Hadis Tentang Riba Menurut Perspektif Kelompok Dua
1. Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
1
Hadis tentang Riba
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kita semua tahu bahwa riba ialah transaksi yang diharamkan oleh Islam dalam
muamalah. Al-Quran mengisyaratkan bahwa Allah dan Rasul-Nya memerangi
pelaku-pelakunya. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jiika kamu orang-orang yang beriman
maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangi kamu. Dan jika kamu
bertobat (dari pengambilan riba) maka bagimu pokok hartamu kamutidak
menganiaya dan tidak pula dianiaiya.” (QS. al-Baqarah: 279)
Sebenarnya, seluruh agama samawi mengecam dan mengharamkan riba. Yahudi
juga mengharamkan riba antar sesama mereka walaupun mereka juga
membolehkannya untuk orang non-Yahudi. “Tidak ada dosa bagi kami terhadap
orang-orang Ummi,”1 ajaran asli Kristen juga mengharamkan riba.
Pandangan serupa juga dianut para filsuf. Filsuf Yunani kuno yakni Solon
(peletak undang-undang Athena kuno) dan Plato menghahramkan riba. Sementara itu,
Aristoteles menganggap riba sebagai hasil yang tidak wajar karena diperoleh dari
jerih payah orang lain. Ia berpendapat uang tidak bisa melahirkan uang. Orang yang
paling berhak atas hasil pekerjaannya adalah orang yang mengembankan uang lewat
kerja dan usaha.
Kita sudah tahu dengan jelas seberapa haramnya riba. Dalam makalah ini kami
akan membahas tentang riba menurut hadis Nabi SAW atau dengan kata lain menurut
Rasul kita sendiri. Dalam al-Quran kita menemui banyak sekali ayat yang
1 Orang Ummi adalah orang Arab, atau orang selain Yahudi. Lihat QS. Ali Imran: 75
2. Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
2
Hadis tentang Riba
menjelaskan tentang penghahraman riba dan tentang riba itu sendiri. Namun,
bagaimana dengan hadis Nabi SAW yang fungsinya ialah sebagai penjelas atau
pentafsir al-Quran? Tentu akan ada banyak sekali hadis yang memperluas pandangan
kita mengenai riba ini. Dalam makalah ini pula, kami sisipkan pendapat para ilmuwan
Islam mengenai sebab-sebab dilarangnya riba.
2. Rumusan Malasah
Berikut rumusan masalahnya:
1. Apa itu riba?
2. Bagaimana perspektif riba menurut hadis Nabi SAW?
3. Apa sajakah macam-macam riba?
4. Bagaimana hukumnya riba?
5. Mengapa riba dilarang?
3. Tujuan Penulisan
Tujuan kami menulis makalah ini ialah untuk melaksanakan tugas yang di berikan
oleh dosen mata kuliah Syarah Hadis Ekonomi serta untuk mengetahui lebih jauh lagi
tentang riba dalam perspektif hadis Nabi SAW. Kami berharap semoga makalah yang
kami tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi
kami.
3. Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
3
Hadis tentang Riba
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Riba
ٌّاٌّلذٌّبحٌّوالملرٌّوالشعرٌّبالشعروالتمرٌّبالترٌّبالبرٌّوالبةٌّبالفضةٌّوالفضبٌّبالذهبهاٌّللملحٌّمثالٌّبمث
ٌّفمنزادٌّفهوٌّالربٌّأٌّ
Artinya: “Emas hendaklah dibayar dengan emas perak dengan perak, gandum
dengan gandum, tepung dengan tepung, kurma dengan kurma, garam dengan garam,
bayaran harus dari tangan ke tangan (cash), barangsiapa pemberi tambahan atau
memiliki (penerima) tambahan maka termasuk riba.”
(Matan lain: Ahmad 13744)
Dari hadis tersebut dapat dipahami bahwa apabila tukar menukar emas atau perak
maka harus sama ukuran dan timbangannya, jika tidak sama maka termasuk riba.
Dari situ dapat dipahami bahwa riba adalah ziyadah atau tambahan atau al-nama
(tumbuh). Dalam istilah linguistik riba berarti tumbuh dan membesar2. Akan tetapi
tidak semua tambahan adalah riba. Dalam istilah fiqih riba adalah pengambilan
tambahan dari harta pokok secara bathil3 baik dalam transaksi jual beli maupun
pinjam meminjam.4 Pertambahan di sini bisa disebabkan oleh faktor intern atau
ekstern.5 Syabirin Harahap menyatakan bahwa riba adalah kelebihan dari jumlah
2
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001 M.), hlm. 37.
3
QS. Al-Rum, 30-39 (dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka orang-
orang yang berbuat demikian itulah orang-orang yang melipatgandakan pahalanya.)
4
Antonio, Bank Syariah, (Jakarta: Gema Insani Pers, 2001). Hlm 37
5
Abu al-Fadhl al-Misri, Lisan al-Arab,Juz XIV, (Beirut: Daar al-Shadr, t.th.), hlm. 304
4. Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
4
Hadis tentang Riba
uang yang dipinjamkan.6 Shaleh Ibnu Fauzan berpendapat bahwa riba adalah
pengambilan tambahan baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam
secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam.7 Ibnu Arabi
al-Maliki dalam kitabnya Ahkam al-Quran menyebutkan bahwa yang dimaksud riba
yaitu setiap tambahan yang diambil tanpa adanya transakasi atau penyeimbang yang
dibenarkan syariat. Sementara Badr ad-Din al-Ayni, pengarang Umdatul Qari Syarah
Shahih al-Bukhari menyatakan bahwa riba berarti penambahan atas harta pokok
tanpa adanya transaksi bisnis riil.8
Berikut ialah hadis yang menerangkan tentang barang-barang yang apabila ketika
ditransaksikan tidak memenuhi kriteria secara kualitas dan kuantitas maka termasuk
riba.
ٌّوٌّهءٌّرباٌّاالٌّهارٌّبالتمرٌّوٌّالتمءٌّوٌّهاءٌّاالٌّهااٌّربرٌّوالبرٌّبالبءٌّهاوٌٌّّاالهاءاٌّرببٌّبالذهبالذهٌّءا
ٌّوهاءءٌّاالٌّهااٌّبالشعيرٌّربروالشعيٌّ
Artinya: Rasulullah bersabda: “Emas dengan emas adalah riba kecuali sama,
gandum putih dengan gandum putih adalah riba kecuali sama, kurma dengan kurma
riba kecuali sama, gandum merah dengan gandum merah riba kecuali sama.”
(Matan lain: Muslim 2968, Turmudzi 1164, Nasa’i 4482, Abu Daud 2906, Ibnu
Majah 2244 dan 2250, Ahmad 157, 231, 297, Malik 1152, Darimi 2465.)
Dari jenis yang disebutkan oleh hadis muncul pertanyaan, apakah hanya
komoditas itu yang diharamkan? Dua di antaranya yaitu emas dan perak mewakili
komoditas uang, sedangkan yang lainnya mewakili kelompok bahan
makanan.menurut Hanafi dan Hanbali, barang yang berpotensi terkena riba adalah
semua barang yang dapat dijual, sedangkan menurut Imam Syafi’i adalah barang
6 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik,(Jakarta:Gema Insani
Press,2001 M.), hlm. 37
7 Syekh Shalih Ibnu Fauzan al-Fauzan, Perbedaan Jual Beli dan Riba,hlm. 30.
8 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, hlm. 38
5. Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
5
Hadis tentang Riba
yang dapat dimakan. Adapun Imam Malik berpendapat bahwa barang yang rentan
atau berpotensi terkena riba adalah barang yang dapat dimakan dan tahan lama,
sedangkan adz-Dzahiri membatasi hanya pada barang yang disebut dalam hadis.9
Dalam konteks kekinian, nampaknya orang akan cenderung kepada pendapat
Hanafi dan Hanbali yakni semua barang yang dapat dijual rentan atau berpotensi
terkena riba. Adapun madzhab adz-Dzahiri merupakan madzhab dengan pemikiran
yang tekstual, madzhab ini memang tidak menerima tafsir al-Quran maupun Syarah
Hadis. Apa yang tertera dalam al-Quran dan Hadis dianggap sudah cukup dan tidak
harus ditafsirkan atau diberi syarahan lagi.
2. Ancaman Bagi Pelaku Riba
لعنٌّرسولٌّهللاٌّصلىٌّهللاٌّعليهٌّوسلمٌّاكلٌّالرباٌّومئكلهٌّوكاتبهٌّوٌّشاهديهٌّوقالٌّهم
سواءٌّ
Artinya: “Rasulullah melaknat pemakan riba, pemberinya, penulisnya, kedua
saksinya, mereka semua sama.”10
(Matan lainnya: Ahmad: 13744)
Riba merupakan perbuatan yang amat dikecam dalam al-Quran maupun hadis.
Larangan terhadap riba sangatlah jelas, tegas, dan keras laknatnya terhadap para
pelaku riba. Bahkan bukan hanya pelakunya saja yang mendapatkan laknat namun
juga mereka yang membantu terwujudnya riba dan mereka yang menjadi saksi
perbuatan riba. Di antaranya ada yang menyebutkan bahwa perbuatan riba termasuk
ke dalam tujuh dosa besar, sebanding dengan dosa seseorang yang berzina sebanyak
9
Umar Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, alih bahasa Ikhwan Abidin Basri (Jakarta:
Gema Insani Pers, Tazkia Institute, 2000). Hlm. 24
10 HR. Ahmad dan Muslim dari Jabir. Lihat Shahih Jami’ Shaghir no. 5090 dan Muslim,
Sahih Muslim, Bab la’ana akila riba wa mu’kilahu,(1597), hlm 1218
6. Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
6
Hadis tentang Riba
tiga puluh enam kali, dianggap tidak waras layaknya seorang anak yang menikahi
ibunya sendiri, dll. Berikut hadis yang menyatakan demikian.
ٌّتهٌّكثرٌّفانٌّعاقبتنٌّوٌّااالربٌّقلىٌّالرصيٌّ
Nabi bersabda: “Riba itu sekalipun dapat menyebabkan bertambah banyak, tetapi
akibatnya akan berkurang.”
(Matan lain: Ibnu Majah 2270)
)ٌّمجهنٌّقلةٌّ(رواهٌّابىٌّامرهٌّالٌٌّّةٌّالرباٌّاالٌّكانٌّعاقبنماٌّاحدٌّاكثرٌّم
“Dari Ibnu Mas’ud bahwasannya Nabi SAW bersabda “Tidaklah seseorang lebih
banyak memakan riba kecuali akan berakibat pada sedikit (berkah hartanya)”. (H.R
Ibnu Majah)
Hadis ini merupakan ancaman bagi orang yang melakukan praktik riba bahwa
sekalipun hartanya bertambah namun pada akhirnya ia akan menghilangkan
keberkahan dari Allah SWT. Karena ini, harta orang yang melakukan praktik riba
akan berkurang juga. Dalam al-Quran11 pula ditegaskan bahwa Allah SWT akan
memusnahkan harta orang yang melakukan riba dan menghilangkan keberkahannya.
11
QS. Al-Baqarah 2:275 (orang-orang yang makan atau mengambil riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kerasukan setan lantaran tekanan penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan mereka berkata atau berpendapat,
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan tuhannya, lalu terus
berhenti dan mengambil riba, maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu sebelum
datang larangan; dan urusannya [terserah] kepada Allah. Orang yang kembali mengambil
riba, maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka mereka kekal di dalamnya). Ayat 276
(Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang
yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa). Ayat 279 (Maka jika kamu tidak
mengerjakan [meninggalkan sisa riba], maka ketahuilah bahwa Allah dan rasulnya akan
memerangimu. Dan jika kamu bertobat [dari pengambilan riba, maka bagimu pokok hartamu;
kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya).
7. Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
7
Hadis tentang Riba
ٌّوقتلرٌّوالسحهللٌّالشركٌّبا؟ٌّوماٌّهنهللاٌّلٌّقالوٌّياٌّرسوتٌّالموبيقاعٌّالسباٌّاجتنبولقاٌٌّّيٌّالتسالنف
ٌّواكلٌّمالٌّالياٌّالربلٌّاالبالحقٌّواكهللاٌّحرمٌّالتٌّوقذفٌّالمحصنافٌّيومٌّالزحيٌّوالتولمتيٌّغافالت
ٌّ(رواهٌّبخاريتالمؤمنا)
“Dari Abi Hurairah dari Nabi SAW ia bersabda: “jauhilah tujuh dosa besar!”. Para
sahabat bertanya, ”Apakah hal itu wahai Rasulullah?” Nabi menjawab,
“menyukutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan
hak, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari peperangan, dan menuduh
wanita baik-baik melakukan zina.”(H.R Bukhari)
Rasulullah mengategorikan riba ke dalam salah satu dari tujuh dosa besar yang
harus dijauhi. Dapat dipahami bahwa riba adalah perbuatan yang sangat keji bahkan
lebih besar dosanya dibanding dosa orang yang berzina berkali-kali. Rasulullah
bersabda:
ٌّهللاٌّعليهلٌّصهللاٌٌّّرسوللقاٌٌّّوثالثيتٌّاشدٌّمنٌّسمٌّوهوٌّيعللٌّالرجهوسلمٌّدرهمٌّرباٌّياكلٌّهٌّزينن
)(رواهٌّاحمد
“Diriwayatkan dari Abd Allah ibnu Handzalah, ia berkata Rasulullah SAW
bersabda: “Satu dirham riba yang dimakan oleh seseorang sedangkan ia
mengetahuinya, lebih berat dosanya dari pada orang yang tiga puluh enam kali
zina.” (H.R Ahmad)
Dalam al-Quran disebutkan bahwa pelaku riba seperti orang yang kerasukan setan
lantaran penyakit jiwa, begitupun dalam hadis. Hadis Nabi SAW menyebutkan bahwa
orang yang melakukan riba dianggap tidak waras dan seperti orang yang menikahi
ibunya sendiri.
ٌّحٌّينكنٌّالٌّمثاٌّايسرهاٌّوسبعونٌّبابةٌّثالثاالرب
)ٌّامهٌّ(رواهٌّالحكملالرج
8. Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
8
Hadis tentang Riba
“Dari ‘Abd Allah Ibnu Mas’ud dari Nabi SAW, ia bersabda “riba mempunyai tiga
puluh tujuh pintu yang paling ringan seperti seseorang yang menikahi ibunya.”(H.R
Hakim al-Nasyaburi)
Riba dan prostitusi adalah dua penyakit masyarakat yang akan menimbulkan
kemurkaan Allah:
ٌّعزٌّوجلهللاٌّبٌّبانفسهمٌّعذااٌّفقدٌّاحلوةٌّفيٌّقرياٌّوالربيذاٌّظهرٌّالزنأ
“Jika prostitusi dan riba telah merajalela di masyarakatmaka mereka telah
menghalalkan bagi diri mereka azab Allah azza wajalla.”12
Demikianlah ancaman Rasulullah bagi orang yang melakukan riba. Ancaman
tersebut sangat tegas dan keras. Akibat yang disebabkan riba sangatlah kompleks dan
merusak fondasi perekonomian masyarakat serta memecah belah umat, akibat-akibat
yang disebabkan oleh riba akan kami jelaskan pada pembahasan selanjutnya.
3. Macam-macam Riba
Selama masa hidup Nabi SAW, riba tidak hanya dipungut dari pinjaman uang
melainkan juga barter. Dengan demikian Nabi SAW melarang kedua bentuk riba itu.
Riba dibagi menjadi dua bagian, riba yang terjadi dalam utang piutang dan riba
yang terjadi dalam transaksi jual beli. Ada dua jenis riba utang piutang begitupun
dengan riba jual beli. Riba qardh dan riba jahiliah masuk ke dalam dua macam riba
utang piutang dan riba nasi’ah serta riba fadhl ialah dua macam dari riba jual beli.13
12 HR. Thabrani dan Hakim dari Ibnu Abbas. Shahih Jami’ Shaghir no. 679.
13
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah,hlm. 41
9. Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
9
Hadis tentang Riba
a. Riba Qardh: orang yang memberi hutang menuntut pengembalian atau
pembayaran utang tersebut dengan jumlah yang lebih dari pokok utangnya.
b. Riba Jahiliah: utang yang dibayar melebihi dari poko pinjaman, karena si
pemijam tidak mampu mengembalikan dana pinjaman pada waktu yang telah
ditetapkan.14 Disebut riba jahiliah sebab riba ini sering dipraktikan oleh umat Jahiliah
di masa Rasulullah SAW. Menurut al-Jashash, riba yang dikenal dan dikerjakan oleh
orang Arab dulu (masa Jahiliah) adalah utang beberapa dinar atau dirham, ketika
pengembalian diberi tambahan sesuai perjanjian ketika utang dimulai.15
Rasulullah bersabda:
ٌّفيماٌّكانٌّيداٌّبياداالٌّربٌّ
Artinya: “Tidak ada riba dalam hal tunai atau serah terima”
(Matan lain: Bukhari 2030, 2032, Nasa’i 4504-4505, Ibnu Majah 2248, Ahmad
20749, 20767, 20779, 20796, 20814, 20816, Darimi 2467).
14
Justice Muhammad Taqi Utsmani, The Text of The Historic Judgement of Riba,(Kuala
Lumpur: The Other Press,2001).
15
Al-Jashash, Ahkamal-Quran,juz I, (Mesir al-Mathhabah al-Bahiyyah al-Mishriyah, tth.),
hlm. 465
Riba
Utang
Piutang
Qardh Jahiliah/Yad
Jual Beli
Fadhl
(kelebihan)
Nasi’ah
10. Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
10
Hadis tentang Riba
c. Riba Fadhl: pertukaran (jual beli) antara barang sejenis namun tidak memenuhi
kriteria, yakni kriteria secara kuantitasnya (sawaan bi sawiin), kualitasnya (mitslan bi
mitslin), dan penyerahannya yang tidak tunai atau spot (yadaan bi yadiin). Perkataan
fadhl berarti kelebihan yang dikenakan dalam pertukaran atau penjualan barang yang
sama jenisnya atau bentuknya.16
ٌّالٌّجاءٌّباللٌّقاهٌّهللاٌّعنيٌّسعيدٌّالخدريٌّرضاابٌّوسلمهٌّهللاٌّعليىٌّصليٌّالنبىلٌّبتمرٌٌّّهٌّفقالٌّليبرن
ٌّمنهٌّصاعيتٌّتمرٌّرديٌّفبعاٌّكانٌّعندنلٌّباللٌّهذاٌّقانٌّوٌّسلمٌّمنٌّايهٌّعليهللاٌّىٌّصليالنبٌّعٌّبصان
ٌّوهٌّهللاٌّعليلٌّصيلنطعمٌّالنبٌّاوهٌّعندٌّذالكٌّاومٌٌّّوسلهٌّهللاٌّعليىٌّصليسلمٌّفقالٌّالنبٌّنٌّالرباٌّعينهٌّعي
ٌّثمٌّاشرٌّاخعٌّببيرٌّالتمعٌّفبيٌّتسترنٌّاتٌّولكنٌّاذاٌّاردلٌّالٌّتفعاالربتره
Artinya: “Abi Sa’id al-Khudry berkata Bilal datang pada Nabi SAW dengan
membawa kurma barni Nabbi SAW bertanya darimana ini? Bilal menjawab hasil
tukar kurma yang rendah mutunya dengan kurma barni, saya menukar dua sha’
kurma rendah dengan satu sha’ kurma barni untuk memberi nabi untuk dimakan,
beliau bersabda; jangan, inilah hakikat riba, jangan lakukan. Kalau kamu ingin
maka jualah lebih dulu kurmamu kemudian beli jenis kurma lain.”
(Matan lain: Muslim 2945, 2986, 2988, 2989, Nasa’i 4477, 4478, 2981, Ahmad
10986, 11031, 11102, 11129, 11167, 11213).
Kesimpulan yang didapat dari hadis di atas ialah sebagai berikut:
1. Hadis ini dijadikan dalil pembolehan masalah inah, yaitu menjual barang dagangan
secara kredit, kemudian membelinya dari pembeli itu secara kontan dengan harga
yang lebih sedikit dari harga pertama.
2. Hadis ini juga dijadikan dalil tentang pembolehan masalah tawarruq, yaitu
membeli barang yang nilainya seratus real dengan seratus dua puluh secara kredit,
agar barang itu dapat diambil manfaatnya, bahkan untuk dijual dan harganya
dimanfaatkan.
16
Muhammad Mashlehuddin, SistemPerbankan dalamIslam,hlm. 77.
11. Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
11
Hadis tentang Riba
3. Besarnya kedurhakaan dan bagaimana hal itu dirasakan oleh Nabi SAW
4. Di dalam hadis ini tidak disebutkan bahwa Nabi SAW memerintahnya untuk
menolak jual beli.
5. Diperbolehkannya membeli makanan yang lezat selagi tidak sampai kepada
batasan tabdzir dan berlebih-lebihan yang di larang dalam al-Quran.17
Ketika kaum Yahudi kalah dalam perang khaibar, harta mereka diambil sebagai
rampasan perang atau ghanimah, termasuk di antaranya ialah perhiasan yang terbuat
dari emas dan perak. Tentu saja perhiasan tersebut bukan gaya kaum Muslimin yang
sederhana. Oleh karenanya, orang Yahudi berusaha membeli perhiasan itu yang akan
dibayar dengan uang yang terbuat dari emas (dinar) dan uang yang terbuat dari perak
(dirham). Jadi sebenarnya yang akan terjadi bukanlah jual beli tapi peretukaran
barang yang sejenis. Emas ditukar dengan emas, perak ditukar dengan perak.
Perhiasan perak dengan berat yang setara dengan 40 dirham (satu uqiyah) dijual oleh
kaum Muslimin seharga dua atau tiga dirham. Padahal perhiasan perak dengan berat
satu uqiyah jaul lebih tinggi dengan hanya dua sampai tiga dirham.18 Mendengar hal
ini Rasulullah kemudian bersabda:
ٌّهللالٌّهللاٌّصلٌّرسولٌّقاهٌّهللاٌّعنيٌّابوٌّبكرةٌّرضلٌّبكرةٌّقال:ٌّقاىٌّابنٌّبنٌّابدٌّالرحمنعٌّهٌّعلي
ٌّ(رومٌّكيفٌّشئتبٌّبالذهةٌّبالفضةٌّوالفضءٌّبسواءٌّاالٌّسوابٌّالذهاوسلم:ٌّالٌّتبيعو)اهٌّالبخري
Artinya: “Dari Abd Rahman ibnu Abi Bakrah, katanya: Abu Bakrah r.a berkata:
Rasulullah SAW bersabda, “Jangan kalian jual beli emas dengan emas kecuali yang
sama-sama, perak dengan perak kecuali yang sama-sama. Dan jual belilah emas dan
perak atau perak dengan emas sesuai dengan keinginan kalian.” (H.R Bukhari)
17 QS. Al-Araf/7:32
18
Iqbal Ahmad Khan Suhail, What Is Riba?, terjemahan Haqiqatun Riba, (New Delhi: Pharos
Media and Publishing Pvt Ltd), 1999.
12. Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
12
Hadis tentang Riba
ٌّبرٌّوسلمٌّقال:ٌّالبهٌّعليهللاٌّلٌّصيٌّالنبنٌّعنهماٌّعهللاٌٌّّعمرٌّرضيعٌّسمسٌّاونٌّمالكٌّبنعٌٌّّربارالب
ٌٌّّ(رواهءٌّهاءٌّوهاالٌّرباٌّارٌّوالتمرٌّبالتمءٌّوهاءٌّاالٌّهااٌّبالشعيرٌّربرٌّوالشعيءٌّوهاءاالٌّها
)البخاري
Artinya: “Dari Malik ibnu Aus, ia mendengar ‘Umar r.a dari Nabi SAW ia bersabda:
“Jual beli gandum dengan gandum adalah riba kecuali sama-sama tepung dengan
tepung adalah riba kecuali yang sama sama, dan kurma dengan kurma adalah riba
kecuali sama-sama”.(H.R Bukhakri)
ٌّسواءٌّبسلٌّمثالٌّبمثنٌّاالٌّوزناٌّبوزقٌّبالوارقٌّوالٌّالوربٌّبالذهبٌّالذذهاالٌّتبيعوٌّءوا
ٌّ)(رواهٌّالمسلم
“Janganlahkalian jual beli emas dengan emas dan uang dengan uang kecuali dengan
timbangan dan jenis yang sama”. (HR. Muslim)
Apapun jenis barangnya, Islam menghendaki semua barang yang dapat dijual itu
mesti terhindar dari riba. Semua bentuk transaksi harus bersifat jujur dan adil.
Sehingga tidak ada pihak yang terdzalimi dan merasa tertekan dan memberatkan.
Jadi, riba fadhl (khususnya) tidak hanya berlaku bagi barang-barang yang disebutkan
dalam hadis-hadis di atas namun untuk semua barang yang memiliki kriteria yang
sama dengan barang yang dicontohkan dalam hadis.
Riba yang terdapat dalam berbagai transaksi perniagaan ketentuan larangannya
dapat dilakukan melalui metode qiyas dengan memfokuskan pada persamaan ‘illah.19
Dan Rasulullah menghalalkan jual beli barang yang berbeda dengan takaran yang
berbeda, beliau bersabda:
19 Abdullah Saeed, Islamic Banking and Interest of the Prohibition of Riba and Its
Contemporary Interpretation,hlm. 35
13. Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
13
Hadis tentang Riba
ٌّةٌّبالمرٌّوالحنطرٌّوسلمٌّالتمهٌّهللاٌّعليىٌّصلهللاٌٌّّرسوللقاٌّوالشعرٌّباةبالحنطٌّحلشعيرٌّوالمل
ٌّهٌّالوانتٌّاالٌّماٌّاختلفىٌّفقدٌّاربدٌّزادٌّاوٌّاستزانٌّفمدٌّيداٌّبيلبالمالحٌّمثالٌّبمث
“Diriwayatkan oleh bu Sa’id al-Khudry bahwa Rasulullah bersabda: “emas
hendaklah dibayar dengan emas perak dengan perak, gandum dengan gandum,
tepung dengan tepung, kurma dengan kurma, garam dengan garam, bayaran harus
dari tangan ke tangan (cash), barangsiapa pemberi tambahan atau memiliki
(penerima) tambahan, sesunggguhnya ia telah berurusan dengan riba kecuali
warnanya berbeda.
ٌّالصامتنٌّعبادتةٌّبنعٌٌّّبٌّباٌّالذهبٌّوسلمٌّ:الذههٌّهللاٌّعليالٌّهللاٌّصللٌّرسولقا
ٌّبالملحٌّمثالحٌّبالتمرٌّوالملرٌّوالشعرٌّبالشعرٌّوالتمرٌّبالبرٌّوالبةٌّباٌّالفضةوالفضٌّءٌّبسواءٌّسوالٌّبمث
ٌّبياداٌّكانٌّيداٌّاذمٌّكيفٌّشئتاٌّفبيعوفٌّاالصنهٌّهذتٌّفاذٌّاختلفدٌّبيايد
“Dari Ubadah ibn Shamit, katanya: Rasulullah SAW bersabda: “Jual beli emas
dengan emas, tepung dengan tepung, gandum dengan gandum, dan kurma dengan
kurma, serta garam dengan garam harus sama dan langsung serah terima. Apabila
barang-barang ini berbeda-beda, maka jual belilah kalian sesuai yang kalian
inginkan apabila dilakukan dengan serah terima langsung.” (H.R Muslim)
Barang yang diperjual belikan dengan takaran yang berbeda namun jenis nya
berbeda harus secara cash (yadaan bi yadiin). Dalam perbankan, riba fadhl dapat
ditemui dalam transaksi jual beli valuta asing yang tidak dilakukan dengan cara yang
tunai (spot).
d. Riba Nasi’ah: ialah kewajiban menanggung beban bagi salah seorang yang
melakukan pertukaran, hanya karena berjalannya waktu. Menurut Ibnu Qayyum al-
Jawziyya, riba nasi’ah adalah tambahan atas salah satu barang yang diutang, seperti
14. Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
14
Hadis tentang Riba
orang yang berutang sekati kurma di musim dingin, dibayar kembali dengan satu
setengah sekati kurma di musim panas.20
An-Nasa’i:
ٌّهٌّاالٌّفيٌّالنسيئاالٌّرب
Nabi SAW bersabda: “Tidak riba kecuali nasi’ah”
(Matan lain: Bukhari 2033, 2990-2993, Ibnu Majah 2248, Ahmad 20748, 20762,
20767, 20779, 20796, 20814, 20816)
Hadis tersebut bukan berarti hanya riba nasi’ah yang diharamkan, semua riba
haram. Asbabul wurudnya adalah nabi ditanya tentang pertukaran antara gandum dan
syair, emas dan perak dengan pembayaran diakhirkan. Hadis ini lebih tepat jika
dipahami bahwa riba nasi’ah adalah riba yang terberat dibandingkan riba lainnya. Hal
ini sama dengan pernyataan “Tidak ada ulama di daerah ini kecuali Ahmad” padahal
banyak ulama lain selain Ahmad, hanya saja Ahmad merupakan ulama yang paling
disegani.
4. Hukum Riba
Secara garis besar pandangan hukum riba ada dua kelompok:
a. Kelompok pertama: mengharamkan riba yang berlipat ganda/ad’afan
muda’fa, karena yang diharamkan al-Quran adalah riba yang berlipat ganda
saja,21 yakni riba nasi’ah, kemudian terbukti pula dengan hadis bahwa tidak
ada riba kecuali nasi’ah. Karenanya, selain dari riba nasi’ah maka
20
Ibn al-Qayyim al-Jawziyyah, ٌّI’llamal-Muwaqi’in,jus II, (Beirut: Daar al-Fikr, 1989 M.),
hlm. 135
21
QS. Ali-Imran, 3:130 (Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan). Yang dimaksud riba di sini ialah riba nasi’ah. Menurut sebagian bahwa riba
nasi’ah itu selamanya haram, walaupun tidak berlipat ganda).
15. Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
15
Hadis tentang Riba
diperbolehkan. Dalam bahasa Inggris riba yang berlipat ganda (ad’afan
muda’afa) disebut dengan usury, sedangkan riba yang tidak berlipat ganda
disebut dengan interest. Contoh dari negara yang menganut pandangan ini
ialah Malaysia. Oleh karenanya, pemungutan bunga di bank islam Malaysia
diperbolehkan.
b. Kelompok kedua: mengharamkan riba, baik yang besar (usury) maupun kecil
(interest). Pandangan ini berpendapat bahwa riba yang kecil atau yang besar
itu sama saja, keduanya diharamkan. Riba yang besar atau berlipat ganda
(ad’afan muda’fa) diharamkan karena dzatnya atau karena riba ini memang
diharamkan. Sedangkan riba yang kecil diharamkan bukan karena riba ini
memang sudah diharamkan melainkan karena sebab untuk menghindari riba
yang lebih besar (haramun lilisyadzu dzariah).
Dalam QS. Al-Baqarah 2: 275, riba sudah diharamkan secara umum baik yang
besar maupun yang kecil. Dari asbabun nuzulnya diketahui bahwa ketika turun ayat
tersebut telah terjadi praktik riba tidak saja yang besar tetapi juga yang kecil. Dan
dalam hal ini berlaku kaidah al-Ibrah biumumi al-lafdzi la bi khusushi sabab. Riba
yang berlipat ganda merupakan keterangan riba yang memberatkan yang terjadi pada
masa jahiliah.22 Demikian pula dalam hadis-hadis Nabi SAW, tidak ada keterangan
atau penjelasan bahwa hanya riba yang jumlahnya besar saja yang diharamkan. Hadis
yang menyatakan bahwa tidak ada riba selain riba nasi’ah menunjukan bahwa riba
nasi’ah ialah riba yang paling besar jumlahnya (ad’afan muda’afa), hadis tersebut
bukan berarti menyatakan bahwa hanya riba nasi’ah yang ad’afan muda’afa yang
diharamkan. Lagipula, dalam hadis Nabi yang menceritakan tentang Bilal dengan
kurmanya, Nabi mengharamkan riba meskipun hanya satu sha’ kurma. Begitupun
dengan hadis-hadis lain yang menyatakan bahwa perbedaan kuantitas dan kualitas
barang yang ditukar meskipun sedikit juga termasuk kedalam praktik riba yang
diharamkan oleh Nabi SAW.
22
Ilfi Nur Diana, Hadis-hadis Ekonomi,(Malang: UIN Malang Press,2008), hlm. 143
16. Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
16
Hadis tentang Riba
Penyebab terlarangnya suatu transaksi itu disebabkan oleh beberapa faktor, di
antaranya:23
a. Haramnya zatnya (haram lidzatihi)
b. Haram selain dzatnya (haram lighairihi)
c. Tidak sah (lengkap) akadnya.
Riba termasuk transaksi yang diharamkan sebab bukan karena dzatnya (haram
lighairihi). Haram selain zatnya ini menjadi haram karena melanggar prinsip “an
Taradin Minkum” yang berarti saling meridhai satu sama lain. Riba menjadi haram
karena perbuatan ketidak adilan (zalim) atau diam menerima ketidak adilan, karena
pengambilan harta secara bathil akan menimbulkan kezaliman antar pelaku ekonomi.
5. Sebab-sebab Dilarangnya Riba
Baik al-Quran maupun Hadis Nabi SAW mengharamkan riba, bahkan dalam
hadis dijelaskan bahwa semua pihak yang terlibat dalam riba seperti orang yang
mentransaksikan, memakan, mewakili, dan mencatat, serta menjadi saksinya dilaknat
oleh Rasulullah. Larangan tersebut bukan tanpa sebab. Menurut al-Fahr al-Razi, ada
beberapa sebab dilarang dan diharamkannya riba tersebut. Pertama, riba
memungkinkan seseorang memaksakan pemilikan harta dari orang lain tanpa ada
imbalan. Keuntungan yang diperoleh pihak peminjam masih bersifat spekulasi belum
tentu terjadi, sedangkan pemungutan tambahan dari peminjam oleh pemberi pinjaman
adalah hal yang pasti tanpa risiko. Kedua, riba menghalangi pemodal ikut serta
berusaha mencari rizki, karena ia dengan mudahnya membiayai hidupnya, cukup
dengan bunga berjangka itu. Karena itu, ia tidak mau lagi memangku pekerjaan yang
berhubungan dengan dipakainya tenaganya atau sesuatu yang membutuhkan kerja
keras. Hal ini akan membawa kemunduran masyarakat, sebagaimana dimaklumi
bahwa dunia tidak bisa berkembang tanpa perdagangan, seni dan kreasi karya buah
23
Adiwarman Kariem, Bank Islam: Analisis Fikih dan Keuangan,(Jakarta:Rajawali Press,
2004), hlm. 30
17. Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
17
Hadis tentang Riba
tangan. Ketiga, jika riba diperbolehkan, masyarakat dengan maksud memenuhi
kebutuhannya tidak segan-segan meminjam uang walaupun bungannya sangat tinggi.
Hal ini akan merusak tata hidup tolong menolong, saling menghormati dan sifat-sifat
baik lainnya, serta perasaan berhutang budi. Keempat, dengan riba biasanya pemodal
menjadi semakin kaya dan peminjam semakin miskin. Sekiranya riba dibenarkan,
orang kaya akanmenindas orang miskin dengan cara ini. Kelima, larangan riba sudah
ditetapkan oleh nash dimana tidak seluruh rahasia tuntutannya diketahui oleh
manusia. Keharamannya itu pasti, kendati orang tidak tahu persis segi dan sebab
pelarangannya.24
Menurut Shalih Ibnu Ghanim al-Sadlan, riba diharamkan karena beberapa faktor
berikut. Pertama, riba menyebabkan hancurnya ekonomi masyarakat karena biasanya
pemberi utang malas bekerja, tidak produktif, tinggal menunggu bunga dari
peminjam dan itu memberatkannya. Kedua, hancurnya solidaritas sosial masyarakat
karena tidak adanya sikap saling tolong menolong, bantu membantu, dan rasa sayang
di antara mereka. Ketiga, masyarakat akan terpecah menjadi dua: orang-orang kaya
yang hidup bergelimang dengan harta dan orang-orang miskin serta lemah yang
dieksploitasi tenaga dan jerih payahnya oleh orang kaya tidak dengan cara yang
benar.25
Bahkan, sebagian filsuf berkata,”Para pemakan riba bagaikan lebah jantan yang
hidup dari pekerjaan orang lain dan tidak mau bekerja sedikitpun.”26
Para pemikir Islam lain yang mengemukakan tentang seberapa buruknya riba di
antaranya ialah Abu A’la al-Maududi, Prof. Dr. Muhammad Darras, Isa Abduh, al-
Arabi Abu Suud, Syekh Abu Zahrah, ash-Shidiqi, dll.
Rasulullah SAW melalui hadisnya telah menegaskan dengan keras tentang
haramnya riba serta telah menjelaskan pula macamnya-macamnya secara terperinci.
Kemudian, Ulama yang hidup di masa Rasul SAW telah tiada, banyak melakukan
24 Al-Fakhr al-Razi, al-Tafsir al-Kabir, (Teheran:Daar al-Kutub al-Ilmiyyah, tth.), hlm. 87-
88.
25 Shalih Ibnu Ghanim al-Sadlan, Risalah fi al-Fiqh,hlm. 90.
26 Lihat riset tentang riba oleh Abu Zahrah.
18. Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
18
Hadis tentang Riba
ijtihad agar maksud dari larangan Rasulullah SAW terhadap riba dan macam-macam
ribanya itu sendiri dapat dipahami oleh semua masyarakat.
19. Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
19
Hadis tentang Riba
BAB III
KESIMPULAN
Riba adalah pengambilan tambahan (ziyadah) dari harta pokok secara bathil baik
dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam. Riba merupakan perbuatan yang
amat dikecam dalam al-Quran maupun hadis. Larangan terhadap riba sangatlah jelas,
tegas, dan laknat terhadap para pelaku riba. Bahkan bukan hanya pelakunya saja yang
mendapatkan dosa laknat namun juga mereka yang membantu terwujudnya riba dan
mereka yang menjadi saksi perbuatan riba. Riba juga dikategorikan sebagai salah satu
dari tujuh dosa besar seperti syirik. Pelaku riba pula disamakan dengan orang bodoh
yang menikahi ibunya sendiri serta disetarakan dengan orang yang telah berzina
sebanyak tiga puluh enam kali.
Riba dibagi menjadi dua bagian, riba yang terjadi dalam utang piutang dan riba
yang terjadi dalam transaksi jual beli. Ada dua jenis riba utang piutang begitupun
dengan riba jual beli. Riba qardh dan riba jahiliah masuk ke dalam dua macam riba
utang piutang dan riba nasi’ah serta riba fadhl ialah dua macam dari riba jual beli.
1. Riba Qardh: orang yang memberi hutang menuntut pengembalian atau
pembayaran utang tersebut dengan jumlah yang lebih dari pokok utangnya.
2. Riba Jahiliah: utang yang dibayar melebihi dari poko pinjaman, karena si
pemijam tidak mampu mengembalikan dana pinjaman pada waktu yang telah
ditetapkan.
3. Riba Fadhl: pertukaran (jual beli) antara barang sejenis namun tidak memenuhi
kriteria, yakni kriteria secara kuantitasnya (sawaan bi sawiin), kualitasnya (mitslan bi
mitslin), dan penyerahannya yang tidak tunai atau spot (yadaan bi yadiin).
4. Riba Nasi’ah: ialah kewajiban menanggung beban bagi salah seorang yang
melakukan pertukaran, hanya karena berjalannya waktu.
Baik riba dalam jumlah kecil atau interest ataupun riba dalam jumlah yang besar
atau usury, keduanya termasuk ke dalam transaksi yang diharamkan sebab bukan
20. Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
20
Hadis tentang Riba
karena dzatnya (haram lighairihi). Haram selain zatnya ini menjadi haram karena
melanggar prinsip “an Taradin Minkum” yang berarti saling meridhai satu sama lain.
Riba menjadi sangat dilarang sebab jika riba dibiarkan menjamur di masyarakat,
maka riba akan menyebabkan depresiasi ekonomi. Riba menyebabkan insflasi yang
tidak terkendali (inflatoar). Bukan hanya di bidang ekonomi saja, namun riba juga
berpengaruh pada tatanan sosial kemsyarakatan. Masyarakat akan terpecah belah
menjadi masyarakat kaya raya namun tidak produktif dan masyarakat miskin yang
tereksploitasi.
21. Kelompok Dua Syarah Hadis Ekonomi
21
Hadis tentang Riba
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran al-Kariem
Yusuf al-Qaaradhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Penerjemah Zainal Arifin,
(Depok: Gema Insani, 2006.
Ilfi Nur Diana, Hadis-hadis Ekonomi,(Malang: UIN Malang Press,2008).
Idri, Hadis Ekonomi: Ekonomi dalamPerspektif HadisNabi, (Jakarta:Kencana,2015)
Mardani, Ayat-ayat dan Hadis Ekonomi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012).
Hulwati, Ekonomi Islam, (Ciputat: Ciputat Press Group, 2006).
Muhammad Syarif Chaudry, Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar, Penerjemah
Suherman Rosyidi, (Jakarta: Kharisma Putera Utama, 2012).
Adiwarman Kariem, Bank Islam: Analisis Fikih dan Keuangan,(Jakarta:RajawaliPress,
2004)
Umar Chapra, Islamdan Tantangan Ekonomi,alih bahasa Ikhwan Abidin Basri (Jakarta:
Gema Insani Pers,Tazkia Institute, 2000)
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012)