1. Nama : Ahmad Farahi
NIM : 07210037
Mata kuliah : Hadits Ahkam II
Kelas : B
Hadits tentang pembuktian
عن زيذ بن خالد الجهني ان النبي ص م قال )ال اخبركم
بخير الشهداء ؟ هو الذي يأتي بااشهادة ان يسألها( رواه
.مسلم
Artinya: dari zaid bin kholid al juhani, bahwasannya nabi SAW telah bersabda: "
maukah aku kabarkan sebaik-baik saksi ialah orang yang datamng menjadi saksi
sebelum dimita (memberi) persaksian itu".
Dalam Islam, sistem pembuktiannya didasarkan pada prinsip kejelasan dan
menghindari kesamaran. Seorang hakim tidak boleh memutuskan perkara ketika tidak
ada bukti. Sesuatu tidak bisa menjadi bukti, kecuali jika sesuatu itu meyakinkan dan
pasti. Seseorang tidak boleh memberikan kesaksian kecuali kesaksiannya itu
didasarkan pada sesuatu yang menyakinkan. Kesaksian tidak sah, jika dibangun di
atas dzan (keraguan). Sebab, Rasulullah saw telah bersabda kepada para saksi:
“Jika kalian melihatnya seperti kalian melihat matahari, maka bersaksilah.
(Namun) jika tidak, maka tinggalkanlah.”
Bayyinaat adalah bentuk jama’ dari kata bayyinah ialah bukti kuat seperti saksi
dan semisalnya. Bayyinah adalah segala sesuatu yang menjelaskan dan menunjukkan
kebenaran baik berupa saksi, tanda-tanda (indikasi) dsb. Dalam peradilan Islam, Jika
pendakwa mendatangkan bayyinah, ia bisa mendapatkan hak yang ia dakwakan. Jika
tidak ada bayyinah, si terdakwa harus bersumpah mengingkari dakwaan. Jika ia
melakukannya, ia bebas dari dakwaan tersebut. Jika ia menolak bersumpah, ia divonis
dengan penolakan tersebut dan pendakwa berhak mendapat hak yang ia dakwakan.
Hadits tentang supremasi hukum
1
2. عن عائشفة ان اسفمة كلفم النفبي صفلى الف عليفه وسفلم فففي
ِمّ ي ّلا َ ع ْ لا َ يِ لا َ لا َ مَّ سُ لا َ لا َ لا َ لا َمَّ لا َ م
َّيِ مَّ لا َ لا َ لا َ لا َ لا َ ع ْ لا َ لا َ لا َ ع ْ لا َ سُ ع ْ يِ مَّ سُ ع ْ لا َ سُ سُ يِ ع ْ سُ ع ْ لا َ لا َ م
إمراة فقال: إنما هلك من كان قبلكم إنهم كففانوا يقيم فون الحفد ِيِ ع ْ لا َلا َ ي
ُلا َ لا َ ع ْ سُ سُ ع ْ لا َ مَّ يِ ع ْ لا َ لا َ مَّ يِ لا َ ع ْ يِ يِ لا َ يِ يِ لا َ ع ْ لا َ مَّ لا َ يِ لا َ لا َ يِ ع ْ س
ويترك فون الش فريف وال فذي نفسففي بي فده . ل فو أن فاطم فة بن فت
محمد سرقت لقطع محمد يدها
َ سُ لا َ مَّ َس ٍ لا َ لا َ لا َ ع ْ لا َ لا َ لا َ لا َ سُ لا َ مَّ َي ٌ لا َ لا َ لا
Artinya: dari aisyah berkata bahwa usamah sedang berbicara dengan nabi SAW
tentang perempuan. Nabi bersabda sesungguhnya telah hancur orang-ornag
terdahulu yang mengakkan hokum pada orang-orang lemah dan melepaskan atau
membebaskan hokum pada orang kaya. Demi jiwaku yang berada ditangannya, kalau
saja fatimah binti Muhammad mencuri Muhammad sendiri yang akan memotongnya.
(HR Bukhori)
Supremasi hokum (rule of law)daarnya adalah bahwa pemerintahan berdasarkan
hokum suatu prinsip yang menyatakan bahwa hokum, adalah otoritas tertinggi dan
semua warga Negara termasuk pejabat pemerintah tunduk pada hokum dan berhak
atas perlindungannya. Jadi tidak ada diskriminasi hokum (dia yang kuat dia yang
menang dan dia yang lemah maka dia yang kalah) . bahkan nabipun dalam hadits di
atas juga bersumpah ( ِ)ولالذ ي نفس ي بيدِهي
ِِدَ َّ ِهِ ِدَ ِسْ ِهِ ِهِ ِدَ ِه bahwa jika saja fatimah melakukan
pencurian, maka nabi sendiri yang akan memotong tangannya. Sekalipun fatimah
adalah putrid kesayangan nabi SAW. Maka sikap seperti itulah yang harus ditiru
dalam penegakan hokum di manapun berada.
Hadits tentang imamah dan imarah
2
3. عن عبد الرحمن بن سمرة قال :قال لي رسول ال ص فلى ال ف
ُس
َّم َّلا َ ع ْ لا َ ع ْ سُ مَّ ع ْ لا َ يِ ع ْ سُ لا َ سُ لا َ لا َ لا َ لا َ لا َ لا َ يِ لا َ سُ سُ مَّ لا َ م
ِي
عليه وسلم يا عبد الرحمن ل تسأل المارة فإنفك إن أعطيتهففا
َ لا َ لا َ ع ْ يِ لا َ لا َمَّ لا َ لا َ لا َ ع ْ لا َ مَّ ع ْ لا َ يِ لا َ لا َ ع ْ لا َ ع ْ يِع ْ لا َ لا َ لا َ لا َيِ مَّ لا َ يِ ع ْ سُ ع ْ يِ لا َ لا
َ لا َ ع ْ لا َ ع ْ لا َ لا َ َس ٍ سُ يِ ع ْ لا َ يِ لا َ ع ْ لا َ لا َيِ ع ْ سُ ع ْ يِ لا َ لا َ لا َ ع ْ لا َ ع ْ يِ لا َ ع ْ لا َلا َ َس ٍ سُ يِ ع ْ لا
عن مسألة أكلت إليها وإن أعطيتهففا عفن غيفر مس فألة أعنفت
لا َليها
َ علا َ ع ْ لا
Artinya: Abdurrahman bin samrah.r.a. mengatakan bahwa rasulullah bersabda," hai
abdurahman, jangaanlah meminta jabatan dalam pemerintahan. Karena jika diberi
jabatan memlalui permintaan, maka bebanmu sungguh berat. Tetapi jika kamu diberi
jabatan tanpa kau meminta, maka kamu akan dibantu orang banyak". (HR. Muslim)
Definisi imamah
Imamah adalah suatu kedudukan atau jabatan yang di asdakan untuk
mengganti tugas kenabian di dalam kmemelihara agama dan mengendalikan dunia.
Kata imam dibagi menjadi dua yaitu: imam yang dikaitkan ndengan imam sholat dan
imam yang beredudukan sebagai kepala Negara. Atau yang memimpin umat islam
Menurut Yusuf Musa, yang menggunakan perkataan pendapat ibnu khuldun:" al
imamah disebut juga al khilafah, yaitu membawa masyarakat sesuai dengan
kehendak agama dalam memenuhi kemaslahatan dunia dan akhiratnya. Karena hal
ihwal keduniaan kembali seluruhnya untuk kemaslahatan akhirat.maka kehilafahan itu
adalah kekhilafahan dari pemilik syara' di dalam memelihara agama dan
mengendalikan agama.
Menurut al ijly iamamah adalah negara besar yang mengatur urusan-urusan agama
dan dunia tetapi akan lebih tepat lagi apabila dikatakan apabila imamah adalah
pengganti nabi dalam menegakkan agama.
Definisi imarah
Dalam banyak hadits hadits shahih memang bayak terdapat pembahasan
kepemimpinan dalam pengertian umum. Kepemimpinan dalam artian umum ini disebt
dengan imarah, riasah atau qiyadah. Imam taqiyuddin menjelaskan bahwa imarah itu
lbih umum, sedangkan khilafah itu lebih khusus kata khilafah di gunakan untuk
khusus untuk kedudukan yang sudah dikenal. Sedangkan kata imarah digunakan
secara umumuntuk setiap-tiap pemimpin(amir)
3
4. Imarah disebut juga kepimimpinan dalam pengertian umum yaitu mencakup kepala
suku, lurah, camat, bupai, raja, sultan, khalifah, presiden, manager dan sebagainya.
Hadits Cara menetapkan pemimpin negara
َ لا َ ع ْ لا َ ع ْ يِ مَّ ع ْ يِ سُ لا َ لا َ لا َ يِ لا َ مَّ لا َ ع ْ سُ لا َ لا َ لا َ يِ لا َ يِ سُ لا َ لا َ لا َ لا
عن عبد ال بفن عمفر رضفي الف عنهمففا قففال :قيفل لعمفر أل ُس ِي
تستخلف قال إن أستخلف فقد استخلف من هو خير منففي أبففو
ُلا َ ع ْ لا َ ع ْ يِ سُ لا َ لا َ يِ ع ْ لا َ ع ْ لا َ ع ْ يِ ع ْ لا َ لا َ ع ْ ع ْ لا َ ع ْ لا َ لا َ لا َ ع ْ سُ لا َ لا َ ع ْ َي ٌ يِ يِّ لا َ س
بكر وإن أترك فقد ترك من هو خير مني رسول ال صلى ال ف
ُس
َّم َّلا َ ع ْ َس ٍ لا َيِ ع ْ لا َ ع ْ سُ ع ْ لا َ لا َ ع ْ لا َ لا َ لا َ لا َ ع ْ سُ لا َ لا َ ع ْ َي ٌ يِ يِّ لا َ سُ سُ مَّ لا َم
ِي
ُلا َ لا َ ع ْ يِ لا َ لا َمَّ لا َ لا َ لا َ ع ْ لا َ ع ْ لا َ لا َ ع ْ يِ لا َ لا َ لا َ لا َ يِ َي ٌ لا َ يِ َي ٌ لا َ يِ ع ْ سُ لا َ يِّ لا َ لا َ ع ْ س
عليه وسلم فأثنوا عليه فقال راغب راهفب وددت أنففي نجفوت
منهففا كفافففا ل لففي ول علففي ل أتحملهففا حيففا ول ميتففا رواه
ًيِ ع ْ لا َ لا َ لا َ ر اً لا َ يِ لا َ لا َ لا َ لا َ مَّ لا َ لا َ لا َ لا َ مَّسُ لا َ لا َ اًّ لا َ لا َ لا َ يِّ ر ا
البخاري
Artinya: dari Abdullah bin umar." Ada seseorang berkata kepada umar : apakah
tidak lebih baik anada menunjuka pengganti? Umar menjawab jika saya mnunjuk
pengganti, mak sesungguhnya orang yang lebih baik dariku maka ia telah menunjuk
penggantinya. Dan jika aku tidak menunjuk pengganti, maka orang yang lebih baik
dri padaku maka rasullullahpun juga tidak mninnjuk penggantinya. Para sahabat
memuji sikap umar itu kemudian umar berkata manusia ada yang gemar khilafah dan
ada yang takut saya ingin supaya saya terlepas secara tidak ada pertanggung
jawaban apa-apa lagi, tidak menyangkut yang baik dan tidak menyangkut yang
buruk. Saya tidak memikul bebannya di kala saya masih hidup dan dikala sesudah
mati.
(HR. Bukhari)
Keharusan Adanya Pemimpin
Dalam Islam adanya pemimpin/amir/imam/khalifah dalam suatu komunitas
masyarakat adalah sesuatu yang wajib. Bahkan bagaimana Islam memandang penting
pemimpin dapat dilihat dalam hadits riwayat Abu Dawud dari Abu Hurairah ra, Nabi
SAW bersabda: ”Apabila keluar tiga orang untuk bersafar, maka angkat satu di
antaranya sebagai pemimpin.”
4
5. Hampir semua madzhab dalam Islam bersepakat bahwa keberadaan khalifah
adalah wajib hukumnya. Umat Islam tidak bisa hidup tanpa adanya pemimpin.
Bahkan Ibnu Taymiyyah mengatakan: "penguasa yang dzalim adalah lebih baik
daripada tidak ada pemimpin sama sekali." dan ada juga pendapat mengatakan, "enam
puluh tahun bersama pemimpin yang jahat lebih baik daripada satu malam tanpa
pemimpin. "
Imam al-Mawardi dalam kitabnya al-Ahkam as-Sulthaniyyah mengatakan
keharusan adanya pemimpin merupakan kewajiban kolektif umat Islam. Artinya
apabila orang yang berhak telah mengangkat atau memangku jabatan khalifah maka
gugurlah hukum wajib bagi muslimin yang lain, sebaliknya jika tidak ada seorang pun
yang menjalankan tugas itu maka seluruh kaum muslimin berdosa.
Sebagian ulama berpendapat bahwa dosa tersebut hanya menimpa kepada dua
golongan saja. Pertama, ahlu ra’yi yaitu para cendekiawan sehingga mereka berhasil
mengangkat seorang pemimpin. Kedua, mereka yang memiliki syarat-syarat sebagai
pemimpin, sampai terpilih satu di antara mereka. Sementara pendapat Syaikh Abdul
Qadir Audah, (seorang hakim yang gugur dihukum gantung oleh penguasa dzalim
Gamel abd Nasher), mengatakan dosa mengenai seluruh umat, karena seluruh kaum
muslimin menjadi sasaran hukum syari’at. Selanjutnya beliau juga mengatakan bahwa
hukum tentang keharusan adanya khalifah ada dua yaitu wajib syar’i dan wajib ’aqli.
Wajib syar’i didasarkan atas enam hal:
1. Pertama, khilafah adalah sunnah fi’liyyah yang telah digariskan oleh rasul dengan
amal perbuatan, sehingga kewajiban kaum muslimin untuk melaksanakannya.
2. Kedua, kesepakatan para sahabat. Setelah Rasulullah SAW meninggal para
sahabat sepakat mengangkat penggantinya, Abu Bakar, baru kemudian mereka
memakamkan jasad Nabi SAW.
3. Ketiga, pelaksanaan hukum syari’at secara formal tergantung pada khalifah.
Hukum syari’at tidak memiliki kekuatan apa-apa jika tidak dilaksanakan, oleh
karenanya dibutuhkan pemimpin untuk melaksanakannya. Hal ini sesuai dengan
kaidah ushul fiqh Maa laa yatimmul wajibu illah bihi fahuwa wajibun (apabila
tugas awajib tidak sempurna kecuali suautu pekerjaan, maka melaksanakan
pekerjaan itu menjadi wajib hukumnya).
5
6. 4. Keempat, nash al-Qur’an dan Sunnah menunjukkan wajibnya mengangkat imam
bagi jama’ah. (QS. An-Nisa’: 59)
5. Kelima, umat Islam hanya satu. Kaum muslimin wajib bersatu dibawah bendera
al-Qur’an dan haram bercerai berai. (lihat QS. Ali Imran: 103&105, dan QS. Al-
Anfal: 46)
6. Keenam, keharusan satu negara. Sebagai satu umat dan satu negara mereka hanya
boleh mengangkat satu pemimpin.
Adapun wajib ’Aqli yaitu rakyat mustahil dapat hidup sendiri-sendiri, mereka
harus berkumpul dan bersatu, baik dalam keadaan damai apalagi dalam keadaan
darurat. Dalam kenyataannya sering terjadi saling lomba, bersaing dan saling
mengalahkan satu dengan yang lain untuk merebut penghidupan sehingga
menimbulkan permusuhan dan pertumpahan darah. Untuk mencegah agar
permusuhan dan pertumpahan darah tidak terjadi diperlukan seorang pemimpin untuk
menyelesaikannya.
Imam al-Mawardi menetapkan tujuh syarat bagi seorang khalifah atau pemimpin
muslim, yaitu:
1. Adil
2. Berilmu sampai taraf mujtahid
3. Sehat jasmani
4. Cerdas
5. Memiliki kemampuan untuk memimpin
6. Berani berkorbnan untuk mempertahankan kehormatan dan berjihad dengan
musuh
7. Keturunan Quraisy
Ibnu Khaldun menetapkan syarat khalifah hanya empat, yaitu:
1. Berilmu sampai taraf mujtahid
2. Adil
3. Kifayah atau memiliki kesanggupan bersiasah (berpolitik)
4. Sehat jasmani dan rohani
6
7. Abdul Qadir Audah menetapkan syarat khalifah delapan syarat, yaitu:
1. Islam. Diharamkan mengangkat pemimpin seorang kafir (QS. Ali Imran: 28)
karena seorang kepala negara yang kafir tidak mungkin mau dan bisa
melaksanakan hukum syariah yang menjadi tugas khalifah. Begitu juga
diharamkan mengangkat orang kafir sebagai hakim karena di tangan hakim
kekuasaan hukum ditegakkan (QS. An-Nisa’: 141)
2. Pria. Wanita menurut tabiatnya tidak cakap memimpin negara, karena pekerjaan
itu membutuhkan kerja keras seperti memimpin pasukan dan menyelesaikan
berbagai persoalan.
3. Taklif. Yaitu sudah dewasa, di mana jabatan khalifah adalah penguasaan atas
orang lain.
4. Ilmu Pengetahuan. Yaitu ahli dalam hukum Islam sampai bila mungkin mencapai
taraf mujtahid. Bahkan dituntut mengetahui hukum internasional, traktat, dan
perdagangan internasional, dan lain-lain.
5. Adil. Yaitu menghiasi diri dengan sifat-sifat kemuliaan dan akhlakul karimah,
terhindar dari sifat fasik, maksiat, keji dan munkar.
6. Kemampuan dan Kecakapan. Yaitu di samping mampu mengarahkan umat dia
juga mampu membimbing umat ke jalan yang benar sesuai dengan Syariat Islam.
7. Sehat Jasmani dan Rohani. Yaitu khalifah tidak boleh buta, tuli, bisu, dan cacat.
8. keturunan Quraisy. Di kalangan ulama terjadi perbedaan pendapat tentang hal ini.
Karena hadits yang mengatakan imam dari Quraisy selama mereka memerintah
dengan adil. Ditujukan untuk maksud terbatas, yaitu waktu dan tempat terbatas.
Jadi tidak berlaku secara umum.
Cara Pengangkatan Khalifah
Pengangkatan khalifah dianggap sah apabila melalui cara-cara di bawah ini:
1. Melalui bay’at, yaitu pengangkatan dengan pernyataan taat setia yang dilakukan
oleh orang-orang cerdik (ulama) yang terkemuka atau mereka yang tergabung
dalam Ahlul Halli Wal Aqdi. seperti Abu abakar ketika diangkat melalui khalifah.
2. Melalui istikhlaf, yaitu pengangkatan dengan cara penetapan dari khalifah atau
pemimpin yang masih hidup terhadap penggantinya bila ia mati. Dalam hal ini dia
boleh menetapkan satu orang atau beberapa orang kemudian mereka
7
8. bermusyawarah untuk menetapkan satu di antara mereka menjadi khalifah. Sistem
pengangkatan seperti ini sering disebut dengan syura.
3. Melalui istilak, yaitu menguasai dan mengalahkan, maksudnya melalukan
perebutan kekuasaan dengan kekuatan.
Tiga cara di atas menurut ulama fiqh dipandang sah. Segala tindakan dan
keputusannya yang sesuai dengan syari’at Islam dipandang sah guna menjaga
kemaslahatan umat. Bila tidak, ini akan berakibat kepada kesulitan dan kekacauan
kehidupan umat.
Bila cara-cara di atas dipandang sah maka bila khalifah memerintahkan sesuatu
yang sunnah, mentaatinya menjadinya wajib. Bila yang diperintahkannya sesuatu
yang mubah maka melaksanakannya menjadi wajib. Dan bila melarang yang mubah
mengerjakannya menjadi haram. Kewajiban taat kepada khalifah dalam hal-hal yang
tidak melanggar hukum Allah SWT.
1. Hadiah
.عن لاب ي هريرة وعبد لال بن عمرو وعبائسة ر.ع قبال رساول لال ص.م. تهبادولا تحباباولا
ِْدَ ِدَ وُ ِدَ ِدَ وُ ِس
لاخرجه لاصحباب لالكتب لالمشهاورة
Dari abu hurairah, Abdullah ibn umar, dan siti aisyah r.a. bahwa rasulullah SAW.
Bersabda, “ saling member hadiahlah kamu semua (maka) kamu saling mencintai.”
ِْدَ ِدَ ِسْ ِهِ ِدَ َّ ِدَل ِدَ أ ً ِدَ ِسْ ِدَ ِسْ ِهِ ِدَ ِهِ ِدَ ِدَ ِهِهل ِدَِدَ ِس
عن لاب ي هريرة ر.ع قبال رساول لال ص.م }ال تحقلرن جلبارة أن تهلد ي لجبارت ِدَلبا وللاو
فسن شباة { رولاِه لالشيخبان ولالترمذ ي ٍ{ َوُ ِسْ وُ ِد
Dari abu hurairah r.a bahwa rasulullah bersabda, “ janganlah menghina seorang
tetangga jika ia memberi hadiah walaupun hanya kuku kambing. (HR. Bukhori,
Muslim dan Tirmidzi).
2. Jual-beli
ِوُ ِهِ ِدَ ُّ ِدَ ِسْ {ٍ ِدَ ِسْ ِدَ وُ ِدَل ِدَ ِدَ ِدَ وُ َّ وُ ِه
عن رفباعة بن رلافع ر.ض. أن لالنب ي ص.م. سئل أى كسب أطيلب ؟ قلبال عملل لالرجلل
َّ َّ َِد ٍ{ ِِهِ ِدَ ِدَ ِهِ ِدَ ِه
ٍ{ ُِهِ ِدَدِهِ ِدَ وُ ُّ ِدَ ِسْع ِدَ ِسْ و
بي ِهِِه وكل بي {ٍ مبرور
Dari rifa’ah r.a. menerangkan bahwasannya nabi SAW ditanya tentang mata
pencaharian apakah yang paling baik? “beliau menjawab, “pekerjaan seseorang
dengan tangannya sendiri, dan setiap jual beli yang bersih.”
Dari jual beli itu dipersyaratkan: harus ada keridhaan dari kedua belah pihak.
8
9. قبال لالنب ي ص.م. إنمبا لالبيع عن ترلاض. رولاِه لابن حببان و لابن مباجه
ٍ{ َِهِ َّ ِدَ ِدَ ِسْ وُ ِدَ ِسْ ِدَ ِد َّ َِدَ ِد
Rasulullah SAW telah bersabda, “ sesungguhnya jual beli itu sah apabila terjadi suka
sama suka”. HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Majah.
3. Ghasab
عن سعيد بن زيد ر.ض. } أن رساول لال صلى لال عليه وسلق م قبال: م لن لاقتط ل ِدَ ش لبرلا
ً ِدَ ِهِ ِسْ ِدَ ِدَ ع ِهِ ِسْ أ َّ َّ
ِ ٌ ِه
من لاألرض ظلمبا، طاوقه لال إ َّ ِه ياوم لالقيبامة من سبع أرضين { متفق عليه
َِهِ ِدَ ِدَ ِسْ ِهِ وُ ِسْ أ ً ِدَ َّ ِدَ وُ ِهِيباوُ ِدَ ِسْ ِدَ ِهِ ِدَ ِدَ ِهِ ِهِ ِسْ ِدَ ِسْ ِهِ ِدَ ِهِ ِسْ ِد
Dari sa’id bin zaid RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “barangsiapa
memotong (mengambil) sejengkal tanah secara zhalim, maka allah SWT membebani
(lehernya) di hari kiamat dengan tujuh lapis bumi.” (HR. Muttafaq ‘alaih)
9