Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Meski Didzalimi Tetapi Berpahala
1. 1
Agar Kedzaliman Oranglain Berbuah Pahala
(Tundung Memolo, M.Sc)
Jamaah sholat tarweh yang berbahagia,
Setiap manusia pasti pernah berbuat dosa. Baik saat di keramaian, terlebih di saat kesendirian.
Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi Wasallam bersabda;
َُونبا َّوَّتال َينِئاََّطخال ُْريَخ َو ٌءاََّطخ َمَدآ ِْنبا ُّلُك
" Setiap anak Adam pasti berbuat dosa, dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah yang
bertaubat.” (H.R Tirmidzi No. 2499 dihasankan oleh Albany).
Terhadap dosa yang kita miliki, dengan HikmahNya dan IlmuNya, Allah Ta’ala takdirkan ada
orang – orang yang berbuat dzalim terhadap kita. Bahkan manusia terbaikpun, yaitu Nabi
Shalallaahu ‘alaihi Wasallam, Allah Ta’ala tetapkan musuh – musuh yang berbuat dzalim
kepadanya. Padahal akhlak beliau sangatlah mulia. Lalu bagaimana kita yang masih terlalu
jauh dari akhlak yang mulia. Jika bentuk kedzaliman tersebut, disikapi dengan benar, maka
justru akan menjadi ladang pahala bagi kita.
Jamaah sholat tarweh yang berbahagia,
Ada beberapa bentuk kedzaliman (aniaya) yang dilakukan oleh orang lain terhadap kita,
diantaranya : fitnah, ejekan/olokan, ghibah (ngrasani/menggunjing), mengambil harta, melukai
fisik, dan lain – lain.
Baik itu bentuk kedzaliman yang dilakukan oleh kerabat, tetangga, teman kerja, teman
sepergaulan, penguasa, ataupun oleh orang – orang yang paling dekat dengan kita.
Jamaah sholat tarweh yang berbahagia,
Terdapat beberapa sikap yang dibolehkan bahkan dianjurkan ketika menghadapi orang lain
yang berbuat dzalim, diantaranya :
2. 2
1. Mendoakan kejelakan pelaku dzalim.
Ketika seseorang mendapat perlakuan dzalim, maka dibolehkan mendoakan kejelakan pelaku
dzalim.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ٌابَج ِح ِ ََّّللا َْنيَب َو ُهَنْيَب َْسيَل ُهَّنِإَف ، ِومُلْظَمْال َة َْوعَد ِقَّتا َو
Takutlah kalian terhadap doa orang yang didzalimi, karena tidak ada hijab antara dia dengan
Allah. (HR. Bukhari No 1496. & Muslim No. 130).
Orang yang didzalimi, diizinkan oleh syariat untuk mendoakan keburukan bagi orang yang
mendzaliminya.
Allah befirman,
اًميِلَع اًعيِمَس ُ ََّّللا َانَك َو َمِلُظ ْنَم ََّلِإ ِل ْوَقْال َنِم ِوءُّسالِب َرْهَجْال ُ ََّّللا ُّب ِحُي ََل
“Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang
yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. ”(QS. an-Nisa: 148).
Kata Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, maksud dari ayat di atas adalah doa buruk dari orang
yang didzalimi kepada orang yang mendzalimi. (Tafsir Ibnu Katsir, 2/442)
Jamaah sholat tarweh yang berbahagia,
2. Membalas dengan setimpal
Allah berfirman,
ََل ْمُه َو اَهَلْثِم ََّلِإ ى َزْجُي ََلَف ِةَئِيَّسالِب َءاَج ْنَم َو اَهِلاَثْمَأ ُرْشَع ُهَلَف ِةَنَسَحْالِب َءاَج ْنَم
َونُمَلْظُي
“Siapa yang melakukan kebaikan maka dia mendapatkan 10 kali yang semisal. Dan siapa yang
melakukan kejahatan maka dia tidak dibalas kecuali yang semisal, dan mereka tidak
didzalimi.” (Q.S. al-An’am: 160).
Prinsip membalas kedzaliman dengan setimpal inilah yang menjadi dalil Qishash.
3. 3
Allah berfirman,
َّنال َّنَأ اَهيِف ْمِهْيَلَع َانْبَتَك َوِنُذُ ْاْلِب َنُذُ ْاْل َو ِفْنَ ْاْلِب َفْنَ ْاْل َو ِْنيَعْالِب َْنيَعْال َو ِسْفَّنالِب َسْف
ٌاصَصِق َحوُرُجْال َو ِِنالسِب َِّنالس َو
“Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa,
mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka
luka (pun) ada qishaashnya.” (QS. al-Maidah: 45).
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bercerita;
Ada seorang wanita terkapar karena kepalanya dipukul dengan dua batu dari samping kanan-
kirinya. Para sahabatpun bertanya kepadanya, siapa yang melakukan ini kepadamu, apakah si
Fulan, si Alan, hingga mereka menyebut nama seorang Yahudi, lalu wanita itu mengangguk.
Orang yahudi itupun ditangkap. Setelah dia mengaku, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan agar kepalanya juga dipukul dengan batu. (HR. Muslim No. 4458 & Ibnu
Hibban No. 5993).
Dalil – dalil di atas menunjukkan bahwa kita diperbolehkan membalas sebuah kedzaliman
oranglain dengan balasan yang setimpal.
Jamaah sholat tarweh yang berbahagia,
3. Bersabar karena kondisi lemah
Ada bentuk kedzaliman yang dilakukan oleh orang lain yang memiliki kedudukan yang lebih
tinggi, karena pihak yang didzalimi dalam keadaan lemah. Semisal, bos terhadap karyawan,
majikan terhadap pembantu, ataupun penguasan terhadap rakyatnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ْعِطَأ َو ْعَمْساَف ،َكُلاَم َذ ِخُأ َو ،َكُرْهَظ َب ِرُض ْنِإ َو ، ِيرِمَ ْْلِل ُعيِطُت َو ُعَمْسَت
“Hendaklah Engkau mendengar dan taat kepada penguasa, meskipun mereka memukul
punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan taat. ”(HR. Muslim No. 1847)
4. 4
Demikianlah syariat meminta kita untuk bersabar, ketika kondisi lemah yang tidak mampu bagi
kita untuk membalas dengan balasan yang setimpal. Bahkan kesabaran seperti ini akan
memberikan dampak yang lebih baik, insya Allah.
Dengan keadilanNya, bentuk kedzaliman mereka, menjadi sebab bagi kita, untuk kita jadikan
tuntutan di akhirat dan ini menjadi ladang pahala.
Jamaah sholat tarweh yang berbahagia,
4. Bersabar dan menahan marah
Bersabar yang paling utama adalah sabar pertama kali ketika kita mendengar ada orang yang
mendzalimi. Bukan rasa ingin marah yang muncul, selanjutnya karena tidak mampu membalas,
maka ia bersabar. Bukan demikian.
Seseorang bisa jadi didzalimi, namun ia bisa menahan marah. Amarah ini bisa saja termpiaskan
karena ia memiliki kuasa untuk marah ataupun yang mendzalimi berada di dalam
tanggungannya. Semisal marahnya majikan ke pembantu, marahnya suami terhadap istrinya
atau anaknya, ataupun bos terhadap karyawannya.
Marah merupakan salah satu watak manusia, meskipun demikian sikap menahan marah
padahal ia mampu untuk marah, mendapat pujian dari Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala memuji mereka dengan sifat menahan marah dalam firman-Nya,
ُّب ِحُي ُ ََّّللا َو ِاسَّنال ِنَع َينِفاَعْال َو َظْيَغْال َينِمِاظَكْال َو ِاءََّّرضال َو ِاءَّرَّسال يِف َونُقِفْنُي َِينذَّال
َينِنِسْحُمْال
“Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang menafkahkan (harta mereka) baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan marahnya serta memaafkan
(kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan ”(QS Ali
‘Imran:134).
Betapa beratnya sikap menahan marah ini, sampai – sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ِبَضَغْال َدْنِع ُهَسْفَن ُكِلْمَي ِىذَّال ُدِيدَّشال اَمَّنِإ ، ِةَع َرُّصالِب ُدِيدَّشال َْسيَل
5. 5
“Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam)
pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu
mengendalikan dirinya ketika marah.” ( H.R Bukhari No. 5763 dan Muslim No. 2609).
Jamaah sholat tarweh yang berbahagia,
5. Bersabar, menahan marah, dan memaafkan
Bukan hal yang mudah untuk memaafkan kesalahan orang lain terhadap kita. Jangankan
memaafkan, menahan marah saja adalah bukan hal yang mudah. Jika kita dicela rasanya ingin
mencela, jika kita dihina maka rasanya ingin membalas kehinaan tersebut, dan lain – lain.
Allah Ta’ala berfirman,
ِ ََّّللا ىَلَع ُهُرْجَأَف َحَلْصَأ َو اَفَع ْنَمَف
“Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. ”
(QS. Asy-Syura: 40)
Banyak sekali keutamaan memafkan orang yang mendzalimi kita, salah satunya adalah dosa
kita diampuni oleh Allah ta’ala. Siapa di antara kita yang tidak berdosa ? Jika kita merasa
berbuat dosa, mengapa kita tidak ingin diampuni oleh Allah ?
Allah berfirman,
ْمُكَل ُهـَّالل َرِفْغَي نَأ َُّونب ِحُت ََلَأ
“Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? ”(QS. An-Nur : 22)
Sikap memaafkan bukanlah sikap yang rendah, atau sikap yang menunjukkan
ketidakberdayaan untuk melawan, sekalipun itu terlihat rendah oleh manusia. Justru Allah
tinggikan kedudukan orang yang bisa memaafkan.
Nabi Shalallaahu 'alaihi Wasallam bersabda:
َص ْتَصَقَن اَمََّلِإ ِ ِلِل ٌدَحَأ َعَضا َوَت اَم َو اًّزِع ََّلِإ ٍوْفَعِب ًادْبَع ُهللا َدا َز اَم َو ٍلاَم ْنِم ٌةَقَد
ُهللا ُهَعَف َر
6. 6
“Shadaqah tidaklah mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah seorang hamba karena
memaafkan kecuali kemuliaan, dan tiada seorang yang rendah hati, melainkan diangkat oleh
Allah.” (H.R.Muslim No.2588)
Sikap memaafkan dianjurkan manakala diharapkan akan terjadi perubahan baik pada pribadi
pelaku kedzaliman. Jika pelaku kejahatan yang terang – terangan dan sering melakukan
kedzaliman, lantas tidak diharapkan ada perubahan perilaku , maka sebaiknya tidak dimaafkan.
Jamaah sholat tarweh yang berbahagia,
6. Bersabar, menahan marah, memaafkan, dan mendoakan dengan kebaikan
Allah Ta’ala berfirman,
ٌة َاوَدَع ُهَنْيَب َو ََكنْيَب ِيذَّال اَذِإَف ُنَسْحَأ َيِه يِتَّالِب ْعَفْدا ُةَئِيَّسال ََل َو ُةَنَسَحْال يِوَتْسَت ََل َو
( ٌميِمَح ٌّيِل َو ُهَّنَأَك34َو واُرَبَص َِينذَّال ََّلِإ َاهاَّقَلُي اَم َو )ٍيمِظَع ٍظَح وُذ ََّلِإ َاهاَّقَلُي اَم
(35)
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih
baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah
menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan
kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
mempunyai keuntungan yang besar. ”(QS. Fushilat: 34-35 )
Pernah Nabi Shalallaahu ‘alaihi Wasallam pernah berdakwah ke Thaif, namun justru penolakan
yang didapatkan, dicemooh, hingga mereka melakukan perbuatan yang buruk. Sikap penduduk
Thaif tersebut menjadikan Malaikat penjaga gunung menawarkan kepada Nabi Shalallaahu
‘alaihi wasallam untuk menimpakan gunung Akhsabin (2 gunung besar di kanan dan kiri
masjidil Haram). Namun justru sebaliknya,
َ ََّّللا ُدُبْعَي ْنَم ْمِهِب ََلْصَأ ْنِم ُ ََّّللا َج ِرْخُي ْنَأ وُج ْرَأ ْلَب َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُ ََّّللا ىَّلَص ُّيِبَّنال َلاَقَف
ِهِب ُك ِرْشُي ََل ُهَدْح َواًئْيَش
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak, namun aku berharap supaya
Allah melahirkan dari anak keturunan mereka ada orang-orang yang beribadah kepada Allah
7. 7
semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun jua.” (HR. Bukhari No. 3231 dan Muslim
No. 1795)
Jamaah sholat tarweh yang berbahagia,
Nah, demikianlah petunjuk syariat ketika kita mendapat kedzaliman. Karena orang yang
berbuat dzalim kepada kita adalah suatu kemestian, dengan hikmahNya, agar datangnya orang
yang mendzalimi tadi sebagai sebab dosa kita diampuni oleh Allah Ta’ala.
Semoga bermanfaat.. Wonosobo, 18 Mei 2019