5. KELUHAN PASIEN
• Penurunan kesadaran mendadak saat aktivitas ± 12 jam sebelum
masuk rumah sakit
• Pasien dapat membukan mata, mengikuti perintah, bila diberi
rangsang suara namun tidak menyambung bila berkomunikasi
• Pasien mengeluh nyeri kepala
• Keluhan bibir miring sebelah, dan bicara pelo, baal di seputar
mulut
LAPORAN KASUS
Perempuan 38 tahun, hamil anak ke-3, usia kehamilan 28-29
minggu, tidak ada keluhan terkait kehamilan di dua trimester awal
kehamilan
• Muntah
• Kejang
• Telinga berdengung
KELUHAN DISANGKAL
6. • Hipertensi sejak 15 tahun yang lalu TD rata-rata 210 mmhg dan
dapat mencapai 210 mmhg
• Pengobatan menggunakan amlodipin 1 x 10 mg yang diminum
secara tidak teratur
• Pasien tidak pernah dioperasi sebelumnya
• Tidak memiliki riwayat alergi
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
LAPORAN KASUS
7. LAPORAN KASUS
• Furosemid 2 x 40 mg
• Methyldopa 3 x 100 mg
• Terapi MgSO4 Prevensi
kejang
• Perdipin 0,5
mcg/kgBB/menit Regulasi
tekanan darah
• Mannitol selama 3 kali
pemberian (200 cc – 200 cc –
150 cc)
PASIEN DIRAWAT 3 HARI
PEMBERIAN OBAT
• Konsul bagian bedah saraf
observasi pasien tanpa tindakan
pembedahan terlebih dahulu
• Konsul bagian kebidanan
dilakukan sectio caesar setelah
tidak adanya perbaikan terhadap
kesadaran dan perbaikan tekanan
darah setelah terapi yang telah
diberikan selama perawatan
KONSUL
8. LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN FISIK PREOPERATIF
Tampak sakit sedang,
BB:40 kg, TB: 140 cm
Kesadaran somnolen,
Glassgow Coma Scale 13 (E3M6V4)
TD 153/93 mmHg, terapi
antihipertensi masih dijalankan
Pemeriksaan tanda vital lain
berada dalam batas normal
Parese di N V, VII, dan X sebelah
kiri, konjungtiva dan sklera normal,
besar pupil 3 mm di kedua mata
Bunyi jantung tambahan (-)
Abnormalitas paru (-)
Babinski (+) kanan dan kiri
Refleks fisiologis normal
Lemah tungkai di
ekstremitas sisi kiri dengan
kekuatan motorik 3/5.
9. LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN PENUNJANG PREOPERATIF
Hb Ht L Tr PT APTT INR
10,8 33,6 15.770 256.000 9,60 22,30 0,87
GDS SGOT SGPT Ur Cr Na K Cl Mg Laktat
84 25 30 107 1,90 137 5,0 111 3.9 2,6
anemia
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
10. LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN PENUNJANG PREOPERATIF
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Hasil CT Scan
Hasil Rontgen Thorax
kardiomegali tanpa bendungan paru
dengan tidak adanya kelainan pada
bagian pulmo
Perdarahan intra serebri di lobus
temporal bilateral terutama kanan
disertai edema perifocal
11. Cairan maintenance
diberikan kristaloid
100 cc/ jam
• TD saat pemeriksaan
preinduksi 142/89 mmHg
• Nadi 104 kali/ menit
• Tanda vital lain normal
informed consent
mengenai tindakan
pembiusan
Regulasi tekanan
darah dengan
perdipin 0,5
mcg/kgBB/menit
Denyut
jantung janin
152 kali/ menit,
irama regular
LAPORAN KASUS
13. • Rumatan anestesi sevoflurane 1-2 vol%, kemudian diberikan
oksigen dengan fraksi 50%
• Regulasi tekanan darah perdipine 0,5- 0,8 mcg/kgBB/menit
• Ventilator mode Volume Control. Volume diatur di 300 mL
dengan laju nafas diatur di 14 kali/ menit.
• Cairan intraoperasi dijaga dengan kristaloid dan pemberian
rumatan MgSO4
INTRAOPERASI
LAPORAN KASUS
14. • Operasi berlangsung
selama 1 jam 30 menit
• Total perdarahan
350 cc
• Urine output terjaga di
1.5 cc/kg/jam
LAPORAN KASUS
• Lahir bayi perempuan dengan BB
lahir 1050 gram
• APGAR Score 4 di menit pertama,
dan APGAR Score 7 di menit kelima
• Setelah resusitasi neonates
dibawa ke ruang perawatan intensif
neonatus.
• Setelah bayi keluar pemberian
oksitosin 20 IU dalam kristaloid 500
cc
• Pasien dipersiapkan untuk pindah
ke ruang intensif.
15. LAPORAN KASUS
Hemoglobin 10.9 Glukosa sewaktu 96
Hematokrit 34.4 Ureum/creatinine 96.9/1.92
Leukosit 21.230 SGOT/SGPT 38/32
Trombosit 246.000 Natrium/Kalium 137/5.1
PT 9.8 Magnesium/Chloride 3.8/111
ApTT 21.7 Laktat 3.2
INR 0.89
Hasil Pemeriksaan Darah Pasca Operasi
ADANYA PENINGKATAN
16. • Pasien diberikan sedasi propofol 100
mcg/kg/menit
• Analgetik fentanyl 25 mcg/jam
• Rumatan pelumpuh otot tidak
diberikan
• MgSO4 dihentikan setelah 24 jam
pasca operasi.
LAPORAN KASUS
17. Perawatan hari pertama di ruang intensif
Hari ke-1
Hari ke- 3
• Lidocaine 60 mg
IV
• Titrasi nicardipine
turun perlahan
• Obat anti
hipertensi lain via
oral
Ekstubasi
Hari ke- 2
mencegah
lonjakan
hemodinamik
Pemberian nifedipine 2 x 10 mg
Nicardipine dihentikan total
18. Hari ke-4
Hari ke 5-7
• Pindah ke ruang perawatan biasa
• GCS E4M6V5
• Bicara pelo, dengan komunikasi yang
sudah menyambung
• Kelemahan motorik di tungkai kiri dengan
kekuatan 4/5.
o Pasien dirawat di ruang perawatan non
intensif
o Selama perawatan tidak terjadi kejang,
kelainan neurologis lain, atau pun
perburukan keluhan neurologis
sebelumnya
Pasien melanjutkan pengobatan di rawat jalan
Hari ke- 8
20. DISKUSI
Evaluasi preoperatif anestesi beratnya preeklamsia, pemeriksaan jalan
nafas, status hemodinamik, dan parameter koagulasi
• Lebih rentan terhadap edema jalan nafas
• Lebih mudah berdarah saat manipulasi jalan nafas
dilakukan
• Memiliki hipertensi yang telah diterapi dengan
vasodilator intravena
Konsiderasi Anestesi pada Preeklamsia
PASIEN
PREEKLAMSIA
PASIEN
PREEKLAMSIA
BERAT
• Cenderung mengalami disfungsi jantung, dengan
adanya kerusakan pada myocardial dan adanya
edema pulmo
• Evaluasi faktor koagulasi
21. DISKUSI
Konsiderasi Anestesi pada Preeklamsia
• Menghindari lonjakan hemodinamik
• Menghindari masalah yang mungkin terjadi saat
intubasi karena edema jalan nafas
• Menghindari kebutuhan pemberian obat pelumpuh
otot yang dapat dipotensiasi oleh magnesium pada
pasien yang mendapatkan terapi MgSO4
• Memberikan luaran bayi yang tidak berbeda dengan
pasien yang melahirkan secara spontan
Tindakan Sectio Caesar teknik anestesi neuraksial lebih populer
• Penentuan jenis teknik neuraksial yang akan
digunakan ditentukan berdasarkan kondisi klinis
pasien
• Anestesi spinal dihindari pada pasien dengan
preeklamsia berat adanya hipotensi hebat yang
terjadi secara cepat saat blok simpatetik terjadi
KEUNTUNGAN TEKNIK NEURAKSIAL
22. DISKUSI
Anestesi pada Pasien Obstetri dengan Perdarahan Intraserebral
Manajemen perdarahan subarachnoid akibat ruptur aneurisma (panduan
AHA) regulasi tekanan darah dan melakukan tindakan coiling atau pun
clipping secara dini
Teknik persalinan berdasarkan keadaan dan riwayat pasien.
Persalinan normal analgesia secara neuraksial
dapat diberikan untuk membantu persalinan
dengan forceps atau vakum bertujuan untuk
memperpendek waktu kala II persalinan dan
mencegah lonjakan tekanan darah
23. DISKUSI
Anestesi pada Pasien Obstetri dengan Perdarahan Intraserebral
Hematologi Cardiac
• Sickle cell
disease
• Polycthemia
• Thrombositosis
• Thrombofilia
• Thrombotic
thrombocytopenic
purpura
• Kelainan katup
• Aritmia, terutama
atrial fibrilasi
• Cardiomyopathy
• Infective
endocarditis
• Patent foramen
ovale
• Atrial septal defect
Kelainan Terkait Kehamilan Vascular
• Preeklamsia, eklamsia
• HELLP syndrome
• Emboli cairan amnion
• Emboli udara
• Aneurisma
• Malformasi
arteriovena
• Vasculopathy
• Cerebral venous
thrombosis
• Diseksi arteri
Cervical
• Penggunaan
kokain
• Arterosklerosis
• Angiopathy
postpartum
Hal Yang Perlu Dipertimbangkan Sebagai Penyebab Dari Stroke Pada Kehamilan
24. DISKUSI
Anestesi pada Pasien Obstetri dengan Perdarahan Intraserebral
Pertimbangan Pemilihan Teknik Anestesi:
• Risiko herniasi otak pada pasien dengan peningkatan
tekanan intracranial
• Risiko hiperkalemia, rhabdomyolisis, atau malignan
hipertermi setelah pemberian suksinilkolin dan/atau anestesi
inhalasi pada pasien dengan kelainan muskuloskeletal
• Kesulitan manaemen jalan nafas atau pun prosedur anestesi
neuraksial karena adanya perubahan anatomi pada pasien
dengan kelainan neurologis seperti tumor pada vertebra
• Pasien yang akan dilakukan tindakan emergensi anestesi
umum hampir selalu digunakan
• Teknik anestesi umum total intravena mencegah
penurunan kontraktilitas uterus
25. DISKUSI
Manajemen Anestesi Intraoperasi
Pada kasus ini
• Menggunakan metode modified rapid sequence induction dengan
menggunakan fentanil 150 mcg, propofol 150 mg, dan rocuronium 50
mg dengan tujuan meminimalisir atau menghilangkan respon
hipertensi saat dilakukan laringoskopi dan intubasi
• Dengan teknik dan obat- obatan ini didapatkan tidak adanya lonjakan
hemodinamik pada saat intubasi
• Nilai APGAR pada menit pertama adalah 4 dan menit ke-5 adalah 6
kemungkinan terjadi karena Fentanil
• Usia gestasi pada kasus ini perlu diperhitungkan mempengaruhi
APGAR
26. DISKUSI
Manajemen Anestesi Intraoperasi
Pada kasus ini
• Pelumpuh otot rocuronium,
karena ketersediaannya di rumah
sakit dan untuk melakukan rapid
sequence induction
• Terapi MgSO4 diberikan sampai 24
jam pasca terminasi kehamilan
• Penggunaan agen
pelumpuh otot pada
pasien perlu
mempertimbangkan
penggunaan magnesium
perioperatif yang biasanya
diberikan untuk mencegah
kejang
• Suksinilkolin dapat
digunakan terutama pada
rapid sequence induction
(dosis 1-1,5 mg/kg) karena
magnesium tidak
mempotensiasi
suksinilkolin.
• Hasil MgSO4 pre operasi 3,8
pemberian MgSO4 intraoperasi
kemungkinan pemanjangan efek
pelumpuh otot ekstubasi pasien
direncanakan di ruang intensif
27. DISKUSI
Manajemen Anestesi Intraoperasi
Pada kasus ini
• Pemasangan kateter intraarterial
dilakukan
• Rumatan anestesi intraoperasi
menggunakan Sevoflurane 1-2
vol% (0,5- 1 MAC)
• Sevoflurane 0.5 MAC- 1
MAC memberikan efek
vasodilatasi yang lebih
rendah dibanding
isoflurane.
• Anestesi inhalasi dengan
dosis ≤ 1 MAC memiliki efek
minimal terhadap
autoregulasi dari aliran
darah otak, dan tekanan
intracranial
• Hiperventilasi tidak dilakukan
mempertimbangkan kondisi janin
Hiperventilasi yang dilakukan
secara agresif akan mengurangi
aliran darah uterus
• Hiperventilasi terkadang
dapat dilakukan untuk
mengurangi tekanan
intracranial pada ibu
28. DISKUSI
Manajemen Anestesi Intraoperasi
Pada kasus ini
• Pemberian oksitosin tetap
dilakukan dengan dosis 10 IU di
dalam kristaloid 500 mL, dijalankan
dengan kecepatan 60 cc/jam untuk
mengontrol kontraksi uterus
• Pasien tidak diberikan ergometrine
• ACOG 2019 analgetik
pasca operasi pada pasien
dengan preeklamsia tetap
menggunakan stategi
multimodal
mempercepat pemulihan
dan meminimalisir
kebutuhan opioid pasca
operasi
• Analgetik pasca operasi
menggunakan fentanyl dengan
dosis 25 mcg / jam
• Fentanyl tidak memberikan
efek peningkatan tekanan
intra kranial pada pasien
yang menjalani cedera otak
traumatik
30. • Pasien hamil dengan kelainan peredaran darah otak memiliki
tantangan terutama dalam menjaga tekanan intracranial dan
menjaga kesejahteraan janin.
• Manajemen anastesi kasus dengan preeklamsia yang disertai
dengan perdarahan intra serebral perlu manajemen intraoperasi
yang lebih hati- hati dalam menjaga dan meregulasi
hemodinamik terutama tekanan darah dari saat induksi sampai
saat ekstubasi
• Sampai saat ini belum terdapat alur baku pasti terkait kasus
seperti ini, sehingga pemilihan teknik anestesi tergantung dari
evaluasi dokter spesialis anestesi.
KESIMPULAN