Dokumen tersebut membahas tentang etika bisnis dalam hukum ekonomi Islam. Ia menjelaskan bahwa etika merupakan hal yang tak terpisahkan dari kegiatan ekonomi, dan menghindari riba merupakan salah satu syarat sahnya perjanjian bisnis. Dokumen tersebut juga membedah konsep etika deskriptif, normatif, dan metaetika dalam bisnis, serta menekankan pentingnya akhlak mulia bagi pengusaha Muslim.
2. Dalam hukum ekonomi Islam (muamalat) etika
bisnis merupakan hal yang tak dapat dipisahkan dari
kegiatan ekonomi secara keseluruhan1. Dalam
melakukan perjan-jian (akad, kontrak), misalnya,
ditentukan unsur-unsur yang harus ada beserta
syarat sahnya agar kepentingan semua pihak
terlindungi. Di antara syarat bagi keabsahan suatu
perjanjian bisnis adalah tidak mengandung riba
3. Sejak semula riba diakui potensial menimbulkan
masalah karena ketidakjelasan makna sesungguhnya yang
dikehendaki, bahkan oleh sahabat Nabi Saw sekalipun.
Oleh karena itu, tidak mengherankan bila kemudian
muncul banyak sekali teori ataupun pandangan tentang
riba.
4. Etika sebagai praktis berarti : nilai-nilai dan norma
norma moral sejauh dipraktikan atau justru tidak
dipraktikan, walaupun seharusnya dipraktikkan. Etika
sebagai refleksi adalah pemikiran moral. Dalam etika
sebagai refleksi kita berfikir tentang apa yang
dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus
dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Secara filosofi
etika memiliki arti yang luas sebagai pengkajian
moralitas.
6. Kunci etis dan moral bisnis sesungguhnya terletak
pada pelakunya, itu sebabnya misi diutusnya
Rasulullah ke dunia adalah untuk memperbaiki akhlak
manusia yang telah rusak. Seorang pengusaha muslim
berkewajiban untuk memegang teguh etika dan moral
bisnis Islami yang mencakup Husnul Khuluq. Pada
derajat ini Allah akan melapangkan hatinya, dan akan
membukakan pintu rezeki, dimana pintu rezeki akan
terbuka dengan akhlak mulia tersebut, akhlak yang
baik adalah modal dasar yang akan melahirkan praktik
bisnis yang etis dan moralis.