan skuama halus putih berminyak. Kadang-kadang di temukan erosi dengan krusta yg sudah mengering berwarna kekuningan. Penyakit ini menurut usianya di bagi menjadi 2 yaitu a. Pada remaja dan dewasa Dermatitis seboroik pada remaja dan dewasa dimulai sebagai skuama berminyak ringan pada kulit kepala dengan eritema dan skuama pada lipatan nasolabial atau pada belakang telinga. Skuama muncul pada kulit yang berminyak di daerah dengan peningkatan kelenjar sebasea (misalnya aurikula, jenggot, alis mata, tubuh (lipatan dan daerah infra mamae), kadang-kadang bagian sentral wajah dapat terlibat. Pada masa remaja dan dewasa manifestasi kliniknya biasanya sebagai scalp scaling (ketombe) atau eritema ringan pada lipatan nasolabial pada saat stres atau kekurangan tidur b. Pada bayi Pada bayi, dermatitis seboroik dengan skuama yang tebal, berminyak pada verteks kulit kepala (cradle cap). Kondisi ini tidak menyebabkan gatal pada bayi sebagaimana pada anak-anak atau dewasa. Dermatitis seboroik general pada bayi dan anak-anak tidak umum terjadi, dan biasanya berhubungan dengan defisiensi sistem imun. Anak dengan defisiensi sistem imun yang
  • 26. 26 menderita dermatitis seboroik general sering disertai dengan diare dan failure to thrive (Leiner’s disese). Diagnosis banding a. psoriasis: biasanya berskuama kasar, putih Mengkilat, berlapis-lapis b. tinea barbae: pada daerah jenggot berupa papula menyerupai folikulitis yang dalam. c. tinea kapitis: tampak bercak-bercak botak dengan abses yang dalam , rambut putus dan mudah di lepas. d. Pitiriasis rosasea: Pitiriaris rosasea dapat terjadi eritem pada wajah menyerupai dermatitis seboroik. Meskipun rosasea cenderung melibatkan daerah sentral wajah tetapi dapat juga hanya pada dahi. Pada pitiriasis rosea, skuamanya halus dan tak berminyak. Sumbu panjang lesi sejajar dengan garis kulit Pengobatan  Keratolitik Terapi lain untuk dermatitis seboroik dengan menggunakan keratolitik. Keratolitik yang secara luas dipakai untuk dermatitis seboroik adalah menggunakan shampo yg mengandung selenium sulfida (selsun), ketokonazol (nizoral), ter (tegrin, sebutone), asam salisilat (sebulex) dan peyritioneyin (head & shoulder).  Untuk predileksi di kepala dpt di berikan minyak kacang (dermasmoothe/FS) di oleskan di bawah shower cap.  Obat anti inflamasi (immunomodulatory). Terapi konvensional untuk dermatitis seboroik dewasa pada kulit kepala dengan steroid topikal atau
  • 27. 27 inhibitor calcineuron. berupa shampo seperti fluocinolon (Synalar), solusio steroid topikal, losio yang dioleskan pada kulit kepala atau krim pada kulit.  Anti jamur topikal lainnya seperti ciclopirox (Loprox) dan flukonazole (Diflucan) mempunyai efek anti inflamasi juga.  Anti jamur (selenium sulfide, pytrithion zinc, azola, sodium sulfasetamid dan topical terbinafin) dapat menurunkan kolonisasi oleh ragi lipopilik. Penatalaksanaan farmakologi  Umum: hindari semua faktor yg memperberat, makanan berlemak, dan sters emosi. Perawatan rambut, dicuci dan di bersihkan dengan sampo  Khusus: Sistemik: 1.Anti histamin H1 sebagai penenang dan anti gatal 2. Vit B komplek 3.Kortikosteroid oral 4.Antiboiotik seperti penisilin, eritromisin pada infeksi sekunder. 5. Obat dari golongan azole  Topikal: Cuci rambut dengan selenium sulfida atau larutan salisil 1% atau larutan belerang 2-4 % dalam bentuk krim Kortikosteroid topikal atau krim dpt memberi kesembuhan sementara Prognosis: Baik, jika faktor pencetus dapat di hilangkan.
  • 28. 28 d. Interpretasi kasus a. Keluhan Utama : banyak ketombe di kepala sejak 3 minggu terakhir Interpretasi : dari keluhan utama didapatkan adanya ketombe pada kulit kepala, hal ini dapat mengindikasikan kelainan pada kulit kepala yaitu Pitiriasis sika (ketombe) atau kelainan kulit lain yang predileksinya di kepala seperti dermatitis seboroik ataupun psoriasis. b. Keluhan tambahan : bercak-bercak kemerahan dan bersisik putih kekuningan di alis, pipi, dan daerah janggut dan tidak gatal Interpretasi : dari keluhan bercak kemerahan bersisik putih kekuningan, dapat di hipotesiskan dermatitis seboroik dan psoriasis, karena gejalanya sesuai. Lesi tidak gatal, kemungkinan penyakit kulit ini tidak disebabkan oleh jamur. c. Riwayat Penyakit Dahulu: HIV positif Interpretasi : adanya riwayat HIV AIDS mungkin merupakan faktor predisposisi dari penyakit ini karena penyakit AIDS dapat menurunkan status imunologi(menurunkan kekebalan tubuh). Vhjjnj Pemeriksaan fisik: d. Pemeriksaan Fisik :  Keadaan umum (sakit sedang), kesadaran (compos mentis) Interpretasi : KU sakit sedang menandakan kelainan kulit masih ringan (belum berat atau sistemik sampai menggangu aktivitas dll )  Tanda vital : TD(120/80 mmHg), Respirasi (20x/menit), Nadi: 90x/menit, Suhu: 37 C Interpretasi : Tekanan darah normal menandakan tidak adanya kelainan hipertensi, Suhu normal menandakan kelainan kulit ini bukan disebabkan oleh infeksi (jika karena infeksi, suhu akan meningkat)  Kepala : Normocephal, rambut tidak mudah dicabut Interpretasi : keadaan normocephal menandakan tidak terjadinya malnutrisi, rambut yang tidak rapuh menandakan
  • 29. 29  Mata : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-) Interpretasi : konjungtiva tidak anemis menandakan tidak terjadi anemia atau malnutrisi. Sklera tidak ikterik(kuning) memandakan tidak ada kelainan dalam pigmentasi seperti hepatitis.  Thorax : Jantung, paru: dbn Interpretasi : Tidak ada kelainan sistemik pada jantung dan paru yang menyertai penyakit kulit ini.  Abdomen : datar, bising usus (+) normal, nyeri tekan(-) Interpretasi : bising usus normal, menandakan penyakit kulit ini tidak disertai oleh gangguan saluran cerna. Tidak adanya nyeri tekan, menandakan tidak adanya kelainan seperti pembesaran pada organ-organ visceral.  Ekstremitas : edema(-), kuku normal Interpretasi : tidak adanya edema pada ekstremitas menandakan tidak terjadinya perpindahan protein-protein dan air ke dalam jaringan interstitial. Kuku normal menandakan tidak adanya infeksi jamur, dan tidak adanya kelainan vaskuler (capillary refill normal). e. Pemeriksaan dermatologis: Pada kulit kepala, alis, lipatan nasolabial, janggut tampak bercak-bercak eritematosa difus berukuran lentikular sampai numular dengan skuama halus, berminyak, dan kekuningan di atasnya. Pada kuku dan mukosa tidak ditemukan adanya kelainan. Interpretasi : dari pemeriksaan didapatkan bercak eritema dengan skuama halus ,dari sini dapat kita hipotesiskan dermatitis seboroik dan psoriasis seboroik, karena gejala-gejalanya sesuai. Namun skuama yang berminyak dan kekuningan lebih mengarah ke dermatitis seboroik, sedangkan pada psoriasis skuama berwarna putih dan berlapis-lapis. Dengan begitu hipotesis psoriasis dapat dilemahkan.
  • 30. 30 f. Pemeriksaan Laboratorium: Tes Eliza (HIV reaktif), CD4(<200) Interpretasi : pemeriksaan ELISA menandakan adanya infeksi HIV. Lalu pengukuran limfosit CD4 digunakan untuk mengetahui stadium dari penyakit HIV AIDS ini. g. Pemeriksaan Parasitologi:Kerokan kulit dengan KOH 10%, tidak ditemukan hifa atau pun artospora Interpretasi : kerokan kulit dengan KOH tidak ditemuka hifa atau spora menandakan penyakit kulit ini jelas tidak disebabkan oleh jamur. h. Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Histopatologis : hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis aksentuasi rete ridges dan spongiosis fokal. Tampak sel limfohistiosit(sebukan ringan) di daerah dermis superficial serta vasodilatasi pada lapisan dermis Interpretasi : Pemeriksaan histopatologis dalam pemeriksaan penunjang diperlukan untuk membedakan antara penyakit utama(diagnosis) dengan diagnosis bandingnya. Dalam pemeriksaan ini didapatkan ambaran parakeratosis, yaitu penebalan lapisan epidermis(pola dari hiperkeratosis), dengan sel berinti sampai di stratum korneum. Akantosis yaitu penebalan pada stratum spinosum. Serta pemanjangan rete ridges dan vasodilatasi pembuluh darah pada bagian dermis. Hal ini menunjukan adanya kelainan kulit yaitu dermatosis eritroskuamosa. HIV HIV merupakan retrovirus ( virus RNA ) yang mampu mengkode enzyim khusus reserve transcriptase yang memungkinkan DNA di transkripsikan dari RNA sehingga HIV dapat menggadakan gen mereka sendiri sebagai DNA di dalam sel inang seperti limfosit helper CD4, DNA Virus bergabung dengan gen limfosit dan hal ini adalah dasar dari infeksi kronis HIV.
  • 31. 31 Imunopatogenesis Sasaran utama virus HIV oleh subset limfosit yan berasal dari tymus ( sel helper/ inducter ) ↓ Pada permukaan sel ini terdapat molekul glikoprotein disebut CD4 yg berikatan dgn glikoprotein envelope virus HIV ↓ Kerusakan CD4 merupakan salah satu penyebab terjadsinya efek imunosupresif oleh virus ↓ Fungsi terganggu oleh adanya ikatan ikatan oleh virus Hiv ↓ HIV yang sudah masuk ke dalam sel limfosit CD4 ↓ Mengadakan multiplikasi dengan cara menumpang dalam proses pertumbuhan sel inangnya ↓ Di dalam sel limfosit CD4, HIV mengadakan replikasi dan merusak sel ↓ Apabila sudah matang virus virus keluar ↓ Masuk ke dalam sel limfosit CD4 yang lain ↓ Berkembang biak dan merusak sel tersebut
  • 32. 32 Sel Limfosit CD4 Sel limfosit CD4 berperan mengatur respon tubuh yang utama, ketika CD4 di aktifkan oleh kontak antigen maka CD4 berespon dengan melakukan pembelahan sel dan menghasilkan limfokin, limfokin akan merangsang interferon , interleukin , dan TNF yang berfungsi menghasilkan hormon lokal yang mengendalikan pertumbuhan dan maturasi sel linfosit tipe lain yaitu sel T sitotoksik/ supresor (CD8) , limfosit pengghasil antibodi, dan memicu maturasi dan fungsi monosit dan makrofag jaringan. Sel sel ini muncul pada awal infeksi dalam beberapa hari atau minggu, sehingga terdapat peningkatan jumlah sel sititoksik atau supresor CD8, teteapi meskipun penderita masih berada dalam kondisi seropositif sehat, pada paparan ujung antigen yang tidak terjadi peningkatan sel CD8 lagi, hal ini karena berkurangnya limfokin IL- 2 yang dikeluarkan sel limfosit CD4 untuk memicu CD8. Seseorang akan teteap seropositif dan sehat untuk jangka waktu yang lama, pertanda progresif penyakit ini selain gejala klinis ditujukan dengan cepat penurunan jumlah linfosit CD4 serta sel limfosit CD8. Hal ini menyebabkan gangguan produksi limfokin oleh limfosit CD4 , fungsi sel sel lain sehingga HIV akhirnya akan mnyebabkan penurunan imunitas tubuh. i. Mekanisme DKA Patogenesis Dermatitis Kontak Alergi (DKA) : Dermatitis Kontak Alergi (DKA) termasuk reaksi tipe IV yang merupakan hipersensitivitas tipe lambat. Patogenesisnya melalui 2 fase yaitu induksi (fase sensitisasi) dan fase elisitasi. Fase induksi (fase sensitisasi) : terjadi saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan memberi respons, yang memerlukan 2-3 minggu. Pada fase induksi/fase sensitisasi ini, hapten (protein tidak lengkap masuk ke dalam kulit dan berikatan dengan protein karier membentuk antigen yang lengkap. Antigen ini ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh makrofag dan sel langerhans. Kemudian memacu reaksilimfosit T yang belum tersensitisasi di kulit sehingga sensitisasi terjadi pada limfosit T. Melalui saluran limfe, limfosit tersebut bermigrasi ke darah parakortikal kelenjar getah bening regional untuk berdifferensiasi dan berproliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi
  • 33. 33 secara spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke dalam sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan sistem limfoid, tersebar di seluruh tubuh, menyebabkan keadaan sensitisasi yang sama di seluruh kulit tubuh. Fase elisitasi terjadi saat pajanan ulang dengan alergen yang sama sampai timbul gejala klinis. Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama. Sel efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu menarik berbagai sel radang sehingga terjadi gejala klinis.
  • 34. 34 BAB III PENUTUP Kesimpulan Dermatitis seboroik adalah kelainanan kulit dengan gejala klinis eritema dan skuama berminyak kekuningan yang predileksinya di tempat seboroik (tempat-tempat yang menghasilkan sebum). Dermatitis seboroik termasuk kelainan kulit dermatosis eritroskumosa karena gejalanya berupa adanya eritema dan skuama. Dermatitis seboroik ini dapat lebih buruk lagi apabila terdapat faktor predisposisi seperti status seboroik, keaktifan gandula sebasea, faktor kelelahan, stress emosional, infeksi, defisiensi imun. Biasanya puncak insiden pada umur 18-30 tahun. Dapat pula terjadi pada bayi, dan lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Saran Kami sangat menyadari banyak sekali kekurangan dari makalah ini. Maka dari itu, jika menemui keganjilan-keganjilan tertentu, disarankan agar mencari referensi buku lain, bisa dari daftar pustaka makalah ini, atau pun buku terpercaya lainnya
  • 35. 35 Daftar Pustaka Budimulja, U., 2008. Ilmu Penyakit Kelamin Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Dorland, Kamus Kedokteran, EGC, Jakarta Marks, J. G., Miller, J. J., 2006. Lookingbill and Marks’ Principles of Dermatology Fourth Edition. Elvesier Saunders, India. Wolf, K., Johnson, R. A., 2009. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology Sixth Edition. Mc Graw Hill, New York. www.google.com