5. Definisi
• Suatu gangguan di mana isi
lambung mengalami refluks
secara berulang ke dalam
esofagus, yang menyebabkan
terjadinya gejala dan/atau
komplikasi yang mengganggu
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
6. GERD
Montreal Definition
• Kondisi yang timbul saat reflux isi gaster
menyebabkan GEJALA YANG
MENGGANGGU dan/atau komplikasi:
• ≥ 1 episode HEARTBURN/minggu
• Mengganggu kehidupan pasien
7. GEJALA KLINIS
• Rasa terbakar di dada (heartburn)
• Nyeri dada non kardiak (DD/ Angina)
• Kembung,
• Mual
• Nyeri menelan
• Mudah kenyang
• Nyeri ulu hati
• Gejala refluks tidak tipikal: laringitis
kronik, bronkitis, dan asma bronkial
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
9. Patofisiologi (2)
Esofagitis: akibat dari refluks kandungan lambung ke dalam esofagus.
Terjadi apabila:
• Kontak dalam waktu yang cukup lama antara bahan refluksat dengan
mukosa esofagus.
• Penurunan resistensi jaringan mukosa esofagus, walaupun waktu
kontak antara bahan refluksat dengan esofagus tidak cukup lama.
• Terjadi gangguan sensitivitas terhadap rangsangan isi lambung, yang
disebabkan oleh modulasi persepsi neural esofageal (sentral maupun
perifer)
10. Faktor Risiko
• Gaya hidup
• Alkohol, Obesitas, Rokok, Psikis, Makanan (asam, pedas, kopi, cokelat, mint,
gorengan dan bawang), Obat bronkodilator
• Motilitas
• Transient lower esophageal spinchter relaxation (TLESR)
• Menurunnya bersihan esofagus, disfungsi sfingter esofagus, dan pengosongan
lambung yang lambat
• Hipersensitifitas visceral
memodulasi persepsi neural sentral dan perifer terhadap rangsangan
regangan maupun zat non-asam dari lambung
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
11. Jenis GERD (1)
• Terdapat kerusakan mukosa esofagus
pada pemeriksaan endoskopi
Erosive Esophagitis
(ERD)
• Gejala refluks yang mengganggu
tanpa adanya kerusakan mukosa
esofagus pada pemeriksaan
endoskopi
Non-Erosive Reflux
Disease (NERD)
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
12. GERD REFRAKTER
• Pasien yang tidak berespons terhadap terapi PPI dua kali sehari
selama 4-8 minggu
• Harus menjalani endoskopi untuk mengeksklusi diagnosis penyakit
ulkus peptik atau kanker dan esofagitis
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
13. NON ACID REFLUX (Reflux Non-Asam)
Refluksat dapat berupa cairan empedu, cairan asam lemah atau alkali, dan/atau gas.
NAR dapat merujuk kepada:
a) Episode refluks yang terdiagnosis dengan manometri atau skintigrafi tanpa penurunan pH<4;
b) Kejadian GERD yang terdiagnosis dengan pemantauan metode spektrofotometri (Bilitec);
c) Kejadian refluks yang terdiagnosis dengan pemantauan impedansi tanpa adanya penurunan pH
atau penurunan pH yang tidak mencapai angka 4
d) Kejadian refluks yang terdiagnosis dengan pemantauan impedansi tanpa adanya perubahan pH
atau penurunan pH kurang dari 1.
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
14. Diagnosis
1. Klinis
2. Kuesioner GERD: GER-Q
3. Endoskopi saluran cerna bagian atas (SCBA)
BAKU EMAS untuk diagnosis GERD dengan esofagitis erosif
4. Histopatologi: metaplasia, displasia, atau keganasan
5. pH metri 24 jam
• Yang tidak berespons dengan terapi PPI.
• Pasien dengan gejala ekstra esofageal sebelum terapi PPI atau setelah dinyatakan gagal dengan
terapi PPI
• Memastikan diagnosis GERD sebelum operasi anti-refluks atau untuk evaluasi gejala NERD
berulang setelah operasi anti-refluks.
4. PPI test
• Menegakkan diagnosis pada pasien dengan gejala tipikal dan tanpa tanda bahaya / risiko
esofagus Barrett
• Test (+): i perbaikan klinis dalam 1 minggu sebanyak lebih dari 50% dengan pemberian PPI dosis
ganda selama 1-2 minggu tanpa didahului dengan pemeriksaan endoskopi.
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
17. TATALAKSANA NON FARMAKOLOGIS
• Memodifikasi berat badan berlebih
• Meninggikan kepala lebih kurang 15-20 cm pada saat tidur
• Menghentikan merokok & minum alkohol
• Mengurangi makanan dan obat-obatan yang merangsang asam
lambung dan menyebabkan refluks
• Makan tidak boleh terlalu kenyang
• Makan malam paling lambat 3 jam sebelum tidur.
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
18. Penatalaksanaan
FARMAKOLOGIS
• PPI paling efektif
dalam menghilangkan
gejala +
menyembuhkan lesi
esofagitis pada GERD
• Apabila PPI tidak
tersedia berikan
H2RA
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
19. Penatalaksanaan
FARMAKOLOGIS
• Dosis inisial PPI: dosis tunggal per
pagi hari sebelum makan selama 2
sampai 4 minggu.
• Apabila masih ditemukan gejala
sesuai GERD (PPI failure) PPI
diberikan secara berkelanjutan
dengan dosis ganda (4-8 minggu)
sampai gejala menghilang.
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
20. PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
21. Klinis belum membaik setelah terapi PPI?
• CEK ENDOSKOPI
pengobatan berdasarkan
berat/ringannya kerusakan
mukosa
• Grade A&B: RINGAN terapi
on demand
• Grade C&B: BERAT terapi
pemeliharaan kontinu (dapat
diberikan sampai 6 bulan)
22. KOMPLIKASI
• BARRETT’S ESOPHAGUS : Terdapat epitel kolumnar yang dicurigai pada pemeriksaan
endoskopi dan terbukti dengan histologi yang membutuhkan adanya metaplasia
intestinal.
• Dapat berkembang menjadi ADENOCARCINOMA
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
23. CHECK POINT
Seorang pria berusia 58 tahun mengeluh nyeri
dada dan rasa terbakar yang menjalar ke dagu
dan lengan kiri setelah makan siang. Nyeri yang
sama terasa 1 minggu yang lalu. Nyeri kurang
lebih berlangsung 5 menit, yang hilang saat
istirahat. Pada pemeriksaan didapatkan tekanan
darah 120/70 mmHg, nadi 100x/menit, tinggi
badan 154cm, berat badan 71 kg. Diagnosis yang
tepat adalah…
a. Pleuritis
b. Pneumonia
c. Angina pectoris
d. Ulkus peptikum
e. Refluks esophagus
24.
25. Definisi Dispepsia
Rasa tidak nyaman yang berasal dari daerah abdomen bagian atas.
Rasa tidak nyaman dapat berupa:
• Nyeri epigastrium
• Rasa terbakar di epigastrium
• Rasa penuh setelah makan
• Cepat kenyang
• Rasa kembung pada saluran cerna atas
• Mual, muntah, dan sendawa.
DISPEPSIA FUNGSIONAL JIKA:
• Keluhan di atas harus berlangsung minimal 3 bulan terakhir DAN
• Onset gejala terjadi 6 bulan sebelum diagnosis ditegakkan
26. Tipe Dispepsia
• Ulkus gaster
• Ulkus duodenum
• Gastritis erosi
• Gastritis sedang-berat
• Duodenitis
• Proses keganasan
Dispepsia
Organik
• Sindrom nyeri epigastrium
• Sindroma distres setelah makan
Dispepsia
Fungsional
Simadibrata M. 2014. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi
Helicobacter Pylori. Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia
27. Patofisiologi Dispepsia Fungsional
• Faktor utama
• Gangguan motilitas gastroduodenal penurunan kapasitas lambung dalam
menerima makanan, inkoordinasi antroduodenal, dan perlambatan
pengosongan lambung kembung, rasa penuh
• Infeksi H.pylori
• Asam lambung
• Hipersensitivitas viseral
• peningkatan sensitivitas saraf sensorik perifer dan sentral terhadap rangsangan reseptor
kimiawi dan reseptor mekanik intraluminal lambung bagian proksimal.
• Faktor psikologis
• Faktor lain: genetik, gaya hidup, lingkungan, diet dan riwayat infeksi
gastrointestinal sebelumnya.
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
29. Evaluasi Tanda Bahaya Endoskopi
• Penurunan berat badan (unintended)
• Disfagia progresif
• Muntah rekuren atau persisten
• Perdarahan saluran cerna
• Anemia
• Demam
• Massa daerah abdomen bagian atas
• Riwayat keluarga kanker lambung
• Dispepsia awitan baru pada pasien di atas 45 tahun
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
30. Diagnosis Infeksi H.pylori
• Secara langsung melalui endoskopi
• Rapid urease test, histologi, kultur dan PCR)
• Secara tidak langsung tanpa endoskopi
• Urea breath test (GOLD STANDARD), stool test, urine test, dan serologi
• Syarat pemeriksaan H.pylori:bebas antibiotik dan PPI selama 2
minggu.
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
31. Urea Breath Test
• Direkomendasikan untuk
diagnosis Hp sebelum terapi
• Tes terpilih untuk konfirmasi
eradikasi
• Pasien tidak boleh
mengkonsumsi PPI dan
antibiotik selama 2 minggu
sebelum pemeriksaan
dilakukan
• Ketersediaan bervariasi
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
32. • Dispepsia belum diinvestigasi terapi empirik selama 1-4
minggu
• Pilihan obat: antasida, PPI (omeprazole, rabeprazole dan
lansoprazole) dan/atau H2-Receptor Antagonist [H2RA]),
prokinetik, dan sitoprotektor (misalnya rebamipide),
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
34. Tatalaksana Dispepsia Organik
• Kombinasi PPI
• Rabeprazole 2x20 mg/lanzoprazole 2x30 mg dengan mukoprotektor,
misalnya rebamipide 3x100 mg.
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
36. PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
37. Tn. I, 59 tahun, datang dengan keluhan nyeri ulu hati
sejak 5 hari yang lalu. Keluhan sebenarnya sudah
sering dirasakan sejak 2 bulan sebelumnya. Pasien
mengaku sering terlambat makan. Keluhan demam,
mual, dan muntah disangkal. Dokter di klinik
memberikan terapi penghambat asam lambung. Dua
minggu kemudian, pasien kembali datang dengan
keluhan yang sama. Kemudian dokter melakukan
pemeriksaan urea breath test dan hasilnya positif.
Tatalaksana berikutnya adalah…
a. PPI + azitromisin + klindamisin
b. PPI + amoksisilin + klaritromisin
c. Bismuth subsalisilat + amoksisilin + klaritromisin
d. Bismuth subsalisilat + metronidazol + amoksisilin
e. PPI + metronidazol + klaritromisin
CHECK POINT
38.
39. Definisi
ULKUS PEPTIKUM:
Kondisi terputusnya kontinuitas mukosa, yang
meluas di bawah epitel atau kerusakan pada
jaringan mukosa, submukosa hingga lapisan
muskularis mukosa dengan garis tengah lebih
atau sama dengan 5 mm dari suatu daerah
saluran cerna atas yang langsung berhubungan
dengan cairan asam lambung/pepsin
EROSI:
Kerusakan jaringan yang hanya terbatas pada
lapisan mukosa
Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
40. • Usia tua (puncak usia 55-65 tahun)
• Kondisi sosioekonomi rendah
• Genetik
• Rokok
• Alkohol
• Stres
Faktor Resiko
Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
41. Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
48. 1) Menurunkan keasaman lambung
2) Melindungi dasar ulkus dari penetrasi asam dan pepsin
3) Memberikan analog prostaglandin
4) Mengendalikan faktor lingkungan, seperti OAINS dan rokok
5) Mengendalikan stres emosional
Prinsip Tatalaksana
Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
52. Ny.O, 55 tahun datang ke IGD degan keluhan nyeri
ulu hati dan muntah berwarna hitam 2 jam yang
lalu. Pasien sudah beberapa kali muntah seperti ini
sejak 1 minggu yang lalu. Pasien memiliki riwayat
konsumsi meloxicam untuk keluhan pada lutut
kirinya yang nyeri sejak 2 tahun yang lalu. Pada PF
didapatkan konjungtiva anemis, pada pemeriksaan
lab dijumpai Hb 11 g/dl, MCV 83 fl, MCH 28 pg.
Diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini
adalah…
CHECK POINT
a. Pecah varises esofagus
b. Mallory-Weiss tear
c. Tukak peptikum
d. Sindrom dispepsia
e. Peritonitis
53. CHECK POINT
Ny. Y
, 38 tahun, datang dengan keluhan
nyeri ulu hati sejak 7 bulan yang lalu
disertai mual dan muntah. Nyeri
terutama muncul pada malam hari
sehingga membuatnya terbangun dari
tidur. Nyeri berkurang dengan makan
atau minum antasida. Dimana letak
gangguan pada kasus diatas?
a. Esofagus
b. Gaster
c. Duodenum
d. Hepar
e. Pancreas
54. meduPEDIA
Gangguan
Saluran
Cerna
GERD
Sindrom
Dispepsia
Ulkus
Peptikum
DIAGNOSIS:
- HEART BURN
- Nyeri dada non tipikal
- Mual, muntah, kembung
- Gejala reflux tipikal
- Gold standard: endoskopi;
esofagitis erosive
TERAPI: PPI dosis tunggal
selama 2-4 minggu, jika tidak
perbaikan diberikan dosis
ganda selama 4-8 minggu
DIAGNOSIS
Rasa tidak nyaman di abdomen bagian atas
Nyeri epigastrium
Mual, muntah, kembung,
Rasa terbakar di epigastrium
TERAPI:
Tanpa alarm sign belum terinvestigasi dengan
endoskopi
Antasida 3x1
PPI dengan/tanpa H2-Receptor Antagonist:
Omeprazole 2x1 dan Ranitidine 2x1
Prokinetik: Metoklopramide/Domperidone 3x1
Sitoprotektor: rebamipide 3x1
DIAGNOSIS:
Gejala Dispepsia Organik + Terdapat kerusakan mukosa
berupa ulkus (diconfirm dengan endoskopi)
AWASI ALARM SYMPTOM!
ETIOLOGI tersering: Infeksi H.Pylori terapi harus
melibatkan eliminasi H. Pylori
TERAPI:
Tripletherapy:
PPI + AMOKSISILLIN + KLARITROMISIN
Lini 1
PPI: Omeprazole 2x1
Amoksisilin: 1000 mg 2x1
Klaritromisin: 500 mg 2x1
FUNGSIONAL:
TANPA KELAINAN MUKOSA
ORGANIK :
DENGAN KELAINAN MUKOSA;
EROSI/ULKUS
55.
56. Klasifikasi Perdarahan Saluran Cerna
• Esofagus
• Lambung
• 2nd duodenum
Upper GI
Bleeding
(SCBA)
• 3rd duodenum
• Jejunum
• Ileum
Middle GI
Bleeding
• Cecum
• Colon
• Rectum & anal canal
Lower GI
bleeding
(SCBB)
Pemisah saluran cerna atas dan
bawah: LIGAMEN TREITZ
57.
58. Definisi
Perdarahan saluran cerna bagian atas (PSCBA) :
Kehilangan darah dari saluran cerna atas, di
mana saja, mulai dari esofagus sampai
duodenum (dengan batas anatomik di
ligamentum Treitz), dengan manifestasi klinis
berupa: hematemesis, melena, hematokezia
atau kombinasi.
Konsensus Nasional Penatalaksanaan Perdarahan Saluran cerna atas non varises di Indonesia – PGI 2012
59. Epidemiologi
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
60. Faktor Risiko
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
61. Perkiraan Risiko
Perdarahan Dan
Kematian
• Skor 0-2: Prognosis baik.
• Skor >8: risiko tinggi
kematian
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
62. Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
63. Patofisiologi
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
64. Diagnosis
Anamnesis
• Hematemesis (muntah darah)
• Muntah berwarna coffee ground
• Melena (tinja seperti aspal/tar)
• Hematokezia + tanda-tanda gangguan hemodinamik (sinkop,
hipotensi postural, takikardia dan syok) harus dicurigai menderita
perdarahan saluran cerna bagian atas.
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
65. Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
• Penilaian hemodinamik (denyut nadi, tekanan darah)
• Kehilangan darah cukup banyak jika ada takikardi saat istirahat dan hipotensi
ortostatik
• Laju pernafasan
• Status kesadaran
• Konjungtiva yang pucat
• Capillary refill yang melambat
• Tidak ditemukannya stigmata sirosis hati kronik
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
66. Pemeriksaan Penunjang
• Pemasangan nasogastric tube (NGT)
• Darah merah segarevaluasi endoskopik segera dan perawatan di unit
intensif
• Warna coffee ground rawat inap dan evaluasi endoskopik dalam waktu 24
jam.
• Sekitar 15% pasien dengan aspirat normal, tetap mempunyai perdarahan
saluran cerna aktif atau risiko tinggi mengalami perdarahan ulang.
• Penurunan kadar hemoglobin 1g/dL kehilangan darah 250mL
• ENDOSKOPI
• Tidak hanya mendeteksi ulkus peptikum, namun juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi stigmata yang dikaitkan dengan peningkatan risiko perdarahan
ulang
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
67. Pemeriksaan Penunjang (2)
• Klasifikasi Forrest mengklasifikasi
temuan selama evaluasi
endoskopik
• Ulkus dengan perdarahan aktif
menyemprot (Forrest IA)
• Ulkus dengan perdarahan merembes
(Forrest IB)
• Ulkus dengan pembuluh darah visibel
tak berdarah (Forrest IIA)
• Ulkus dengan bekuan adheren
(Forrest IIB)
• Ulkus dengan bintik pigmentasi datar
(Forrest IIC)
• Ulkus berdasar bersih (Forrest III).
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
68. Tatalaksana
PRINSIP TERAPI
• Tatalaksana dini
• Endoskopi
• Terapi eradikasi H.pylori
• Pemeriksaan H.pylori disarankan untuk semua pasien dengan PUP. Eradikasi
dengan Triple Therapy jika hasil (+).
Konsensus Nasional Penatalaksanaan Perdarahan Saluran cerna atas non varises di Indonesia – PGI 2012
69. TATALAKSANA AWAL
1. Resusitasi cairan + oksigen
2. Transfusi jika Hb ≤ 7.0 g/dL (kecuali bila perdarahan masih terus berlangsung
atau masif serta adanya penyakit jantung koroner, gangguan hemodinamik
(hipotensi dan takikardi) dan usia lanjut)
3. Hb minimal untuk dilakukan endoskopi: 8 mg/dL
4. Endoskopi terapeutik: Hb minimal 10 mg/dL (+hemodinamik pasien stabil)
5. Pemberian PPI sebelum endoskopi
6. Pasien risiko tinggi perdarahan berulang dirawat di unit rawat intensif
7. Pemasangan NGT dilakukan pada perdarahan yang diduga masih berlangsung +
gangguan hemodinamik mencegah aspirasi, dekompresi, dan menilai
perdarahan (tidak diperlukan pada semua pasien dengan perdarahan)
Konsensus Nasional Penatalaksanaan Perdarahan Saluran cerna atas non varises di Indonesia – PGI 2012
70. Endoskopi
• Pro identifikasi sumber pendarahan + terapi pada saat yang sama
• Konsensus internasional dan Asia-Pasifik: menganjurkan endoskopi
dini dalam waktu 24 jam setelah pasien dirawatmenurunkan lama
rawat inap dan memperbaiki luaran klinis
• PRINSIP TERAPEUTIK: menghentikan pendarahan aktif
(hemostatik)dan mencegah perdarahan ulang dengan injeksi, ablasi
dan mekanik.
• Pasien dengan stigmata risiko rendah (ulkus dasar bersih atau bintik
pigmentasi pada area ulkus) tidak membutuhkan terapi endoskopik
Konsensus Nasional Penatalaksanaan Perdarahan Saluran cerna atas non varises di Indonesia – PGI 2012
75. Definisi
• Perdarahan yang terjadi atau bersumber pada saluran cerna di
bagian distal dari ligamentum Treitz.
• Manifestasi perdarahan:
• Hematokezia
• Maroon stool
• Melena
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
76. • Darah segar yang keluar lewat anus/rektum
• Darah yang tidak melewati asam lambung: dari anus,
rektum, kolon, distal small intestine
Hematokezia
• Darah berwarna merah hati (kadang bercampur
dengan melena), berasal dari perdarahan di kolon
bagian kanan (ileo-caecal) atau dari SCBA/usus kecil
bila waktu transit usus cepat.
• Feses berwarna hitam seperti kopi (bubuk kopi) atau
seperti ter (aspal), berbau busuk (karena perubahan
hemoglobin menjadi hematin)
Maroon stool
Melena
77. Etiologi
• Hematokezia (sebagai tanda yang paling umum untuk SCBB)
• 74% berada di KOLON, 11% berasal dari SCBA, 9% USUS KECIL, dan 6%
tidak diketahui sumbernya
• Perdarahan akut dan hebat sering e.c angiodisplasia dan
divertikulosis
• Kronik intermiten hemoroid dan keganasan kolon
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
78. Perdarahan SCBB yang akut & Berat
Jika terdapat kondisi berikut:
• Menimbulkan keadaan hipotensi ortostatik atau renjatan
• Penurunan hematokrit minimal 8-10% setelah resusitasi volume
intravaskular dengan cairan kristaloid atau plasma expander
• Faktor risiko seperti pada usia lanjut atau terdapat penyulit lainnya
yang bermakna.
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
79. Diagnosis
• Perdarahan bercampur dengan feses kolitis /lesi di proksimal
rektum
• Perdarahan terpisah dari feses /menetes hemoroid
• Pemakaian antikoagulan
• Disertai demam lama tifoid, kolitis infeksi
• BB turun kronis, perubahan pola defekasi kanker
• Tanpa rasa sakithemoroid intema, angiodisplasia
• Nyeri perut kolitis infeksi, iskemia mesenterial
• Tenesmus ani fisura, disentri
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
80. Pemeriksaan Fisik
• Tanda vital hipotensi postural (Tilt test)
• Rectal Touchemenilai sifat darah yang keluar dan ada tidaknya kelainan
pada anus (hemoroid interna, tumor rektum)
• Pemeriksaan fisik abdomen
• Nyeri tekan: iskemia mesenterial
• Rangsang peritoneal: divertikulitis
• Massa intraabdomen: tumor kolon, amuboma, penyakit Crohn
• Artritis IBS
• Demamkolitis infeksi
• Gizi buruk kanker
• Penyakit jantung koronerkolitis iskemia
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
81. Penunjang (1)
• Anoscopy/Rectoscopy
• dapat segera mengetahui sumber perdarahan
bila berasal perdarahan hemoroid interna /
tumor rektum. Dapat dikerjakan tanpa persiapan
yang optimal
• Sigmoidoskopi
• Hanya distal colon
• Kolonoskopi
• Elektif, mengidentifikasi di seluruh bagian kolon
sampai ileum terminal
• Hb harus >10 gr/dl
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
82. Penunjang (2)
• Barium enema (colon in loop)
• Elektif, mengidentifikasi lesi yang dapat diprakirakan sebagai sumber
perdarahan (tidak dapat menentukan sumber perdarahan).
• Angiografi/Arteriografi
• Injeksi zat kontras lewat kanul yang dimasukkan melalui arteri
femoralis dan arteri mesenterika superior atau inferior,
memungkinkan visualisasi lokasi sumber perdarahan
• Operasi Laparatomi Eksplorasi (LE)
• diindikasikan bila perdarahan hebat yang tidak dapat diatasi secara
konservatif
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
83.
84. meduPEDIA
Perdarahan
Saluran
Cerna
SCBA
SCBB
Perdarahan pada saluran cerna atas:
Lambung & Duodenum bagian proximal dari Ligamentum
Treitz
GEJALA:
Melena
Hematemesis
Hematochezia : pada beberapa kasus ulkus dalam atau
perdarahan aktif
TERAPI PERDARAHAN SCBA: *lihat algoritma di slide
• ABC—terutama jika ada syok hipovolemik;
Resusitasi cairan dan oksigen
• Transfusi jika Hb ≤7 g/dL
• Pemasangan NGT
• Endoskopi (Syarat Hb > 8g/dL dan >10 u/ endoskopi
teurapetik + hemodinamik stabil)
Pemberian PPI Pre Endoskopi – berdasarkan
• Terapi eradikasi H.pylori jika ditemukan (triple therapy)
Perdarahan pada saluran cerna bawah:
Saluran Cerna bagian distal dari Ligamentum Treitz
GEJALA:
Melena
Hematochezia
Maroon Stool
TERAPI PERDARAHAN SCBB
Hemodinamik Stabil: evaluasi elektif: radiografi & rujuk untuk
kolonoskopi terapi definitif
Hemodinamik Tidak Stabil
• ABC—terutama jika ada syok hipovolemik;
Resusitasi cairan dan oksigen
• Angiografi/Scintigraphy – temukan sumber perdarahan
Terapi definitif jika ditemukan sumber perdarahan
Operasi CITO jika tidak ditemukan sumber perdarahan