SlideShare a Scribd company logo
1 of 73
LAPORAN JAGA OK
EMERGENSI
12 MARET 2024
RX/TF/MZ/ES
JUMLAH PASIEN
• OBSGYN -
• BEDAH 3
PASIEN 1
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nuraini
Umur/Jenis Kelamin : 68 tahun/Perempuan
Rekmed : 1104288
Diagnosis :
Post Laparotomy Repair Hernia ec Hernia Incisional + Ascites Masif
ec sirosis hepatis dekompensata Hep B Kronis + HT on therapy +
DM Tipe II
Teknik : GA INK
Primary Survey
• Airway : Clear
• Breathing : RR 20 x/menit, SpO2 98% Room Air
• Circulation : TD 173/89 mmHg, N: 75 x/m
• Dissability : GCS E4M6V5
• Exposure : Temp 36,6
Pre Operatif
Subjektif
- Allergic : (-)
- Medication: (-)
- Past Illness: Riwayat Hipertensi ada, Riwayat DM ada,
- Operasi : (-)
- Last Meal : cukup
- Event : Tampak benjolan di perut sejak 3 bulan yang lalu.
Nyeri (+) jika berdiri atau berjalan. Mual (+), muntah (+), perut
terasa penuh, BAB (-)
SECONDARY SURVEY
Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Leher : Massa (-)
Thorax : Simetris pola pernafasan torakoabdominal, retraksi (-)
Cor : BJ I/II Reguler Normal, murmur - gallop - ,
Pulmo : Vesikuler normal, ronkhi -/-, wheezing-/-
Abdomen : Cembung, BU (-)
Extremitas : edema -/- , akral hangat, CRT<2 detik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 20/02/24
DR: 7.1/21/3320/83.000
Albumin: 2.5
PT: 20.3/14/7
INR: 1.5
Ur/Cr: 24/1.21
Na/K/Cl: 143/3.4/111
Bil Total: 1.9
SGOT/SGPT: 58/24
Laboratorium 11/03/24:
DR: 11.1/32/6.510/103.000
PDL dr. Suyata, SpPD
Tenovir 1x300 mg
Propanolol 2x10 mg
Spironolaction 3x100 mg
Furosemid 1x40 mg
Candesartan 1x8 mg
Lansoprazol 1x30 mg
Sucralfat syr 3x1 C
As Folat 3x1
Novorapid
SC --> Sliding scale
Vit K 3x10 mg
• Ro Thorax 05/11/23
• Kardiomegali
• EKG 12/03/24
• NSR, HR 80x/m
• Pasien dengan Status Fisik ASA III E
• Tindakan Anestesi : GA INK
INTRA OPERATIF
• Teknik anestesi 
• Induksi:
• Propofol: 80 Mg, Fentanyl 100 mg, Rocuronium 20 mg
• Hemodinamik Intra-operatif :
Hemodinamik intraoperatif relative stabil
INTRA OPERATIF
• Lama Operasi : 3 Jam
• Input:
• Ringer Fundin 1500 cc
• PRC 200 cc
• Gelofusin 500 cc
• Output :
• Urin: 500 cc
• Perdarahan 500 cc
• Hemodinamik Intra Operatif relatif stabil
• Perawatan Post Operatif
Perawatan post operatif ke ruang biasa
AKTUAL PROBLEM
• Herbia Incisional
• DM Tipe 2
• Sirosis Hepatis
POTENSIAL PROBLEM
• Infeksi Post op
• Post op pain
• Neuropati Otonom
PASIEN 2
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nasarudin bin Soleh
Umur/Jenis Kelamin : 51th / Laki-laki
Rekmed : 1480416
Diagnosis :
Respiratory Failure on Mechanical Ventilation + Post laparatomi
emergency ai peritonitis ec perforasi organ viscous + Hiponatremi +
paru on therapy
Teknik : GA INK
Primary Survey
• Airway : Clear
• Breathing : RR 20 x/menit, SpO2 100% udara bebas
• Circulation : TD 96/67 mmHg, N: 113 x/m
• Dissability : GCS E2M4V3
• Exposure : Temp 36,2
Pre Operatif
Subjektif
- Allergic : tidak ada
- Medication : Tidak ada
- Past Illness : Riwayat Hipertensi tidak ada, Riwayat DM tidak
ada
- Last Meal: 18.00
- Event : nyeri diseluruh lapang perut sejak 5 hari yll
SECONDARY SURVEY
Kepala : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-
Leher : Massa (-)
Thorax : Simetris pola pernafasan torakoabdominal, retraksi (-)
Cor : BJ I/II Reguler Normal, murmur - gallop - ,
Pulmo : Vesikuler normal, ronkhi -/-, wheezing-/-
Abdomen : BU (+), distensi(+), defans (+)
Extremitas : edema -/- , akral hangat, CRT<2 detik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
12/3/249.5/27/9.10/207.000
PT 27.9/14.30
APTT 51.2/32.9
INR 2.09
alb 1.6
ur/cr 35/0.70
Na/K/Cl 122/3.7/92
bil tot 1.2
OT/PT 59/7
AGD 12/3/24
pH 7.278
pCO2 48.6
pO2 129.4
HCO3. 23
laktat 2.0
FiO2 50
PO2/FiO2 258.9
PDL 12/3/24
• Saat ini Cor : kompensata Pulmo : non
kompensata
• P/- ACC RB DPJP dr RA Linda SpPD,
• KPMK- Informed consent keluarga kondisi
perburukan pasien-
• Transfuse PRC 200cc –
• kultur darah dan sputum, profil besi
• Cek TCM sputum bila KU baik –
• IVFD NaCl 0,9% kocor 2000cc dalam 2 jam
dilanjutkan gtt XXX x/m makro
• - Meropenem 3x1gr IV
• - Drip hidrokortison 100mg dalam NaCl 0,9% / 24
jam
• - Nebu Ventolin / 6 jam - Tunda OAT
EKG 12/3/24
• Sinus takikardia, HR 113x/m
Ro Thorax 12/3/24
Kesan : Cor normal, Pulmo suspek Tb Paru
• Pasien dengan Status Fisik ASA III E
• Tindakan Anestesi : GA INK
INTRA OPERATIF
• Teknik anestesi  Fentalyl 100 mcg, Rocuronium 10 mg
• Induksi
• Hemodinamik Intra-operatif :
Hemodinamik intraoperatif relative stabil
INTRA OPERATIF
• Lama Operasi : 2 jam
• Input
Gelofusin 1000cc
PRC 200cc
FFP 750ccOutput
Perdarahan
Urin 100 cc
Perdarahan 300 cc
• Hemodinamik Intra Operatif relatif stabil
• Perawatan Post Operatif
Perawatan post operatif ke ruang ICU
AKTUAL PROBLEM
• Peritonitis
• Perforasi Organ
POTENSIAL PROBLEM
• Infeksi
• Post op pain
• Perdarahan intra operatif
• Desaturasi
PASIEN 3
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Dhammanando
Umur/Jenis Kelamin : 46 tahun/ Laki-laki
Rekmed : 0001473477
Diagnosis :
Respiratory Failure On Mechanical Ventilation + Syok hemoragik
perbaikan + Post craniektomi evakuasi ai penurunan kesadaran CKS
E1M4V1 ec EDH parietal bilateral + trombositopenia
Teknik : GA
Primary Survey
• Airway : Terintubasi
• Breathing : RR 14 x/menit, SpO2 100% On venti
Spont/CPAP PEEP 5 FiO 50%
• Circulation : TD 125/81 mmHg, N: 65 x/m
• Dissability : GCS E1M4VT
• Exposure : Temp 36.7
Pre Operatif
Subjektif
- Allergic : tidak ada
- Medication : Tidak ada
- Past Illness : Riwayat operasi craniektomi
evakuasi/demkompresi (8/3/24)
- Last Meal: Cukup
- Event : Pasien post terjatuh dari ketinggian saat memperbaiki
atap rumah
SECONDARY SURVEY
Kepala : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-, pupil
anisokor 2mm/3mm
Leher : Massa (-)
Thorax : Simetris pola pernafasan torakoabdominal, retraksi (-)
Cor : BJ I/II Reguler Normal, murmur - gallop - ,
Pulmo : Vesikuler normal, ronkhi -/-, wheezing-/-
Abdomen : BU (+)
Extremitas : edema -/- , akral hangat, CRT<2 detik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 12/03/24
DR: 11.7/35/8.440/128.000
Albumin: 4.2
PT: 16/16.3
INR: 1.17
Ur/Cr: 40/0.74
Na/K/Cl: 147/4.2/109
Bilirubin total: 0.9
GDP: 149
AGD:
pH 7.407
pCO2: 40.3
pO2: 154.2
SO2: 99.8
Laktat: 1.8
HCO3: 25.6
pO2/FiO2: 308.3
Kesan: Normal AGD
Ro Thorax 08/04/24
Bronkitis
CT Scan 12/03/24
Perdarahan
Infark luas
EKG 12/3/24
NSR 62x/m
• Pasien dengan Status Fisik ASA III E
• Tindakan Anestesi : GA
INTRA OPERATIF
• Teknik anestesi  GA INK
• Induksi
• Thiopental 250 mg Fentanyl 100 mcg Rocuronium 50 mg
• Hemodinamik Intra-operatif :
Hemodinamik intraoperatif relative stabil
INTRA OPERATIF
• Lama Operasi : 2 jam
• Input
Kristaloid 1000 ml
Mannitol 250 ml
Output
Perdarahan: 400 cc
Urin: 500 cc
• Hemodinamik Intra Operatif relatif stabil
• Perawatan Post Operatif
Perawatan post operatif ke ICU
AKTUAL PROBLEM
• EDH
• Penurunan Kesadaran
POTENSIAL PROBLEM
• Infeksi
• Post op pain
• Desaturasi
• Secondary brain Injury
NEUROANESTESI
PRINSIP NEUROANESTESI
• A. Airway
Jalan nafas bebas sepanjang waktu
• B. Breathing
Ventilasi kendali, paCO2 normokapnia pada cedera kepala dan sedikit
hipokapnia pada tumor, paO2 100-200mmHg
• C. Circulation
Target normotensi, normovoleia, normoglikemia, tidak ada gangguan
drainase, vena serebral
• D. Drugs
Hindari obat dan teknik yang meningkatkan tekanan intrakranial,
berikan obat-obat yang memiliki efek proteksi otak
• E. Encironment
Pertahankan suhu permisive hipotermia. 35-26 oC
BRAIN INJURY SEKUNDER
• Brain injury sekunder dapat diakibatkan oleh sistemik
dan intrakranial
Sistemik
1. intrakranial
2. Sistemik
3. Hipotensi
4. Hipoxemi
5. Hipokarbi
6. Hipertermi
7. Hiperglicemia
8. Hiponatremia
Intrakranial
1. Hipertensi intrakranial
2. Kejang
3. Vasospasme
4. Infeksi
CEREBERAL METABOLIC RATE
• Otak mengkonsumsi 20 % total oksigen
• CMR diekspresikan sebagai konsumsi oksigen (CMRO2) rata-rata 3-
3,8 ml/100gr/menit. 50 ml/ menit pada dewasa
• Sel otak normalnya menggunakan glukosa sebagai sumber energi
utama
• Konsumsi glukosa otak 5mg/100gr/menit, dimana lebih dari 90%
dimetabolisme secara aerob.
• Hipoglikemia akut menyebabkan cedera pada otak, sedangkan,
hiperglicemia menyebabkan global dan fokal injury pada otak yang
mempercepat asidosis serebral.
CEREBRAL BLOOD FLOW
• Total CBF pada orang dewasa sekitar 50
ml/100gr/menit (750 ml/menit)
• CBF 20 -25 ml/100gr/menit berkaitan dengan
kerusakan serebral, dengan tampaknya
penurunan pada elektroensefalogram (EEG)
REGULASI CBF
• Regulasi CBF dipengaruhi oleh
• 1. Cerebral Perfusion Pressure (CPP)
• 2. Autoregulasi
• 3. Mekanisme Ekstrinsik
CEREBRAL PERFUSION PRESSURE (CPP)
• CPP merupakan perbedaan antara Mean arterial
pressure dan Intracranial pressure (atau Central
Venous Pressure, jika CVP >ICP)
• CPP = MAP – ICP atau CVP
• Normalnya CPP 80-100 mmHg
• Karena ICP normalnya kurang daei 10 mmHg,
maka CPP sangat bergantung dari MAP
AUTOREGULASI
• Otak memiliki toleransi yang tinggi terhadap
tekanan darah
• Pada orang normal, CBF hampir konstan pada
MAP antara 60-160 mmHg.
• Diluar batas ini CBF menjadi pressure dependent.
Tekanan diatas 160mmHg, dapat menggangu
Blood Brain Barrier dan menyebabkan edema
cerebral dan perdarahan
3. MEKANISME EKSTRINSIK
• CBF secara proposrsional berkaitan
langsung dengan paCO2 pada
tekanan 20-80 mmHg.
• CBF berubah 1-2ml/100gr/menit
tiap 1 mmHg perubahan paCO2.
• Suhu
• CBF berubah 5%-7% setiap perubahan 1o C
• Hipotermia menurunkan CMR dan CBF
sedangkan hipertermia meningkatkan CMR dan
CBF
• Viskositas
• Yang paling menentukan viskositas adalah
hematokrit
• Penurunan hematokrit akan meningkatkan CBF
• Penelitian menyarankan batas optimal delivery
O2 pada hematokrit 30%.
BLOOD BRAIN BARRIER
• Pembuluh darah serebral sangat unik dimana
persambungan antara sel endotelial vaskuler
hampir menyatu
• Barrier lipid akan melewatkan substansi larut
lemak, CO2, O2, tetapi akan membatasi
pergerakan substansi terionisasi ataupun molekul
besar
• Hipertonisitas akut pada plasma akan
menyebabkan pergerakan air ke luar otak,
sedangkan hipotonisitas akan menyebabkan air
bergerak ke dalam otak.
• BBB dapat terganggu pada hipertensi berat,
TEKANAN INTRAKRANIAL
• Rongga cranium erupakan struktur rigid
dengan volue tetap, terdiri dari Otak (80%),
Darah (12%), dan CSF (8%)
• Peningkatan salah satu komponen akan
menyebabkan penurunan komponen lainny
agar ICP tidak meningkat
• ICP normal <= 10 mmHg
• Mekanisme kompensasi terhadap peningkatan
ICP
A. Perpindahan CSF
B. Peningkatan absorpsi CSF
C. Penurunan produksi CSF
EFEK AGEN ANESTESI PADA FISIOLOGI CEREBRA
DIABETES MELITUS
Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan yang ditandai dengan
kelainan metabolisme karbohidrat yang menyebabkan hiperglikemia.
Hiperglikemia mengganggu vasodilatasi dan menginduksi keadaan
proinflamasi, protrombotik, dan proaterogenik kronis yang
menyebabkan komplikasi vaskular.
Penderita diabetes umumnya memiliki disfungsi otonom, yang
bermanifestasi sebagai hipotensi ortostatik, hilangnya variabilitas
denyut jantung, dan pengosongan lambung yang tertunda.
DIAGNOSIS
• GDP lebih besar dari 126 mg/dL (~7,0 mmol/L) atau,
• GDS lebih besar dari 200 mg/dL (~11,1 mmol/L) atau,
• GD2PP lebih besar dari 200 mg/dL
• Uji toleransi glukosa oral dikatakan terganggu (Oral Glucose Tolerance
Tests / OGTT Terganggu) bila kadar glukosa darah puasa antara 110 –
126 mg/dL atau glukosa darah 2 jam post prandial antara 140 – 200
mg/dL
• HbA1c ≥ 6,5%
KLASIFIKASI DM
• Menurut rekomendasi terbaru oleh Asosiasi Diabetes Amerika dan Organisasi Kesehatan
Dunia, DM diklasifikasikan berdasarkan etiologi penyakit yang mendasarinya (yaitu, tipe 1 vs.
tipe 2) daripada berdasarkan usia onset (yaitu, onset remaja vs. onset dewasa DM) atau
modalitas pengobatan (yaitu, insulin-dependent vs non-insulin-dependent DM)
• Defisiensi insulin pada DM tipe 1 merupakan akibat dari destruksi sel beta pankreas yang
diperantarai autoimun. Pasien bergantung pada insulin eksogen untuk mengatur
metabolisme
• Onset DM tipe 1 pada usia yang lebih muda dari onset DM tipe 2, dan sensitivitas
terhadap insulin normal.
• Kekurangan insulin dapat memicu ketoasidosis diabetikum, suatu gangguan metabolik
yang kompleks dan berpotensi mengancam jiwa.
• Beberapa pasien dengan DM tipe 1 yang berlangsung lama dalam kontrol ketat memiliki
episode berulang hipoglikemia asimtomatik dan kegagalan mekanisme kontraregulasi
yang mengakibatkan ketidaksadaran hipoglikemik, bahkan ketika kadar glukosa darah
sangat rendah
• Sebaliknya, resistensi insulin perifer pada DM tipe 2 sering disertai dengan
kegagalan mensekresi insulin karena disfungsi sel beta pankreas.
• Penambahan berat badan dan lemak perut atau visceral, terlepas dari indeks
massa tubuh, dikaitkan dengan peningkatan risiko pengembangan DM tipe 2
• Saat ini, American Diabetes Association merekomendasikan target HbA1c <7%
untuk pasien dengan DM tipe 2. HbA1c, atau hemoglobin glikosilasi, adalah
ukuran kontrol glukosa jangka panjang, biasanya 3 bulan terakhir.
• Tingkat HbA1c yang lebih rendah dikaitkan dengan pengurangan komplikasi
mikrovaskular dan neuropatik.
• Peningkatan HbA1c dikaitkan dengan risiko yang lebih besar dari kejadian
kardiovaskular, peningkatan komplikasi infeksi pasca operasi, dan peningkatan
volume cairan lambung.
• Tes HbA1c memberikan ukuran yang berharga dari kontrol glikemik jangka
panjang. Hemoglobin secara nonenzimatik diglikosilasi oleh glukosa, yang dengan
bebas melintasi membran sel darah merah.
• Persentase molekul hemoglobin yang berpartisipasi dalam reaksi ini sebanding
dengan konsentrasi glukosa plasma rata-rata selama 60-90 hari sebelumnya.
Kisaran normal untuk HbA1c adalah 4% -6%.
• Peningkatan risiko penyakit mikrovaskular dan makrovaskular dimulai ketika
proporsi HbA1c adalah 6,5% atau lebih tinggi.
• Pengukuran HbA1c dianjurkan setidaknya dua kali setahun dan lebih sering (setiap
3 bulan) jika kontrol glikemik tidak memadai atau terapi telah berubah.
TANDA DIABETES NEUROPATI AUTONOM
• Hipertensi
• Iskemik miokard
• Hipotensi ortostatik
MANAJEMEN PREOPERATIF
• Evaluasi pra operasi harus menekankan sistem kardiovaskular, ginjal,
neurologis, dan muskuloskeletal
• Indeks kecurigaan harus tinggi untuk iskemia dan infark miokard. Iskemia
diam mungkin terjadi neuropati otonom.
• Untuk penyakit ginjal, pengendalian hipertensi adalah penting. Perhatian
yang cermat terhadap status hidrasi, penghindaran nefrotoksin, dan
pemeliharaan aliran darah ginjal juga penting.
• Kehadiran neuropati otonom mempengaruhi pasien untuk disritmia
perioperatif dan hipotensi intraoperatif. Selain itu, hilangnya respon simpatis
kompensasi mengganggu deteksi dan tatalaksana gangguan hemodinamik.
• Evaluasi praoperasi dari sistem muskuloskeletal harus mencari
keterbatasan mobilitas sendi yang disebabkan oleh glikosilasi
protein non-enzimatik dan ikatan silang kolagen yang abnormal.
• Gastroparesis dapat meningkatkan risiko aspirasi.
• Manajemen insulin pada periode pra operasi tergantung pada jenis insulin yang dikonsumsi
pasien dan waktu pemberian dosis.
• Jika pasien menggunakan insulin subkutan setiap malam sebelum tidur, dua pertiga dari
dosis ini (NPH dan reguler) harus diberikan pada malam sebelum operasi, dan setengah dari
dosis NPH pagi yang biasa harus diberikan pada hari operasi.
• Dosis insulin reguler pagi hari harus dilakukan. Jika pasien menggunakan pompa insulin,
dosis malam harus diturunkan 30%. Pada pagi hari pembedahan, pompa dapat terus
diinfuskan pada kecepatan basal atau dihentikan dan diganti dengan infus insulin kontinu
pada kecepatan yang sama. Atau pasien dapat diberikan glargine subkutan dan pompa
dihentikan 60-90 menit setelah pemberian.
• Hipoglikemik oral harus dihentikan 24-48 jam sebelum operasi. Disarankan bahwa
sulfonilurea dihindari selama seluruh periode perioperatif karena mereka memblokir saluran
potasium adenosin trifosfat (ATP) miokard yang bertanggung jawab untuk iskemia.
MANAJEMEN INTRAOPERATIVE
• Kadar glukosa serum intraoperatif harus dipertahankan antara 120 dan 180 mg/dL.
• Kadar di atas 200 mg/dL cenderung menyebabkan glikosuria dan dehidrasi serta
menghambat penyembuhan luka.
• Biasanya 1 unit insulin menurunkan glukosa sekitar 25-30 mg/dL.
• Tingkat awal per jam untuk infus insulin kontinu ditentukan dengan membagi total
kebutuhan insulin harian dengan 24. kecepatannya adalah 0,02 unit/kg/jam, atau 1,4
unit/jam pada pasien 70 kg.
• Infus insulin dapat dibuat dengan mencampurkan 100 unit insulin reguler dalam 100 mL
saline normal (1 unit/mL).
• Kebutuhan infus insulin lebih tinggi pasien yang menjalani operasi cangkok bypass arteri,
pasien yang menerima steroid, pasien dengan infeksi berat, dan pasien yang menerima infus
hiperalimentasi atau vasopresor
• Kadar glukosa serum harus dipantau setidaknya setiap jam dan bahkan setiap 30 menit pada pasien
yang menjalani operasi bypass arteri koroner atau pasien dengan kebutuhan insulin yang tinggi.
• Penentuan glukosa biasanya dilakukan dengan menggunakan plasma vena atau sampel serum; darah
arteri dan kapiler menghasilkan nilai glukosa sekitar 7% lebih tinggi daripada darah vena, dan
• Pemantauan glukosa urin tidak dapat diandalkan.
• Menghindari hipoglikemia sangat penting, karena hipoglikemia mungkin
tertunda pada pasien yang menerima anestesi, obat penenang, analgesik, -
blocker, atau simpatolitik dan pada mereka dengan neuropati otonom.
• Jika hipoglikemia terjadi, pengobatan terdiri dari pemberian 50 mL dekstrosa
50% dalam air, yang biasanya meningkatkan kadar glukosa 100 mg/dL atau 2
mg/dL/mL
• Manajemen pasca operasi pasien diabetes memerlukan pemantauan
kebutuhan insulin yang cermat. Hiperglikemia telah dikaitkan dengan hasil
yang buruk pada pasien pasca operasi dan sakit kritis.
• Namun, target optimal untuk kadar glukosa darah pada periode perioperatif
belum ditentukan. Selain itu, target ini mungkin berbeda untuk pasien
dengan hiperglikemia yang baru didiagnosis dibandingkan dengan pasien
dengan diabetes yang sudah ada sebelumnya.
• aat ini ADA merekomendasikan bahwa kadar glukosa dipertahankan antara
140 dan 180 mg/dL pada pasien sakit kritis dan pengobatan insulin dimulai
jika kadar glukosa serum melebihi 180 mg/dL
MANAJEMEN PERIOPERATIF
TARGET GULA DARAH

More Related Content

Similar to Jaga OK emergency malam, rabu 12 Maret 2024

Tetralogi of fallot in CPB
Tetralogi of fallot in CPBTetralogi of fallot in CPB
Tetralogi of fallot in CPB
Ida Simanjuntak
 
MR MRM post Kemoterapi.hjhvjhvjhvpptxuyguyguy
MR MRM post Kemoterapi.hjhvjhvjhvpptxuyguyguyMR MRM post Kemoterapi.hjhvjhvjhvpptxuyguyguy
MR MRM post Kemoterapi.hjhvjhvjhvpptxuyguyguy
dedi274422
 

Similar to Jaga OK emergency malam, rabu 12 Maret 2024 (20)

Tetralogi of fallot in CPB
Tetralogi of fallot in CPBTetralogi of fallot in CPB
Tetralogi of fallot in CPB
 
PRESENTASI KASUS TB Paru pada pasien.pptx
PRESENTASI KASUS TB Paru pada pasien.pptxPRESENTASI KASUS TB Paru pada pasien.pptx
PRESENTASI KASUS TB Paru pada pasien.pptx
 
EMG 11 FEBRUARI 2022 (3).pptx
EMG  11 FEBRUARI 2022 (3).pptxEMG  11 FEBRUARI 2022 (3).pptx
EMG 11 FEBRUARI 2022 (3).pptx
 
Kasmen Suta 23 Agustus 2022.pptx
Kasmen Suta 23 Agustus 2022.pptxKasmen Suta 23 Agustus 2022.pptx
Kasmen Suta 23 Agustus 2022.pptx
 
Presentasi Kasus - Anestesi Spinal
Presentasi Kasus - Anestesi SpinalPresentasi Kasus - Anestesi Spinal
Presentasi Kasus - Anestesi Spinal
 
bab 1 abdi ppt.pptx
bab 1 abdi ppt.pptxbab 1 abdi ppt.pptx
bab 1 abdi ppt.pptx
 
Debridement + sepsis HOBBI case study.pptx
Debridement  + sepsis HOBBI case study.pptxDebridement  + sepsis HOBBI case study.pptx
Debridement + sepsis HOBBI case study.pptx
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
Konsiderasi Torakotomi 308 Esofago Fistula.pptx
Konsiderasi Torakotomi 308 Esofago Fistula.pptxKonsiderasi Torakotomi 308 Esofago Fistula.pptx
Konsiderasi Torakotomi 308 Esofago Fistula.pptx
 
ppt kel 5 covid.ppt
ppt kel 5 covid.pptppt kel 5 covid.ppt
ppt kel 5 covid.ppt
 
Anestesia pd operasi laparoscopy
Anestesia pd operasi laparoscopyAnestesia pd operasi laparoscopy
Anestesia pd operasi laparoscopy
 
Total AV Block .pptx
Total AV Block .pptxTotal AV Block .pptx
Total AV Block .pptx
 
slide ujian ed.pptx
slide ujian ed.pptxslide ujian ed.pptx
slide ujian ed.pptx
 
216781903 case-anestesi
216781903 case-anestesi216781903 case-anestesi
216781903 case-anestesi
 
LAPKAS CHF.pptx
LAPKAS CHF.pptxLAPKAS CHF.pptx
LAPKAS CHF.pptx
 
Case ga
Case gaCase ga
Case ga
 
Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)
Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)
Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)
 
167250942 case-anestesi
167250942 case-anestesi167250942 case-anestesi
167250942 case-anestesi
 
ppt acs.pptx
ppt acs.pptxppt acs.pptx
ppt acs.pptx
 
MR MRM post Kemoterapi.hjhvjhvjhvpptxuyguyguy
MR MRM post Kemoterapi.hjhvjhvjhvpptxuyguyguyMR MRM post Kemoterapi.hjhvjhvjhvpptxuyguyguy
MR MRM post Kemoterapi.hjhvjhvjhvpptxuyguyguy
 

Recently uploaded

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
RekhaDP2
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
NezaPurna
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
Zuheri
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
PrajaPratama4
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
nadyahermawan
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 

Recently uploaded (20)

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
 
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 

Jaga OK emergency malam, rabu 12 Maret 2024

  • 1. LAPORAN JAGA OK EMERGENSI 12 MARET 2024 RX/TF/MZ/ES
  • 2. JUMLAH PASIEN • OBSGYN - • BEDAH 3
  • 4. I. IDENTITAS PASIEN Nama : Nuraini Umur/Jenis Kelamin : 68 tahun/Perempuan Rekmed : 1104288 Diagnosis : Post Laparotomy Repair Hernia ec Hernia Incisional + Ascites Masif ec sirosis hepatis dekompensata Hep B Kronis + HT on therapy + DM Tipe II Teknik : GA INK
  • 5. Primary Survey • Airway : Clear • Breathing : RR 20 x/menit, SpO2 98% Room Air • Circulation : TD 173/89 mmHg, N: 75 x/m • Dissability : GCS E4M6V5 • Exposure : Temp 36,6
  • 6. Pre Operatif Subjektif - Allergic : (-) - Medication: (-) - Past Illness: Riwayat Hipertensi ada, Riwayat DM ada, - Operasi : (-) - Last Meal : cukup - Event : Tampak benjolan di perut sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri (+) jika berdiri atau berjalan. Mual (+), muntah (+), perut terasa penuh, BAB (-)
  • 7. SECONDARY SURVEY Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/- Leher : Massa (-) Thorax : Simetris pola pernafasan torakoabdominal, retraksi (-) Cor : BJ I/II Reguler Normal, murmur - gallop - , Pulmo : Vesikuler normal, ronkhi -/-, wheezing-/- Abdomen : Cembung, BU (-) Extremitas : edema -/- , akral hangat, CRT<2 detik
  • 8. PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium 20/02/24 DR: 7.1/21/3320/83.000 Albumin: 2.5 PT: 20.3/14/7 INR: 1.5 Ur/Cr: 24/1.21 Na/K/Cl: 143/3.4/111 Bil Total: 1.9 SGOT/SGPT: 58/24 Laboratorium 11/03/24: DR: 11.1/32/6.510/103.000 PDL dr. Suyata, SpPD Tenovir 1x300 mg Propanolol 2x10 mg Spironolaction 3x100 mg Furosemid 1x40 mg Candesartan 1x8 mg Lansoprazol 1x30 mg Sucralfat syr 3x1 C As Folat 3x1 Novorapid SC --> Sliding scale Vit K 3x10 mg
  • 9. • Ro Thorax 05/11/23 • Kardiomegali • EKG 12/03/24 • NSR, HR 80x/m
  • 10. • Pasien dengan Status Fisik ASA III E • Tindakan Anestesi : GA INK
  • 11. INTRA OPERATIF • Teknik anestesi  • Induksi: • Propofol: 80 Mg, Fentanyl 100 mg, Rocuronium 20 mg • Hemodinamik Intra-operatif : Hemodinamik intraoperatif relative stabil
  • 12. INTRA OPERATIF • Lama Operasi : 3 Jam • Input: • Ringer Fundin 1500 cc • PRC 200 cc • Gelofusin 500 cc • Output : • Urin: 500 cc • Perdarahan 500 cc • Hemodinamik Intra Operatif relatif stabil • Perawatan Post Operatif Perawatan post operatif ke ruang biasa
  • 13. AKTUAL PROBLEM • Herbia Incisional • DM Tipe 2 • Sirosis Hepatis
  • 14. POTENSIAL PROBLEM • Infeksi Post op • Post op pain • Neuropati Otonom
  • 16. I. IDENTITAS PASIEN Nama : Nasarudin bin Soleh Umur/Jenis Kelamin : 51th / Laki-laki Rekmed : 1480416 Diagnosis : Respiratory Failure on Mechanical Ventilation + Post laparatomi emergency ai peritonitis ec perforasi organ viscous + Hiponatremi + paru on therapy Teknik : GA INK
  • 17. Primary Survey • Airway : Clear • Breathing : RR 20 x/menit, SpO2 100% udara bebas • Circulation : TD 96/67 mmHg, N: 113 x/m • Dissability : GCS E2M4V3 • Exposure : Temp 36,2
  • 18. Pre Operatif Subjektif - Allergic : tidak ada - Medication : Tidak ada - Past Illness : Riwayat Hipertensi tidak ada, Riwayat DM tidak ada - Last Meal: 18.00 - Event : nyeri diseluruh lapang perut sejak 5 hari yll
  • 19. SECONDARY SURVEY Kepala : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/- Leher : Massa (-) Thorax : Simetris pola pernafasan torakoabdominal, retraksi (-) Cor : BJ I/II Reguler Normal, murmur - gallop - , Pulmo : Vesikuler normal, ronkhi -/-, wheezing-/- Abdomen : BU (+), distensi(+), defans (+) Extremitas : edema -/- , akral hangat, CRT<2 detik
  • 20. PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium 12/3/249.5/27/9.10/207.000 PT 27.9/14.30 APTT 51.2/32.9 INR 2.09 alb 1.6 ur/cr 35/0.70 Na/K/Cl 122/3.7/92 bil tot 1.2 OT/PT 59/7 AGD 12/3/24 pH 7.278 pCO2 48.6 pO2 129.4 HCO3. 23 laktat 2.0 FiO2 50 PO2/FiO2 258.9
  • 21. PDL 12/3/24 • Saat ini Cor : kompensata Pulmo : non kompensata • P/- ACC RB DPJP dr RA Linda SpPD, • KPMK- Informed consent keluarga kondisi perburukan pasien- • Transfuse PRC 200cc – • kultur darah dan sputum, profil besi • Cek TCM sputum bila KU baik – • IVFD NaCl 0,9% kocor 2000cc dalam 2 jam dilanjutkan gtt XXX x/m makro • - Meropenem 3x1gr IV • - Drip hidrokortison 100mg dalam NaCl 0,9% / 24 jam • - Nebu Ventolin / 6 jam - Tunda OAT EKG 12/3/24 • Sinus takikardia, HR 113x/m Ro Thorax 12/3/24 Kesan : Cor normal, Pulmo suspek Tb Paru
  • 22. • Pasien dengan Status Fisik ASA III E • Tindakan Anestesi : GA INK
  • 23. INTRA OPERATIF • Teknik anestesi  Fentalyl 100 mcg, Rocuronium 10 mg • Induksi • Hemodinamik Intra-operatif : Hemodinamik intraoperatif relative stabil
  • 24. INTRA OPERATIF • Lama Operasi : 2 jam • Input Gelofusin 1000cc PRC 200cc FFP 750ccOutput Perdarahan Urin 100 cc Perdarahan 300 cc • Hemodinamik Intra Operatif relatif stabil • Perawatan Post Operatif Perawatan post operatif ke ruang ICU
  • 26. POTENSIAL PROBLEM • Infeksi • Post op pain • Perdarahan intra operatif • Desaturasi
  • 28. I. IDENTITAS PASIEN Nama : Dhammanando Umur/Jenis Kelamin : 46 tahun/ Laki-laki Rekmed : 0001473477 Diagnosis : Respiratory Failure On Mechanical Ventilation + Syok hemoragik perbaikan + Post craniektomi evakuasi ai penurunan kesadaran CKS E1M4V1 ec EDH parietal bilateral + trombositopenia Teknik : GA
  • 29. Primary Survey • Airway : Terintubasi • Breathing : RR 14 x/menit, SpO2 100% On venti Spont/CPAP PEEP 5 FiO 50% • Circulation : TD 125/81 mmHg, N: 65 x/m • Dissability : GCS E1M4VT • Exposure : Temp 36.7
  • 30. Pre Operatif Subjektif - Allergic : tidak ada - Medication : Tidak ada - Past Illness : Riwayat operasi craniektomi evakuasi/demkompresi (8/3/24) - Last Meal: Cukup - Event : Pasien post terjatuh dari ketinggian saat memperbaiki atap rumah
  • 31. SECONDARY SURVEY Kepala : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-, pupil anisokor 2mm/3mm Leher : Massa (-) Thorax : Simetris pola pernafasan torakoabdominal, retraksi (-) Cor : BJ I/II Reguler Normal, murmur - gallop - , Pulmo : Vesikuler normal, ronkhi -/-, wheezing-/- Abdomen : BU (+) Extremitas : edema -/- , akral hangat, CRT<2 detik
  • 32. PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium 12/03/24 DR: 11.7/35/8.440/128.000 Albumin: 4.2 PT: 16/16.3 INR: 1.17 Ur/Cr: 40/0.74 Na/K/Cl: 147/4.2/109 Bilirubin total: 0.9 GDP: 149 AGD: pH 7.407 pCO2: 40.3 pO2: 154.2 SO2: 99.8 Laktat: 1.8 HCO3: 25.6 pO2/FiO2: 308.3 Kesan: Normal AGD Ro Thorax 08/04/24 Bronkitis CT Scan 12/03/24 Perdarahan Infark luas EKG 12/3/24 NSR 62x/m
  • 33. • Pasien dengan Status Fisik ASA III E • Tindakan Anestesi : GA
  • 34. INTRA OPERATIF • Teknik anestesi  GA INK • Induksi • Thiopental 250 mg Fentanyl 100 mcg Rocuronium 50 mg • Hemodinamik Intra-operatif : Hemodinamik intraoperatif relative stabil
  • 35. INTRA OPERATIF • Lama Operasi : 2 jam • Input Kristaloid 1000 ml Mannitol 250 ml Output Perdarahan: 400 cc Urin: 500 cc • Hemodinamik Intra Operatif relatif stabil • Perawatan Post Operatif Perawatan post operatif ke ICU
  • 36. AKTUAL PROBLEM • EDH • Penurunan Kesadaran
  • 37. POTENSIAL PROBLEM • Infeksi • Post op pain • Desaturasi • Secondary brain Injury
  • 38.
  • 40. PRINSIP NEUROANESTESI • A. Airway Jalan nafas bebas sepanjang waktu • B. Breathing Ventilasi kendali, paCO2 normokapnia pada cedera kepala dan sedikit hipokapnia pada tumor, paO2 100-200mmHg • C. Circulation Target normotensi, normovoleia, normoglikemia, tidak ada gangguan drainase, vena serebral • D. Drugs Hindari obat dan teknik yang meningkatkan tekanan intrakranial, berikan obat-obat yang memiliki efek proteksi otak • E. Encironment Pertahankan suhu permisive hipotermia. 35-26 oC
  • 41. BRAIN INJURY SEKUNDER • Brain injury sekunder dapat diakibatkan oleh sistemik dan intrakranial Sistemik 1. intrakranial 2. Sistemik 3. Hipotensi 4. Hipoxemi 5. Hipokarbi 6. Hipertermi 7. Hiperglicemia 8. Hiponatremia Intrakranial 1. Hipertensi intrakranial 2. Kejang 3. Vasospasme 4. Infeksi
  • 42. CEREBERAL METABOLIC RATE • Otak mengkonsumsi 20 % total oksigen • CMR diekspresikan sebagai konsumsi oksigen (CMRO2) rata-rata 3- 3,8 ml/100gr/menit. 50 ml/ menit pada dewasa • Sel otak normalnya menggunakan glukosa sebagai sumber energi utama • Konsumsi glukosa otak 5mg/100gr/menit, dimana lebih dari 90% dimetabolisme secara aerob. • Hipoglikemia akut menyebabkan cedera pada otak, sedangkan, hiperglicemia menyebabkan global dan fokal injury pada otak yang mempercepat asidosis serebral.
  • 43. CEREBRAL BLOOD FLOW • Total CBF pada orang dewasa sekitar 50 ml/100gr/menit (750 ml/menit) • CBF 20 -25 ml/100gr/menit berkaitan dengan kerusakan serebral, dengan tampaknya penurunan pada elektroensefalogram (EEG)
  • 44. REGULASI CBF • Regulasi CBF dipengaruhi oleh • 1. Cerebral Perfusion Pressure (CPP) • 2. Autoregulasi • 3. Mekanisme Ekstrinsik
  • 45. CEREBRAL PERFUSION PRESSURE (CPP) • CPP merupakan perbedaan antara Mean arterial pressure dan Intracranial pressure (atau Central Venous Pressure, jika CVP >ICP) • CPP = MAP – ICP atau CVP • Normalnya CPP 80-100 mmHg • Karena ICP normalnya kurang daei 10 mmHg, maka CPP sangat bergantung dari MAP
  • 46. AUTOREGULASI • Otak memiliki toleransi yang tinggi terhadap tekanan darah • Pada orang normal, CBF hampir konstan pada MAP antara 60-160 mmHg. • Diluar batas ini CBF menjadi pressure dependent. Tekanan diatas 160mmHg, dapat menggangu Blood Brain Barrier dan menyebabkan edema cerebral dan perdarahan
  • 47.
  • 48. 3. MEKANISME EKSTRINSIK • CBF secara proposrsional berkaitan langsung dengan paCO2 pada tekanan 20-80 mmHg. • CBF berubah 1-2ml/100gr/menit tiap 1 mmHg perubahan paCO2.
  • 49. • Suhu • CBF berubah 5%-7% setiap perubahan 1o C • Hipotermia menurunkan CMR dan CBF sedangkan hipertermia meningkatkan CMR dan CBF • Viskositas • Yang paling menentukan viskositas adalah hematokrit • Penurunan hematokrit akan meningkatkan CBF • Penelitian menyarankan batas optimal delivery O2 pada hematokrit 30%.
  • 50. BLOOD BRAIN BARRIER • Pembuluh darah serebral sangat unik dimana persambungan antara sel endotelial vaskuler hampir menyatu • Barrier lipid akan melewatkan substansi larut lemak, CO2, O2, tetapi akan membatasi pergerakan substansi terionisasi ataupun molekul besar • Hipertonisitas akut pada plasma akan menyebabkan pergerakan air ke luar otak, sedangkan hipotonisitas akan menyebabkan air bergerak ke dalam otak. • BBB dapat terganggu pada hipertensi berat,
  • 51. TEKANAN INTRAKRANIAL • Rongga cranium erupakan struktur rigid dengan volue tetap, terdiri dari Otak (80%), Darah (12%), dan CSF (8%) • Peningkatan salah satu komponen akan menyebabkan penurunan komponen lainny agar ICP tidak meningkat • ICP normal <= 10 mmHg • Mekanisme kompensasi terhadap peningkatan ICP A. Perpindahan CSF B. Peningkatan absorpsi CSF C. Penurunan produksi CSF
  • 52. EFEK AGEN ANESTESI PADA FISIOLOGI CEREBRA
  • 53. DIABETES MELITUS Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan yang ditandai dengan kelainan metabolisme karbohidrat yang menyebabkan hiperglikemia. Hiperglikemia mengganggu vasodilatasi dan menginduksi keadaan proinflamasi, protrombotik, dan proaterogenik kronis yang menyebabkan komplikasi vaskular. Penderita diabetes umumnya memiliki disfungsi otonom, yang bermanifestasi sebagai hipotensi ortostatik, hilangnya variabilitas denyut jantung, dan pengosongan lambung yang tertunda.
  • 54. DIAGNOSIS • GDP lebih besar dari 126 mg/dL (~7,0 mmol/L) atau, • GDS lebih besar dari 200 mg/dL (~11,1 mmol/L) atau, • GD2PP lebih besar dari 200 mg/dL • Uji toleransi glukosa oral dikatakan terganggu (Oral Glucose Tolerance Tests / OGTT Terganggu) bila kadar glukosa darah puasa antara 110 – 126 mg/dL atau glukosa darah 2 jam post prandial antara 140 – 200 mg/dL • HbA1c ≥ 6,5%
  • 55. KLASIFIKASI DM • Menurut rekomendasi terbaru oleh Asosiasi Diabetes Amerika dan Organisasi Kesehatan Dunia, DM diklasifikasikan berdasarkan etiologi penyakit yang mendasarinya (yaitu, tipe 1 vs. tipe 2) daripada berdasarkan usia onset (yaitu, onset remaja vs. onset dewasa DM) atau modalitas pengobatan (yaitu, insulin-dependent vs non-insulin-dependent DM)
  • 56. • Defisiensi insulin pada DM tipe 1 merupakan akibat dari destruksi sel beta pankreas yang diperantarai autoimun. Pasien bergantung pada insulin eksogen untuk mengatur metabolisme • Onset DM tipe 1 pada usia yang lebih muda dari onset DM tipe 2, dan sensitivitas terhadap insulin normal. • Kekurangan insulin dapat memicu ketoasidosis diabetikum, suatu gangguan metabolik yang kompleks dan berpotensi mengancam jiwa. • Beberapa pasien dengan DM tipe 1 yang berlangsung lama dalam kontrol ketat memiliki episode berulang hipoglikemia asimtomatik dan kegagalan mekanisme kontraregulasi yang mengakibatkan ketidaksadaran hipoglikemik, bahkan ketika kadar glukosa darah sangat rendah
  • 57. • Sebaliknya, resistensi insulin perifer pada DM tipe 2 sering disertai dengan kegagalan mensekresi insulin karena disfungsi sel beta pankreas. • Penambahan berat badan dan lemak perut atau visceral, terlepas dari indeks massa tubuh, dikaitkan dengan peningkatan risiko pengembangan DM tipe 2
  • 58.
  • 59.
  • 60. • Saat ini, American Diabetes Association merekomendasikan target HbA1c <7% untuk pasien dengan DM tipe 2. HbA1c, atau hemoglobin glikosilasi, adalah ukuran kontrol glukosa jangka panjang, biasanya 3 bulan terakhir. • Tingkat HbA1c yang lebih rendah dikaitkan dengan pengurangan komplikasi mikrovaskular dan neuropatik. • Peningkatan HbA1c dikaitkan dengan risiko yang lebih besar dari kejadian kardiovaskular, peningkatan komplikasi infeksi pasca operasi, dan peningkatan volume cairan lambung.
  • 61. • Tes HbA1c memberikan ukuran yang berharga dari kontrol glikemik jangka panjang. Hemoglobin secara nonenzimatik diglikosilasi oleh glukosa, yang dengan bebas melintasi membran sel darah merah. • Persentase molekul hemoglobin yang berpartisipasi dalam reaksi ini sebanding dengan konsentrasi glukosa plasma rata-rata selama 60-90 hari sebelumnya. Kisaran normal untuk HbA1c adalah 4% -6%. • Peningkatan risiko penyakit mikrovaskular dan makrovaskular dimulai ketika proporsi HbA1c adalah 6,5% atau lebih tinggi. • Pengukuran HbA1c dianjurkan setidaknya dua kali setahun dan lebih sering (setiap 3 bulan) jika kontrol glikemik tidak memadai atau terapi telah berubah.
  • 62. TANDA DIABETES NEUROPATI AUTONOM • Hipertensi • Iskemik miokard • Hipotensi ortostatik
  • 63.
  • 64. MANAJEMEN PREOPERATIF • Evaluasi pra operasi harus menekankan sistem kardiovaskular, ginjal, neurologis, dan muskuloskeletal • Indeks kecurigaan harus tinggi untuk iskemia dan infark miokard. Iskemia diam mungkin terjadi neuropati otonom. • Untuk penyakit ginjal, pengendalian hipertensi adalah penting. Perhatian yang cermat terhadap status hidrasi, penghindaran nefrotoksin, dan pemeliharaan aliran darah ginjal juga penting. • Kehadiran neuropati otonom mempengaruhi pasien untuk disritmia perioperatif dan hipotensi intraoperatif. Selain itu, hilangnya respon simpatis kompensasi mengganggu deteksi dan tatalaksana gangguan hemodinamik.
  • 65. • Evaluasi praoperasi dari sistem muskuloskeletal harus mencari keterbatasan mobilitas sendi yang disebabkan oleh glikosilasi protein non-enzimatik dan ikatan silang kolagen yang abnormal. • Gastroparesis dapat meningkatkan risiko aspirasi.
  • 66. • Manajemen insulin pada periode pra operasi tergantung pada jenis insulin yang dikonsumsi pasien dan waktu pemberian dosis. • Jika pasien menggunakan insulin subkutan setiap malam sebelum tidur, dua pertiga dari dosis ini (NPH dan reguler) harus diberikan pada malam sebelum operasi, dan setengah dari dosis NPH pagi yang biasa harus diberikan pada hari operasi. • Dosis insulin reguler pagi hari harus dilakukan. Jika pasien menggunakan pompa insulin, dosis malam harus diturunkan 30%. Pada pagi hari pembedahan, pompa dapat terus diinfuskan pada kecepatan basal atau dihentikan dan diganti dengan infus insulin kontinu pada kecepatan yang sama. Atau pasien dapat diberikan glargine subkutan dan pompa dihentikan 60-90 menit setelah pemberian. • Hipoglikemik oral harus dihentikan 24-48 jam sebelum operasi. Disarankan bahwa sulfonilurea dihindari selama seluruh periode perioperatif karena mereka memblokir saluran potasium adenosin trifosfat (ATP) miokard yang bertanggung jawab untuk iskemia.
  • 67. MANAJEMEN INTRAOPERATIVE • Kadar glukosa serum intraoperatif harus dipertahankan antara 120 dan 180 mg/dL. • Kadar di atas 200 mg/dL cenderung menyebabkan glikosuria dan dehidrasi serta menghambat penyembuhan luka. • Biasanya 1 unit insulin menurunkan glukosa sekitar 25-30 mg/dL. • Tingkat awal per jam untuk infus insulin kontinu ditentukan dengan membagi total kebutuhan insulin harian dengan 24. kecepatannya adalah 0,02 unit/kg/jam, atau 1,4 unit/jam pada pasien 70 kg. • Infus insulin dapat dibuat dengan mencampurkan 100 unit insulin reguler dalam 100 mL saline normal (1 unit/mL). • Kebutuhan infus insulin lebih tinggi pasien yang menjalani operasi cangkok bypass arteri, pasien yang menerima steroid, pasien dengan infeksi berat, dan pasien yang menerima infus hiperalimentasi atau vasopresor
  • 68. • Kadar glukosa serum harus dipantau setidaknya setiap jam dan bahkan setiap 30 menit pada pasien yang menjalani operasi bypass arteri koroner atau pasien dengan kebutuhan insulin yang tinggi. • Penentuan glukosa biasanya dilakukan dengan menggunakan plasma vena atau sampel serum; darah arteri dan kapiler menghasilkan nilai glukosa sekitar 7% lebih tinggi daripada darah vena, dan • Pemantauan glukosa urin tidak dapat diandalkan.
  • 69. • Menghindari hipoglikemia sangat penting, karena hipoglikemia mungkin tertunda pada pasien yang menerima anestesi, obat penenang, analgesik, - blocker, atau simpatolitik dan pada mereka dengan neuropati otonom. • Jika hipoglikemia terjadi, pengobatan terdiri dari pemberian 50 mL dekstrosa 50% dalam air, yang biasanya meningkatkan kadar glukosa 100 mg/dL atau 2 mg/dL/mL
  • 70. • Manajemen pasca operasi pasien diabetes memerlukan pemantauan kebutuhan insulin yang cermat. Hiperglikemia telah dikaitkan dengan hasil yang buruk pada pasien pasca operasi dan sakit kritis. • Namun, target optimal untuk kadar glukosa darah pada periode perioperatif belum ditentukan. Selain itu, target ini mungkin berbeda untuk pasien dengan hiperglikemia yang baru didiagnosis dibandingkan dengan pasien dengan diabetes yang sudah ada sebelumnya. • aat ini ADA merekomendasikan bahwa kadar glukosa dipertahankan antara 140 dan 180 mg/dL pada pasien sakit kritis dan pengobatan insulin dimulai jika kadar glukosa serum melebihi 180 mg/dL
  • 72.