Ringkasan dokumen tersebut adalah: Teknik anestesia yang digunakan untuk operasi laparoscopy meliputi anestesia umum, lokal, dan regional. Anestesia umum direkomendasikan untuk prosedur laparoscopy yang lebih lama karena dapat mengendalikan ventilasi dan tekanan intraabdominal. Anestesia lokal dan regional memberikan keuntungan pemulihan yang lebih cepat namun perlu dipertimbangkan faktor teknis dan kemampuan pasien.
2. Pendahuluan
• Prosedur bedah maju dan modern dalam membantu pasien
menurunkan trauma, morbiditas, mortalitas, dan lama rawat inap
• Kemajuan tersebut menurunkan biaya kesehatan, salah satu kemajuan
tersebut adalah munculnya teknik endoskopi baik untuk prosedur
diagnostik dan pembedahan
1970
• Kasus ginekologi didiagnosa dan diterapi dengan menggunakan teknik
laparoscopy
1980
• Ditemukan teknik laparoscopy cholecystectomy
Masa Kini
• Teknik laparoscopy telah digunakan secara luas di dunia
• Adanya ruang pneumoperitoneum dan perubahan posisi pasien saat
laparoscopy menimbulkan perubahan patofisiologi pada pasien yang
memerlukan manajemen anestesi khusus.
3. Perubahan pada sistem saraf pusat
• Otak sensitif terhadap perubahan PCO2. Peningkatan
kadar CO2 efek depresi korteks serebri
• CO2 dapat melewati sawar drah otak dan membran sel
otak sehingga dapat mempengaruhi metabolisme sel otak
• CO2 merupakan faktor penting dalam regulasi aliran
darah otak (CBF)
• Hiperkarbia akan menurunkan tahanan vaskular serebral
CBF dan TIK
5. Perubahan pada sistem
kardiovaskular
Tingkat seluler, hiperkarbia merupakan depresor langsung pada
kontraktilitas dan laju denyut miokard
Pada pembuluh darah terjadi denervasi
Vasokonstriksi pada pembuluh darah pulmoner
Peningkatan cardiac output
Efek tsb dipengaruhi oleh berbagai faktor mulai dari durasi
operasi, posisi kepala saat operasi, tekanan intraabdominal,
prosedur intraperitoneal.
6. Perubahan pada sistem respirasi
↓compliance
thoracopulmonary
↓Functional
Residual Capacity
7. Perubahan pada sistem
neuroendokrin
kadar epinefrin,
norepinephrine, renin,
kortisol, aldosteron, ADH,
atrial natriuretic peptide
Namun, pada pasien yang
mengalami
pneumoperitoneum terjadi
penurunan sekresi atrial
natriuretic peptide
8. Perubahan pada sistem renal
• Terjadi oliguria meskipun hidrasi cairan telah cukup.
• Hal tersebut kemungkinan karena perubahan
neurohormonal akibat hiperkarbia dan peningkatan tekanan
intraabdominal. Kemungkinan jg akibat faktor lain seperti
hipovolemia, VTP, dan PEEP.
• Stimulasi simpatis menyebabkan pelepasan katekolamin,
yang berefek menurunnya aliran darah ke kortek ginjal
dengan akibat lanjut berupa shunting ke medula adrenal,
konstriksi arteriol aferen glomerular, dan meurunnya
glomerular filtration rate (GFR)
9. Perubahan pada sistem
gastrointestinal
Penurunan perfusi
Peningkatan SVR
Hipoksia usus
10. Evaluasi preoperative dan
premedikasi Evaluasi hemodinamik pasien
Pasien dengan gagal jantung kongestif dan
insufisiensi katup terminal lebih sering menimbulkan
komplikasi berat dianjurkan untuk dilakukan teknik
gasless laparoscopy
Pasien dengan gagal ginjal perhatikan efek samping
pneumoperitoneum pada fungsi ginjal
Prosedur laparoscopy lebih menguntungkan
dibandingkan dengan laparotomy karena disfungsi
respirasi postoperatif, namun tetap harus
memperhitungkan risiko pneumothoraks.
Premedikasi NSAID , Clonidine, dan
dexmetomidine
11. Posisi pasien dan pemantauan selama
laparoscopy
Pasien diposisikan dengan hati – hati untuk mencegah cedera
saraf
Perubahan posisi dilakukan perlahan, progresif, tidak ≥15–20
derajat
Evaluasi posisi pipa endotrakheal setiap merubah posisi pasien.
Lakukan pelepasan gas secara perlahan dan progresif
Pasang NGT untuk menghindari risiko perforasi gaster saat insersi trocar
13. Anestesia Umum
• Tehnik yg paling aman, direkomendasikan utk pasien rawat inap dan
prosedur laparoscopy yang lama
• Selama ada pneumoperitonium, ventilasi kendali hrs disesuaikan utk
mempertahankan PETCO2 sekitar 35 mmHg.
• Pada studi klinis, hal ini dpt dicapai dgn meningkatkan ventilasi semenit 15
– 25 %
• Peningkatan laju respirasi lebih dipilih daripada peningkatan volume tidal
pd pasien dgn COPD dan pd pasien dengan riwayat spontaneus
pneumothorax atau bullous emfisema utk menghindari pengembangan
alveolar & resiko terjadi pneumothorax.
• Tekanan intraabdominal dipertahankan tidak melebihi 20 mmHg
• Menjaga kedalaman anestesia yg memadai.
14. Lokal Anestesia
+
• Keuntungan : pulih yang lebih cepat, rendahnya mual muntah
postoperasi (PONV), diagnosis dini bila terjadi komplikasi, dan
perubahan hemodinamik yang minimal.
• Sering tehnik lokal anestesia disuplementasi dengan sedasi intravena
• Tekanan intraabdominal sebaiknya dipertahankan serendah mungkin
untuk mengurangi nyeri dan gangguan ventilasi.
15. Regional Anestesia
+
• Keuntungan berupa : meminimalkan penggunaan sedatif dan narkotik,
relaksasi otot yang adequate, dan dapat dilakukan pada operasi
laparoscopy selain steril (ligasi tuba).
• Blokade sensorik yang luas (T4 – L5) diperlukan untuk operasi
laparoscopy yang memadai
• Blokade simpatis akan memfasilitasi timbulnya reflek vagal, vasodilatasi
dan tanpa ventilasi positif dapat mengurangi perubahan hemodinamik
selama adanya pneumoperitonium.
• Kerjasama dari pasien, kemampuan ahli bedah yang memadai,
rendahnya tekanan intraabdominal, dan perubahan posisi pasien yang
minimal; semua itu akan membantu suksesnya operasi laparoscopy
dengan Anestesia Epidural.
16. Pemulihan dan pemantauan
Pemantauan hemodinapmoiks katroenpa eratif
perubahan hemodinamik akibat
pneumoperitonium sering terjadi
peningkatan tahanan vaskular
sistemik akan bertahan lebih lama
daripada pelepasan / hilangnya
pneumoperitonium.
Keadaan hiperdinamik post
laparoscopy terjadi
keadaan mengancam jiwa
pada pasien dengan
penyakit jantung
Pemeriksaan foto thorax sebaiknya
dilakukan segera setelah operasi bila
ditemukan distress pernafasan,
emfisema subkutan, curiga terjadi
pneumothorax, operasi yang lama,
lokasi operasi retroperitoneal, pasien
oliguria, tekanan intraabdominal ≥15
mmHg, dan pada pasien dengan
riwayat penyakit jantung atau
penyakit paru
Produksi urine hingga
pasien stabil dengan
produksi urine normal
(1 ml/kgBB/jam), dan
diperiksa kemampuan
pasien buang air kecil
setelah kateter dilepas.
17. Komplikasi laparoscopy
Cedera akibat instrumen laparoscopy
Komplikasi akibat pneumoperitonium
Efek absorpsi sistemik CO2
Posisi Trendelenburg
Komplikasi lanjut obstruksi usus, herniasi usus dan
omentum, deep vein thrombosis, metastase Ca akibat
rusukan trocar
18. Manajemen Nyeri
• Nyeri pada laparoscopy lebih ringan dan durasinya lebih
singkat dibandingkan operasi konvensional
• Nyerinya diklasifikasikan sebagai nyeri berat pada
periode awal post operasi
• Nyeri pada laparoscopy merupakan nyeri visceral
disertai nyeri pada bahu akibat iritasi diafragma
• Terdapat hubungan natara intensitas nyeri bahu dengan
volume gas residu subdiafragmatika, sehingga penting
untuk menghilangkan sebanyak mungkin CO2 residu
post laparoscopy