BE & GG, purwono sutoyo, hapzi ali, NILAI ETIKA DALAM BISNIS KEWIRAUSAHAAN BERBASIS SYARIAH, universitas mercu buana, 2017.PDF
1. NILAI ETIKA DALAM BISNIS KEWIRAUSAHAAN
BERBASIS SYARIAH
PURWONO SUTOYO
NIM: 55117110006
ABSTRAK
Dalam ajaran Islam, bisnis yang berbasis syari’ah adalah bisnis yang
dilakukan dengan memperhatikan cara memperolehnya dan menggunakan hasil
yang telah diperoleh. Kegiatan bisnis seorang wirausaha muslim dilakukan
dengan menjalankannya sesuai syari’at Islam. Aturan atau etika bisnis Islam
yang menjadi indikator dalam bisnis berbasis syari’ah. Etika bisnis yang menjadi
ukuran bagi bisnis berbasis syari’ah adalah Kesatuan (tauhid), Keseimbangan
(keadilan), Tidak melakukan monopoli, Tanggungjawab, Jujur, Produk yang
dijual halal, Tidak melakukan praktek mal bisnis.
Kegiatan bisnis wirausaha muslim harus selalu pada koridor agama Islam
agar cara dan hasil usaha yang digunakan mendapatkan ridho dan rahmat dari
Allah SWT. Sehingga dalam semua kegiatannya, seorang muslim mampu
mendapatkan kesejahteraan dunia dan akhirat.
PENDAHULUAN
Secara bahasa, Syariat (al-syari’ah) berarti sumber air minum (mawrid al-
ma’ li al istisqa) atau jalan lurus (at-thariq al-mustaqîm). Sedang secara istilah
Syariah bermakna perundang-undangan yang diturunkan Allah Swt melalui
Rasulullah Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia baik menyangkut
masalah ibadah, akhlak, makanan, minuman pakaian maupun muamalah
(interaksi sesama manusia dalam berbagai aspek kehidupan) guna meraih
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Menurut Syafi’I Antonio, syariah mempunyai keunikan tersendiri, Syariah
tidak saja komprehensif, tetapi juga universal. Universal bermakna bahwa
syariah dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat oleh setiap manusia.
Keuniversalan ini terutama pada bidang sosial (ekonomi) yang tidak membeda-
bedakan antara kalangan Muslim dan non-Muslim. (Syariah Marketing, Hal. 169).
Dengan mengacu pada pengertian tersebut, Hermawan Kartajaya dan Syakir
Sula memberi pengertian bahwa Bisnis syariah adalah bisnis yang santun, bisnis
yang penuh kebersamaan dan penghormatan atas hak masing-masing. (Syariah
Marketing, hal. 45). Pengertian yang hari lalu cenderung normatif dan terkesan
2. jauh dari kenyataan bisnis kini dapat dilihat dan dipraktikkan dan akan menjadi
trend bisnis masa depan.
Islam tidak membiarkan begitu saja seseorang bekerja sesuka hati untuk
mencapai tujuan dan keinginannya dengan menghalalkan segala cara seperti
melakukan penipuan, kecurangan, sumpah palsu, riba, menyuap dan perbuatan
batil lainnya. Tetapi dalam Islam diberikan suatu batasan atau garis pemisah
antara yang boleh dan yang tidak boleh, yang benar dan salah serta yang halal
dan yang haram. Batasan atau garis pemisah inilah yang dikenal dengan istilah
etika. Prilaku dalam berbisnis atau berdagang juga tidak luput dari adanya nilai
moral atau nilai etika bisnis. Penting bagi para pelaku bisnis untuk
mengintegrasikan dimensi moral ke dalam kerangka/ ruang lingkup bisnis.
Bersama dengan semakin besarnya kesadaran etika dalam berbisnis,
orang mulai menekankan pentingnya keterkaitan faktor-faktor etika dalam bisnis.
Sesungguhnya dalam hal seluruh pelaksanaan kehidupan telah di atur dalam
pandangan ajaran Agama Islam untuk mengatur seluruh kehidupan manusia
termasuk dalam kaitannya pelaksanaan perekonomian dan bisnis. Dalam ajaran
Islam memberikan kewajiban bagi setiap muslim untuk berusaha semaksimal
mungkin untuk melaksanakan syariah (aturan). Islam di segala aspek kehidupan
termasuk di dalamnya aturan bermuamalah (usaha dan bisnis) yang merupakan
jalan dalam rangka mencari kehidupan. Pada hakikatnya tujuan penerapan
aturan (syariah) dalam ajaran Islam di bidang muamalah tersebut khususnya
perilaku bisnis adalah agar terciptanya pendapatan (rizki) yang berkah dan
mulia, sehingga akan mewujudkan pembangunan manusia yang berkeadilan dan
stabilisasi untuk mencapai pemenuhan kebutuhan, kesempatan kerja penuh dan
distribusi pendapatan yang merata tanpa harus mengalami ketidakseimbangan
yang berkepanjangan di masyarakat
Penerapan etika bisnis Islam tersebut juga harus mampu dilaksanakan
dalam setiap aspek perekonomian termasuk dalam penyelenggaraan produksi,
konsumsi maupun distribusi. Hal inilah yang sudah dilakukan pada beberapa
pelaku usaha kecil dengan menerapkan etika bisnis Islam dalam kegiatan
mereka. Penelitian ini merupakan suatu resume dari hasil penelitian yang penah
dilakukan sebelumnya sehingga nantinya konsep etika bisnis Islam ini dapat
menjadi sebuah framework bagi pelaku usaha lainnya.
Secara bahasa, Syariat (al-syari’ah) berarti sumber air minum (mawrid al-
ma’ li al istisqa) atau jalan lurus (at-thariq al-mustaqîm). Sedang secara istilah
Syariah bermakna perundang-undangan yang diturunkan Allah Swt melalui
Rasulullah Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia baik menyangkut
masalah ibadah, akhlak, makanan, minuman pakaian maupun muamalah
(interaksi sesama manusia dalam berbagai aspek kehidupan) guna meraih
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Menurut Syafi’I Antonio, syariah mempunyai keunikan tersendiri, Syariah
tidak saja komprehensif, tetapi juga universal. Universal bermakna bahwa
syariah dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat oleh setiap manusia.
3. Keuniversalan ini terutama pada bidang sosial (ekonomi) yang tidak membeda-
bedakan antara kalangan Muslim dan non-Muslim. (Syariah Marketing, Hal. 169).
Dengan mengacu pada pengertian tersebut, Hermawan Kartajaya dan Syakir
Sula memberi pengertian bahwa Bisnis syariah adalah bisnis yang santun, bisnis
yang penuh kebersamaan dan penghormatan atas hak masing-masing. (Syariah
Marketing, hal. 45). Pengertian yang hari lalu cenderung normatif dan terkesan
jauh dari kenyataan bisnis kini dapat dilihat dan dipraktikkan dan akan menjadi
trend bisnis masa depan.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Etika
Etika (ethics) yang berasal dari bahasa Yunani ethikos mempunyai
beragam arti: pertama, sebagai analisis konsep-konsep mengenai apa yang
harus, mesti, lugas, aturan-aturan moral, benar, salah, wajib, tanggung jawab
dan lain-lain. Kedua, pencairan ke dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan
moral. Ketiga, pencairan kehidupan yang baik secara moral (Tim Penulis Rasda
Karya : 1995)
Etika memiliki dua pengertian: Pertama, etika sebagaimana moralitas,
berisikan nilai dan norma-norma konkret yang menjadi pedoman dan pegangan
hidup manusia dalam seluruh kehidupan. Kedua, etika sebagai refleksi kritis dan
rasional. Etika membantu manusia bertindak secara bebas tetapi dapat
dipertanggung-jawabkan.
Etika itu sendiri merupakan salah satu disiplin pokok dalam filsafat, ia
merefleksikan bagaimana manusia harus hidup agar berhasil menjadi sebagai
manusia (Franz Magnis-Suseno :1999)
Menurut K. Bertens dalam buku Etika, merumuskan pengertian etika kepada tiga
pengertian juga; Pertama, etika digunakan dalam pengertian nilai-niai dan
norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Kedua, etika dalam pengertian
kumpulan asas atau nilai-nilai moral atau kode etik. Ketiga, etika sebagai ilmu
tentang baik dan buruk
Menurut Ahmad Amin memberikan batasan bahwa etika atau akhlak adalah ilmu
yang menjelaskan arti yang baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju
oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan
apa yang harus diperbuat.
4. Definisi bisnis secara umum
Bisnis di dalam setiap macam bentuknya bisa terjadi di mana saja dan
kapan saja dalam kehidupan manusia setiap hari. Bahkan hampir setiap aktivitas
kita bisa dikaitkan dengan bisnis, mulai dari tidur hingga bangun. Makanan,
minuman, pakaian, sepeda, mobil, serta segala kebutuhan rumah tangga
sebetulnya merupakan produk yang dihasilkan melalui proses produksi,
distribusi, jual, dan beli. Inilah yang dinamakan aktivitas ekonomi atau bisnis.
Uang yang dibelikan berbagai macam produk tersebut juga berasal dari
bekerjanya suatu bisnis. Dalam kamus Bahasa Indonesia, bisnis diartikan
sebagai usaha dagang, komersial di dunia perdagangan, dan bidang
usaha. Dalam zaman modern sekarang ini dunia bisnis mengalami
perkembangan dan bersifat kompleks, dan perlu waktu yang cukup relative lama
bagi mereka yang ingin mempelajarinya serta mempraktekanya sampai berhasil.
Secara umum bisnis diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh
manusia untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan atau rizki dalam
rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya dengan cara mengelola
sumber daya ekonomi secara efektif dan efisien (Muslich, 2004: 46). Menurut
Anoraga dan Soegiastuti dalam Yusanto (2002: 15), bisnis memiliki makna dasar
sebagai ”the buying and selling of goods and services”. Adapun dalam
pandangan Straub dan Attner, bisnis tak lain adalah suatu organisasi yang
menjalankan aktivitas produksi dan penjualan barang-barang dan jasa-jasa yang
diinginkan oleh konsumen untuk memperoleh profit. Sedangkan menurut Hughes
dan Kapoor dalam Arifin (2009: 21) bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu
yang terorganisir untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna
mendapatkan keuntungan dan memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa definisi pengertian bisnis adalah
suatu lembaga yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat, mencari profit, dan mencoba memuaskan
keinginan para konsumen. Secara umum ada 4 input yang selalu digunakan oleh
seluruh pelaku bisnis adalah sumber daya manusia, sumber daya alam, modal,
entrepreneurship atau yang dikenal dengan bisnis.
Selain itu, di dalam dunia bisnis paling tidak ada 6 pokok aktivitas yang
digarap oleh sebuah entitas bisnis, antara lain menciptakan/memproduksi suatu
barang dan jasa, kemudian memasarkan produk kepada konsumen, membuat
dan mempertanggungjawabkan transaksi keuangan, merekrut, mempekerjakan,
melatih, dan mengevaluasi karyawan, memperoleh dan mengelola dana, serta
memproses sistem informasi.
Pengertian bisnis syariah Islam
Agama Islam sangatlah menganjurkan setiap umat untuk selalu bekerja.
Tidak ada satu kata pun yang menyebut bahwa orang Islam yang beriman itu
disarankan untuk menjadi pengangguran karena hal tersebut merupakan
perilaku syaitan. Begitu pentingya perilaku yang menjunjung tinggi etos kerja
5. agar manusia selalu bekerja, bekerja, dan bekerja, Rasululllah Muhammad SAW
bersabda di dalam dalam suatu hadist yang artinya bahwa bekerja mencari rejeki
yang halal merupakan kewajiban, setelah kewajiban ibadah. (HR. Ath Thabrani
dan Baihaqi).
Hadis ini kemudian diperkuat dengan firman Allah dalam surah al-A’raff
ayat 10, yang artinya: “Sesungguhnya, Kami menempatkan kalian sekalian di
muka bumi dan Kami memberikan kalian di bumi itu (sumber) penghidupan."
Ayat Al Quran di atas sudah sangat jelas dan gamblang meminta kepada
manusia untuk bekerja mencari sumber penghidupan yang sudah disediakan
oleh Allah Swt. Al Quran di atas kemudian dipertegas dalam hadis agar dalam
mencari sumber rejeki haruslah dengan jalan yang halal karena mencari rezeki
halal adalah wajib hukumnya.
Dari sini, bisa disimpulkan bahwa definisi pengertian bisnis syariah Islam
adalah segala bentuk bisnis dengan dibatasi oleh cara mendapatkan dan
memberdayakan harta agar selalu halal dan menolak hal-hal yang bersifat
haram. Yusanto dan Wijayakusuma (2002) mendefisinikan lebih khusus tentang
bisnis islami merupakan aktivitas bisnis-ekonomi dengan berbagai bentuk yang
tidak ada batasan dalam hal kepemilikan harta baik itu jasa maupun barang,
namun dibatasi dalam hal cara memperoleh dan pendayagunaan harta lantaran
aturan haram dan halal menurut Islam.
Setelah mengetahui makna atau pengertian dari kata”Etika”, ”Bisnis”, dan
”Islami” maka dapat digabungkan makna ketiganya adalah bahwa Etika Bisnis
Islami merupakan suatu proses dan upaya untuk mengetahui hal-hal yang benar
dan salah yang selanjutnya tentu melakukan hal yang benar berkenaan dengan
produk, pelayanan perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan
tuntutan perusahaan.
Mempelajari kualitas moral kebijaksanaan organisasi, konsep umum dan
standar untuk perilaku moral dalam bisnis, berperilaku penuh tanggung jawab
dan bermoral. Artinya, etika bisnis islami merupakan suatu kebiasaan atau
budaya moral yang berkaitan dengan kegiatan bisnis suatu perusahaan.
Dalam membicarakan etika bisnis islami adaah menyangkut “Bussines
Form” dan atau “Business Person”, yang mempunyai arti yang bervariasi.
Berbisnis berarti suatu usaha yang menguntungkan. Jadi etika bisnis islami
adalah studi tentang seseorang atau organisasi melakukan usaha atau kontak
bisnis yang saling menguntungkan sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam.
Menurut Vincent Barry dalam bukunya “moral issue in business”,
menyatakan bahwa Business ethics is the study of what constitutes good and
bad human conduct, including related action and values, in a business context.
(Etika bisnis adalah ilmu tentang baik buruknya terhadap suatu manusia,
termasuk tindakan-tindakan relasi dan nilai-nilai dalam kontak bisnis.
6. Pengertian Etika Bisnis Dalam Islam
Apabila etika dipahami sebagai seperangkat prinsip moral yang
membedakan antara yang benar dari apa yang salah, maka dalam Islam banyak
padanan kata yang dekat dengan makna tersebut, antara lain: khuluq, khair, birr,
adl, haq, dan taqwa. Dengan mengacu pada term tersebut, maka kajian tentang
etika bisnis dalam Islam berakar pada dua sumber utama hukum Islam yaitu Al
Qur’an dan al al Hadits (Muhammad, 2008: 62). Misal dalam Al Qur’an Allah
SWT dengan tegas melarang seorang hamba memakan sebagian harta yang
lain dengan cara yang batil. Sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al Baqarah
ayat 188 :
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta
itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta
benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui.
Ayat ini memberikan syarat boleh dilangsungkannya perdagangan dengan dua
hal.Pertama, perdagangan itu harus dilakukan atas dasar saling rela antara
kedua belah pihak. Tidak boleh bermanfaat untuk satu pihak dengan merugikan
pihak lain. Kedua, tidak boleh saling merugikan baik untuk diri sendiri(vested
interest) maupun orang lain.
Dengan demikian ayat ini memberikan pengertian, bahwa setiap orang
tidak boleh merugikan orang lain demi kepentingan diri sendiri. Sebab hal
demikian, seolah olah dia menghisap darahnya dan membuka jalan kehancuran
untuk dirinya sendiri. Misalnya mencuri, menyuap, berjudi, menipu,
mengaburkan, mengelabui, riba, pekerjaan lain yang diperoleh dengan jalan
yang tidak dibenarkan (Qardhawi, 1993: 38).
Dengan dasar normatif di atas jelaslah bahwa urusan ekonomi dan bisnis dalam
Islam tidak dapat dipandang sebagai sebuah entitas yang berdiri lepas dari nilai-
nilai etika-religius yang bersumber dari wahyu Tuhan. Etika bisnis dalam
perspektif Islam memadukan unsur-unsur yang bersifat profan dengan etika yang
bersifat sakral secara seimbang (Muhammad, 2008: 63).
Bisnis Islami ialah serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya
yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan (barang/jasa) termasuk profitnya, namun
dibatasi dalam cara memperolehnya dan pendayagunaan hartanya karena
aturan halal dan haram (dalam. QS. 2:188, 4:29).
Bisnis Islam sebenarnya telah diajarkan Nabi Muhammad SAW. saat
menjalankan perdagangan. Karakteristik Nabi Muhammad SAW., sebagai
pedagang adalah, selain dedikasi dan keuletannya juga memiliki sifat shidiq,
fathanah, amanah dan tabligh. Ciri-ciri itu masih ditambah Istiqamah.
Shidiq berarti mempunyai kejujuran dan selalu melandasi ucapan, keyakinan dan
amal perbuatan atas dasar nilai-nilai yang diajarkan Islam. Istiqamah atau
konsisten dalam iman dan nilai-nilai kebaikan, meski menghadapi godaan dan
7. tantangan. Istiqamah dalam kebaikan ditampilkan dalam keteguhan, kesabaran
serta keuletan sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal. Fathanah berarti
mengerti, memahami, dan menghayati secara mendalam segala yang menjadi
tugas dan kewajibannya. Sifat ini akan menimbulkan kreatifitas dan kemampuan
melakukakn berbagai macam inovasi yang bermanfaat. Amanah, tanggung
jawab dalam melaksanakan setiap tugas dan kewajiban. Amanah ditampilkan
dalam keterbukaan, kejujuran, pelayanan yang optimal, dan ihsan (kebajikan)
dalam segala hal. Tablig, yang berarti mengajak sekaligus memberikan contoh
kepada pihak lain untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari (berbagai sumber).
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, dalam konteks corporate social
responsibility (CSR), para pelaku usaha atau pihak perusahaan dituntut bersikap
tidak kontradiksi secara disengaja antara ucapan dan perbuatan dalam
bisnisnya. Mereka dituntut tepat janji, tepat waktu, mengakui kelemahan dan
kekurangan (tidak ditutup-tutupi), selalu memperbaiki kualitas barang atau jasa
secara berkesinambungan serta tidak boleh menipu dan berbohong.
Pelaku usaha/ pihak perusahaan harus memiliki amanah dengan
menampilkan sikap keterbukaan, kejujuran, pelayanan yang optimal, dan ihsan
(berbuat yang terbaik) dalam segala hal, apalagi berhubungan dengan
pelayanan masyarakat. Dengan sifat amanah, pelaku usaha memiliki tanggung
jawab untuk mengamalkan kewajiban-kewajibannya. Sifat tablig dapat
disampaikan pelaku usaha dengan bijak (hikmah), sabar, argumentatif, dan
persuasif akan menumbuhkan hubungan kemanusiaan yang solid dan kuat.
Pengertian Wirausaha
Istilah wirausaha sering dipadankan dengan kata “entrepreneur” atau ada
juga yang menyebutnya dengan wiraswasta.Wirausaha yang berasal dari kata
wira yang berarti mulia, luhur, unggul,gagah berani, utama, teladan, dan
pemuka; dan usaha yang berarti kegiatan dengan mengerahkan segenap tenaga dan
pikiran, pekerjaan, daya upaya, ikhtiar, dan kerajinan bekerja. Oleh LY Wiranaga
wirausahawan diasumsikan sebagai sosok manusia utama, manusia unggul, dan
manusia mulia karena hidupnya begitu berarti bagi dirinya maupun orang lain.
Richard Cantillon adalah orang pertama yang menggunakan istilah
entrepreneur di awal abad ke-18. Ia mengatakan bahwa wirausaha adalah
seseorang yang menanggung resiko. Lain lagi pandangan Jose Carlos Jarillo-
Mossi yang menyatakan bahwa wirausaha adalah seseorang yang merasakan
adanya peluang, mengejar peluang yang sesuai dengan situasi dirinya, dan
percaya bahwa kesuksesan merupakan suatu hal yang dapat dicapai. Artinya,
kewirausahaan adalah untuk setiap orang dan setiap orang berpotensi untuk
menjadi wirausaha.
Wirausaha merupakan kemampuan untuk berpikir dan merupakan sebuah
tindakan yang konstruktif dalam mewujudkan berbagai pola produksi dan
8. layanan secara baru. Oleh sebab itu wirausaha merupakan potensi
pembangunan baik dalam jumlah maupun dalam mutu wirausaha itu sendiri.
Wirausahawan adalah seorang inovator, sebagai individu yang
mempunyai naluri untuk melihat peluang-peluang, mempunyai semangat,
kemampuan dan pikiran untuk menaklukkan cara berfikir lamban dan malas.
Seorang wirausahawan mempunyai peran untuk mencari kombinasi-kombinasi
baru, yang merupakan gabungan dari lima hal, yaitu:
1. Pengenalan barang dan jasa baru
2. Metode produksi baru
3. Sumber bahan mentah baru
4. Pasar-pasar baru, dan
5. Organisasi industri baru
Ada beberapa kata kunci bagi upaya menjadi wirausahawan, antara
lain sebagai berikut:
1. Memprediksi berbagai kemungkinan yang terjadi pada masa depan.
2. Memiliki fleksibilitas tinggi (kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan usaha).
3. Mengantisipasi berbagai kemungkinan dengan mengubah aturan main.
4. Kemampuan melanjutkan perubahan dari aturan atau bentuk yang telah ada
sebelumnya.
METODE PENULISAN
Artikel ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik
satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau
menghubungkan dengan variabel yang lain. Suatu penelitian yang berusaha
menjawab pertanyaan.
Penelitian deskriptif ialah suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun status
kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ialah untuk
membuat deskripsi atau gambaran secara sistimatis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar-fenomena yang diselidiki
(Nazir, 1988).
Menurut Whitney (1960) penelitian deskriptif ialah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah
dalam masyarakat, serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-
situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,
pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan
pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
9. PEMBAHASAN
Ekonomi suatu bangsa akan baik, apabila akhlaq masyarakatnya baik.
Antara akhlaq dan ekonomi memiliki kererkaitan yang tak dapat dipisahkan.
Dengan demikian, akhlaq yang baik berdampak pada terbangunnya muamalah
atau kerjasama ekonomi yang baik. Rasulullah SAW tidak hanya diutus untuk
menyebarluaskan akhlak semata. Melainkan untuk menyempurnakan akhlak
mulia baik akhlak dalam berucap, maupun dalam tingkah laku.
Agama islam mengandung tiga komponen pokok yang terstruktur dan
tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain, yaitu: Aqidah atau Iman, Syariah
dan Akhlak.
1) Aqidah atau Iman
Aqidah merupakan keyakinan akan adanya Allah dan Rasul yang
dipilihnya untuk menyampaikan risalahnya kepada umat melalui malaikat yang
dituangkan dalam kitab suci, yang mengajarkan adanya hari akhirat dan
sebagainya. Aqidah akan selalu menuntun perilaku seorang muslim, agar
berbuat baik, sesama, apalagi dalam kegiatan berbisnis aqidah yang tertanam
dalam jiwa seseorang akan senantiasa menghadirkan dirinya dalam
pengawasan Allah, karena itu perilaku yang tidak dikehendaki Allah akan selalu
dihindarkannya. Keyakinan terhadap aqidah ini akan berimplikasi dalam diri
muslim, membentuk pribadi yang:
a) Tiada kekuatan lain diluar Allah. Keyakinan ini menumbuhkan jiwa
merdeka bagi seorang muslim dalam pergaulan hidup, tidak ada manusia
yang menjajah manusia lain, termasuk dia sendiri, tidak akan menjajah orang
lain.
b) Keyakinan terhadap Allah menjadikan orang memiliki keberanian untuk
berbuat, karena tidak ada baginya yang ditakuti selain melanggar printah
Allah. Ia akan selalu bicara tentang keberanianselalu lurus, dan konsisten
dalam perilakunya.
c) Keyakinan ini akan membentuk rasa optimis menjalani kehidupan karena
keyakinan tauhid menjamin hasil yang terbaik, yang akan dicapainya secara
rohaniah, karena itu seorang muslim tidak pernah gelisah dan putus asa.
2) Syariah
Syariah merupakan aturan Allah tentang pelaksanaan dan penyerahan diri
secara total melalui proses ibadah dalam hubungannya dengan sesame mahluk,
secara garis besar syariah meliputi dua hal pokok, yaitu ibadah dalam arti
khusus atau ibadah mahdah dan ibadah dalam arti umum atau muamalah atau
ibadah ghair mahdah.
Secara estimologis syariah berarti jalan, aturan ketentuan atau undang-
undang Allah SWT. Jadi ada aturan perilaku hidup manusia dalam hubungannya
dengan Allah, sesame manusia dan alam sekitarnya untuk mencapai keridhaan
Allah yaitu keselamatan dunia dan akhirat.
10. Syariah mencakup dua hal pokok yaitu Ibadah mahdah yang
pelaksanaannya dicontohkan oleh Rosulullah SAW, dan ibadah ghair mahdah
yang tidak dicontohkan seluruhnya oleh nabi, seperti hubungan ekonomi, politik,
hukum dan sebagainya.
3) Akhlak
Yaitu pelaksanaan ibadah kepada Allah dan bermuamalah dengan penuh
keikhlasan. Tiga komponen ajaran islam, akidah, syariat dan ahlak merupakan
suatu kesatuan yang integral tidak dapat dipisahkan, ini digambarkan dalam
firman Allah SWT yang artinya: “Tidak kah kamu perhatikan bagaimana Allah
telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik,
akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu memberikan
buahnya pada setiap musim dengan izin tuhannya. Allah membuat
perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat”.(QS Ibrahim ayat
24-25).
Ayat di atas dianalogikan dengan ajaran islam dengan sebuah pohon
yang baik, tumbuh subur menjulang dan buahnya sangat lebat. Aqidah, syariat
dan akhlak diumpamakan sebagai akar. Aqidah merupakan hal yang pokok yang
menopang segenap perilaku muslim. Aqidah seseorang akan menentukan
kualitas keimanannya. Jika aqidah kuat, maka syariatnyapun akan kuat, dan
akhirnya perilakutindakannya, berupa amal soleh akan baik.
Perkembangan Ekonomi dan Bisnis Syariah Kontemporer
Pengembangan ekonomi dan bisnis syariah atau bisnis islami telah
diadopsi kedalam kerangka besar kebijakan ekonomi Indonesia dewasa ini. Hal
tersebut dipelopori oleh Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan di tanah air,
dengan menetapkan perbankan syariah sebagai salah satu pilar penyangga
dual-bankink system dan mendorong pangsa pasar bank-bank syariah yang
lebih luas sesuai cetak biru perbankan syariah. Selain itu Departemen keuangan
melalui badan pengawas pasar modal dan lembaga keuangan (Bapepam-LK)
telah mengakui keberadaan lembaga keuangan syariah non-banking seperti
asuransi dan pasar modal syariah.
Tahun 1990 Majelis Ulama Indonesia (MUI) memprakarsai
terselenggaranya Lokakarya Ekonomi Syariah. Lokakarya tersebut telah
membuka pandangan kalangan ulama dan cendikiawan muslim bahwa
Indonesia yang merupakan Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia,
namun sangat tertinggal dalam mengimplementasikan ekonomi syariah. Oleh
karena itu, salahsatu rekomendasi yang dihasilkan dalam lokakarya ini adalah
pendirian bank syariah.
MUI menyikapi hasil lokakarya ini sebagai momentum bagi
berkembangnya ekonomi syariah. Hal ini mendorong MUI untuk bekerjasama
dengan otoritas perbankan di Indonesia dalam pengembangan ekonomi syariah.
Era itu ditandai dengan masuknya perbankan syariah dalam Undang-Undang
11. No.2 Tahun 1992 tentang perbankan syariah, meskipun waktu itu masih
disebutkan sebagai system bagi hasil.
Momen penting yang tercatat dalam perkembangan perbankan syariah
diindonesia adalah dari pengalaman selama krisis ekonomi yang terjadi pada
tahun 1997/1998, ternyata fakta menunjukan bahwa perbankan syariah tidak
terseret badai krisis dan menjadi salahsatu sektor perbankan yang tidak perlu
dilakukan rekap oleh pemerintah.
Atas prestasi ini akhirnya pemerintah benar-benar meyakini bahwa
lembaga keuangan syariah dapat diandalkan sebagai bagian dari system
ekonomi dan perbankan nasional. Keyakinan pemerintah diwujudkan dengan
memasukan perbankan syariah pada Undang-undang no. 10 tahun 1998
sebagai perubahan atas Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang perbankan.
Tanggal 10 februari 1999 MUI membentuk Dewan Syariah Nasional
(DSN). Dibentuk untuk menjawab kekhawatiran terjadinya perbedaan fatwa yang
dikeluarkan oleh DPS dimasing-masing LKS. Oleh karena itu, DSN membawahi
seluruh DPS/LKS di Indonesia.
Fungsi utama dari DSN adalah menggali, mengkaji dan merumuskan nilai
dan prinsip hukum islam syariah untuk dijadikan pedoman dalam kegiatan LKS
serta mengawasi implementasinya dalam pengawasan inilah dimasing-masing
LKS ditempatkan DPS.
Dengan dikembangkan produk-produk ekonomi syariah, diharapkan bisa
mewujudkan pasar modal Indonesia menjadi suatu market yang bisa menarik
para investor yang ingin berinvestasi dengan memperhatikan kesesuaian produk
dan atau instrument yang sejalan dengan kaidah-kaidah syariat islam.
Prinsip Dasar Ekonomi Syariah
Ada tiga sistem ekonomi yang ada di muka bumi ini yaitu Kapitalis,
Sosialis dan Mix Economic. Sistem ekonomi tersebut merupakan sistem ekonomi
yang berkembang berdasarkan pemikiran barat. Selain itu, tidak ada diantara
sistem ekonomi yang ada secara penuh berhasil diterapkan dalam
perekonomian di banyak negara. Sistem ekonomi sosialis atau komando hancur
dengan bubarnya Uni Soviet. Dengan hancurnya komunisme dan sistem
ekonomi sosialis pada awal tahun 90-an membuat sistem kapitalisme disanjung
sebagai satu-satunya sistem ekonomi yang sahih. Tetapi ternyata, sistem
ekonomi kapitalis membawa akibat negatif dan lebih buruk, karena banyak
negara miskin bertambah miskin dan negara kaya yang jumlahnya relatif sedikit
semakin kaya.
Dengan kata lain, kapitalis gagal meningkatkan harkat hidup orang
banyak terutama di negara-negara berkembang. Bahkan menurut Joseph E.
Stiglitz (2006) kegagalan ekonomi Amerika dekade 90-an karena keserakahan
kapitalisme ini. Ketidakberhasilan secara penuh dari sistem-sistem ekonomi yang
ada disebabkan karena masing-masing sistem ekonomi mempunyai kelemahan
atau kekurangan yang lebih besar dibandingkan dengan kelebihan masing-
12. masing. Kelemahan atau kekurangan dari masing-masing sistem ekonomi
tersebut lebih menonjol ketimbang kelebihannya.
Karena kelemahannya atau kekurangannya lebih menonjol daripada
kebaikan itulah yang menyebabkan muncul pemikiran baru tentang sistem
ekonomi terutama dikalangan negara-negara muslim atau negara-negara yang
mayoritas penduduknya beragama Islam yaitu sistem ekonomi syariah. Negara-
negara yang penduduknya mayoritas Muslim mencoba untuk mewujudkan suatu
sistem ekonomi yang didasarkan pada Al-Quran dan Hadist, yaitu sistem
ekonomi Syariah yang telah berhasil membawa umat muslim pada zaman
Rasulullah meningkatkan perekonomian di Jazirah Arab. Dari pemikiran yang
didasarkan pada Al-quran dan Hadist tersebut, saat ini sedang dikembangkan
Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah di banyak negara Islam termasuk
di Indonesia.
Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah merupakan perwujudan
dari paradigma Islam. Pengembangan ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi
Syariah bukan untuk menyaingi sistem ekonomi kapitalis atau sistem ekonomi
sosialis, tetapi lebih ditujukan untuk mencari suatu sistem ekonomi yang
mempunyai kelebihan-kelebihan untuk menutupi kekurangan-kekurangan dari
sistem ekonomi yang telah ada. Islam diturunkan ke muka bumi ini dimaksudkan
untuk mengatur hidup manusia guna mewujudkan ketentraman hidup dan
kebahagiaan umat di dunia dan di akhirat sebagai nilai ekonomi tertinggi. Umat
di sini tidak semata-mata umat Muslim tetapi, seluruh umat yang ada di muka
bumi. Ketentraman hidup tidak hanya sekedar dapat memenuhi kebutuhan hidup
secara melimpah ruah di dunia, tetapi juga dapat memenuhi ketentraman jiwa
sebagai bekal di akhirat nanti. Jadi harus ada keseimbangan dalam pemenuhan
kebutuhan hidup di dunia dengan kebutuhan untuk akhirat.
Menurut Islam, kegiatan ekonomi harus sesuai dengan hukum syara’.
Artinya, ada yang boleh dilakukan dan ada yang tidak boleh dilakukan atau
dengan kata lain harus ada etika. Kegiatan ekonomi dan kegiatan-kegiatan
lainnya yang bertujuan untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat adalah
merupakan ibadah kepada Allah S.W.T. Semua kegiatan dan apapun yang
dilakukan di muka bumi, kesemuannya merupakan perwujudan ibadah kepada
Allah S.W.T. Dalam Islam, tidak dibenarkan manusia bersifat sekuler yaitu,
memisahkan kegiatan ibadah/ uhrowi’ dan kegiatan duniawi.
Dalam Islam, harta pada hakikatnya adalah milik Allah, dan harta yang
dimiliki oleh manusia sesungguhnya merupakan pemberian Allah, oleh
karenanya harus dimanfaatkan sesuai dengan perintah Allah. Menurut Islam,
orientasi kehidupan manusia menyangkut hakikat manusia, makna hidup, hak
milik, tujuan penggunaan sumberdaya, hubungan antara manusia dan
lingkungan, harus didasarkan pada Al-quran dan Hadist.
Menyangkut sistem ekonomi menurut Islam ada tiga prinsip dasar
(Chapra dalam Imamudin Yuliadi. 2000) yaitu Tawhid, Khilafah, dan ‘Adalah.
Prinsip Tawhid menjadi landasan utama bagi setiap umat Muslim dalam
menjalankan aktivitasnya termasuk aktivitas ekonomi. Prinsip ini merefleksikan
13. bahwa penguasa dan pemilik tunggal atas jagad raya ini adalah Allah SWT.
Prinsip Tawhid ini pula yang mendasari pemikiran kehidupan Islam yaitu Khilafah
(Khalifah) dan ‘Adalah (keadilan).
Khilafah mempresentasikan bahwa manusia adalah khalifah atau wakil
Allah di muka bumi ini dengan dianugerahi seperangkat potensi spiritual dan
mental serta kelengkapan sumberdaya materi yang dapat digunakan untuk hidup
dalam rangka menyebarkan misi hidupnya. Ini berarti bahwa, dengan potensi
yang dimiliki, manusia diminta untuk menggunakan sumberdaya yang ada dalam
rangka mengaktualisasikan kepen-tingan dirinya dan masyarakat sesuai dengan
kemampuan mereka dalam rangka mengabdi kepada Sang Pencipta, Allah
SWT.
Prinsip ‘Adalah (keadilan) menurut Chapra merupakan konsep yang tidak
terpisahkan dengan Tawhid dan Khilafah, karena prinsip ‘Adalah adalah
merupakan bagian yang integral dengan tujuan syariah (maqasid al-Syariah).
Konsekuensi dari prinsip Khilafah dan ‘Adalah menuntut bahwa semua
sumberdaya yang merupakan amanah dari Allah harus digunakan untuk
merefleksikan tujuan syariah antara lain yaitu; pemenuhan kebutuhan (need
fullfillment), menghargai sumber pendapatan (recpectable source of earning),
distribusi pendapatan dan kesejah-teraan yang merata (equitable distribution of
income and wealth) serta stabilitas dan pertumbuhan (growth and stability).
Dalam hal pemilikan sumberdaya atau faktor produksi, Sistem Ekonomi Syariah
memberikan kebebasan yang tinggi untuk berusaha dan memiliki sumberdaya
yang ada yang berorientasi sosial dengan memberikan selft interest yang lebih
panjang dan luas. Namun perlu diingat bahwa, segala sesuatu yang diperoleh
merupakan pemberian Allah, karenanya harus digunakan sesuai dengan
petunjuk Allah dan dikeluarkan zakat-nya dan sadaqah yang ditujukan bagi
Muslim yang belum berhasil sebagai implementasi dari rasa sosial yang tinggi.
Selain itu, negara dan juga pemerintah berperan untuk menjaga keseimbangan
yang dinamis untuk merealisasikan kesejahteraan masyarakat. Jadi, dalam
Sistem Ekonomi Syariah, ada landasan etika dan moral dalam melaksanakan
semua kegiatan termasuk kegiatan ekonomi, selain harus adanya keseimbangan
antara peran pemerintah, swasta, kepentingan dunia dan kepentingan akhirat
dalam aktivitas ekonomi yang dilakukan.
Perbandingan Paradigma, Dasar dan Filosofi Sistem Ekonomi
Dari penjelasan yang telah diungkapkan di atas menyangkut sistem ekonomi
yang ada, maka ada tiga sistem ekonomi yang utama saat ini, yang diterapkan
oleh negara-negara di muka bumi ini. Tiga sistem ekonomi utama tersebut
adalah sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi sosialis, dan sistem ekonomi
syariah. Ke tiga sistem ekonomi tersebut
Selanjutnya, sistem ekonomi syariah mempunyai paradigma bahwa,
segala sesuatu yang ada dan kegiatan yang dilakukan harus didasarkan pada Al
Qur’an dan Hadist atau syariah Islam. Dalam kegiatan ekonomi, dasar yang
digunakan adalah bahwa, sebagai umat Muslim setiap orang mempunyai
kewajiban untuk melakukan semua aktivitas sesuai dengan ajaran Islam. Filosofi
14. yang diterapkan yaitu bahwa, semua manusia adalah makhluk Allah, karenanya
harus selalu mengabdi kepada-Nya. Semua aktivitas yang dilakukan termasuk
aktivitas ekonomi merupakan ibadah kepada Allah.
Dalam ekonomi syariah, etika agama kuat sekali melandasi hukum-
hukumnya. Etika sebagai ajaran baik-buruk, benar-salah, atau ajaran tentang
moral khususnya dalam perilaku dan tindakan-tindakan ekonomi, bersumber
terutama dari ajaran agama. Itulah sebabnya banyak ajaran dan paham dalam
ekonomi Barat merujuk pada kitab Injil (Bible), dan etika ekonomi Yahudi banyak
merujuk pada Taurat. Demikian pula etika ekonomi Islam termuat dalam lebih
dari seperlima ayat-ayat yang dimuat dalam Al-Qur’an.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam Islam pemenuhan
kebutuhan materil dan spiritual benar-benar dijaga keseimbangannya, dan
pengaturan oleh negara, meskipun ada, tidak akan bersifat otoriter.
Terdapat beberapa prinsip dalam ekonomi syariah yang menjadi pembeda
dengan system ekonomi lainnya. Prinsip tersebut antara lain berkaitan dengan
kebebasan individu, hak terhadap harta, jaminan sosial, larangan memupuk
harta dan pentingnya distribusi kekayaan, serta kesejahteraan hidup masyarakat.
Selain itu, menurut Hidayat (2003), prinsip-prinsip yang mendasari ekonomi
syarah antara lain adalah:
1) Keadilan, yaitu kegiatan ekonomi yang dijalankan harus secara transparan
dan jujur serta tidak ada eksploitasi terhadap lawan transaksi atas dasar kontrak
yang adil.
2) Menghindari kegiatan yang merusak, yaitu larangan untuk melakukan
transaksi atas barang-barang yang dapat merugikan dan membahayakan
manusia dimana termasuk proses pembuatan produk tersebut
Etika Bisnis Syariah
Berikut adalah nilai-nilai etika islam yang dapat mendorong bertumbuhnya
dan suksesnya bisnis yaitu:
1) Konsep Ihsan
Ihsan adalah suatu usaha individu untuk sungguh-sungguh bekerja keras tanpa
kenal menyerah dengan dedikasi penuh menuju optimalisasi, sehingga
memperoleh hasil maksimal.
2) Itqan
Artinya berbuat sesuatu dengan teliti dan teratur. Jadi harus bisa menjaga
kualitas sehingga hasilnya maksimal.
3) Konsep hemat
4) Kejujuran dan Keadilan
5) Kerja Keras
Terdapat beberapa hal penting terkait dengan dasar etika dalam bisnis
syariah, yaitu menyangkut: janji, utang piutang, tidak boleh menghadang orang
desa ke perbatasan kota, kejujuran dalam jual beli, ukuran takaran dan
15. timbangan, perilaku hemat, masalah upah, mengambil hak orang lain,
memelihara bumi, perintah berusaha dan batasan pengumpulan harta.
Melalui keterlibatannya di dalam aktivitas bisnis, seorang Muslim
hendaknya berniat untuk memberikan pengabdian yang diharapkan oleh
masyarakat dan manusia secara keseluruhan. Cara-cara eksploitasi kepentingan
umum, atau berlaku menciptakan sesuatu kebutuhan yang sangat artificial,
sangat tidak sesuai dengan ajaran Al Quran. Agar seorang Muslim mampu
menjadikan semangat berbakti mengalahkan kepentingan diri sendiri, maka ia
harus selalu mengingat petunjuk-petunjuk berikut:
a) Mempertimbangkan kebutuhan dan kepentingan orang lain;
b) Memberikan bantuan yang bebas bea dan menginfakkannya kepada orang
yang membutuhkannya;
c) Memberikan dukungan dan kerjasama untuk hal-hal yang baik.
Seorang Muslim diperintahkan untuk selalu mengingat Allah, meskipun dalam
keadaan sedang sibuk oleh aktivitas mereka. Umat Islam hendaknya sadar
dan responsive terhadap prioritas-prioritas yang telah ditentukan oleh Sang
Maha Pencipta. Prioritas-prioritas yang harus didahulukan adalah:
a) Mendahulukan mencari pahala yang besar dan abadi di akhirat ketimbang
keuntungan kecil dan terbatas yang ada di dunia; b) Mendahulukan sesuatu
yang secara moral bersih daripada sesuatu yang secara moral kotor,
meskipun akan mendatangkan keuntungan yang lebih besar;
c) Mendahulukan pekerjaan yang halal daripada yang haram; d)
Mendahulukan bisnis yang bermanfaat bagi alam dan lingkungan sekitarnya
daripada bisnis yang merusak tatanan yang telah baik
dalam segala hal termasuk dalam bidang ekonomi/bisnis.
Marketing Syariah
Syariah marketing is a strategic business discipline that directs the
process of creating, offering, and exchanging values from one inisiatorto its
stakeholders and the whole process should be ai accordance with muamalah
principles in islam.(Hermawan Kertajaya, 2006) lebih lanjut Hermawan
menguraikan syariah marketing ini terdiri dari beberapa unsure yaitu:
1) Theisi (Rabbaniyah)
2) Etis (Akhlakiyah)
3) Realistis (Al-Waqiyyah)
4) Humanistis (Al-Insaniah)
Jika kita lihat dari ciri-ciri etika bisnis Islam sebagaimana yang diajarkan
Rasulullah SAW, terlihat bahwa para pelaku usaha kecil di tiga tempat tersebut
sebagian besar telah mempraktikkan etika bisnis Islam. Rasululah SAW, sangat
banyak memberikan petunjuk mengenai etika bisnis, Ciri-ciri Rasulullah SAW
berbisnis diantaranya adalah:
16. 1) Bahwa prinsip esensial dalam bisnis adalah kejujuran. Dalam doktrin Islam,
kejujuran merupakan syarat fundamental dalam kegiatan bisnis. Rasulullah
sangat intens menganjurkan kejujuran dalam aktivitas bisnis. Dalam tataran
ini, beliau bersabda: “Tidak dibenarkan seorang muslim menjual satu jualan
yang mempunyai aib, kecuali ia menjelaskan aibnya” (H.R. Al-Quzwani).
“Siapa yang menipu kami, maka dia bukan kelompok kami” (H.R. Muslim).
Rasulullah sendiri selalu bersikap jujur dalam berbisnis. Beliau melarang
para pedagang meletakkan barang busuk di sebelah bawah dan barang baru
di bagian atas
2) Kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis. Pelaku bisnis menurut
Islam, tidak hanya sekedar mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya,
sebagaimana yang diajarkan Bapak ekonomi kapitalis, Adam Smith, tetapi
juga berorientasi kepada sikap ta’awun (menolong orang lain) sebagai
implikasi sosial kegiatan bisnis. Tegasnya, berbisnis, bukan mencari untung
material semata, tetapi didasari kesadaran memberi kemudahan bagi orang
lain dengan menjual barang.
3) Tidak melakukan sumpah palsu. Nabi Muhammad saw sangat intens
melarang para pelaku bisnis melakukan sumpah palsu dalam melakukan
transaksi bisnis. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari, Nabi bersabda,
“Dengan melakukan sumpah palsu, barang-barang memang terjual, tetapi
hasilnya tidak berkah”. Dalam hadis riwayat Abu Zar, Rasulullah saw
mengancam dengan azab yang pedih bagi orang yang bersumpah palsu
dalam bisnis, dan Allah tidak akan memperdulikannya nanti di hari kiamat
(H.R. Muslim). Praktek sumpah palsu dalam kegiatan bisnis saat ini sering
dilakukan, karena dapat meyakinkan pembeli, dan pada gilirannya
meningkatkan daya beli atau pemasaran. Namun, harus disadari, bahwa
meskipun keuntungan yang diperoleh berlimpah, tetapi hasilnya tidak berkah.
4) Ramah-tamah. Seorang pelaku bisnis, harus bersikap ramah dalam
melakukan bisnis. Nabi Muhammad Saw mengatakan, “Allah merahmati
seseorang yang ramah dan toleran dalam berbisnis” (H.R. Bukhari dan
Tarmizi).
5) Tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi, agar orang lain
tertarik membeli dengan harga tersebut. Sabda Nabi Muhammad, “Janganlah
kalian melakukan bisnis najsya (seorang pembeli tertentu, berkolusi dengan
penjual untuk menaikkan harga, bukan dengan niat untuk membeli, tetapi
agar menarik orang lain untuk membeli).
6) Tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar orang membeli kepadanya.
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Janganlah seseorang di antara kalian
menjual dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain”
(H.R. Muttafaq ‘alaih).
7) Tidak melakukan ihtikar. Ihtikar ialah (menumpuk dan menyimpan barang
dalam masa tertentu, dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi naik
dan keuntungan besar pun diperoleh). Rasulullah melarang keras perilaku
bisnis semacam itu.
17. 8) Takaran, ukuran dan timbangan yang benar. Dalam perdagangan, timbangan
yang benar dan tepat harus benar-benar diutamakan. Firman Allah:
“Celakalah bagi orang yang curang, yaitu orang yang apabila menerima
takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar
atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi ” (QS. Al-Muthaffifin:
1- 3).
9) Bisnis tidak boleh mengganggu kegiatan ibadah kepada Allah. Firman Allah,
“Orang yang tidak dilalaikan oleh bisnis lantaran mengingat Allah, dan dari
mendirikan shalat dan membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari
yang hari itu, hati dan penglihatan menjadi goncang”.
10) Membayar upah sebelum kering keringat karyawan. Nabi Muhammad SAW
bersabda, “Berikanlah upah kepada karyawan, sebelum kering keringatnya”.
Hadist ini mengindikasikan bahwa pembayaran upah tidak boleh ditunda-
tunda. Pembayaran upah harus sesuai dengan kerja yang dilakuan.
11) Tidak monopoli. Salah satu keburukan sistem ekonomi kapitalis ialah
melegitimasi monopoli dan oligopoli. Contoh yang sederhana adalah
eksploitasi (penguasaan) individu tertentu atas hak milik sosial, seperti air,
udara dan tanah dan kandungan isinya seperti barang tambang dan mineral.
Individu tersebut mengeruk keuntungan secara pribadi, tanpa memberi
kesempatan kepada orang lain. Ini dilarang dalam Islam.
12) Tidak boleh melakukan bisnis dalam kondisi eksisnya bahaya (mudharat)
yang dapat merugikan dan merusak kehidupan individu dan sosial. Misalnya,
larangan melakukan bisnis senjata di saat terjadi chaos (kekacauan) politik.
Tidak boleh menjual barang halal, seperti anggur kepada produsen minuman
keras, karena ia diduga keras, mengolahnya menjadi miras. Semua bentuk
bisnis tersebut dilarang Islam karena dapat merusak esensi hubungan sosial
yang justru harus dijaga dan diperhatikan secara cermat.
13) Komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan halal, bukan barang
yang haram, seperti babi, anjing, minuman keras, ekstasi, dan sebagainya.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan
bisnis miras, bangkai, babi dan “patung-patung” (H.R. Jabir).
14) Bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa paksaan. Firman Allah, “Hai orang-
orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan cara yang batil (tidak benar), kecuali dengan jalan bisnis yang
berlaku dengan suka-sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu. Sungguh, Allah maha Penyayang kepadamu” (QS. An-
Nisa: 29).
15) Segera melunasi kredit yang menjadi kewajibannya. Rasulullah memuji
seorang muslim yang memiliki perhatian serius dalam pelunasan hutangnya.
Sabda Nabi Saw, “Sebaik-baik kamu, adalah orang yang paling segera
membayar hutangnya” (H.R. Hakim).
16) Memberi tenggang waktu apabila pengutang (kreditor) belum mampu
membayar. Sabda Nabi Saw, “Barang siapa yang menangguhkan orang
yang kesulitan membayar hutang atau membebaskannya, Allah akan
18. memberinya naungan di bawah naunganNya pada hari yang tak ada
naungan kecuali naungan-Nya” (H.R. Muslim).
17) Bahwa bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba. Firman Allah, “Hai
orang-orang yang beriman, tinggalkanlah sisa-sisa riba jika kamu beriman
(QS. Al-Baqarah: 278) Pelaku dan pemakan riba dinilai Allah sebagai orang
yang kesetanan (QS. Al-Baqarah: 275). Oleh karena itu Allah dan Rasulnya
mengumumkan perang terhadap riba.
Dengan ciri-ciri etika bisnis Islam yang tersebut diatas, kita dapat
mengetahui perbedaan bagaimana etika bisnis dalam Islam dengan etika bisnis
kebanyakan budaya barat.
Para pelaku usaha terutama kewirausahaan, dituntut mempunyai
kesadaran mengenai etika dan moral, karena keduanya merupakan kebutuhan
yang harus dimiliki. Pelaku usaha kewirausahaan yang ceroboh dan tidak
menjaga etika, tidak akan berbisnis secara baik sehingga dapat mengancam
hubungan sosial dan merugikan konsumen, bahkan dirinya sendiri.
Berikut ini merupakan penegasan dari Allah SWT. bahwa Islam memiliki
sistem yang sempurna dalam rangka membahas berbagai persoalan bisnis yang
ada di dunia baik yang bersifat materi maupun non materi. Termasuk dalam hal
ini menyangkut mengenai bisnis, dalam usaha melakukan bisnis, Allah telah
menegaskan dalam firman-firmannya, sebagai berikut :
1) Al-Baqarah : 282
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang di antara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis
menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan
kepadanya, maka hendaklah dia menuliskan. Dan hendaklah orang yang
berutang itu mendiktekan, dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya,
dan janganlah dia mengurangi sedikit pun daripadanya. Jika orang yang
berutang itu orang kurang akalnya atau lemah (keadaanya), atau tidak mampu
mendiktekan sendiri, maka hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar.
Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki di antara kamu. Jika tidak
ada saksi dua orang laki-laki, maka boleh seorang laki-laki dan dua orang
perempuan di antara orang-orang yang kamu sukai dari para saksi yang ada,
agar jika ada yang seorang lupa maka yang seorang lagi mengingatkannya. Dan
janganlah saksi-saksi itu menolak apabila dipanggil. Dan janganlah kamu bosan
menuliskannya, untuk batas waktunya baik utang itu kecil maupun besar. Yang
demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dekat menguatkan kesaksian, dan lebih
mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali jika hal itu merupakan
perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa
bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya. Dan ambillah saksi apabila kamu
berjual beli, dan janganlah penulis dipersulit dari begitu juga saksi. Jika kamu
19. lakukan yang demikian, maka sungguh, hal itu suatu kefasikan pada kamu. Dan
bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu".
2) An-Nisaa : 29
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil kecuali dalam perdagangan yang berlaku
atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu".
Allah SWT melarang hamba-hamba-Nya yang mukmin memakan harta
sesamanya dengan cara yang bathil dan cara mencari keuntungan yang tidak
sah dan melanggar syari'at seperti riba, perjudian dan yang serupa dengan itu
dari macam-macam tipu daya yang tampak seakan-akan sesuai dengan hukum
syari'at tetapi Allah mengetahui bahwa apa yang dilakukan itu hanya suatu tipu
muslihat dari sipelaku untuk menghindari ketentuan hokum yang telah digariskan
oleh syari'at Allah. Allah mengecualikan dari larangan ini pencaharian harta
dengan jalan perdagangan (perniagaan) yang dilakukan atas dasar suka sama
suka oleh kedua belah pihak yang bersangkutan.
3) At-Taubah: 24
"Katakanlah jika Bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai
adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasulnya dan dari berjihad di jalan
Allah maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya. Dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik"
Allah SWT memerintahkan orang-orang mukmin menjauhi orang-orang kafir,
walaupun mereka itu bapak-bapak, anak-anak, atau saudara-saudara mereka
sendiri, dan melarang untuk berkasih sayang kepada mereka yang masih lebih
mengutamakan kekafiran mereka daripada beriman.
4) An-Nur : 37
"Bertasbih dan bertahmidlah Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan
tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah dan dari membayar zakat. Mereka
takut kepada suatu hari yang (dihari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang"
Allah SWT berfirman menceritakan tentang hamba-hamba-Nya dan memperoleh
pancaran cahaya iman dan takwa di dada mereka, bahwa mereka itu tekun
dalam ibadahnya, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan selalu beri'tikaf di
dalam masjidbertasbih, bertahmid dan bertahlil. Mereka sekali-kali tidak tergoda
dan tidak akan dilalaikan dari ibadah itu, kegiatan yang mereka lakukan untuk
mencari nafkah, berusaha dan berdagang (berniaga). Mereka itu benar-benar
cakap membagi waktu di antara kewajiban ukhrawi dan kewajiban duniawi,
sehingga tidak sedikitpun tergesr amal dan kewajiban ukhrawi mereka oleh
usaha duniawi mereka.
20. 5) Fatir : 29
"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan
shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada
mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan
perniagaan yang tidak akan merugi"
Allah SWT berfirman tentang hamba-hamba-Nya yang mukmin yang selalu
membaca kitab Allah dengan tekunnya, beriman bahwasanya kitab itu adalah
wahyu dari sisi-Nya kepada Rasul-Nya dan mengerjakan apa yang terkandung di
dalamnya seperti perintah shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Allah
karuniakan kepadanya untuk tujuan-tujuan yang baik yang membawa ridha Allah
dan restu-Nya, menafkahkan secara diam-diam tidak diketahui orang lain atau
secara terang-terangan, mereka itulah dapat mengharapkan perdagangan
(perniagaan) yang tidak akan merugi dan akan disempurnakanlah oleh Allah
pahala mereka serta akan ditambah bagi mereka karunia-Nya berlipat ganda.
Sesungguhnya Allah SWT adalah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri
amal-amal baik hamba-hamba-Nya yang sekecil-kecilnya pun.
6) As-Shaff : 10
"Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu
perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab pedih?"
7) Al-Jum’ah : 11
"Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera
menuju kepadanya dan mereka tinggallah engkau (Muhammad) sedang berdiri
(berkhotbah). Katakanlah , "Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada
permainan dan perdagangan," dan Allah pemberi rezeki yang terbaik".
Konsep Islam tentang Kewirausahaan
Berusaha dalam bidang bisnis dan perdagangan adalah usaha kerja
keras. Dalam kerja keras itu, tersembunyi kepuasan batin, yang tidak dinikmati
oleh profesi lain. Dunia bisnis mengutamakan prestasi lebih dulu, baru kemudian
prestise, buka sebaliknya. Generasi muda yang mengutamakan prestise dulu,
mereka tidak akan mencapai kemajuan, karena setiap kemajuan pasti menuntut
adanya prestasi. Prestasi dimulai dengan kerja keras, dalam semua bidang.
Kemauan keras (azam) dapat menggerakkan motivasi untuk bekerja dengan
sungguh-sungguh.
Agama Islam mewajibkan setiap orang untuk bekerja, dan tidak ada
peluang bagi orang yang beriman untuk menganggur. Sebagaimana yang telah
difirmankan Allah dalam al-Qur‟an (Al-Jumuah: 10) yang artinya: “Apabila Telah
ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak banyak supaya kamu beruntung”.
Islam memang tidak memberikan penjelasan secara eksplisit terkait
konsep tentang kewirausahaan (entrepreneurship) ini, namun di antara
keduanya mempunyai kaitan yang cukup erat; memiliki ruh atau jiwa yang sangat
21. dekat, meskipun bahasa teknis yang digunakan berbeda. Dalam Islam
digunakan istilah kerja keras, kemandirian (biyadihi), dan tidak cengeng.
Berwirausaha memberi peluang kepada seseorang untuk banyak banyak
berbuat baik, bukan sebaliknya. Berbuat baik dalam wirausaha perdagangan,
misalnya membantu kemudahan bagi orang yang berbelanja, kemudahan
memperoleh alat pemenuhan kebutuhan, pelayanan cepat, memberi potongan,
memuaskan hati konsumen dan sebagainya.
Berusaha dan bekerja keras sangat ditekankan oleh Rasulullah SAW., kita
tidak boleh berpangku tangan, mengharap rizki hanya dengan berdoa saja.
Berdoa tanpa usaha tidak ada gunanya. Diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab
selesai shalat menjumpai sekelompok orang yang membenamkan dirinya di
masjid, dengan alasan tawakkal dan berdoa kepada Allah, maka beliau
memperingatkan: “Janganlah sekali-kali di antara kalian ada yang duduk-duduk
malas mencari rizki dan membaca doa Ya Allah limpahkanlah rizki kepadaku,
padahal mereka mengetahui bahwa dari langit tidak akan turun hujan emas dan
perak”.
Dalam sejarahnya Nabi Muhammad, istrinya dan sebagian besar
sahabatnya adalah para pedagang dan entrepreneur mancanegara yang piawai.
Beliau adalah praktisi ekonomi dan sosok tauladan bagi umat. Oleh karena itu,
sebenarnya tidaklah asing jika dikatakan bahwa mental entrepreneurship inheren
dengan jiwa umat Islam itu sendiri. Bukanlah Islam adalah agama kaum
pedagang, disebarkan ke seluruh dunia setidaknya sampai abad ke-13 M, oleh
para pedagang muslim.
Dari aktivitas perdagangan yang dilakukan, Nabi dan sebagian besar
sahabat telah merubah pandangan dunia bahwa kemuliaan seseorang bukan
terletak pada kebangsawanan darah, tidak pula pada jabatan yang tinggi, atau
uang yang banyak, melainkan pada pekerjaan. Oleh karena itu, Nabi juga
bersabda “Innalla>ha yuhibbul muhtarif ” (Sesungguhnya Allah sangat mencintai
orang yang bekerja untuk mendapatkan penghasilan). Umar Ibnu Khattab
mengatakan sebaliknya bahwa, “Aku benci salah di antara kalian yang tidak mau
bekerja yang menyangkut urusan dunia.
Ada beberapa motif berwirausaha dalam bidang perdagangan menurut
ajaran agama Islam, antara lain:
1. Berdagang buat Cari Untung
Pekerjaan berdagang adalah sebagian dari pekerjaan bisnis yang sebagian
besar bertujuan untuk mencari laba sehingga seringkali untuk mencapainya
dilakukan hal-hal yang tidak baik. Padahal ini sangat dilarang dalam agama
Islam. Pekerjaan berdagang masih dianggap sebagai suatu pekerjaan yang
rendahan karena biasanya berdagang dilakukan dengan penuh trik, penipuan,
ketidakjujuran, dll.
2. Berdagang adalah Hobi
Konsep berdagang adalah hobi banyak dianut oleh para pedagang dari Cina.
Mereka menekuni kegiatan berdagang ini dengan sebaik-baiknya dengan
melakukan berbagai macam terobosan.Yaitu dengan open display (melakukan
22. pajangan di halaman terbuka untuk menarik minat orang), window display
(melakukan pajangan di depan toko), interior display (pajangan yang disusun
didalam toko), dan close display (pajangan khusus barang-barang berharga agar
tidak dicuri oleh orang yang jahat).
3. Berdagang adalah Ibadah
Bagi umat Islam berdagang lebih kepada bentuk Ibadah kepada Allah swt.
Karena apapun yang kita lakukan harus memiliki niat untuk beribadah agar
mendapat berkah. Berdagang dengan niat ini akan mempermudah jalan kita
mendapatkan rezeki. Para pedagang dapat mengambil barang dari tempat grosir
dan menjual ditempatnya. Dengan demikian masyarakat yang ada disekitarnya
tidak perlu jauh untuk membeli barang yang sama. Sehingga nantinya akan
terbentuk patronage buying motive yaitu suatu motif berbelanja ketoko tertentu
saja.
Berwirausaha memberi peluang kepada orang lain untuk berbuat baik dengan
cara memberikan pelayanan yang cepat, membantu kemudahan bagi orang
yang berbelanja, memberi potongan, dll.
Perbuatan baik akan selalu menenangkan pikiran yang kemudian akan turut
membantu kesehatan jasmani. Hal ini seperti yang diungkapkan dalam buku The
Healing Brain yang menyatakan bahwa fungsi utama otak bukanlah untuk
berfikir, tetapi untuk mengembaliakn kesehatan tubuh. Vitalitas otak dalam
menjaga kesehatan banyak dipengaruhi oleh frekuensi perbuatan baik. Dan
aspek kerja otak yang paling utama adalah bergaul, bermuamalah, bekerja
sama, tolong menolong, dan kegiatan komunikasi dengan orang lain.
4. Perintah Kerja Keras
Kemauan yang keras dapat menggerakkan motivasi untuk bekerja dengan
sungguh-sungguh. Orang akan berhasil apabila mau bekerja keras, tahan
menderita, dan mampu berjuang untuk memperbaiki nasibnya. Menurut Murphy
dan Peck, untuk mencapai sukses dalam karir seseorang, maka harus dimulai
dengan kerja keras.
Kemudian diikuti dengan mencapai tujuan dengan orang lain, penampilan yang
baik, keyakinan diri, membuat keputusan, pendidikan, dorongan ambisi, dan
pintar berkomunikasi. Allah memerintahkan kita untuk tawakkal dan bekerja
keras untuk dapat mengubah nasib. Jadi intinya adalah inisiatif, motivasi, kreatif
yang akan menumbuhkan kreativitas untuk perbaikan hidup. Selain itu kita juga
dianjurkan untuk tetap berdoa dan memohon perlindungan kepada Allah sesibuk
apapun kita berusaha karena Dialah yang menentukan akhir dari setiap usaha.
5. Perdagangan/Berwirausaha Pekerjaan Mulia Dalam Islam
Pekerjaan berdagang ini mendapat tempat terhormat dalam ajaran Islam. Dalam
QS. Al-Baqarah: 275, Allah berfirman yang artinya: “Orang-orang yang makan
(mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya
jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan
23. mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang
Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah swt telah menghalalkan kegiatan jual beli
dan mengharamkan riba. Kegiatan riba ini sangat merugikan karena membuat
kegiatan perdagangan tidak berkembang. Hal ini disebabkan karena uang dan
modal hanya berputar pada satu pihak saja yang akhirnya dapat mengeksploitasi
masyarakat yang terdesak kebutuhan hidup.
SIMPULAN DAN SARAN
Islam mengatur agar persaingan di pasar dilakukan dengan adil, sehingga
seluruh bentuk transaksi yang menimbulkan ketidakadilan dilarang, yaitu:
1. Talaqqi rukban dilarang karena pedagang yang menyongsong di pinggir kota
akan memperoleh keuntungan dari ketidaktahuan penjual dari daerah pinggiran
atau kampung akan harga yang berlaku di kota. Mencegah masuknya pedagang
desa ke kota ini (entry barrier), akan menimbulkan pasar yang tidak kompetitif.
2. Mengurangi timbangan dilarang, karena barang dijual dengan harga yang
sama untuk jumlah yang lebih sedikit.
3. Menyembunyikan barang cacat karena penjual mendapatkan harga yang baik
untuk kualitas yang buruk.
4. Menukar kurma kering dengan kurma basah dilarang, karena takaran kurma
basah ketika kering bisa jadi tidak sama dengan kurma kering yang ditukar
tersebut.
5. Menukar satu takaran kurma kualitas bagus dengan dua takar kurma kualitas
sedang dilarang, karena setiap kualitas kurma mempunyai harga pasarnya.
6. Transaksi Najasy dilarang, karena si penjual menyuruh orang lain memuji
barangnya atau menawar dengan harga tinggi agar orang lain tertarik.
7. Ikhtikar dilarang, karena bermaksud mengambil keuntungan di atas
keuntungan normal dengan menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih
tinggi.
8. Ghaban Fahisy dilarang, karena menjual di atas harga pasar.
Ciri Khas Bisnis Syari’ah
Bisnis syariah merupakan implementasi/ perwujudan dari aturan syari’at
Allah. Sebenarnya bentuk bisnis syari’ah tidak jauh beda dengan bisnis pada
umumnya, yaitu upaya memproduksi/mengusahakan barang dan jasa guna
24. memenuhi kebutuhan konsumen. Namun aspek syariah inilah yang
membedakannya dengan bisnis pada umumnya. Sehingga bisnis syariah selain
mengusahakan bisnis pada umumnya, juga menjalankan syariat dan perintah
Allah dalam hal bermuamalah. Untuk membedakan antara bisnis syariah dan
yang bukan, maka kita dapat mengetahuinya melalui ciri dan karakter dari bisnis
syariah yang memiliki keunikan dan ciri tersendiri. Beberapa cirri itu antara lain:
1. Selalu Berpijak Pada Nilai-Nilai Ruhiyah. Nilai ruhiyah adalah kesadaran
setiap manusia akan eksistensinya sebagai ciptaan (makhluq) Allah yang harus
selalu kontak dengan-Nya dalam wujud ketaatan di setiap tarikan nafas
hidupnya. Ada tiga aspek paling tidak nilai ruhiyah ini harus terwujud , yaitu pada
aspek : (1) Konsep, (2) Sistem yang di berlakukan, (3) Pelaku (personil).
2. Memiliki Pemahaman Terhadap Bisnis yang Halal dan Haram. Seorang
pelaku bisnis syariah dituntut mengetahui benar fakta-fakta (tahqiqul manath)
terhadap praktek bisnis yang Sahih dan yang salah. Disamping juga harus
paham dasar-dasar nash yang dijadikan hukumnya (tahqiqul hukmi).
3. Benar Secara Syar’iy Dalam Implementasi. Intinya pada masalah ini adalah
ada kesesuaian antara teori dan praktek, antara apa yang telah dipahami dan
yang di terapkan. Sehingga pertimbangannya tidak semata-mata untung dan rugi
secara material.
4. Berorientasi Pada Hasil Dunia dan Akhirat. Bisnis tentu di lakukan untuk
mendapat keuntungan sebanyak-banyak berupa harta, dan ini di benarkan
dalam Islam. Karena di lakukannya bisnis memang untuk mendapatkan
keuntungan materi (qimah madiyah). Dalam konteks ini hasil yang di peroleh, di
miliki dan dirasakan, memang berupaharta.
5. Namun, seorang Muslim yang sholeh tentu bukan hanya itu yang jadi
orientasi hidupnya. Namun lebih dari itu. Yaitu kebahagiaan abadi di yaumil
akhir. Oleh karenanya. Untuk mendapatkannya, dia harus menjadikan bisnis
yang dikerjakannya itu sebagai ladang ibadah dan menjadi pahala di hadapan
Allah . Hal itu terwujud jika bisnis atau apapun yang kita lakukan selalu
mendasarkan pada aturan-Nya yaitu syariah Islam.
Jika semua hal diatas dimiliki oleh seorang pengusaha muslim, niscaya
dia akan mampu memadukan antara realitas bisnis duniawi dengan ukhrowi,
sehingga memberikan manfaat bagi kehidupannya di dunia maupun akhirat.
Akhirnya, jadilah kaya yang dengannya kita bisa beribadah di level yang lebih
tinggi lagi.
Dapat di bedakan beberapa perbedaan antara bisnis Islami dengan bisnis
non-Islami, sebagaimana yang dijelaskan dalam tabel di bawah ini:
No Karakteristik
Bisnis
Bisnis Islam Bisnis Non Islam
1 Asas Akidah Islam (nilai-nilai
transedental)
Sekularisme (nilai-nilai
materialisme)
2 Motivasi Dunia Akhirat Dunia
3 Orientasi Profit, zakat dan benefit Profit, pertumbuhan dan
25. (non materi), pertumbuhan,
keberlangsungan dan
keberkahan
keberlangsungan
4 Etos kerja Tinggi, bisnis adalah
bagian dari ibadah
Tinggi, bisnis adalah
kebutuhan duniawi
5 Sikap Mental Maju dan produktif,
konsekuensi keimanan dan
manifestasi kemusliman
Maju dan produktif
sekaligus konsumtif,
konsekuensi aktualisasi
diri.
6 Keahlian Cakap dan ahli di
bidangnya, konsekuensi
dari kewajiban seorang
Muslim
Cakap dan ahli di
bidangnya, konsekuensi
dari motivasi punishmen
dan reward
7 Amanah Terpercaya dan
bertanggung jawab, tujuan
tidak menghalalkan segala
cara
Tergantung kemauan
individu (pemilik kapital),
tujuan menghalalka segala
cara
8 Modal Halal Halal dan haram
9 Sumber Daya
Manusia
Sesuai dengan akad
kerjanya
Sesuai dengan akad
kerjanya, atau sesuai
dengan keinginan pemilik
modal
10 Sumber Daya Halal Halal dan haram
11 Manajemen
Strategis
Visi dan misi organisasi
terkait erat dengan misi
penciptaan manusia di
dunia
Visi dan misi organisasi
ditetapkan berdasarkan
pada kepentingan material
belaka
12 Manajemen
Operasional
Jaminan halal dari setiap
masukan, proses dan
keluaran, mangedepankan
produktivitas dalam
koridor syariah
Tidak ada jaminan halal
bagi setiap masukan,
proses
dan keluaran,
mengedepankan
produktivitas dalam koridor
manfaat
13 Manajemen
Keuangan
Jaminan halal bagi setiap
masukan, proses dan
keluaran keuangan,
mekanisme keuangan
dengan bagi hasil
Tidak ada jaminan halal
bagi setiap masukan,
proses
dan keluaran keuangan,
mekanisme keuangan
dengan bunga
14 Manajemen
Pemasaran
Pemasaran dalam koridor
jaminan halal
Pemasaran menghalalkan
segala cara
15 Manajemen SDM profesional dan SDM profesional, SDM
26. SDM berkepribadian Islam,
SDM adalah pengelola
bisnis, SDM bertanggung
jawab pada diri, majikan
dan Allah
adalah aktor produksi,
SDM bertanggung jawab
pada diri dan majikan
Sumber: Menggagas Bisnis Islami (Jakarta: Gema Insani Press, 2012)
Sumber Pustaka:
Riyaturruddin, https://www.kompasiana.com/riyat/apa-itu-etika-bisnis-
islam_5908bc00f37e61f81165fd78
Saleh Uddin http://hawafiq.blogspot.co.id/2012/12/konsep-etika-bisnis-
syariah.html
Lismanto, http://www.islamcendekia.com/2014/12/pengertian-bisnis-dalam-
ajaran-syariah-islam-dan-umum.html
http://nizaryudharta.blogspot.com/2014/01/pengertian-bisnis-syariah.html
Fitri Amalia,
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=321868&val=6183&title=Etik
a%20Bisnis%20Islam:%20Konsep%20dan%20Implementasi%20pada%20Pelak
u%20Usaha%20Kecil.
https://idtesis.com/metode-deskriptif/
http://digilib.uinsby.ac.id/3119/4/Bab%202.pdf