Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Tanam Cabai Merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Kebutuhan cabai terus meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku cabai. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk hayati dengan berbagai perlakuan terhadap budidaya cabai merah (Capsicum Annum L).
1. LAPORAN PRAKTIKUM HORTIKULTURA
“PENGARUH PEMBERIAN PUPUK HAYATI DENGAN
BERBAGAI PERLAKUAN TERHADAP BUDIDAYA CABAI
MERAH (Capsicum annum L)”
disusun oleh :
Nama : Ekal Kurniawan
NIM : A. 1411129
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2016
2. Page | i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum mata kuliah Hortikultura ini
yang berjudul “PENGARUH PEMBERIAN PUPUK HAYATI DENGAN
BERBAGAI PERLAKUAN TERHADAP BUDIDAYA CABAI MERAH
(Capsicum annum L)“.
Penulis telah berusaha dengan semaksimal mungkin agar dapat
menyelesaikan laporan ini dengan sebaik mungkin dan sebenar-benarnya. Penulis
menyadari laporan ini jauh dari kesempurnaan baik materi, penganalisaan, dan
pembahasan. Semua hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan
pengalaman.
Penulis berharap laporan ini dapat diterima oleh dosen mata kuliah
Hortikultura dan dipahami bagi para pembaca. Penulis juga mengharapkan saran
dan kritik dari semua pihak terutama yang bersifat membangun, guna terciptanya
kesempurnaan laporan ini. Bila didalamnya ada kesalahan dan kekurangan mohon
dimengerti dan dimaafkan. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Mudah-
mudahan laporan ini dapat berguna bagi semua pihak.
Bogor, 30 Juni 2016
( Penulis )
3. Page | ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
2.1 Tujuan Praktikum.......................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Tanaman Cabai ..............................................................................3
2.2 Klasifikasi, Morfologi.................................................................................3
2.2.1 Klasifikasi............................................................................................3
2.2.2 Morfologi.............................................................................................3
2.3 Syarat Tumbuh...........................................................................................6
2.4 Hama dan Penyakit.....................................................................................8
2.4.1 Hama ...................................................................................................8
2.4.2 Penyakit ............................................................................................. 10
2.5 Penanaman ............................................................................................... 13
BAB III METODE
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................... 17
3.2 Alat dan Bahan......................................................................................... 17
3.3 Cara Kerja ................................................................................................ 17
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil......................................................................................................... 19
a) Rata – rata Pertumbuhan Tanaman Cabai (Prapanen) .............................. 19
b) Rata – rata Hasil Panen (Panen).............................................................. 20
3.2 Pembahasan.............................................................................................. 21
4. Page | iii
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 23
4.2 Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
5. Page | 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang
dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, selain itu kondisi tanah di Indonesia
yang mempunyai kandungan unsur hara yang baik sehingga dapat membantu
pertumbuhan tanaman. Salah satu produk hortikultura yang menjadi unggulan
dalam sektor pertanian di Indonesia adalah tanaman sayuran. Sayuran merupakan
salah satu produk hortikultura yang banyak diminati oleh masyarakat karena
memiliki kandungan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan. Sayuran dapat
dikonsumsi dalam keadaan mentah ataupun diolah terlebih dahulu sesuai dengan
kebutuhan yang akan digunakan. Salah satu komoditi sayur yang sangat
dibutuhkan oleh hampir semua orang dari berbagai lapisan masyarakat, adalah
cabai, sehingga tidak mengherankan bila volume peredaran di pasaran dalam
skala besar.
Tanam Cabai Merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas
sayuran yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Kebutuhan cabai terus
meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan
berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku cabai.
Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) adalah tanaman perdu
dengan rasa buah pedas yang disebabkan oleh kandungan capsaicin. Secara umum
cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin, diantaranya kalori, protein,
lemak, kabohidarat, kalsium, vitamin A, B1, dan vitamin C.
Cabai atau lombok merupakan tanaman sayuran buah semusim, yang
diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai penyedap makanan dan
penghangat badan. Dari itu cabai lebih dikenal sebagai sayuran rempah atau bumu
dapur. Konsumsi cabai pada tahun 1978 rata-rata nasional 1,04 kg perkapita
pertahun atau ±2,84 gram per kapita per hari tidak termasuk kebutuhan untuk
industri.
6. Page | 2
Tanaman cabai merupakan salah satu sayuran buah yang memiliki peluang
bisnis yang baik. Besarnya kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri
menjadikan cabai sebagai komoditas menjanjikan. Permintaan cabai yang tinggi
untuk kebutuhan bumbu masakan, industri makanan, dan obat-obatan merupakan
potensi untuk meraup keuntungan.Tidak heran jika cabaimerupakan komoditas
hortikultura yang mengalami fluktuasi harga paling tinggi di Indonesia.
2.1 Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk
hayati dengan berbagai perlakuan terhadap budidaya cabai merah (Capsicum
Annum L)
7. Page | 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Tanaman Cabai
Tanaman cabai (Capsicum annum L) berasal dari dunia tropika dan
subtropika pada abad ke-8 tanaman cabe telah dikenalkan di Benua Amerika,
khususnya Colombia, Amerika Selatan, dan terus menyebar ke Amerika Latin.
Bukti budidaya cabai pertama kali ditemukan dalam tapak galian sejarah Peru dan
sisaan biji yang telah berumur lebih dari 5000 tahun SM didalam gua di
Tehuacan, Meksiko. Penyebaran cabai ke seluruh dunia termasuk negara-negara
di Asia, seperti Indonesia, tanaman cabe tersebar luas diberbagai daerah, tetapi
pusat penyebaran penting ialah Purworejo, Kebumen, Tegal, Pekalongan, Pati,
Padang, Bengkulu, dan lainnya. Penyebaran dilakukan oleh pedagang Spanyol
dan Portugis (Hendro, 1989 dan Dermawan, 2010).
2.2 Klasifikasi, Morfologi
2.2.1 Klasifikasi
Menurut klasifikasi dalam tata nama (sistem tumbuhan) tanaman cabai
merah termasuk kedalam :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.
2.2.2 Morfologi
Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan
merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran
tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C serta
mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan
8. Page | 4
memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu
dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk
kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar ( Harpenas, 2010).
Seperti tanaman yang lainnya, tanaman cabai mempunyai bagian-bagian
tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.
a. Akar
Menurut (Harpenas, 2010), cabai adalah tanaman semusim yang
berbentuk perdu dengan perakaran akar tunggang. Sistem perakaran
tanaman cabai agak menyebar, panjangnya berkisar 25-35 cm. Akar ini
berfungsi antara lain menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta
menguatkan berdirinya batang tanaman. Sedangkan menurut (Tjahjadi,
1991) akar tanaman cabai tumbuh tegak lurus ke dalam tanah, berfungsi
sebagai penegak pohon yang memiliki kedalaman ± 200 cm serta
berwarna coklat. Dari akar tunggang tumbuh akar- akar cabang, akar
cabang tumbuh horisontal didalam tanah, dari akar cabang tumbuh akar
serabut yang berbentuk kecil- kecil dan membentuk masa yang rapat.
b. Batang
Batang utama cabai menurut (Hewindati, 2006) tegak dan
pangkalnya berkayu dengan panjang 20-28 cm dengan diameter 1,5-2,5
cm. Batang percabangan berwarna hijau dengan panjang mencapai 5-7 cm,
diameter batang percabangan mencapai 0,5-1 cm. Percabangan bersifat
dikotomi atau menggarpu, tumbuhnya cabang beraturan
secaraberkesinambungan. Sedangkan menurut (Anonim, 2009), batang
cabai memiliki batang berkayu, berbuku-buku, percabangan lebar,
penampang bersegi, batang muda berambut halus berwarna hijau.
Menurut (Tjahjadi, 1991) tanaman cabai berbatang tegak yang bentuknya
bulat. Tanaman cabai dapat tumbuh setinggi 50-150 cm, merupakan
tanaman perdu yang warna batangnya hijau dan beruas-ruas yang dibatasi
dengan buku-buku yang panjang tiap ruas 5-10 cm dengan diameter data
5-2 cm.
9. Page | 5
c. Daun
Daun cabai menurut (Dermawan, 2010) berbentuk hati , lonjong,
atau agak bulat telur dengan posisi berselang-seling. Sedangkan menurut
(Hewindati, 2006), daun cabai berbentuk memanjang oval dengan ujung
meruncing atau diistilahkan dengan oblongus acutus, tulang daun
berbentuk menyirip dilengkapi urat daun. Bagian permukaan daun bagian
atas berwarna hijau tua, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna
hijau muda atau hijau terang. Panjang daun berkisar 9-15 cm dengan lebar
3,5-5 cm. Selain itu daun cabai merupakan Daun tunggal, bertangkai
(panjangnya 0,5-2,5 cm), letak tersebar. Helaian daun bentuknya bulat
telur sampai elips, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, petulangan
menyirip, panjang 1,5-12 cm, lebar 1-5 cm, berwarna hijau.
d. Bunga
Menurut (Hendiwati, 2006), bunga tanaman cabai berbentuk
terompet kecil, umumnya bunga cabai berwarna putih, tetapi ada juga
yang berwarna ungu. Cabai berbunga sempurna dengan benang sari yang
lepas tidak berlekatan. Disebut berbunga sempurna karena terdiri atas
tangkai bunga, dasar bunga, kelopak bunga, mahkota bunga, alat kelamin
jantan dan alat kelamin betina. Bunga cabai disebut juga berkelamin dua
atau hermaphrodite karena alat kelamin jantan dan betina dalam satu
bunga.Sedangkan menurut (Anonim, 2007) bunga cabai merupakan
bunga tunggal, berbentuk bintang, berwarna putih, keluar dari ketiak daun.
(Tjahjadi, 2010) menyebutkan bahwa posisi bunga cabai
menggantung.Warna mahkota putih, memiliki kuping sebanyak 5-6 helai,
panjangnya 1,5 cm, lebar 0,5 cm, warna kepala putik kuning.
e. Buah dan Biji
Buah cabai menurut (Anonim, 2010), buahnya buah buni
berbentuk kerucut memanjang, lurus atau bengkok, meruncing pada
bagian ujungnya, menggantung, permukaan licin mengkilap, diameter 1-2
cm, panjang 4-17 cm, bertangkai pendek, rasanya pedas. Buah muda
berwarna hijau tua, setelah masak menjadi merah cerah. Sedangkan untuk
bijinya biji yang masih muda berwarna kuning, setelah tua menjadi
10. Page | 6
cokelat, berbentuk pipih, berdiameter sekitar 4 mm. Rasa buahnya yang
pedas dapat mengeluarkan air mata orang yang menciumnya, tetapi orang
tetap membutuhkannya untuk menambah nafsu makan.
2.3 Syarat Tumbuh
a. Tanah
Cabai dapat tumbuh di segala tipe tanah, dan ketinggian tempat.
Akan tetapi, yang baik ialah di dataran rendah pada tanah yang
mengandung pasir, yakni yang porositasnya cukup baik. Pada tanah yang
air tanahnya menggenang atau porositasnya rendah, tidak cocok untuk
ditanami cabai. Pada tanah seperti ini, tanaman cabai mudah terserang
penyakit akar, penyakit layu dan umumnya daun dan buahnya berguguran.
Tanah yang air tanahnya dangkal dan porositasnya rendah, pada
waktu hujan tampak becek, sehingga keadaan aerasinya jelek. Pada tanah
seperti ini tidak baik ditanami cabai. Di dataran tinggi sampai pada
ketinggian 1500 m dpl, tanaman cabai masih mampu tumbuh dan berbuah
baik. Di dataran tinggi tanaman cabai mudah terserang penyakit daun dan
batang, terutama apabla keadaan iklimnya lembab dan berkabut.
pH tanah yang baik antara 5,5 – 6,5. Namun tanaman cabai toleran
terhadap tanah masam yang pH-nya kurang dari 5, hanya berbuahnya
kurang lebat dan tumbuhnya kerdil.
Tanah yang subur, yang banyak mengandung humus (bahan
organik), lapisan bunga tanahnya tebal adalah sangat cocok untuk tanaman
cabai, hal ini dikarenakan sistem perakarannya luas dan agak dalam.
b. Iklim
Curah Hujan
Tanaman cabai lebih senang tumbuh didaerah yang tipe iklimnya
lembab sampai agak lembab (tipe B, C dan D). Tanaman cabai tidak
senang terhadap curah hujan lebat, tetapi pada stadia tertentu perlu
banyak air. Di daerah yang iklimnya sangat basah (tipe A), tanaman
mudah terserang penyakit daun seperti bercak hitam (antraknosa).
Pada musim hujan, tanaman mengalami tekanan (stress), sehingga
11. Page | 7
bunganya sedikit, dan banyak bunga yang tidak mampu menjadi buah.
Sedangkan buah yang jadi mudah berguguran karena tekanan
(pukulan) air hujan yang lebat.
Hal ini dikarenakan pada waktu hujan lebat, banyak serangga
penyerbukannya tidak berani keluar, sehingga tidak dapat melakukan
penyerbukan. Selain itu, begitu hujan berhenti, pada sore harinya
banyak lalat buah menyerang buah muda (pentil) sehingga buah
berguguran sebagai akibat kehilangan hormon pelekat pada
tangkainya (abscisin).
Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai
berkisar antara 600 – 1200 mm per tahun.
Sinar Matahari
Penyinaran yang dibutuhkan adalah penyinaran secara penuh,
bila penyinaran tidak penuh pertumbuhan tanaman tidak akan normal.
Angin
Angin yang cocok untuk tanaman cabai adalah angin sepoi-
sepoi, angin berfungsi menyediakan gas CO2 yang dibutuhkannya.
c. Suhu Udara
Suhu udara yang baik untuk pertumbuhan dan pembuahan cabai
berkisar antara 21o
– 28o
C. Suhu harian yang terlalu terik, yakni di atas
32o
C menyebabkan tepung sarinya tidak berfungsi, sehingga produksi
rendah. Demikian juga suhu malam yang tinggi dapat menyebabkan
pembuahannya rendah.
Selain itu, pada suhu udara harian yang terik dapat menyebabkan
bunga dan buahnya menjadi terbakar (hangus) dan mencelur. Suhu tanah
pun berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara, terutama N dan P.
Apabila pada waktu berbunga suhu turun dibawah 15o
C, maka
pembuahan dan pembijiannya terganggu. Pada suhu ini unsur mikro yang
penting untuk pertumbuhan buah sukar diserap oleh tanaman sehingga
terjadi buah tanpa biji atau partenokarpi. Pada suhu udara yang rendah,
banyak cendawan penyakit daun yang menyerang tanaman cabai, terutama
apabila di sertai dengan kelembaban tinggi.
12. Page | 8
Oleh karena itu, tanaman cabai lebih baik dikembangkan di dataran
rendah sampai pada ketinggian 800 m dpl.
2.4 Hama dan Penyakit
2.4.1 Hama
a) Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Serangga dewasa dari hama ini adalah kupu-kupu, berwarna agak
gelap dengan garis agak putih pada sayap depan. Meletakkan telur secara
berkelompok di atas daun atau tanaman dan ditutp dengan bulu-bulu.
Jumlah telur tiap betina antara 25-500 butir. Telur akan menetas menjadi
ulat (larva), mula-mula hidup ber-kelompok dan kemudian menyebar. Ciri
khas dari larva (ulat) grayak ini adalah terdapat bintik-bintik segitiga
berwarna hitam dan bergaris-garis kekuningan pada sisinya. Larva akan
menjadi pupa (kepompong) yang dibentuk di bawah permukaan tanah.
Daur hidup dari telur menjadi kupu-kupu berkisar antara 30 - 61 hari.
Stadium yang membahayakan dari hama Spodoptera litura adalah larva
(ulat). Menyerang bersama-sama dalam jumlah yang sangat besar. Ulat ini
memangsa segala jenis tanaman (polifag), termasuk menyerang tanaman
cabai. Serangan ulat grayak terjadi di malam hari, karena kupu-kupu
maupun larvanya aktif di malam hari. Pada siang hari bersembunyi di
tempat yang teduh atau di permukaan daun bagian bawah. Hama ulat
grayak merusak di musim kemarau dengan cara memakan daun mulai dari
bagian tepi hingga bagian atas maupun bawah daun cabai. Serangan hama
ini menyebabkan daun-daun berlubang secara tidak beraturan; sehingga
menghambat proses fotosintesis dan akibatnya produksi buah cabai
menurun.
b) Kutu Daun (Myzus persicae Sulz.)
Kutu daun atau sering disebut Aphid tersebar di seluruh dunia.
Hama ini memakan segala jenis tanaman (polifag), lebih dari 100 jenis
tanaman inang, termasuk tanaman cabai. Kutu daun berkembang biak
dengan 2 cara, yaitu dengan perkawinan biasa dan tanpa perkawinan atau
telur-telurnya dapat berkembang menjadi anak tanpa pembuahan
13. Page | 9
(partenogenesis). Daur hidup hama ini berkisar antara 7 - 10 hari. Hama
ini menyerang tanaman cabai dengan cara mengisap cairan daun, pucuk,
tangkai bunga ataupun bagian tanaman lainnya. Serangan berat
menyebabkan daun-daun melengkung, keriting, belang-belang kekuningan
(klorosis) dan akhirnya rontok sehingga produksi cabai menurun.
Kehadiran kutu daun di kebun cabai, tidak hanya menjadi hama
tetapi juga berfungsi sebagai penular (penyebar) berbagai penyakit virus.
Di samping itu, kutu daun mengeluarkan cairan manis (madu) yang dapat
menutupi permukaan daun. Cairan manis ini akan ditumbuhi cendawan
jelaga berwarna hitam sehingga menghambat proses fotosintesis. Serangan
kutu daun menghebat pada musim kemarau.
c) Lalat Buah (Dacus ferrugineus)
Serangga dewasa panjangnya + 0.5 cm, berwarna coklat-tua, dan
meletakkan telurnya di dalam buah cabai. Telur tersebut akan menetas,
kemudian merusak buah cabai. Buah-buah yang diserang akan menjadi
bercak-bercak bulat, kemudian membusuk dan berlubang kecil. Buah
cabai yang terserang akan dihuni larva yang pandai meloncat-loncat.
Akibatnya semua bagian buah cabai rusak, busuk, dan berguguran
(rontok). Daur hidup hama ini lamanya sekitar 4 minggu, dan
pembentukan stadium pupa terjadi di atas permukaan tanah.
d) Thrips (Thrips sp.)
Spesies Thrips yang sering ditemukan adalah T. tabaci yang
hidupnya bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag). Serangga
Thrips sangat kecil, panjang + 1 mm, berkembang biak tanpa pembuahan
sel telur (partenogenesis) dan siklus hidupnya berlangsung selama 7 - 12
hari. Hama Thrips menyerang hebat pada musim kemarau dengan
memperlihatkan gejala serangan strip-strip pada daun dan berwarna
keperakan. Serangan yang berat dapat mengakibatkan matinya daun
(kering). Thrips ini kadang-kadang berperan sebagai penular (vektor)
penyakit virus.
14. Page | 10
e) Tungau (Tarsonemus translucens)
Tungau berukuran sangat kecil, tetapi bersifat pemangsa segala
jenis tanaman (polifag). Serangga dewasa panjangnya + 1 mm, bentuk
mirip laba-laba, dan aktif di siang hari. Siklus hidup tungau berkisar
selama 14-15 hari. Tungau menyerang tanaman cabai dengan cara
mengisap cairan sel daun atau pucuk tanaman. Akibat serangannya dapat
menimbulkan bintik-bintik kuning atau keputihan. Serangan yang berat,
terutama di musim kemarau, akan menyebabkan cabai tumbuh tidak
normal dan daun-daunnya keriting. Pengendalian tungau dapat dilakukan
dengan cara disemprot insektisida akarisasi seperti Omite EC (0,2%) atau
Mitac 200 EC (0,2%).
2.4.2 Penyakit
a) Layu Bakteri (Pseudomonas solana-cearum E.F. Smith)
Bakteri layu mempunyai banyak tanaman inang, diantaranya adalah
tomat, kentang, kacang tanah dan cabai. Penyebaran penyakit layu bakteri
dapat melalui benih, bibit, bahan tanaman yang sakit, residu tanaman,
irigasi (air), serangga, nematoda dan alat-alat pertanian. Bakteri layu
biasanya menghebat pada tanaman cabai di dataran rendah. Gejala
kelayuan tanaman cabai terjadi mendadak, dan akhirnya menyebabkan
kematian tanaman dalam beberapa hari kemudian. Bakteri layu menyerang
sistem perakaran tanaman cabai. Bila pangkal batang cabai yang diserang,
dipotong atau dibelah, kemudian direndam dalam gelas berisi air bening,
maka setelah beberapa menit digoyang-goyangkan akan keluar cairan
berwarna coklat susu atau berkas pembuluh batangnya berwarna coklat
berlendir (slime bakteri). Gejala yang dapat diamati secara visual pada
tanaman cabai adalah kelayuan tanaman mulai dari bagian pucuk,
kemudian menjalar ke seluruh bagian tanaman. Daun menguning dan
akhirnya mengering serta rontok. Penyakit bakteri layu dapat menyerang
tanaman cabai pada semua tingkatan umur, tetapi paling peka adalah
tanaman muda atau menjelang fase berbunga maupun berbuah.
15. Page | 11
b) Layu Fusarium (Fusarium oxysporum Sulz.)
Layu Fusarium disebabkan oleh organisme cendawan bersifat tular
tanah. Biasanya penyakit ini muncul pada tanah-tanah yang ber pH rendah
(masam). Gejala serangan yang dapat diamati adalah terjadinya pemucatan
warna tulang-tulang daun di sebelah atas, kemudian diikuti dengan
merunduknya tangkai-tangkai daun; sehingga akibat lebih lanjut seluruh
tanaman layu dan mati. Gejala kelayuan tanaman seringkali sulit
dibedakan dengan serangan bakteri layu (P. solanacearum). Untuk
membuktikan penyebab layu tersebut dapat dilakukan dengan cara
memotong pangkal batang tanaman yang sakit, kemudian direndam dalam
gelas berisi air bening (jernih). Biarkan rendaman batang tadi sekitar 5-15
menit, kemudian digoyang-goyangkan secara hati-hati. Bila dari pangkal
batang keluar cairan putih dan terlihat suatu cincin berwarna coklat dari
berkas pembuluhnya, hal itu menandakan adanya serangan Fusarium.
c) Bercak Daun dan Buah (Collectro-tichum capsici (Syd). Butl. et. Bisby).
Bercak daun dan buah cabai sering disebut penyakit Antraknose atau
"patek". Penyakit ini menjadi masalah utama di musim hujan. Disebabkan
oleh cendawan Gloesporium piperatum Ell. et. Ev dan Colletotrichum
capsici. Cendawan G. piperatum umumnya menyerang buah muda dan
menyebabkan mati ujung. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan
terbentuknya bintik-bintik kecil kehitaman dan berlekuk, serta tepi bintik
berwarna kuning. Di bagian lekukan akan terus membesar dan memanjang
yang bagian tengahnya berwarna gelap. Cendawan C. capsici lebih sering
menyebabkan buah cabai membusuk. Gejala awal serangan ditandai
dengan terbentuknya bercak coklat-kehitaman pada buah, kemudian
meluas menjadi busuk-lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat titik-titik
hitam yang merupakan kumpulan dari konidium cendawan. Serangan yang
berat menyebabkan buah cabai mengkerut dan mengering menyerupai
"mummi" dengan warna buah seperti jerami.
16. Page | 12
d) Bercak Daun (Cercospora capsici Heald et Wolf)
Penyebab penyakit bercak daun adalah cendawan Cercospora capsici.
Gejala serangan penyakit ditandai dengan bercak-bercak bulat kecil
kebasah-basahan. Berikutnya bercak akan meluas dengan garis tengah +
0,5 cm. Di pusat bercak nampak berwarna pucat sampai putih dengan
tepinya berwarna lebih tua. Serangan yang berat (parah) dapat
menyebabkan daun menguning dan gugur, ataupun langsung berguguran
tanpa didahului menguningnya daun. Pengen-dalian penyakit ini dapat
dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot fungisida
seperti Topsin, Velimek, dan Benlate secara berselang-seling.
e) Bercak Alternaria (Alternaria solani Ell & Marf)
Penyebab penyakit bercak Alternaria adalah cendawan. Gejala
serangan penyakit ini adalah ditandai dengan timbulnya bercak-bercak
coklat-tua sampai kehitaman dengan lingkaran-lingkaran konsentris.
Bercak-bercak ini akan membesar dan bergabung menjadi satu. Serangan
penyakit bercak Alternaria dimulai dari daun yang paling bawah, dan
kadang-kadang juga menyerang pada bagian batang. Pengendalian
penyakit bercak Alternaria antara lain dengan cara menjaga kebersihan
kebun, dan disemprot fungisida seperti Cupravit, Dithane M-45 dan Score,
secara berselang-seling.
f) Busuk Daun dan Buah (Phytophthora spp)
Penyakit busuk daun dapat pula menyebabkan busuk buah cabai.
Gejala serangan nampak pada daun yaitu bercak-bercak kecil di bagian
tepinya, kemudian menyerang seluruh batang. Batang tanaman cabai juga
dapat diserang oleh penyakit ini, ditandai dengan gejala perubahan warna
menjadi kehitaman. Buah-buah cabai yang terserang menunjukkan gejala
awal bercak-bercak kebasahan, kemudian meluas ke arah sumbu panjang,
dan akhirnya buah akan terlepas dari kelopaknya karena membusuk.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara pengaturan jarak
tanam yang baik, yaitu di musim hujan idealnya 70 x 70 cm,
mengumpulkan buah cabai yang busuk untuk dimusnahkan, dan disemprot
17. Page | 13
fungisida seperti Sandovan MZ, Kocide atau Polyram secara berselang-
seling.
2.5 Penanaman
Dalam upaya pemenuhan kebutuhan akan produksi cabai merah yang lebih
kompetitif, diperlukan upaya peningkatan produksi yang mengacu pada
peningkatan efisiensi baik ekonomi, mutu maupun produktivitas melalui
penerapan teknologi mulai dari penentuan lokasi, penanganan benih, penanaman,
pemeliharaan, hingga penanganan panen yang tepat adapun cara penanaman cabai
sebagai berikut:
a) Persiapan Lahan
Setelah ditentukan lahan yang akan ditanami lakukan pengolahan
tanah berupa pembajakan/pencangkulan, pembersihan gulma, perataan
permukaan tanah, dan pembuatan bedengan, pemasangan penutup tanah,
guludan, garitan, lubang tanam. Untuk lahan kering/tegalan: lahan diolah
sedalam 30-40 cm sampai gembur, dibuat bedengan dengan lebar 1-1,2 m,
tinggi 30 cm, jarak antar bedeng 30 cm. Dibuat garitan-garitan atau lubang
tanam dengan jarak tanam (50-60 cm) x (40-60 cm).
Penyiapan lahan bertujuan untuk memperbaiki drainase dan aerasi
tanah, meratakan permukaan tanah dan menghilangkan gulma.
b) Persemaian
Biji cabai disemaikan dalam garitan atau tempat persemaian yang
disiapkan. Penaburan biji dilakukan hati-hati agar tidak tumpang tindih
berdesakan, kemudian biji disiram perlahan-lahan dengan emrad agar biji
tidak terhempas akibat siraman air. Selanjutnya persemaian dijaga
kelembaban agar biji cepat tumbuh. Biji akan tumbuh 4 – 7 hari.Lakukan
penyiraman setiap hari pada pagi atau sore hari,jauhkan persemaian dari
sinar matahari langsung (perlu naungan). Setelah bibit berumur 2 minggu,
sebaiknya dilakukan pembumbungan (koker) untuk memudahkan
penanamannya dan mencegah kematian bibit pada waktu pemindahan.
18. Page | 14
c) Penanaman
o Umur Bibit
Bibit dipindah ke lahan kebun yang telah disiapkan dua minggu
sebelumnya, pada umur ± 6 minggu setelah penyemaian. Tetapi,
tampak umur bibit dipindahkan ke lahan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan vegetatif. Makin muda umur bibit dipindah kelahan,
makin baik pertumbuhan vegetatifnya dan resikonya tanaman mudah
mati karena tanaman masih lemah. Sehingga perlu banyak
penyulaman. Sedangkan makin tua bibit pindah tanam, makin kecil
resiko kematiannya karena tanaman sudah cukup kuat, akan tetapi
daya produksinya rendah.
o Jarak Tanam dan Penanaman
Jarak tanam yang digunakan adalah 40 x (60 – 80) cm. Bibit
ditanam dalam lubang-lubang kecil yang dibuat dengan kored atau
tangan. Kemudian lubang ditimbun tanah sambil ditekan condong
kearah akarnya dengan membentuk sudut 45o
. Penanaman bibit cabai
sebaiknya dilakukan pada sore hari. Pemilihan waktu tanam yang tepat
sangat penting, terutama berhubungan dengan ketersediaan air, curah
hujan, temperatur, dan gangguan hama/penyakit.Sebaiknya cabai
ditanam pada bulan agak kering, tetapi air tanah masih cukup tersedia,
waktu tanam yang baik juga tergantung jenis lahan, pada lahan kering
pada awal musim hujan, pada lahan sawah pada akhir musim hujan
sedangkan pada lahan beririgasi teknis akhir musim hujan (Maret-
April) dan awal musimkemarau (Mei-Juni).
Sebelum tanam, garitan-garitan yang telah disiapkan diberi pupuk
kandang atau kompos, dengan cara dihamparkan pada garitan. Di atas
pupuk kandang atau kompos diletakkan sebagian pupuk buatan,
kemudian diaduk dengan tanah. Bedengan kemudian disiram dengan
air sampai kapasitas lapang (lembab tapi tidak becek). Dipasang mulsa
plastik hitam perak dan dibuat lubang tanam.
19. Page | 15
o Pola Tanam
Pada usaha tani cabai dibeberapa daerah umumnya ditanam secara
monokultur (tunggal). Tetapi, di dataran tinggi seperti Cipanas,
Cibodas, dan tempat lain, cabai ditanam dalam bentuk tumpang sari
dengan bawang daun, caisin dan lain sebagainya.Dalam beberapa hal,
tanaman tumpang sari cabai dengan jenis sayuran lainnya dapat
meningkatkan produksi buah cabe.
d) Pemupukan
Maksud pemupukan adalah memberikan unsur-unsur hara yang
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, karena unsur hara yang tersedia
dalam tanah tidak cukup. Perlu penambahan pupuk untuk pertumbuhan
dan produksi maksimal.
Ada 2 macam pupuk yang bisa digunakan dalam budidaya
tanaman, yaitu pupuk organik dan anorganik atau pupuk buatan.
a) Pupuk Organik
Pupuk organik ini dapat berupa pupuk kandang atau
kotoran hewan, kompos atau busukan daun-daun, sisa – sisa
limbah pasar, jerami, dan sisa – sisa tanaman lainnya, serta
pupuk hijau seperti Crotalia, Tephrosia, turi, dan tanaman
leguminosa lainnya.
b) Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik dapat diberikan kepada tanaman melalui
2 cara, ialah melalui tanah dan melalui daun (pupuk daun).
Pupuk buatan yang biasa digunakan ialah N, P dan K. Sebagai
sumber pupk N digunakan ZA dan Urea. Sebagai sumber
pupuk P digunakan DS dan TSP. Sebagai sumber pupuk K
digunakan pupuk ZK dan KCL.
e) Pengairan
Cabai termasuk tanaman yang tidak tahan kekeringan, tetapi juga
tidak tahan terhadap genangan air. Air diperlukan dalam jumlah yang
cukup, tidak berlebihan atau kurang. Kelembaban tanah yang ideal 60-
80% kapasitas lapang. Masa kritis yaitu saat pertumbuhan vegetatif cepat,
20. Page | 16
pembungaan dan pembuahan. Jumlah kebutuhan air pertanaman selama
pertumbuhan vegetatif 250 ml tiap 2 hari, dan meningkat jadi 450 ml tiap
2 hari pada masa pembungaan dan pembuahan.
Tanaman cabai membutuhkan banyak air pada saat berbunga,
tetapi tidak senang terhadap curah hujan lebat. Hujan lebat yang terjadi
pada waktu tanam sampai umur 1 bulan dapat menyebabkan tanaman
kerdil. Sedangkan hujan yang terjadi pada saat tanaman berbunga
menyebabkan bunganya berguguran dan sedikit menjadi buah.
Ada empat cara pengairan yang dapat dilakukan pada tanaman
cabai yaitu :1) pemberian air permukaan tanah meliputi penggenangan
(flooding), biasanya dipersawahan dan pemberian air melalui saluran-
saluran dan dalam barisan tanaman; 2) Pemberian air di bawah permukaan
tanah dilakukan dengan menggunakan pipa yang dibenamkan di dalam
tanah; 3) Pemberian air dengan cara penyiraman sangat efisien, misalnya
pada tanah bertekstur kasar, efisiensi dengan menyiram dua kali lebih
tinggi dari pemberian air permukaan; 4) Pemberian air dengan irigasi tetes,
air diberikan dalam kecepatan rendah di sekitar tanaman dengan
menggunakan emiter. Pada pemberian air dengan menyiram dan irigasi
tetes dapat ditambahkan pertisida atau pupuk.
21. Page | 17
BAB III METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum ini telah dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 2016
sampai tanggal 22 Juni 2016. Bertempat di Kebun Percobaan PErtanian
Universitas Djuanda. Kampung Tipar, Desa Ciawi, Kabupaten Bogor – Jawa
Barat.
3.2 Alat dan Bahan
Pada praktikum kali ini alat yang digunakan adalah cangkul, arit, tempat
persemaian, polybag, timbangan pupuk, ajir, tali rapia, dan mulsa plastik perak.
Adapun bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum : air, benih cabai merah
keriting F1 Hibrida, pupuk organik, NPK (Urea, ZA, KCl, SP36) dan pupuk
hayati majemuk (Nanobio).
3.3 Cara Kerja
a) Pertama persiapan lahan yang akan ditanami cabai, membuat bedengan
dan garitan, dreanase, dan pembersihan lahan dari tanaman yang tidak
diharapkan,
b) penyemaian pada tanggal 23 Februari 2016. Penyemaian dilakuakn dengan
merendam benih dengan air hangat selama 10-15 menit. Kemudian
ditebarkan di tempat persemaian menggunakan media arang sekam,
c) setelah penyemaian minggu ketiga, tanggal 02 Maret 2016 dilakukan
pembagian bedengan, satu orang praktikan mendapatkan satu bedengan.
Bedengan yang telah dibagikan dibersihkan dari gulma dan penyamaan
lebar dan panjang untuk memudahkan pemasangan mulsa,
d) minggu ke empat, tanggal 09 Maret 2016pemberian pupuk kandang untuk
memperbaiki struktur tanah dan ketersediaan unsur hara,
e) setelah pemberian pupuk kandang. Pada tanggal 16 Maret 2016 minggu ke
lima dilakukan seleksi bibit (pembumbungan),
f) tanggal 23 Maret 2016 minggu ke enam dilakukan pemberisihan lahan,
perataan permukaan bedengan dan pemasangan mulsa,
22. Page | 18
g) setelah lahan/bedengan kiranya sudah siap, selanjutnya pindah tanam bibit
cabai pada tanggal 30 Maret 2016. Untuk penanaman cabai pada lahan
kering di dataran tinggi/medium (jenis Andosol/Latosol) adalah sebagai
berikut: Pemupukan dasar terdiri dari pupuk kandang (20-30 ton/ha) atau
pupuk kompos dan Pupuk SP-36 (300-400 kg/ha) dilakukan pada
persiapan lahan. Pupuk susulan terdiri dari pupuk urea (200-300 kg/ha),
ZA (400-500 kg/ha) dan KCl (250-300 kg/ha), diberikan 3 kali pada umur
3, 6 dan 9 minggu setelah tanam masing-masing 1/3 dosis, dengan cara
disebarkan disekitar lubang tanam kemudian ditutup dengan tanah,
h) selanjutnya lakukan penyulaman pada tanaman yang mati atau kurang
baik. Pada tanggal 06 April 2016,
i) pada minggu selanjutnya tanggal 13 April 2016 lakukan pemeliharaan dan
pada tanggal 20 April 2016 mulai melakukan pengukuran dan
pengamatan. Pada saat pengukuran lakukan pemipilan tunas air yang
berada dibawah cabang primer.
j) Tanggal 22 Juni 2016, pelaksanaan pengukuran dan panen hasil budidaya
tanaman cabai.
23. Page | 19
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
a) Rata – rata Pertumbuhan Tanaman Cabai (Prapanen)
Tabel 1. Hasil pengukuran tinggi tanaman cabai
Perlakuan
Rentan Waktu Pengukuran Rata-Rata
4MST 5MST 6MST 7MST 8MST 9MST 10MST 11MST 12MST
A 14.2 18.78333 28.46667 39.8 45.1 47.9 51 53.13333 53.9 9.14259259
B 21.67 26.35 34.07 41.67 47.60 50.07 52.07 55.30 61.47 43.36
C 28 31 38 42 48 49 51 53 55 43.88888889
D 20.11 23.21 39.25 42.28 48.10 52.05 61.33 62.10 64.83 45.92
E 16.53 19.80 24.74 32.33 36.67 39.67 45.67 52.67 58.00 36.23
Bahwa dari hasil pengamatan menunjukan perlakuan 25 % Pupul Hayati
dan 75 % NPK lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lainnya. Rata – rata
tinggi tanaman pada umur 4 – 12 MST.
Tabel 2.Hasil pengamatan jumlah daun tanaman cabai
Perlakuan
Rentan Waktu Pengamatan Jumlah Daun Rata-Rata
4MST 5MST 6MST 7MST 8MST 9MST 10MST 11MST 12MST
A 14 19 28 40 45 48 51 53 54 39
B 16 20 33 44 60 133 192 232 275 112
C 50 58 79 80 90 133 233 267 293 142.5555556
D 15 21 58 107 134 178 247 302 327 154
E 12 17 34 45 56 92 118 143 164 76
Hasil pengamatan jumlah daun pada perlakuan (D) menunjukan jumlah
paling banyak dibandingkan perlakuan yang lainnya. Rata – Rata jumlah daun
setiap perlakuan mulai umur tanaman 4 – 12 MST.
24. Page | 20
Tabel 3. Hasil pengamatan jumlah bunga tanaman cabai
Perlakuan
Rentan Waktu Pengamatan Bunga Tanaman Cabai Rata-Rata
7MST 8MST 9MST 10MST 11MST 12MST
A 3 5 7 9 12 14 8
B 3 5 7 9 12 14 8
C 4 4 14 14 11 9 9.333333
D 1 2 5 9 13 12 7
E 2 4 4 8 7 6 5
Hasil pengamatan bahwa jumlah bunga tanaman cabai paling banyak pada
(C) dibandingkan perlakuan yang lainnya. Rata – rata jumlah bunga pada umur 7
– 12 MST.
b) Rata – rata Hasil Panen (Panen)
Tabel 4. Rata – rata pengukuran kesuluruhan hasil panen
Perlakuan Bobot
Buah
Layak Jual
Bobot Buah
Tidak Layak
Jual
Panjang
Buah
Bobot Buah
Keseluruhan
Jumlah Buah
Keseluruhan
A 58.34 20.78 12.66 1043 420
B 59.72 23.35 13.27 1114 429
C 68.26 22.34 13.23 1156.8 439
D 63.76 28.56 12.98 1099 426
E 60.89 25.35 13.3 1185 442
Hasil pengamatan tanaman cabai yang mempunyai jumlah bobot buah
layak jual paling baik pada perlakuan (C) dibandingkan perlakuan yang lainnya.
25. Page | 21
3.2 Pembahasan
Hasil pengamatan terhadap tanaman cabai merah menunjukkan bahwa
pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4 MST
sampai 12 MST. Sanchez (1992) menyatakan bahwa, salah satu faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan awal tanaman adalah kecukupan unsur hara di dalam
tanah. Selain itu di awal fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
kebutuhan akan unsur hara masih sedikit sehingga hara yang tersedia di dalam
tanah masih mencukupi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan
tanaman yang optimal.
Takaran pupuk yang optimal untuk tanaman ditentukan oleh status hara
tanah, efisiensi pemupukan dan kebutuhan hara tanaman. Menurut Widjaja-Adhi
(1993) status hara dapat diukur secara kuantitatif dengan menentukan kemampuan
tanah menyediakan hara bagi tanaman dan nilai uji tanah. Rekomendasi
pemupukan selama ini masih bersifat umum, tidak spesifik lokasi, artinya tidak
disesuaikan dengan agroekologi, jenis tanah, ketersediaan hara, dan kebutuhan
tanaman.
Tabel 1 menunjukkan bahwa pengaruh pemupukan terhadap
pertumbuhan terbaik dijumpai pada pemupukan campuran 25 % Pupuk Hayati
dan 75 % NPK (D). Hal ini karena ketersediaan unsur hara yang cukup dan dapat
diserap dengan cepat bagi tanaman tetapi tidak terlepas dari pengaruh bahan
organik yang memiliki unsur hara mikro dalam membantu proses pertumbuhan
dan penyerapan unsur hara secara optimal dan efektif.
Pertumbuhan daun tanaman cabai cenderung lebih baik pada perlakuan 50
% Pupuk Hayati dan 50 % NPK (C). Hal ini dapat dilihat 4 MST , 5 MST dan 6
MST pada Tabel 2, dan dapat diduga karena kadar haranya tepat untuk kebutuhan
tanaman dan penggunaannya lebih efektif dan efisien. Lingga (2005) menyatakan
bahwa kemampuan pupuk organik walaupun kuantitasnya sangat sedikit tetapi
mampu memberikan pengaruh besar pada tanah yang bisa bermanfaat untuk
meningkatkan produktivitas, merangsang pertumbuhan akar, batang, daun dan
bunga. Pada 7 minggu setelah tanam pertumbuhan daun di dominasi oleh
26. Page | 22
perlakuan (D) yang menggunakan Pupuk Hayati 25 % dan NPK 75 %, hal ini
diduga karena unsur hara yang diberikan dapat mencukupi untuk pertumbuhan
vegetatif tanaman, sehingga dapat mempengaruhi hasil dari tanaman. Namun,
pengaruh iklim dan OPT sehingga daun cabai banyak yang berguguran atau
kriting.
Pengamatan pada pertumbuhan bunga tanaman cabai pupuk tidak
menunjukan pengaruh tidak nyata pada rentan waktu 7 MST sampai 12 MST. Hal
ini diduga takaran dan waktu pemupukan tidak sesuai anjuran, dapat dilihat pada
tabel 3 jumlah bunga yang cenderung baik menggunakan perlakuan A, B dan C.
Jumlah bunga yang diamati adalah bunga yang terdapat di tanaman saat dilakukan
pengamatan.
Hasil tanaman cabai merah terbaik diperoleh pada semua perlakuan pupuk
yang dianjurkan. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh perlakuan pupuk tidak
nyata karena hasil tidak sesuai dengan pertumbuhan tinggi, jumlah daun dan
jumlah bunga tanaman. Pada tabel 4 jumlah buah kesuluruhan hampir merata,
diduga karena pengaruh lingkungan yang tidak baik sehingga tanaman cabai tidak
memenuhi syarat tumbuh. Hal ini juga dapat diduga dikarenakan pada waktu
hujan lebat, banyak serangga penyerbukannya tidak berani keluar, sehingga tidak
dapat melakukan penyerbukan. Selain itu, begitu hujan berhenti, pada sore harinya
banyak lalat buah menyerang buah muda (pentil) sehingga buah berguguran
sebagai akibat kehilangan hormon pelekat pada tangkainya (abscisin).
27. Page | 23
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pemupukan 25% Pupuk Hayati dan 75% NPK merupakan pemupukan
terbaik terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman umur 4 MST sampai 12 MST.
Sedangkan, pemupukan 50 % Pupuk Hayati dan 50 % NPK merupakan perlakuan
terbaik terhadap tahap berbunga.
Tidak ada interaksi yang nyata antara jenis pupuk terhadap pertumbuhan
dan pemberian takaran pupuk hayati untuk pertumbuhan dan hasil tanaman cabai
berbeda tidak nyata untuk hasil tanaman cabai.
4.2 Saran
Dilakukan percobaan dengan syarat dan anjuran yang
diperintahkan.
Dengan kondisi curah hujan dan kondisi cahaya yang tidak tentu,
disarankan lakukan pengamatan setiap hari.
Disarankan pemasangan mulsa plastik hitam perak lebih kuat.
Pemberian pupuk organik pada pengolahan lahan dianjurkan sesuai
dengan keadaan tanah.
Tidak disarankan aplikasi pupuk hayati tanpa pupuk NPK maupun
pupuk organik.
28. Page | 24
DAFTAR PUSTAKA
Sunaryono, H. 1989. BUDIDAYA CABAI MERAH. Sinar Bandung : Bandung
Hermawan, B. dkk. 2009. EVALUASI BERBAGAI DOSIS NITROGEN
UNTUK TEKNIK PRODUKSI TANAMAN CABAI YANG
MENGGUNAKAN MULSA. Jurnal Bionatura, Vol. 11, No. 147-154.
Hayati, E. dkk. 2012. PENGARUH JENIS PUPUK ORGANIK DAN VARI ET
AS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI
(Capsicum annum L.). Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
http://www.jurnalunsyiah.ac.id/ index.php/ floratek/
article/download/532/452.
Alavan, A. dkk. 2015. PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PERTUM
BUHAN BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.).
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. http://jurnal.unsyiah.ac.id/
floratek/article/download/2331/2217.
Devi, R. 2010. BUDIDAYA TANAMAN CABAI MERAH. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.https://core.ac.uk/download/pdf/16507279.pdf. Diakses
21 Juni 2016.
Wardani, N. Purwanta, J.H. 2008. TEKNOLOGI BUDIDAYA CABAI MERAH.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Lampung.http://lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/publik
asi/teknologibudidayacabai.pdf. Diakses 21 Juni 2016.
Ariarti, T. Yuni, E. dkk. 2010. BUDIDAYA DAN PASCA PANEN CABAI
MERAH. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jawa Tengah.
http://jateng.litbang.pertanian.go.id/ind/images/Publikasi/mediacetak/buku
/2010/budidaya&pascapanencabaimerah.pdf. Diakses 21 Juni 2016.
29. Page | 25
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Gambar 1. Menunjukan Benih Cabai
yang sudah direndam dan siap ditebar.
Gambar 2. Proses persemaian benih
cabai.
Gambar 3. Benih cabai yang sudah
ditebar dalam media arang sekam.
Gambar 4. Bibit cabai umur 2 MST,
yang belum di seleksi.
30. Page | 26
Gambar 5. Bibit yang sudah diseleksi
Gambar 6. Pindah tanam pada
bedengan yang ditutup mulsa plastik
hitam perak.
Gambar 7. Menunjukan
Batang dan Daun Cabai
pada umur 4 MST
Gambar 8. Menunjukan
Tanaman cabai terserang
hama dan penyakit kuning
pada daun. Dan
menunjukan Tanaman
Mulai berbuah.
31. Page | 27
Gambar 9. Menunjukan buah cabai layak jual
Gambar 10. Pengukuran Panjang buah cabai.