5. Striktur Uretra
• Striktur uretra adalah penyempitan segmen uretra anterior akibat
proses fibrosis/sikatrisasi mukosa uretra dan jaringan spongiosus di
sekitarnya.
• Penyempitan uretra posterior (yang tidak memiliki spongiosum di
sekitarnya) disebut sebagai stenosis.
• Pada pria, puncak insiden striktur uretra diamati setelah usia 55
tahun dengan usia rata-rata 45,1 tahun. Insiden keseluruhan
diperkirakan 229-627 per 100.000 laki-laki.
6. Epidemiologi Striktur Uretra - Indonesia
Kuncoro A, Paksi S. Urethral Stricture in Indonesia Current Evidence and Management.SIU;2012
Lokasi RSHS,
Bandung
RSSA,
Malang
Pendulosa
Bulbosa
Panurethra
Posterior
Total
84
240
78
187
587
62
70
16
58
206
Tahun 2006-2010
total 793 pasien pada 2 center
7. Penyebab Striktur Uretra
• Uretritis (gonore) sebelumnya merupakan penyebab utama
striktur uretra di semua negara dan masih menjadi penyebab
utama di negara berkembang.
Infeksi
Menular
Seksual
• Lichen sclerosus melibatkan uretra pada 20% kasus dan
menjadi penyebab tersering striktur panuretra (48,6%)
• Lichen sclerosus diasosiasikan dengan BMI yang tinggi, diabetes
melitus, penyakit jantung koroner, konsumsi tembakau,
hiperlipidemia, and hipertensi
Inflamasi
• Penyebab tersering kedua terjadinya striktur pada orang
dewasa
Uretra rentan terhadap trauma selama aktivitas tertentu
termasuk olahraga, mengemudi kendaraan, hubungan seksual
dan selama peperangan
Trauma
Uretra
Eksterna
8. Penyebab Striktur Uretra
• Peyebab striktur tersering pada negara maju.
• Cedera uretra paling banyak disebabkan oleh
instrumentasi uretra (pemasangan kateter, sistoskopi),
operasi prostat jinak, operasi kanker prostat, atau
radioterapi.
Iatrogenik
• Termasuk semua striktur uretra kongenital atau
idiopatik.
Idiopatik
9. Patofisiologi Striktur Uretra
Robekan kecil pada jaringan menyebabkan
ekstravasasi urin, yang menyebabkan reaksi
fibrotik spongiosum.
Penyempitan lebih lanjut dari lumen uretra
beberapa minggu setelahnya.
Proses spongiofibrosis Ekstra-spongiofibrosis, serta gejala gejala
obstruktif berkemih
Hampson LA, McAninch JW, Breyer BN. Male urethral strictures and their management. Nature Reviews Urology. 2014;11:43-50
11. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Hampson LA, McAninch JW, Breyer BN. Male urethral strictures and their management. Nature Reviews Urology. 2014;11:43-50
Pasien biasanya akan datang dengan
gejala obstruktif saat berkemih:
- Mengejan
- Tidak lampias
- Aliran urine lemah
- Riwayat ISK berulang, prostatitis,
epididimitis, hematuria, atau batu
kandung kemih.
Perlu ditanyakan:
- Riwayat trauma/kecelakaan
- R i w a y a t o p e r a s i p r o s t a t a t a u
instrumentasi uretra
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
• P a l p a s i u r e t r a a n t e r i o r u n t u k
mengidentifikasi kedalaman dan
kepadatan jaringan parut
• Temuan penting lainnya: nyeri perut,
distensi, dan nyeri pada sudut CVA
Poin Penting pada Diagnosis:
• Lokasi obstruksi
• Panjang obstruksi
• Patologi uretra yang berkaitan
14. Uroflowmetri
1. Dapat dilakukan oleh perawat, dokter umum atau spesialis
urologi
2. Persiapan umum:
• Informed consent
3. Pasien diminta untuk minum setidaknya 500mL air atau lebih
4. Pasien diminta menahan berkemih sampai merasa ingin
berkemih
5. Persiapan alat : uroflowmetri, USG, jelly
Persiapan
15. Uroflowmetri
1. Lakukan pemeriksaan USG untuk menilai
volume kandung kemih minimal volume 150
mL dan tidak melebihi 600 mL
2. Pasien berkemih pada alat uroflowmetri
sampai selesai
3. C a t a t p a n c a r a n b e r k e m i h p a d a a l a t
uroflowmetri sampai selesai
4. Setelah selesai berkemih, volume urine residu
(PVR) diukur dengan USG
Tindakan
16. Uroflowmetri
Tam CA, Voelzke BB, Elliott SP, Myers JB, McClung CD, Vanni AJ. Critical analysis of the use of ureflowmetry for urethral stricture disease surveillance. J Urology. 2016;91:197-202.
(1) Normal
(2) Dysfunctional voiding curve
(3) Prolonged curve
(4) Intermittent flow curve
(5) Urethral stricture with a long
plateau.
17. Uretrografi
1. Dilakukan di poliklinik atau kamar operasi urologi
2. Persiapan umum:
• Informed consent
• Persiapan alat dan bahan habis pakai
• Fasilitas fluoroskopi
3. Lembaran keselamatan operasi diisi secara simultan dan
lengkap
4. Persiapan alat : antiseptik, draping steril, kateter uretra,
lampu operasi, zat kontras, NaCl 0.9%, C-arm, gel
Persiapan
18. Uretrografi Retrograd (RUG)
1. Pasien posisi supine
2. A dan antisepsis prosedur
3. Evaluasi genitalia eksterna
4. Dilakukan foto polos
5. Insersi FC 12 Fr, balon dikembangkan 3 cc pada uretra bagian
distal
6. Dilakukan pengisian kontras melalui FC, evaluasi uretra
dengan guiding fluoroskopi
7. Lokasi dan panjang striktur didokumentasikan
Tindakan
19. RUG-VCUG
1. Posisi terlentang
2. Disinfeksi daerah genital eksterna dan sekitarnya dengan antiseptik, kemudian
tutup dengan draping steril
3. Anestesi topikal pada pasien dengan xylocaine gel 2% ke dalam uretra dan pada
kateter uretra
4. Insersi FC 12 Fr, balon dikembangkan 3 cc pada uretra bagian distal
5. Dilakukan pengisian kontras melalui FC, evaluasi uretra dengan guiding fluoroskopi
6. Kontras terus diisi hingga buli penuh
7. Bila pasien ingin berkemih, pastikan leher kandung kemih terbuka. Posisi pasien
miring ke kiri/kanan. Kateter kemudian dicabut dan aliran kontras keluar melalui
uretra dipantau dengan fluoroskopi.
8. Dokumentasikan lokasi dan panjang striktur
Tindakan
20. Uretrosistografi Bipolar
1. Pasien posisi supine
2. A dan antisepsis prosedur
3. Evaluasi genitalia eksterna
4. Dilakukan foto polos
5. Insersi FC 12 Fr, balon dikembangkan 3 cc pada uretra bagian
distal
6. Dilakukan pengisian kontras pada buli hingga 80 cc melalui
sistostomi, evaluasi kesan dinding buli, pasien merasakan sensasi
ingin BAK, bladder neck terbuka, kontras mengisi uretra posterior,
dilakukan uretrografi secara bersamaan
7. Dilakukan penggantian sistostomi
Tindakan
22. Sistoskopi
1. Dilakukan di kamar operasi urologi atau poliklinik
2. Persiapan umum:
• Informed consent
• Persiapan bius lokal dan alat
• Persiapan bed lithotomy
3. Lembaran keselamatan operasi diisi secara simultan dan
lengkap
4. Persiapan alat : Sistoskop rigid/flexible, sumber cahaya, sistem
kamera, monitor TV, video recorder, evakuator, Foley
Catheter, NaCl/ Aqua steril, Draping steril
Persiapan
23. Sistoskopi
1. Pasien posisi litotomi dalam spinal anestesi
2. a dan antisepsis lapangan operasi dan sekitarnya
3. Xylocain gel 2% dimasukkan ke dalam uretra
4. Dimasukkan sheath dengan obturator hingga ke dalam buli. Obturator
dilepas dan diganti lensa 300 atau 700. Dilakukan evaluasi visual mukosa
buli, muara ureter, dan ada tidaknya kelainan intrabuli, juga evaluasi
bladder neck dan prostat. Evaluasi ada tidaknya trabekulasi, sakulasi,
divertikel, batu, massa pada intrabuli.
5. Sheath dicabut dan camera dikeluarkan.
6. Pasang Foley Catheter
Tindakan
25. Ultrasonografi
1. Dilakukan di poliklinik oleh ahli urologi atau radiologi yang
kompeten
2. Persiapan umum:
• Melakukan penjelasan prosedur kepada pasien dan keluarga
• Operator memastikan informed consent sudah ditandatangani
3. Persiapan alat : USG dan kelengkapannya (jelly, tissue, probe
linear)
Persiapan
26. Ultrasonografi
1. Pasien dipososikan dalam posisi supine
2. Lakukan disinfeksi penis, meatus uretra dan sekitarnya
3. Transduser USG diberikan jelly dan ditempelkan di kulit organ penis
4. Uretra anterior didistensikan menggunakan injeksi 20-100 mL saline/jelly
menggunakan syringe
5. Lakukan penilaian struktur uretra yang tergambar pada pemeriksaan USG,
apabila perlu dibandingkan dengan foto uretrografi
6. Setelah tindakan, peralatan operasi dibersihkan sesuai dengan standard
yang berlaku
Tindakan
28. MRI
Pasien 72 tahun menderita striktur uretra akibat straddle injury dan post TURP. Gambar (a)
menunjukkan striktur uretra bulbar 24,5 mm. (b) Setelah pemberian agen kontras intravena, aktivitas
proses inflamasi dapat dievaluasi (c) Gambaran rekonstruksi MIP (Maximum Intensity Projection)
32. Dilatasi
• Tatalaksana paling tua dan paling
sederhana
• Bertujuan untuk meregangkan bekas
luka secara atraumatik, tanpa
membuat lebih banyak jaringan parut
• Hanya dapat memiliki efek sementara
dan striktur diperkirakan akan
terulang kembali
• Dilakukan pada: pasien yang menolak
perawatan bedah, tidak memenuhi
syarat untuk operasi
Vyas JB, Ganpule AP, Muthu V, Sabnis RB, Desai M. Balloon Dilatation for male urethral strictures “revisited”. Urology Annals.
2013;5(4):245-8.
34. Direct Vision Internal Urethrotomy- DVIU
• DVIU banyak dilakukan sebagai pengobatan lini pertama striktur
uretra anterior, sebelumnya dipopulerkan oleh Sachse pada
tahun 1974.
• Biasanya dilakukan dengan anestesi umum atau spinal
• Ada 2 jenis DVIU, menggunakan ”cold knife" konvensional
dan ”hot knife" laser/plasmakinetik
Kluth LA, Ernst L, Vetterlein MW, Meyer CP, Reiss CP, Fisch M, et al. Direct vision internal urethrotomy for short anterior urethral
strictures and beyond: success rate, predictors of treatment failure dan recurrence management. Urology. 2017;105:210-215.
35. Indikasi DVIU
• TIDAK semua striktur uretra dapat ditatalaksana dengan DVIU
• Tingkat keberhasilan pengobatan setelah DVIU primer berkisar
antara 9% hingga 60%, dan mengalami penurunan pada DVIU
berulang.
• Indikasi DVIU terbatas pada:
• Striktur pada uretra pars bulbosa
• Striktur non-obliteratif
• Panjang striktur <2 cm
• Derajat spongiofibrosis ringan
Kluth LA, Ernst L, Vetterlein MW, Meyer CP, Reiss CP, Fisch M, et al. Direct vision internal urethrotomy for short anterior urethral
strictures and beyond: success rate, predictors of treatment failure dan recurrence management. Urology. 2017;105:210-215.
37. Uretroplasti
• Merupakan tatalaksana definitif pada striktur uretra, dikerjakan
dengan operasi terbuka.
• Uretroplasti dilakukan dengan mempertimbangkan lokasi dan
panjang striktur.
• Keberhasilan uretroplasti berkisar antara 60% - 100%
Reseksi Anastomosis
Augmented
Urethroplasty
38. Reseksi Anastomosis Augmented Urethroplasty
Ventral Onlay with
Spongioplasty
Lateral onlay with quitting to the
ischiocavernosus muscle
Dorsal onlay with spread fixation of the
graft
42. Kesimpulan
1
2
3
4
Dibutuhkan beberapa pemeriksaan penunjang untuk
membantu penegakan diagnosis striktur uretra.
Tatalaksana striktur uretra meliputi tatalaksana konservatif
dan pembedahan
Striktur uretra merupakan salah satu kelainan yang sering
ditemui di bidang urologi dengan gejala utama gangguan
berkemih.
Peran perawat urologi sangat penting dalam pemeriksaan
penunjang tersebut: persiapan alat dan tempat, membantu
memperlancar proses tindakan, dan perawatan pre/pasca
tindakan.