Laporan praktikum ini membahas tentang perbanyakan vegetatif tanaman puring (Codiaeum variegatum) menggunakan teknik grafting. Faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan grafting antara lain pemilihan batang atas dan bawah, serta keterampilan melakukan tekniknya. Hasilnya, grafting puring berhasil dilakukan dengan memilih batang yang sesuai kondisi dan melakukannya dengan teliti.
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
Laporan vegetatif tanaman puring
1. LAPORAN PRAKTIKUM
PERBANYAKAN VEGETATIF TANAMAN
Oleh:
EKAL KURNIAWAN
A.1411129
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
BOGOR
2018
2. KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul
“Penyambungan (Grafting) Tanaman Puring (Codiaeum variegatum (Lam.)
Blume.)”. Laporan praktikum ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perbanyakan Vegetatif Tanaman.
Laporan ini disusun agar pembaca dapat mengetahui secara mendalam
tentang perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan berbagai sumber referensi.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada Ibu Arifah Rahayu selaku dosen mata
kuliah Perbanyakan Vegetatif Tanaman. Serta pihak-pihak terkait yang membantu
dalam menyelesaikan laporan praktikum ini.
Penyusun mengakui masih banyak kekurangan dalam laporan praktikum ini
karena keterbatasan ilmu, pengetahuan dan pengalaman. Semoga dengan laporan
praktikum ini dapat memberikan manfaat kepada penyusun khususnya dan
kepada setiap pembaca umumnya.
Bogor, Maret 2018
Penyusun
3. I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Puring (Codiaeum variegatum (Lam.) Blume.) atau disebut juga croton
termasuk keluarga Euphorbiaceae (Sulistiana 2015). Tanaman puring tumbuh
bebas dan tersebar di Amerika selatan, Asia selatan, Indonesia, pulau Pasifik dan
kepulauan Fiji (Muzzayinah 2003). Tanaman ini sangat banyak jenisnya, diduga
diseluruh Asia dan Pasifik jenis puring mencapai sekitar 1600 varietas
(Purwantoro et al. 2015). Di Indonesia terdapat sekitar 260 varietas puring
(Gogahu 2016). Tanaman puring yang memiliki daun dengan banyak corak warna
ini ditanam sebagai penghias taman, untuk pagar, atau sebagai tanaman peneduh
di perumahan elit, kantor dan hotel. (Widyaningsih 2015).
Selain dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias, tanaman puring juga
dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat (Purwantoro et al. 2015). Sebagai
tanaman hias puring termasuk tanaman yang tidak terlalu sulit dalam perawatan,
begitu juga cara perbanyakan puring juga mudah dilakukan. Salah satu cara
memperbanyak tanaman ini adalah dengan cara perbanyakan vegetatif,
menggunakan teknik penyambungan atau enten (grafting).
Grafting merupakan penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan
menjadi satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman (Prastowo
2006). Teknik penyambungan dapat memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil
tanaman, dihasilkan gabungan tanaman baru yang mempunyai keunggulan dari
segi perakaran dan produksinya (Dewi et al. 2016).
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati keberhasilan dari
perbanyakan vegetatif dengan cara sambung pada tanaman puring (Codiaeum
variegatum (Lam.) Blume.)
4. II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Puring (Codiaeum variegatum (Lam.) Blume.)
Tanaman puring dikenal sebagai tanaman hias berupa perdu atau pohon
kecil dengan tinggi mencapai 1.5-3,5 m (Chandra dan Sitanggang 2007). Warna
daun puring bermacam-macam, seperti hijau, kuning, orange, merah, dan ungu
dengan corak daun bintik-bintik atau garis (Silitonga 2007). Semakin tua umur
tanaman, warna daun semakin menonjol, bahkan dalam satu tanaman memiliki
dua atau tiga warna (Sulistiana 2015).
Menurut Sulistiana (2015), puring dapat diklasifikasikan kedalam
kingdom: Plantae, subkingdom: Tracheobionta, superdivisi: Spermatophyta,
divisi: Magnoliophyta, kelas: Magnoliopsida, subkelas: Rosidae, ordo:
Euphorbiales, famili: Euphorbiaceae, genus: Codiaeum, spesies: Codiaeum
variegatum (Lam.) Blume.
Tanaman puring memiliki tinggi 1.5-3,5 m dengan naungan 90 cm-1,8 m
dan tekstur kasar. Susunan daun spiral dengan tipe daun bulat, bergelombang.
Keindahan tanaman ini terletak pada bentuk daunnya yang sangat variatif. Batang
berkayu, berkambium, dan bercabang. Akar puring termasuk dalam akar serabut.
Dalam satu tanaman memiliki bunga jantan dan betina (monoceous) dan
berukuran kecil dengan warna agak kekuningan. Bentuk buah membulat dengan
warna hijau atau coklat (Henny et al. 2007).
Tanaman puring dapat tumbuh pada ketinggian 500-1.200 m dpl di tempat
terbuka dengan sinar matahari penuh dan juga di tempat teduh idealnya pada
temperatur sekitar 18-290
C. Kebutuhan intensitas cahaya puring berkisar antara
90-100%, dengan lama penyinaran 10-12 jam/hari (Suwandi 2005).
2.2. Penyambungan (Grafting) Puring (Codiaeum variegatum (Lam.) Blume.)
Grafting adalah penyambungan dua jaringan tanaman hidup sedemikian
rupa sehingga keduanya bergabung dan tumbuh serta berkembang sebagai satu
tanaman gabungan (Barus 2002). Jaringan tanaman yang digunakan dapat dibagi
atas bagian bawah dan atas.
5. Menurut Dewi et al. (2016),penyambungan batang bawah dan batang atas
ini biasanya dilakukan antara dua varietas tanaman yang masih dalam spesies
yang sama. Silitonga (2007) menyatakan, penyambungan tanaman puring dapat
dilakukan dalam syarat-syarat pemilihan batang atas dan bawah sebagai berikut:
1. Syarat batang atas
Batang atas atau entres yang akan disambungkan pada batang bawah
diambil dari pohon induk puring yang sehat dan tidak terserang hama
dan penyakit.
Pengambilan entres ini dilakukan dengan menggunakan gunting stek
atau silet yang tajam (agar diperoleh potongan yang halus dan tidak
mengalami kerusakan) dan bersih (agar entres tidak terkontaminasi oleh
penyakit).
Entres yang akan diambil sebaiknya dalam keadaan dorman (istirahat)
pucuknya serta tidak terlalu tua dan juga tidak terlalu muda (setengah
berkayu).
Panjangnya kurang lebih 10 cm dari ujung pucuk, dengan diameter
sedikit lebih kecil atau sama besar dengan diameter batang bawahnya.
Entres dalam keadaan dorman ini bila dipijat dengan dua jari tangan
akan terasa padat, tetapi dengan mudah bisa dipotong dengan pisau
silet. Selain itu bila dilengkungkan keadaannya tidak lentur tetapi sudah
cukup tegar.
Entres sebaiknya dipilih dari bagian cabang yang terkena sinar matahari
penuh (tidak ternaungi) sehingga memungkinkan cabang memiliki mata
tunas yang tumbuh sehat dan subur.
Bila pada waktunya pengambilan entres, keadaan pucuknya sedang
tumbuh tunas baru (trubus) atau sedang berdaun muda, maka bagian
pucuk muda ini dibuang dan bagian pangkalnya sepanjang 5-10 cm
dapat digunakan sebagai entres.
2. Syarat batang bawah
Sistem perakaran yang baik dan tahan terhadap busuk akar.
Berdiameter 3-5 mm,berumur sekitar 3-4 bulan.
Dalam fase pertumbuhan yang optimum (tingkat kesuburannya baik),
kambiumnya aktif, sehingga memudahkan dalam pengupasan dan
proses merekatnya mata tempel ke batang bawah.
6. III. METODELOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum vegetatif tanaman mengenai perlakuan stek daun, stek tunas
bawah, stek rimpang dan stek sucker pada Sansevieria sp. dimulai pada bulan
Oktober sampai Desember 2017, yang bertempat di kebun Prodi Agroteknologi
Universitas Djuanda Bogor.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu, pisau tajam (Cutter), meteran, gunting stek,
dan alat tulis. Bahan yang digunakan yaitu, tali, plastik bening, dan tanaman
puring (Codiaeum variegatum L.).
3.3. Pelaksanaan Praktikum
Penggunaan bahan untuk grafting yaitu dengan memilih batang atas dan
bawah yang berbeda kultivar atau dapat dibedakan dari bentuk daun. Batang
bawah dipilih, setelah itu dipotong sekitar 4-5 cm di atas leher bonggol, kemudian
membuat sayatan celah berbentuk (V) ke arah bawah sepanjang 1 -2 cm. Batang
atas dipotong dan dibuat sayatan meruncing sepanjang 1-2 cm untuk dimasukkan
ke dalam celah batang bawah. Pemilihan batang atas dan batang bawah sesuai
dengan ukuran kedua batang yang hampir sama berdiameter 3-5 mm. Tanaman
yang telah tersambung diikat menggunakan plasik dari bawah ke atas tanpa ada
celah. Daun pada tanaman dipotong untuk mengurangi transpirasi, kemudian
tanaman ditutupi oleh plastik.
7. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Keberhasilan penyambungan (grafting) tanaman puring pada percobaan
disebabkan pemilihan batang bawah dan batang atas dalam kondisi pertumbuhan
optimum dan keterampilan dan ketelitian proses penyambungan. Menurut Barus
(2002) umur batang bawah yang terlalu muda akan mudah kehilangan air
sehingga apabila dilakukan penyambungan bibit hasil sambungan akan layu,
sebaliknya apabila batang bawah yang digunakan terlalu tua, diketahui jaringan
tanaman yang tua daya regenerasinya rendah sehingga pertautan batang atas dan
batang bawah tidak sempurna.
Gambar 1. Penyambungan (Grafting) Tanaman Puring
Sedangkan kegagalan penyambungan tanaman puring diduga karena
beberapa faktor yaitu: 1) faktor kondisi batang bawah yang kurang baik, 2) faktor
perawatan, 3) faktor keterampilan dalam melakukan teknik grafting. Menurut
Tambing dan Hadid (2008) grafting atau penyambungan bukanlah sekedar
pekerjaan menyisipkan dan menggabungkan suatu bagian tanaman, seperti
cabang, tunas atau akar pada tanaman yang lain. Melainkan sudah merupakan
suatu seni yang sudah lama dikenal dan banyak variasinya.
8. V. KESIMPULAN
Tanaman puring termasuk tanaman hias yang mudah untuk disambung.
Faktor yang menentukan keberhasilan penyambungan tanaman puring merupakan
pengaruh pemilihan batang bawah dan batang atas, waktu pelaksanaan,
keterampilan dan ketelitian peyambungan.
9. DAFTAR PUSTAKA
Barus T. 2000. Respon fisiologi jeruk besar (Citrus grandis (L.) kultivar
“Cikoneng” dan “Nambangan” terhadap penyambungan dengan
beberapa jenis batang bawah. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Chandra L dan Sitanggang M. 2007. Pesona Puring. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Dewi E S, Handayani S, dan Rosnina. 2016. Teknologi Perbanyakan Tanaman.
Aceh: Agroekoteknologi Universitas Malikussaleh
Henny R j, Orbone L S, dan Chase A R. 2007. Classification for Kingdom Plantae
Down to Species Codiaeum variegatum (L.) Blume. Plants Database
Natural Resources Conservation Service, united States Departement of
agriculture.
Muzayyinah. 2003. “Keragaman puring (Codiaeum variegatum (Lam.) Blume) di
Daerah lstimewa Yogyakarta.” Biodiversitas 4(1): 43-46.
Prastowo N H, Roshetko J M, Maurung G, dan Nugraha. 2006. Tehnik
Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. Bogor: World
Agroforestry Centre (ICRAF) dan Winrock International.
Purwantoro A, Andreastuti M, dan Murti R H. 2015. “Keragaman molekuler
puring (Codiaeum variegatum (L.) Rumph. ex A. Juss) dengan
penanda RAPD.” Vegetalika 4(2): 90-99.
Silitonga R R. 2007. Puring Eksotis (Si kaya Warna dan Bentuk). Jakarta: Bhuana
Ilmu Populer.
Sulistiana S. 2015. “Tanaman puring (Codiaeum Variegatum) sebagai
pendegradasi polutan menuju lingkungan sehat.” Urban Lifestyle 1(1):
105-119.
Suwandi. 2005. Petunjuk teknis perbanyakan tanaman dengan cara sambungan
(grafting). Yogyakarta: Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan
Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta
Tambing S, dan Hadid A. 2008. Keberhasilan pertautan sambung pucuk pada
mangga dengan waktu penyambungan dan panjang entris berbeda. J.
Agroland 15(4) : 296-301.
Widyaningsih R. 2015. Keanekaragaman morfologi puring (Codiaeum variegatum
(L.) Blume) di kampus Institut Pertanian Bogor, Dramaga. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.