5. Persiapan Preoperasi
• Hentikan aspirin 1 minggu sebelum operasi
• Ketahui dan tata laksana ISK dengan kultur urine dan uji
sensitivitas
• Pemberikan profilaksis trombosis malam hari sebelum operasi
(low-molecule-weight heparin/LMWH)
• Enema per rektal diberikan 1 hari sebelum operasi
• Berikan antibiotik intravena dosis tunggal sebelum operasi dimulai
• Lakukan edukasi dan tanda tangan informed consent
8. Persiapan Operasi
• Litotomi
• Paha pasien harus ditekuk 90o
dari panggul untuk
memudahkan operator
melakukan manuver
• M. gluteus harus berada tepat
pada pinggir meja operasi
• Lakukan palpasi bimanual
setelah prosedur anestesi
9.
10. Teknik Operasi (Step-by-step)
• Atur white balance dari kamera video
• Atur fokus dan pembesaran
• Masuklah ke dalam buli dengan visual obturator dan cek uretra
• Lakukan inspeksi pertama pada buli berdasarkan protokol ketat dan bandingkan
dengan temuan pada RM rawat jalan
• Pastikan jumlah lesi
• Masukkan resectoscope dengan teleskop 30o
11. 3 Jenis Prosedur Reseksi
Prosedur reseksi
berdasarkan
Nesbit (1943)
Reseksi en bloc
berdasarkan
Mauermayer
(1981)
Bladder mapping
12. Prosedur Reseksi berdasarkan Nesbit (1943)
• Buli diisi hingga setengah kapasitas maksimum
• Reseksi dimulai dari bagian batas lateral tumor
• Lakukan tarikan loop strip secara bertahap pada bidang horizontal
• Setelah menyelesaikan seluruh loop pada bidang tersebut, ulangi gerakan hingga ke bagian
dalam
• Reseksi hingga jaringan sehat terlihat
• Tumor kecil dapat diangkat setingkat pedikel dan specimen dievakuasi dengan bladder
washing
• Setelahnya, lakukan tarikan loop strip pada residu pedikel hingga bagian submukosa dan
detrusor ikut terangkat, kirimkan secara terpisah ke bagian histologi
• Lakukan bladder evacuation dengan spuit 100cc
• Lakukan koagulasi dengan elektroda roller ball
1
13. Prosedur Reseksi berdasarkan Nesbit (1943)
BATASAN
• Tumor pada dome (kubah) buli sulit ditatalaksana dengan teknik ini
• Identifikasi dasar tumor dan bidang tumor yang lebih tinggi dapat menimbulkan masalah
• Tarikan loop-strip pada bagian bawah normalnya menimbulkan artefak fulgurasi yang
mengakibatkan evaluasi histologis sulit
RISIKO
• Sulit untuk menentukan stadium klinis yang jelas
• Evaluasi batas tumor yang tepat terkadang sulit dan seringkali spekulatif
2
14. Prosedur Reseksi berdasarkan Nesbit (1943)
TRIK
• Reseksi dilakukan dengan kondisi buli setengah terisi
• Perhatikan kurvatura buli ketika melakukan reseksi
• Lakukan tindakan pada tumor berukuran kecil dan mudah diakses terlebih dahulu
• Reseksi tumor pada bagian dome (kubah) dan dinding anterior di akhir
• Reseksi tumor pada bagian dome (kubah) dan dinding anterior dapat difasilitasi dengan
penekanan pada suprapubik dengan tangan kedua
• Setelah menyelesaikan reseksi satu lesi, pastikan koagulasi sudah sempurna sebelum
memulai reseksi pada lesi berikutnya
3
15. Reseksi en bloc berdasarkan Mauermayer
(1981)
• Gunakan straight loop
• Cutting power direduksi hingga 60 W
• Buat batas koagulasi sirkular pada jarak 5 mm dari pedikel tumor.
• Pada batas inilah insisi dinding buli dilakukan untuk mencapai lapisan otot yang
lebih dalam
• Lakukan pemotongan secara bertahap, selesaikan seluruh reseksi
• Tumor dievakuasi menggunakan spuit 100 cc
• Lakukan koagulasi dengan hati-hati pada bagian dasar tumor dengan elektroda
roller ball
1
16. Reseksi en bloc berdasarkan Mauermayer
(1981)
BATASAN
• Hanya tumor papiler dengan diameter <2,5 cm yang dapat diangkat dengan teknik ini
• Jangan pernah gunakan teknik ini pada bagian dome (kubah) buli dan dinding anterior
• Tumor pada divertikulum tidak dapat diangkat dengan teknik ini
RISIKO
• Pada lingkar posterior, batas koagulasi ini seringkali sulit diidentifikasi saat proses
pemotongan, Cek secara berkala
• Lesi < 3cm tidak dapat diambil
2
17. Reseksi en bloc berdasarkan Mauermayer
(1981)
TRIK
• Dengan menggunakan aliran irigasi maupun ujung scope, lesi dapat diposisikan miring ke
belakang memudahkan reseksi
• Resektoskop dengan short beak shaft memfasilitasi inklinasi tumor sehingga membantu
optimalisasi visual
3
18. Bladder Mapping
• Dilakukan jika hasil sistoskopi negatif dengan sitologi yang positif
• Forceps biopsi beku dimasukkan dengan sheath 24 Fr
• Ujung forceps dibuka ketika buli sudah terisi setengah kapasitasnya
• Dengan penekanan lembut pada dinding buli, ujung forceps diletakkan pada mukosa.
• Ujung forceps kemudian dibuka, dilakukan pengambilan spesimen.
• Forceps ditarik keluar, spesimen diambil dari ujung forceps
• Forceps dimasukkan kembali ke dalam sheath dan selanjutnya dilakukan koagulasi
pada area biopsi
• Ulangi prosedur ini setidaknya pada bagian trigonum, dinding anterior, posterior,
lateral, serta kubah buli
19. Sebelum Menyelesaikan TURBT
• Cek kembali apakah koagulasi sudah sempurna
• Pastikan cairan irigasi tidak kurang
• Posisikan sebuah kateter irigasi ukuran 18 Fr dan cuci buli sebanyak 3x dengan
100ml NaCl 0,9%. Irigasi secara kontinyu tidak selalu dilakukan
• Pastikan kateter berfungsi dengan baik
• Palpasi abdomen untuk memastikan tidak ada penambahan ukuran lingkar
abdomen
20. Perawatan Postoperatif
• Irigasi kontinyu buli tidak selalu diperlukan, irigasi dapat dilakukan satu malam
• Ketika urine sudah jernih dan tidak ada komplikasi, kateter dapat dilepas,
biasanya dalam 24 jam
21. References
• Hohenfellner R, Stolzenburg JU. Manual endourology. Berlin:
Springer; 2005
• Smith, J. A., Howards, S. S., & Preminger, G. M. (2018). Hinman's
Atlas of Urologic Surgery, Expert Consult-Online and Print, 4:
Hinman's Atlas of Urologic Surgery. Elsevier Health Sciences.
• Geavlete PA. Endoscopic diagnosis and treatment in urinary
bladder pathology: handbook of endourology. Oxford: Elsevier,
Inc.; 2016