2. GERD
Suatu gangguan dimana isi lambung mengalami refluks
secara berulang ke dalam esofagus yg menyebabkan
terjadinya gejala dan/atau komplikasi yg mengganggu
Esofagitis refluks
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI).
Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal
(Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) di Indonesia. 2013
3. Syam AF dkk (2003)
Dari 1.718 pasien endoskopi SCBA (1997-
2002) atas indikasi dispepsia menunjukkan
adanya peningkatan prevalensi esofagitis dari
5,7% (1997) 25,18% (2002)
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI).
Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal
(Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) di Indonesia. 2013
9. Isi lambung yg memiliki potensi daya rusak
(faktor ofensif)
- Asam lambung daya rusak terkuat
- Pepsin
- Garam empedu
- Enzim pankreas
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI).
Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal
(Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) di Indonesia. 2013
10. • Faktor defensif
– Pemisah antirefluks
– Bersihan asam dari lumen esofagus
– Ketahanan epitel esofagus
11. Esofagitis terjadi apabila:
• Terjadi kontak yg cukup lama antara refluksat dg
mukosa esofagus
• Terjadi penurunan resistensi jaringan mukosa
esofagus
• Terjadi gangguan sensitivitas terhadap
rangsangan isi lambung
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI).
Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal
(Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) di Indonesia. 2013
13. • Diagnosis
• Karakteristik anamnesis
– Heartburn
– Regurgitasi setelah makan
13
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI).
Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal
(Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) di Indonesia. 2013
14. Anamnesis
– Pahit di lidah
– Disfagia
– Odinofagia
– Rasa tidak enak epigastrium
15. Kuesioner GERD (GERD-Q)
• Digunakan untuk mendiagnosis dan melihat
respon terapi
• Dikembangkan berdasarkan data-data klinis,
informasi studi-studi klinis berkualitas, dan dari
wawancara kualitatif terhadap pasien
• Kemungkinan menderita GERD Skor ≥ 8
• Sensitivitas 65% dan spesivisitas 71%
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI).
Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal
(Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) di Indonesia. 2013
16. Tabel 1. Kuesioner GERD (GERD-Q)
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI).
Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal
(Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) di Indonesia. 2013
18. Tes PPI
• PPI dosis ganda 1-2 minggu tanpa didahului
pemeriksaan endoskopi
• Jika gejala hilang dg PPI dan muncul kembali jika
PPI dihentikan GERD
• Sensitivitas 80% dan spesivisitas 74% untuk
menegakkan diagnosis GERD (Studi metaanalisis Wang
WH dkk, 2005)
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI).
Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal
(Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) di Indonesia. 2013
19. Endoscopy
• Endoscopy pada GERD tidak selalu harus
dilakukan pada saat baru pertama didiagnosis
GERD dapat ditegakkan berdasarkan gejala
dan/atau terapi empirik
• Hasil yg diharapkan
Mucosal break di esofagus (esofagitis
refluks)
Mucosal break (-) NERD
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI).
Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal
(Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) di Indonesia. 2013
21. • Penatalaksanaan
- Non farmakologi
- Farmakologi
- Endoskopi
- Bedah
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI).
Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal
(Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) di Indonesia. 2013
23. Terapi non-farmakologi modifikasi gaya hidup
- Atur berat badan ideal
- Tinggikan kepala ± 15-20 cm saat tidur
- Hentikan merokok dan alkohol
- Hindari makan-minum yang merangsang asam
lambung
- Makan jangan terlalu kenyang
- Makan malam paling lambat 3 jam sebelum tidur
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI).
Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal
(Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) di Indonesia. 2013
24. • Terapi Farmakologi
Drug of choice PPI
Dosis 1x/hari 2-4 minggu
Bila gejala GERD masih (+) dosis 2x/hari, 4-
8 minggu
24
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI).
Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal
(Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) di Indonesia. 2013
25. Tabel 2. Dosis PPI untuk pengobatan GERD
Jenis PPI Dosis Tunggal Dosis Ganda
Omeprazole
Pantoprazole
Lansoprazole
Esomeprazole
Rabeprazole
1 x 20 mg
1 x 40 mg
1 x 30 mg
1 x 40 mg
1 x 20 mg
2 x 20 mg
2 x 40 mg
2 x 30 mg
2 x 40 mg
2 x 20 mg
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI).
Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal
(Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) di Indonesia. 2013
26. Tabel 3. Efektivitas terapi obat untuk GERD
Jenis obat Perbaikan
Gejala
Penyembuhan
Lesi Esofagus
Pencegahan
Komplikasi
Pencegahan
Kekambuhan
1. Antasida
2. Prokinetik
3. H2-RB
4. H2-RB + Prokinetik
5. H2-RB dosis tinggi
6. PPI
7. Pembedahan
+1
+2
+2
+3
+3
+4
+4
0
+1
+2
+3
+3
+4
+4
0
0
+1
+1
+2
+3
+3
0
+1
+1
+1
+2
+4
+4
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI).
Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal
(Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) di Indonesia. 2013
27. Gambar 5. Alur pengobatan GERD berdasarkan proses diagnostik pada
pelayanan primer
Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI).
Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal
(Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) di Indonesia. 2013