SlideShare a Scribd company logo
1 of 84
LEARNING OBJECTIVE
Diagnosis dan Terapi dari:
1. Gastro-Esofageal Reflux Disease (GERD)
2. Sindrom Dispepsia
3. Ulkus Gastroduodenal
4. Perdarahan Saluran Cerna
OVERVIEW
GERD
Sindrom
Dispepsia
Ulkus Gastroduodenum
Perdarahan
saluran cerna
Definisi
• Suatu gangguan di mana isi
lambung mengalami refluks
secara berulang ke dalam
esofagus, yang menyebabkan
terjadinya gejala dan/atau
komplikasi yang mengganggu
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
GERD
Montreal Definition
• Kondisi yang timbul saat reflux isi gaster
menyebabkan GEJALA YANG
MENGGANGGU dan/atau komplikasi:
• ≥ 1 episode HEARTBURN/minggu
• Mengganggu kehidupan pasien
GEJALA KLINIS
• Rasa terbakar di dada (heartburn)
• Nyeri dada non kardiak (DD/ Angina)
• Kembung,
• Mual
• Nyeri menelan
• Mudah kenyang
• Nyeri ulu hati
• Gejala refluks tidak tipikal: laringitis
kronik, bronkitis, dan asma bronkial
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
Patofisiologi (1)
Patofisiologi (2)
Esofagitis: akibat dari refluks kandungan lambung ke dalam esofagus.
Terjadi apabila:
• Kontak dalam waktu yang cukup lama antara bahan refluksat dengan
mukosa esofagus.
• Penurunan resistensi jaringan mukosa esofagus, walaupun waktu
kontak antara bahan refluksat dengan esofagus tidak cukup lama.
• Terjadi gangguan sensitivitas terhadap rangsangan isi lambung, yang
disebabkan oleh modulasi persepsi neural esofageal (sentral maupun
perifer)
Faktor Risiko
• Gaya hidup
• Alkohol, Obesitas, Rokok, Psikis, Makanan (asam, pedas, kopi, cokelat, mint,
gorengan dan bawang), Obat bronkodilator
• Motilitas
• Transient lower esophageal spinchter relaxation (TLESR)
• Menurunnya bersihan esofagus, disfungsi sfingter esofagus, dan pengosongan
lambung yang lambat
• Hipersensitifitas visceral
 memodulasi persepsi neural sentral dan perifer terhadap rangsangan
regangan maupun zat non-asam dari lambung
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
Jenis GERD (1)
• Terdapat kerusakan mukosa esofagus
pada pemeriksaan endoskopi
Erosive Esophagitis
(ERD)
• Gejala refluks yang mengganggu
tanpa adanya kerusakan mukosa
esofagus pada pemeriksaan
endoskopi
Non-Erosive Reflux
Disease (NERD)
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
GERD REFRAKTER
• Pasien yang tidak berespons terhadap terapi PPI dua kali sehari
selama 4-8 minggu
• Harus menjalani endoskopi untuk mengeksklusi diagnosis penyakit
ulkus peptik atau kanker dan esofagitis
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
NON ACID REFLUX (Reflux Non-Asam)
Refluksat dapat berupa cairan empedu, cairan asam lemah atau alkali, dan/atau gas.
NAR dapat merujuk kepada:
a) Episode refluks yang terdiagnosis dengan manometri atau skintigrafi tanpa penurunan pH<4;
b) Kejadian GERD yang terdiagnosis dengan pemantauan metode spektrofotometri (Bilitec);
c) Kejadian refluks yang terdiagnosis dengan pemantauan impedansi tanpa adanya penurunan pH
atau penurunan pH yang tidak mencapai angka 4
d) Kejadian refluks yang terdiagnosis dengan pemantauan impedansi tanpa adanya perubahan pH
atau penurunan pH kurang dari 1.
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
Diagnosis
1. Klinis
2. Kuesioner GERD: GER-Q
3. Endoskopi saluran cerna bagian atas (SCBA)
BAKU EMAS untuk diagnosis GERD dengan esofagitis erosif
4. Histopatologi: metaplasia, displasia, atau keganasan
5. pH metri 24 jam
• Yang tidak berespons dengan terapi PPI.
• Pasien dengan gejala ekstra esofageal sebelum terapi PPI atau setelah dinyatakan gagal dengan
terapi PPI
• Memastikan diagnosis GERD sebelum operasi anti-refluks atau untuk evaluasi gejala NERD
berulang setelah operasi anti-refluks.
4. PPI test
• Menegakkan diagnosis pada pasien dengan gejala tipikal dan tanpa tanda bahaya / risiko
esofagus Barrett
• Test (+): i perbaikan klinis dalam 1 minggu sebanyak lebih dari 50% dengan pemberian PPI dosis
ganda selama 1-2 minggu tanpa didahului dengan pemeriksaan endoskopi.
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
Kuesioner GERD
(GER-Q)
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
Jakarta
Penatalaksanaan
5 TARGET
1.
Menghilangkan
gejala/keluhan
2.
Menyembuhkan
lesi esofagus
3. Mencegah
kekambuhan
4. Memperbaiki
kualitas hidup
5. Mencegah
komplikasi
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
TATALAKSANA NON FARMAKOLOGIS
• Memodifikasi berat badan berlebih
• Meninggikan kepala lebih kurang 15-20 cm pada saat tidur
• Menghentikan merokok & minum alkohol
• Mengurangi makanan dan obat-obatan yang merangsang asam
lambung dan menyebabkan refluks
• Makan tidak boleh terlalu kenyang
• Makan malam paling lambat 3 jam sebelum tidur.
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
Penatalaksanaan
FARMAKOLOGIS
• PPI paling efektif
dalam menghilangkan
gejala +
menyembuhkan lesi
esofagitis pada GERD
• Apabila PPI tidak
tersedia berikan
H2RA
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
Penatalaksanaan
FARMAKOLOGIS
• Dosis inisial PPI: dosis tunggal per
pagi hari sebelum makan selama 2
sampai 4 minggu.
• Apabila masih ditemukan gejala
sesuai GERD (PPI failure) PPI
diberikan secara berkelanjutan
dengan dosis ganda (4-8 minggu)
sampai gejala menghilang.
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
Klinis belum membaik setelah terapi PPI?
• CEK ENDOSKOPI
pengobatan berdasarkan
berat/ringannya kerusakan
mukosa
• Grade A&B: RINGAN terapi
on demand
• Grade C&B: BERAT terapi
pemeliharaan kontinu (dapat
diberikan sampai 6 bulan)
KOMPLIKASI
• BARRETT’S ESOPHAGUS : Terdapat epitel kolumnar yang dicurigai pada pemeriksaan
endoskopi dan terbukti dengan histologi yang membutuhkan adanya metaplasia
intestinal.
• Dapat berkembang menjadi ADENOCARCINOMA
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
CHECK POINT
Seorang pria berusia 58 tahun mengeluh nyeri
dada dan rasa terbakar yang menjalar ke dagu
dan lengan kiri setelah makan siang. Nyeri yang
sama terasa 1 minggu yang lalu. Nyeri kurang
lebih berlangsung 5 menit, yang hilang saat
istirahat. Pada pemeriksaan didapatkan tekanan
darah 120/70 mmHg, nadi 100x/menit, tinggi
badan 154cm, berat badan 71 kg. Diagnosis yang
tepat adalah…
a. Pleuritis
b. Pneumonia
c. Angina pectoris
d. Ulkus peptikum
e. Refluks esophagus
Definisi Dispepsia
Rasa tidak nyaman yang berasal dari daerah abdomen bagian atas.
Rasa tidak nyaman dapat berupa:
• Nyeri epigastrium
• Rasa terbakar di epigastrium
• Rasa penuh setelah makan
• Cepat kenyang
• Rasa kembung pada saluran cerna atas
• Mual, muntah, dan sendawa.
DISPEPSIA FUNGSIONAL JIKA:
• Keluhan di atas harus berlangsung minimal 3 bulan terakhir DAN
• Onset gejala terjadi 6 bulan sebelum diagnosis ditegakkan
Tipe Dispepsia
• Ulkus gaster
• Ulkus duodenum
• Gastritis erosi
• Gastritis sedang-berat
• Duodenitis
• Proses keganasan
Dispepsia
Organik
• Sindrom nyeri epigastrium
• Sindroma distres setelah makan
Dispepsia
Fungsional
Simadibrata M. 2014. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi
Helicobacter Pylori. Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia
Patofisiologi Dispepsia Fungsional
• Faktor utama
• Gangguan motilitas gastroduodenal  penurunan kapasitas lambung dalam
menerima makanan, inkoordinasi antroduodenal, dan perlambatan
pengosongan lambung kembung, rasa penuh
• Infeksi H.pylori
• Asam lambung
• Hipersensitivitas viseral
• peningkatan sensitivitas saraf sensorik perifer dan sentral terhadap rangsangan reseptor
kimiawi dan reseptor mekanik intraluminal lambung bagian proksimal.
• Faktor psikologis
• Faktor lain: genetik, gaya hidup, lingkungan, diet dan riwayat infeksi
gastrointestinal sebelumnya.
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
Diagnosis
Dispepsia
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
Evaluasi Tanda Bahaya Endoskopi
• Penurunan berat badan (unintended)
• Disfagia progresif
• Muntah rekuren atau persisten
• Perdarahan saluran cerna
• Anemia
• Demam
• Massa daerah abdomen bagian atas
• Riwayat keluarga kanker lambung
• Dispepsia awitan baru pada pasien di atas 45 tahun
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
Diagnosis Infeksi H.pylori
• Secara langsung melalui endoskopi
• Rapid urease test, histologi, kultur dan PCR)
• Secara tidak langsung tanpa endoskopi
• Urea breath test (GOLD STANDARD), stool test, urine test, dan serologi
• Syarat pemeriksaan H.pylori:bebas antibiotik dan PPI selama 2
minggu.
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
Urea Breath Test
• Direkomendasikan untuk
diagnosis Hp sebelum terapi
• Tes terpilih untuk konfirmasi
eradikasi
• Pasien tidak boleh
mengkonsumsi PPI dan
antibiotik selama 2 minggu
sebelum pemeriksaan
dilakukan
• Ketersediaan bervariasi
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
• Dispepsia belum diinvestigasi  terapi empirik selama 1-4
minggu
• Pilihan obat: antasida, PPI (omeprazole, rabeprazole dan
lansoprazole) dan/atau H2-Receptor Antagonist [H2RA]),
prokinetik, dan sitoprotektor (misalnya rebamipide),
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
)
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
Tatalaksana Dispepsia Organik
• Kombinasi PPI
• Rabeprazole 2x20 mg/lanzoprazole 2x30 mg dengan mukoprotektor,
misalnya rebamipide 3x100 mg.
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
k
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. Jakarta
PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
Tn. I, 59 tahun, datang dengan keluhan nyeri ulu hati
sejak 5 hari yang lalu. Keluhan sebenarnya sudah
sering dirasakan sejak 2 bulan sebelumnya. Pasien
mengaku sering terlambat makan. Keluhan demam,
mual, dan muntah disangkal. Dokter di klinik
memberikan terapi penghambat asam lambung. Dua
minggu kemudian, pasien kembali datang dengan
keluhan yang sama. Kemudian dokter melakukan
pemeriksaan urea breath test dan hasilnya positif.
Tatalaksana berikutnya adalah…
a. PPI + azitromisin + klindamisin
b. PPI + amoksisilin + klaritromisin
c. Bismuth subsalisilat + amoksisilin + klaritromisin
d. Bismuth subsalisilat + metronidazol + amoksisilin
e. PPI + metronidazol + klaritromisin
CHECK POINT
Definisi
ULKUS PEPTIKUM:
Kondisi terputusnya kontinuitas mukosa, yang
meluas di bawah epitel atau kerusakan pada
jaringan mukosa, submukosa hingga lapisan
muskularis mukosa dengan garis tengah lebih
atau sama dengan 5 mm dari suatu daerah
saluran cerna atas yang langsung berhubungan
dengan cairan asam lambung/pepsin
EROSI:
Kerusakan jaringan yang hanya terbatas pada
lapisan mukosa
Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
• Usia tua (puncak usia 55-65 tahun)
• Kondisi sosioekonomi rendah
• Genetik
• Rokok
• Alkohol
• Stres
Faktor Resiko
Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
Patogenesis
Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
Manifestasi Klinis
Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
Peters G. L., et alm. 2010.
Overview of Peptic Ulcer
Diseases. US Pharm
1. Biopsi pada endoskopi (baku emas)
2. Analisis asam lambung
3. Deteksi infeksi H. pylori dengan:
• Tes napas urea
• Tes ELISA IgG dan IgA
• Tes antigen feses
4. Pemeriksaan radiologis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
KOMPLIKASI
Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
KOMPLIKASI
Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
1) Menurunkan keasaman lambung
2) Melindungi dasar ulkus dari penetrasi asam dan pepsin
3) Memberikan analog prostaglandin
4) Mengendalikan faktor lingkungan, seperti OAINS dan rokok
5) Mengendalikan stres emosional
Prinsip Tatalaksana
Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
TATALAKSANA FAMAKOLOGIS
Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
Pembedahan
Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
Ny.O, 55 tahun datang ke IGD degan keluhan nyeri
ulu hati dan muntah berwarna hitam 2 jam yang
lalu. Pasien sudah beberapa kali muntah seperti ini
sejak 1 minggu yang lalu. Pasien memiliki riwayat
konsumsi meloxicam untuk keluhan pada lutut
kirinya yang nyeri sejak 2 tahun yang lalu. Pada PF
didapatkan konjungtiva anemis, pada pemeriksaan
lab dijumpai Hb 11 g/dl, MCV 83 fl, MCH 28 pg.
Diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini
adalah…
CHECK POINT
a. Pecah varises esofagus
b. Mallory-Weiss tear
c. Tukak peptikum
d. Sindrom dispepsia
e. Peritonitis
CHECK POINT
Ny. Y
, 38 tahun, datang dengan keluhan
nyeri ulu hati sejak 7 bulan yang lalu
disertai mual dan muntah. Nyeri
terutama muncul pada malam hari
sehingga membuatnya terbangun dari
tidur. Nyeri berkurang dengan makan
atau minum antasida. Dimana letak
gangguan pada kasus diatas?
a. Esofagus
b. Gaster
c. Duodenum
d. Hepar
e. Pancreas
meduPEDIA
Gangguan
Saluran
Cerna
GERD
Sindrom
Dispepsia
Ulkus
Peptikum
DIAGNOSIS:
- HEART BURN
- Nyeri dada non tipikal
- Mual, muntah, kembung
- Gejala reflux tipikal
- Gold standard: endoskopi;
esofagitis erosive
TERAPI: PPI dosis tunggal
selama 2-4 minggu, jika tidak
perbaikan diberikan dosis
ganda selama 4-8 minggu
DIAGNOSIS
Rasa tidak nyaman di abdomen bagian atas
Nyeri epigastrium
Mual, muntah, kembung,
Rasa terbakar di epigastrium
TERAPI:
Tanpa alarm sign  belum terinvestigasi dengan
endoskopi
Antasida 3x1
PPI dengan/tanpa H2-Receptor Antagonist:
 Omeprazole 2x1 dan Ranitidine 2x1
Prokinetik: Metoklopramide/Domperidone 3x1
Sitoprotektor: rebamipide 3x1
DIAGNOSIS:
Gejala Dispepsia Organik + Terdapat kerusakan mukosa
berupa ulkus (diconfirm dengan endoskopi)
AWASI ALARM SYMPTOM!
ETIOLOGI tersering: Infeksi H.Pylori  terapi harus
melibatkan eliminasi H. Pylori
TERAPI:
Tripletherapy:
PPI + AMOKSISILLIN + KLARITROMISIN
Lini 1
PPI: Omeprazole 2x1
Amoksisilin: 1000 mg 2x1
Klaritromisin: 500 mg 2x1
FUNGSIONAL:
TANPA KELAINAN MUKOSA
ORGANIK :
DENGAN KELAINAN MUKOSA;
EROSI/ULKUS
Klasifikasi Perdarahan Saluran Cerna
• Esofagus
• Lambung
• 2nd duodenum
Upper GI
Bleeding
(SCBA)
• 3rd duodenum
• Jejunum
• Ileum
Middle GI
Bleeding
• Cecum
• Colon
• Rectum & anal canal
Lower GI
bleeding
(SCBB)
Pemisah saluran cerna atas dan
bawah: LIGAMEN TREITZ
Definisi
Perdarahan saluran cerna bagian atas (PSCBA) :
Kehilangan darah dari saluran cerna atas, di
mana saja, mulai dari esofagus sampai
duodenum (dengan batas anatomik di
ligamentum Treitz), dengan manifestasi klinis
berupa: hematemesis, melena, hematokezia
atau kombinasi.
Konsensus Nasional Penatalaksanaan Perdarahan Saluran cerna atas non varises di Indonesia – PGI 2012
Epidemiologi
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
Faktor Risiko
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
Perkiraan Risiko
Perdarahan Dan
Kematian
• Skor 0-2: Prognosis baik.
• Skor >8: risiko tinggi
kematian
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
Patofisiologi
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
Diagnosis
Anamnesis
• Hematemesis (muntah darah)
• Muntah berwarna coffee ground
• Melena (tinja seperti aspal/tar)
• Hematokezia + tanda-tanda gangguan hemodinamik (sinkop,
hipotensi postural, takikardia dan syok) harus dicurigai menderita
perdarahan saluran cerna bagian atas.
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
• Penilaian hemodinamik (denyut nadi, tekanan darah)
• Kehilangan darah cukup banyak jika ada takikardi saat istirahat dan hipotensi
ortostatik
• Laju pernafasan
• Status kesadaran
• Konjungtiva yang pucat
• Capillary refill yang melambat
• Tidak ditemukannya stigmata sirosis hati kronik
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
Pemeriksaan Penunjang
• Pemasangan nasogastric tube (NGT)
• Darah merah segarevaluasi endoskopik segera dan perawatan di unit
intensif
• Warna coffee ground rawat inap dan evaluasi endoskopik dalam waktu 24
jam.
• Sekitar 15% pasien dengan aspirat normal, tetap mempunyai perdarahan
saluran cerna aktif atau risiko tinggi mengalami perdarahan ulang.
• Penurunan kadar hemoglobin 1g/dL kehilangan darah 250mL
• ENDOSKOPI
• Tidak hanya mendeteksi ulkus peptikum, namun juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi stigmata yang dikaitkan dengan peningkatan risiko perdarahan
ulang
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
Pemeriksaan Penunjang (2)
• Klasifikasi Forrest mengklasifikasi
temuan selama evaluasi
endoskopik
• Ulkus dengan perdarahan aktif
menyemprot (Forrest IA)
• Ulkus dengan perdarahan merembes
(Forrest IB)
• Ulkus dengan pembuluh darah visibel
tak berdarah (Forrest IIA)
• Ulkus dengan bekuan adheren
(Forrest IIB)
• Ulkus dengan bintik pigmentasi datar
(Forrest IIC)
• Ulkus berdasar bersih (Forrest III).
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
Tatalaksana
PRINSIP TERAPI
• Tatalaksana dini
• Endoskopi
• Terapi eradikasi H.pylori
• Pemeriksaan H.pylori disarankan untuk semua pasien dengan PUP. Eradikasi
dengan Triple Therapy jika hasil (+).
Konsensus Nasional Penatalaksanaan Perdarahan Saluran cerna atas non varises di Indonesia – PGI 2012
TATALAKSANA AWAL
1. Resusitasi cairan + oksigen
2. Transfusi jika Hb ≤ 7.0 g/dL (kecuali bila perdarahan masih terus berlangsung
atau masif serta adanya penyakit jantung koroner, gangguan hemodinamik
(hipotensi dan takikardi) dan usia lanjut)
3. Hb minimal untuk dilakukan endoskopi: 8 mg/dL
4. Endoskopi terapeutik: Hb minimal 10 mg/dL (+hemodinamik pasien stabil)
5. Pemberian PPI sebelum endoskopi
6. Pasien risiko tinggi perdarahan berulang  dirawat di unit rawat intensif
7. Pemasangan NGT dilakukan pada perdarahan yang diduga masih berlangsung +
gangguan hemodinamik mencegah aspirasi, dekompresi, dan menilai
perdarahan (tidak diperlukan pada semua pasien dengan perdarahan)
Konsensus Nasional Penatalaksanaan Perdarahan Saluran cerna atas non varises di Indonesia – PGI 2012
Endoskopi
• Pro identifikasi sumber pendarahan + terapi pada saat yang sama
• Konsensus internasional dan Asia-Pasifik: menganjurkan endoskopi
dini dalam waktu 24 jam setelah pasien dirawatmenurunkan lama
rawat inap dan memperbaiki luaran klinis
• PRINSIP TERAPEUTIK: menghentikan pendarahan aktif
(hemostatik)dan mencegah perdarahan ulang dengan injeksi, ablasi
dan mekanik.
• Pasien dengan stigmata risiko rendah (ulkus dasar bersih atau bintik
pigmentasi pada area ulkus) tidak membutuhkan terapi endoskopik
Konsensus Nasional Penatalaksanaan Perdarahan Saluran cerna atas non varises di Indonesia – PGI 2012
Prinsip Terapi
Endoskopi
Konsensus Nasional Penatalaksanaan Perdarahan Saluran cerna atas non varises di Indonesia – PGI 2012
Konsensus Nasional Penatalaksanaan Perdarahan Saluran cerna atas non varises di Indonesia – PGI 2012
Konsensus Nasional Penatalaksanaan Perdarahan Saluran cerna atas non varises di Indonesia – PGI 2012
Definisi
• Perdarahan yang terjadi atau bersumber pada saluran cerna di
bagian distal dari ligamentum Treitz.
• Manifestasi perdarahan:
• Hematokezia
• Maroon stool
• Melena
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
• Darah segar yang keluar lewat anus/rektum
• Darah yang tidak melewati asam lambung: dari anus,
rektum, kolon, distal small intestine
Hematokezia
• Darah berwarna merah hati (kadang bercampur
dengan melena), berasal dari perdarahan di kolon
bagian kanan (ileo-caecal) atau dari SCBA/usus kecil
bila waktu transit usus cepat.
• Feses berwarna hitam seperti kopi (bubuk kopi) atau
seperti ter (aspal), berbau busuk (karena perubahan
hemoglobin menjadi hematin)
Maroon stool
Melena
Etiologi
• Hematokezia (sebagai tanda yang paling umum untuk SCBB)
• 74% berada di KOLON, 11% berasal dari SCBA, 9% USUS KECIL, dan 6%
tidak diketahui sumbernya
• Perdarahan akut dan hebat sering e.c angiodisplasia dan
divertikulosis
• Kronik intermiten hemoroid dan keganasan kolon
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
Perdarahan SCBB yang akut & Berat
Jika terdapat kondisi berikut:
• Menimbulkan keadaan hipotensi ortostatik atau renjatan
• Penurunan hematokrit minimal 8-10% setelah resusitasi volume
intravaskular dengan cairan kristaloid atau plasma expander
• Faktor risiko seperti pada usia lanjut atau terdapat penyulit lainnya
yang bermakna.
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
Diagnosis
• Perdarahan bercampur dengan feses kolitis /lesi di proksimal
rektum
• Perdarahan terpisah dari feses /menetes hemoroid
• Pemakaian antikoagulan
• Disertai demam lama tifoid, kolitis infeksi
• BB turun kronis, perubahan pola defekasi  kanker
• Tanpa rasa sakithemoroid intema, angiodisplasia
• Nyeri perut kolitis infeksi, iskemia mesenterial
• Tenesmus ani fisura, disentri
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
Pemeriksaan Fisik
• Tanda vital hipotensi postural (Tilt test)
• Rectal Touchemenilai sifat darah yang keluar dan ada tidaknya kelainan
pada anus (hemoroid interna, tumor rektum)
• Pemeriksaan fisik abdomen
• Nyeri tekan: iskemia mesenterial
• Rangsang peritoneal: divertikulitis
• Massa intraabdomen: tumor kolon, amuboma, penyakit Crohn
• Artritis IBS
• Demamkolitis infeksi
• Gizi buruk kanker
• Penyakit jantung koronerkolitis iskemia
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
Penunjang (1)
• Anoscopy/Rectoscopy
• dapat segera mengetahui sumber perdarahan
bila berasal perdarahan hemoroid interna /
tumor rektum. Dapat dikerjakan tanpa persiapan
yang optimal
• Sigmoidoskopi
• Hanya distal colon
• Kolonoskopi
• Elektif, mengidentifikasi di seluruh bagian kolon
sampai ileum terminal
• Hb harus >10 gr/dl
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
Penunjang (2)
• Barium enema (colon in loop)
• Elektif, mengidentifikasi lesi yang dapat diprakirakan sebagai sumber
perdarahan (tidak dapat menentukan sumber perdarahan).
• Angiografi/Arteriografi
• Injeksi zat kontras lewat kanul yang dimasukkan melalui arteri
femoralis dan arteri mesenterika superior atau inferior,
memungkinkan visualisasi lokasi sumber perdarahan
• Operasi Laparatomi Eksplorasi (LE)
• diindikasikan bila perdarahan hebat yang tidak dapat diatasi secara
konservatif
Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des
2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
meduPEDIA
Perdarahan
Saluran
Cerna
SCBA
SCBB
Perdarahan pada saluran cerna atas:
Lambung & Duodenum bagian proximal dari Ligamentum
Treitz
GEJALA:
Melena
Hematemesis
Hematochezia : pada beberapa kasus ulkus dalam atau
perdarahan aktif
TERAPI PERDARAHAN SCBA: *lihat algoritma di slide
• ABC—terutama jika ada syok hipovolemik;
Resusitasi cairan dan oksigen
• Transfusi jika Hb ≤7 g/dL
• Pemasangan NGT
• Endoskopi (Syarat Hb > 8g/dL dan >10 u/ endoskopi
teurapetik + hemodinamik stabil)
Pemberian PPI Pre Endoskopi – berdasarkan
• Terapi eradikasi H.pylori jika ditemukan (triple therapy)
Perdarahan pada saluran cerna bawah:
Saluran Cerna bagian distal dari Ligamentum Treitz
GEJALA:
Melena
Hematochezia
Maroon Stool
TERAPI PERDARAHAN SCBB
Hemodinamik Stabil: evaluasi elektif: radiografi & rujuk untuk
kolonoskopi  terapi definitif
Hemodinamik Tidak Stabil
• ABC—terutama jika ada syok hipovolemik;
Resusitasi cairan dan oksigen
• Angiografi/Scintigraphy – temukan sumber perdarahan
 Terapi definitif jika ditemukan sumber perdarahan
 Operasi CITO jika tidak ditemukan sumber perdarahan

More Related Content

Similar to 2. Gangguan saluran cerna.pptx

Sindrom Dispepsia Organik_Achmad Rifaldi Triatmojo_1710211123.pdf
Sindrom Dispepsia Organik_Achmad Rifaldi Triatmojo_1710211123.pdfSindrom Dispepsia Organik_Achmad Rifaldi Triatmojo_1710211123.pdf
Sindrom Dispepsia Organik_Achmad Rifaldi Triatmojo_1710211123.pdfAchmadRifaldiTriatmo1
 
penyakit maag awam.pptx
penyakit maag awam.pptxpenyakit maag awam.pptx
penyakit maag awam.pptxagusa4
 
Askep pasien ISK.Egas
Askep pasien ISK.EgasAskep pasien ISK.Egas
Askep pasien ISK.EgasEgas Xavier
 
Askep pasien infeksi.Egas
Askep pasien infeksi.EgasAskep pasien infeksi.Egas
Askep pasien infeksi.EgasEgas Xavier
 
Deni lp eliminasi
Deni lp eliminasiDeni lp eliminasi
Deni lp eliminasinissaicha2
 
Lapsus Apendisitis - dr. Dea Ardelia P (1).pptx
Lapsus Apendisitis - dr. Dea Ardelia P (1).pptxLapsus Apendisitis - dr. Dea Ardelia P (1).pptx
Lapsus Apendisitis - dr. Dea Ardelia P (1).pptxabdurrahmanafaharidh
 
ppt lapkas dpjp luci-converted-compressed-dikonversi.pptx
ppt lapkas dpjp luci-converted-compressed-dikonversi.pptxppt lapkas dpjp luci-converted-compressed-dikonversi.pptx
ppt lapkas dpjp luci-converted-compressed-dikonversi.pptxLucianaThio
 
PATOFISIOLOGI DAN ASUHAN KEPERAWATAN GERD.pptx
PATOFISIOLOGI  DAN ASUHAN  KEPERAWATAN  GERD.pptxPATOFISIOLOGI  DAN ASUHAN  KEPERAWATAN  GERD.pptx
PATOFISIOLOGI DAN ASUHAN KEPERAWATAN GERD.pptx21036IgnatiaLarissa
 
Manajemen pankreatitis akut
Manajemen pankreatitis akutManajemen pankreatitis akut
Manajemen pankreatitis akutHalfian Syam
 
Kasus farmakoterapi DYSPEPSIA
Kasus farmakoterapi DYSPEPSIAKasus farmakoterapi DYSPEPSIA
Kasus farmakoterapi DYSPEPSIADyah Ervy
 
Tuberculosis paru
Tuberculosis paruTuberculosis paru
Tuberculosis parucucumalihah
 
PPT DIARE PADA An. A DI RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS CISOKA KAB. TANGERANG.pptx
PPT DIARE PADA An. A DI RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS CISOKA KAB. TANGERANG.pptxPPT DIARE PADA An. A DI RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS CISOKA KAB. TANGERANG.pptx
PPT DIARE PADA An. A DI RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS CISOKA KAB. TANGERANG.pptxIanKurniawan11
 
Askep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisiAskep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisiSulistia Rini
 
Laporan pendahuluan dispepsia
Laporan pendahuluan dispepsiaLaporan pendahuluan dispepsia
Laporan pendahuluan dispepsiaIs Muhar
 
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)Ryan Shaputra
 
ppt sindrom dispepsia
ppt sindrom dispepsia ppt sindrom dispepsia
ppt sindrom dispepsia MCUTangerang
 

Similar to 2. Gangguan saluran cerna.pptx (20)

P 4a gastritis
P 4a gastritisP 4a gastritis
P 4a gastritis
 
Sindrom Dispepsia Organik_Achmad Rifaldi Triatmojo_1710211123.pdf
Sindrom Dispepsia Organik_Achmad Rifaldi Triatmojo_1710211123.pdfSindrom Dispepsia Organik_Achmad Rifaldi Triatmojo_1710211123.pdf
Sindrom Dispepsia Organik_Achmad Rifaldi Triatmojo_1710211123.pdf
 
penyakit maag awam.pptx
penyakit maag awam.pptxpenyakit maag awam.pptx
penyakit maag awam.pptx
 
Askep pasien ISK.Egas
Askep pasien ISK.EgasAskep pasien ISK.Egas
Askep pasien ISK.Egas
 
Askep pasien infeksi.Egas
Askep pasien infeksi.EgasAskep pasien infeksi.Egas
Askep pasien infeksi.Egas
 
Deni lp eliminasi
Deni lp eliminasiDeni lp eliminasi
Deni lp eliminasi
 
Lapsus Apendisitis - dr. Dea Ardelia P (1).pptx
Lapsus Apendisitis - dr. Dea Ardelia P (1).pptxLapsus Apendisitis - dr. Dea Ardelia P (1).pptx
Lapsus Apendisitis - dr. Dea Ardelia P (1).pptx
 
ppt lapkas dpjp luci-converted-compressed-dikonversi.pptx
ppt lapkas dpjp luci-converted-compressed-dikonversi.pptxppt lapkas dpjp luci-converted-compressed-dikonversi.pptx
ppt lapkas dpjp luci-converted-compressed-dikonversi.pptx
 
PATOFISIOLOGI DAN ASUHAN KEPERAWATAN GERD.pptx
PATOFISIOLOGI  DAN ASUHAN  KEPERAWATAN  GERD.pptxPATOFISIOLOGI  DAN ASUHAN  KEPERAWATAN  GERD.pptx
PATOFISIOLOGI DAN ASUHAN KEPERAWATAN GERD.pptx
 
Manajemen pankreatitis akut
Manajemen pankreatitis akutManajemen pankreatitis akut
Manajemen pankreatitis akut
 
Kasus farmakoterapi DYSPEPSIA
Kasus farmakoterapi DYSPEPSIAKasus farmakoterapi DYSPEPSIA
Kasus farmakoterapi DYSPEPSIA
 
Tuberculosis paru
Tuberculosis paruTuberculosis paru
Tuberculosis paru
 
Lp dispepsia
Lp dispepsiaLp dispepsia
Lp dispepsia
 
PPT DIARE PADA An. A DI RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS CISOKA KAB. TANGERANG.pptx
PPT DIARE PADA An. A DI RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS CISOKA KAB. TANGERANG.pptxPPT DIARE PADA An. A DI RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS CISOKA KAB. TANGERANG.pptx
PPT DIARE PADA An. A DI RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS CISOKA KAB. TANGERANG.pptx
 
Askep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisiAskep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisi
 
CR Naura - Intususepsi.pptx
CR Naura - Intususepsi.pptxCR Naura - Intususepsi.pptx
CR Naura - Intususepsi.pptx
 
Laporan pendahuluan dispepsia
Laporan pendahuluan dispepsiaLaporan pendahuluan dispepsia
Laporan pendahuluan dispepsia
 
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)
Pleno 3 Kelompok 2 (tropmed)
 
ppt sindrom dispepsia
ppt sindrom dispepsia ppt sindrom dispepsia
ppt sindrom dispepsia
 
Inkontinensia urin AKPER PEMKAB MUNA
Inkontinensia urin AKPER PEMKAB MUNA Inkontinensia urin AKPER PEMKAB MUNA
Inkontinensia urin AKPER PEMKAB MUNA
 

Recently uploaded

Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 

Recently uploaded (20)

Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 

2. Gangguan saluran cerna.pptx

  • 1.
  • 2. LEARNING OBJECTIVE Diagnosis dan Terapi dari: 1. Gastro-Esofageal Reflux Disease (GERD) 2. Sindrom Dispepsia 3. Ulkus Gastroduodenal 4. Perdarahan Saluran Cerna
  • 4.
  • 5. Definisi • Suatu gangguan di mana isi lambung mengalami refluks secara berulang ke dalam esofagus, yang menyebabkan terjadinya gejala dan/atau komplikasi yang mengganggu PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
  • 6. GERD Montreal Definition • Kondisi yang timbul saat reflux isi gaster menyebabkan GEJALA YANG MENGGANGGU dan/atau komplikasi: • ≥ 1 episode HEARTBURN/minggu • Mengganggu kehidupan pasien
  • 7. GEJALA KLINIS • Rasa terbakar di dada (heartburn) • Nyeri dada non kardiak (DD/ Angina) • Kembung, • Mual • Nyeri menelan • Mudah kenyang • Nyeri ulu hati • Gejala refluks tidak tipikal: laringitis kronik, bronkitis, dan asma bronkial PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
  • 9. Patofisiologi (2) Esofagitis: akibat dari refluks kandungan lambung ke dalam esofagus. Terjadi apabila: • Kontak dalam waktu yang cukup lama antara bahan refluksat dengan mukosa esofagus. • Penurunan resistensi jaringan mukosa esofagus, walaupun waktu kontak antara bahan refluksat dengan esofagus tidak cukup lama. • Terjadi gangguan sensitivitas terhadap rangsangan isi lambung, yang disebabkan oleh modulasi persepsi neural esofageal (sentral maupun perifer)
  • 10. Faktor Risiko • Gaya hidup • Alkohol, Obesitas, Rokok, Psikis, Makanan (asam, pedas, kopi, cokelat, mint, gorengan dan bawang), Obat bronkodilator • Motilitas • Transient lower esophageal spinchter relaxation (TLESR) • Menurunnya bersihan esofagus, disfungsi sfingter esofagus, dan pengosongan lambung yang lambat • Hipersensitifitas visceral  memodulasi persepsi neural sentral dan perifer terhadap rangsangan regangan maupun zat non-asam dari lambung PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
  • 11. Jenis GERD (1) • Terdapat kerusakan mukosa esofagus pada pemeriksaan endoskopi Erosive Esophagitis (ERD) • Gejala refluks yang mengganggu tanpa adanya kerusakan mukosa esofagus pada pemeriksaan endoskopi Non-Erosive Reflux Disease (NERD) PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
  • 12. GERD REFRAKTER • Pasien yang tidak berespons terhadap terapi PPI dua kali sehari selama 4-8 minggu • Harus menjalani endoskopi untuk mengeksklusi diagnosis penyakit ulkus peptik atau kanker dan esofagitis PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
  • 13. NON ACID REFLUX (Reflux Non-Asam) Refluksat dapat berupa cairan empedu, cairan asam lemah atau alkali, dan/atau gas. NAR dapat merujuk kepada: a) Episode refluks yang terdiagnosis dengan manometri atau skintigrafi tanpa penurunan pH<4; b) Kejadian GERD yang terdiagnosis dengan pemantauan metode spektrofotometri (Bilitec); c) Kejadian refluks yang terdiagnosis dengan pemantauan impedansi tanpa adanya penurunan pH atau penurunan pH yang tidak mencapai angka 4 d) Kejadian refluks yang terdiagnosis dengan pemantauan impedansi tanpa adanya perubahan pH atau penurunan pH kurang dari 1. PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
  • 14. Diagnosis 1. Klinis 2. Kuesioner GERD: GER-Q 3. Endoskopi saluran cerna bagian atas (SCBA) BAKU EMAS untuk diagnosis GERD dengan esofagitis erosif 4. Histopatologi: metaplasia, displasia, atau keganasan 5. pH metri 24 jam • Yang tidak berespons dengan terapi PPI. • Pasien dengan gejala ekstra esofageal sebelum terapi PPI atau setelah dinyatakan gagal dengan terapi PPI • Memastikan diagnosis GERD sebelum operasi anti-refluks atau untuk evaluasi gejala NERD berulang setelah operasi anti-refluks. 4. PPI test • Menegakkan diagnosis pada pasien dengan gejala tipikal dan tanpa tanda bahaya / risiko esofagus Barrett • Test (+): i perbaikan klinis dalam 1 minggu sebanyak lebih dari 50% dengan pemberian PPI dosis ganda selama 1-2 minggu tanpa didahului dengan pemeriksaan endoskopi. PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
  • 15. Kuesioner GERD (GER-Q) PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
  • 16. Penatalaksanaan 5 TARGET 1. Menghilangkan gejala/keluhan 2. Menyembuhkan lesi esofagus 3. Mencegah kekambuhan 4. Memperbaiki kualitas hidup 5. Mencegah komplikasi PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
  • 17. TATALAKSANA NON FARMAKOLOGIS • Memodifikasi berat badan berlebih • Meninggikan kepala lebih kurang 15-20 cm pada saat tidur • Menghentikan merokok & minum alkohol • Mengurangi makanan dan obat-obatan yang merangsang asam lambung dan menyebabkan refluks • Makan tidak boleh terlalu kenyang • Makan malam paling lambat 3 jam sebelum tidur. PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
  • 18. Penatalaksanaan FARMAKOLOGIS • PPI paling efektif dalam menghilangkan gejala + menyembuhkan lesi esofagitis pada GERD • Apabila PPI tidak tersedia berikan H2RA PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
  • 19. Penatalaksanaan FARMAKOLOGIS • Dosis inisial PPI: dosis tunggal per pagi hari sebelum makan selama 2 sampai 4 minggu. • Apabila masih ditemukan gejala sesuai GERD (PPI failure) PPI diberikan secara berkelanjutan dengan dosis ganda (4-8 minggu) sampai gejala menghilang. PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
  • 20. PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
  • 21. Klinis belum membaik setelah terapi PPI? • CEK ENDOSKOPI pengobatan berdasarkan berat/ringannya kerusakan mukosa • Grade A&B: RINGAN terapi on demand • Grade C&B: BERAT terapi pemeliharaan kontinu (dapat diberikan sampai 6 bulan)
  • 22. KOMPLIKASI • BARRETT’S ESOPHAGUS : Terdapat epitel kolumnar yang dicurigai pada pemeriksaan endoskopi dan terbukti dengan histologi yang membutuhkan adanya metaplasia intestinal. • Dapat berkembang menjadi ADENOCARCINOMA PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
  • 23. CHECK POINT Seorang pria berusia 58 tahun mengeluh nyeri dada dan rasa terbakar yang menjalar ke dagu dan lengan kiri setelah makan siang. Nyeri yang sama terasa 1 minggu yang lalu. Nyeri kurang lebih berlangsung 5 menit, yang hilang saat istirahat. Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 100x/menit, tinggi badan 154cm, berat badan 71 kg. Diagnosis yang tepat adalah… a. Pleuritis b. Pneumonia c. Angina pectoris d. Ulkus peptikum e. Refluks esophagus
  • 24.
  • 25. Definisi Dispepsia Rasa tidak nyaman yang berasal dari daerah abdomen bagian atas. Rasa tidak nyaman dapat berupa: • Nyeri epigastrium • Rasa terbakar di epigastrium • Rasa penuh setelah makan • Cepat kenyang • Rasa kembung pada saluran cerna atas • Mual, muntah, dan sendawa. DISPEPSIA FUNGSIONAL JIKA: • Keluhan di atas harus berlangsung minimal 3 bulan terakhir DAN • Onset gejala terjadi 6 bulan sebelum diagnosis ditegakkan
  • 26. Tipe Dispepsia • Ulkus gaster • Ulkus duodenum • Gastritis erosi • Gastritis sedang-berat • Duodenitis • Proses keganasan Dispepsia Organik • Sindrom nyeri epigastrium • Sindroma distres setelah makan Dispepsia Fungsional Simadibrata M. 2014. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi Helicobacter Pylori. Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia
  • 27. Patofisiologi Dispepsia Fungsional • Faktor utama • Gangguan motilitas gastroduodenal  penurunan kapasitas lambung dalam menerima makanan, inkoordinasi antroduodenal, dan perlambatan pengosongan lambung kembung, rasa penuh • Infeksi H.pylori • Asam lambung • Hipersensitivitas viseral • peningkatan sensitivitas saraf sensorik perifer dan sentral terhadap rangsangan reseptor kimiawi dan reseptor mekanik intraluminal lambung bagian proksimal. • Faktor psikologis • Faktor lain: genetik, gaya hidup, lingkungan, diet dan riwayat infeksi gastrointestinal sebelumnya. PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
  • 28. Diagnosis Dispepsia PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
  • 29. Evaluasi Tanda Bahaya Endoskopi • Penurunan berat badan (unintended) • Disfagia progresif • Muntah rekuren atau persisten • Perdarahan saluran cerna • Anemia • Demam • Massa daerah abdomen bagian atas • Riwayat keluarga kanker lambung • Dispepsia awitan baru pada pasien di atas 45 tahun PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
  • 30. Diagnosis Infeksi H.pylori • Secara langsung melalui endoskopi • Rapid urease test, histologi, kultur dan PCR) • Secara tidak langsung tanpa endoskopi • Urea breath test (GOLD STANDARD), stool test, urine test, dan serologi • Syarat pemeriksaan H.pylori:bebas antibiotik dan PPI selama 2 minggu. PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
  • 31. Urea Breath Test • Direkomendasikan untuk diagnosis Hp sebelum terapi • Tes terpilih untuk konfirmasi eradikasi • Pasien tidak boleh mengkonsumsi PPI dan antibiotik selama 2 minggu sebelum pemeriksaan dilakukan • Ketersediaan bervariasi PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
  • 32. • Dispepsia belum diinvestigasi  terapi empirik selama 1-4 minggu • Pilihan obat: antasida, PPI (omeprazole, rabeprazole dan lansoprazole) dan/atau H2-Receptor Antagonist [H2RA]), prokinetik, dan sitoprotektor (misalnya rebamipide), PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
  • 33. ) PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
  • 34. Tatalaksana Dispepsia Organik • Kombinasi PPI • Rabeprazole 2x20 mg/lanzoprazole 2x30 mg dengan mukoprotektor, misalnya rebamipide 3x100 mg. PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
  • 35. k PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
  • 36. PB IDI.2014. Panduan Praktik Klinis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta
  • 37. Tn. I, 59 tahun, datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 5 hari yang lalu. Keluhan sebenarnya sudah sering dirasakan sejak 2 bulan sebelumnya. Pasien mengaku sering terlambat makan. Keluhan demam, mual, dan muntah disangkal. Dokter di klinik memberikan terapi penghambat asam lambung. Dua minggu kemudian, pasien kembali datang dengan keluhan yang sama. Kemudian dokter melakukan pemeriksaan urea breath test dan hasilnya positif. Tatalaksana berikutnya adalah… a. PPI + azitromisin + klindamisin b. PPI + amoksisilin + klaritromisin c. Bismuth subsalisilat + amoksisilin + klaritromisin d. Bismuth subsalisilat + metronidazol + amoksisilin e. PPI + metronidazol + klaritromisin CHECK POINT
  • 38.
  • 39. Definisi ULKUS PEPTIKUM: Kondisi terputusnya kontinuitas mukosa, yang meluas di bawah epitel atau kerusakan pada jaringan mukosa, submukosa hingga lapisan muskularis mukosa dengan garis tengah lebih atau sama dengan 5 mm dari suatu daerah saluran cerna atas yang langsung berhubungan dengan cairan asam lambung/pepsin EROSI: Kerusakan jaringan yang hanya terbatas pada lapisan mukosa Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
  • 40. • Usia tua (puncak usia 55-65 tahun) • Kondisi sosioekonomi rendah • Genetik • Rokok • Alkohol • Stres Faktor Resiko Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
  • 41. Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
  • 42. Patogenesis Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
  • 43. Manifestasi Klinis Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
  • 44. Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
  • 45. 1. Biopsi pada endoskopi (baku emas) 2. Analisis asam lambung 3. Deteksi infeksi H. pylori dengan: • Tes napas urea • Tes ELISA IgG dan IgA • Tes antigen feses 4. Pemeriksaan radiologis PEMERIKSAAN PENUNJANG Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
  • 46. KOMPLIKASI Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
  • 47. KOMPLIKASI Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
  • 48. 1) Menurunkan keasaman lambung 2) Melindungi dasar ulkus dari penetrasi asam dan pepsin 3) Memberikan analog prostaglandin 4) Mengendalikan faktor lingkungan, seperti OAINS dan rokok 5) Mengendalikan stres emosional Prinsip Tatalaksana Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
  • 49. TATALAKSANA FAMAKOLOGIS Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
  • 50.
  • 51. Pembedahan Peters G. L., et alm. 2010. Overview of Peptic Ulcer Diseases. US Pharm
  • 52. Ny.O, 55 tahun datang ke IGD degan keluhan nyeri ulu hati dan muntah berwarna hitam 2 jam yang lalu. Pasien sudah beberapa kali muntah seperti ini sejak 1 minggu yang lalu. Pasien memiliki riwayat konsumsi meloxicam untuk keluhan pada lutut kirinya yang nyeri sejak 2 tahun yang lalu. Pada PF didapatkan konjungtiva anemis, pada pemeriksaan lab dijumpai Hb 11 g/dl, MCV 83 fl, MCH 28 pg. Diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini adalah… CHECK POINT a. Pecah varises esofagus b. Mallory-Weiss tear c. Tukak peptikum d. Sindrom dispepsia e. Peritonitis
  • 53. CHECK POINT Ny. Y , 38 tahun, datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 7 bulan yang lalu disertai mual dan muntah. Nyeri terutama muncul pada malam hari sehingga membuatnya terbangun dari tidur. Nyeri berkurang dengan makan atau minum antasida. Dimana letak gangguan pada kasus diatas? a. Esofagus b. Gaster c. Duodenum d. Hepar e. Pancreas
  • 54. meduPEDIA Gangguan Saluran Cerna GERD Sindrom Dispepsia Ulkus Peptikum DIAGNOSIS: - HEART BURN - Nyeri dada non tipikal - Mual, muntah, kembung - Gejala reflux tipikal - Gold standard: endoskopi; esofagitis erosive TERAPI: PPI dosis tunggal selama 2-4 minggu, jika tidak perbaikan diberikan dosis ganda selama 4-8 minggu DIAGNOSIS Rasa tidak nyaman di abdomen bagian atas Nyeri epigastrium Mual, muntah, kembung, Rasa terbakar di epigastrium TERAPI: Tanpa alarm sign  belum terinvestigasi dengan endoskopi Antasida 3x1 PPI dengan/tanpa H2-Receptor Antagonist:  Omeprazole 2x1 dan Ranitidine 2x1 Prokinetik: Metoklopramide/Domperidone 3x1 Sitoprotektor: rebamipide 3x1 DIAGNOSIS: Gejala Dispepsia Organik + Terdapat kerusakan mukosa berupa ulkus (diconfirm dengan endoskopi) AWASI ALARM SYMPTOM! ETIOLOGI tersering: Infeksi H.Pylori  terapi harus melibatkan eliminasi H. Pylori TERAPI: Tripletherapy: PPI + AMOKSISILLIN + KLARITROMISIN Lini 1 PPI: Omeprazole 2x1 Amoksisilin: 1000 mg 2x1 Klaritromisin: 500 mg 2x1 FUNGSIONAL: TANPA KELAINAN MUKOSA ORGANIK : DENGAN KELAINAN MUKOSA; EROSI/ULKUS
  • 55.
  • 56. Klasifikasi Perdarahan Saluran Cerna • Esofagus • Lambung • 2nd duodenum Upper GI Bleeding (SCBA) • 3rd duodenum • Jejunum • Ileum Middle GI Bleeding • Cecum • Colon • Rectum & anal canal Lower GI bleeding (SCBB) Pemisah saluran cerna atas dan bawah: LIGAMEN TREITZ
  • 57.
  • 58. Definisi Perdarahan saluran cerna bagian atas (PSCBA) : Kehilangan darah dari saluran cerna atas, di mana saja, mulai dari esofagus sampai duodenum (dengan batas anatomik di ligamentum Treitz), dengan manifestasi klinis berupa: hematemesis, melena, hematokezia atau kombinasi. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Perdarahan Saluran cerna atas non varises di Indonesia – PGI 2012
  • 59. Epidemiologi Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des 2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
  • 60. Faktor Risiko Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des 2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
  • 61. Perkiraan Risiko Perdarahan Dan Kematian • Skor 0-2: Prognosis baik. • Skor >8: risiko tinggi kematian Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des 2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
  • 62. Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des 2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
  • 63. Patofisiologi Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des 2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
  • 64. Diagnosis Anamnesis • Hematemesis (muntah darah) • Muntah berwarna coffee ground • Melena (tinja seperti aspal/tar) • Hematokezia + tanda-tanda gangguan hemodinamik (sinkop, hipotensi postural, takikardia dan syok) harus dicurigai menderita perdarahan saluran cerna bagian atas. Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des 2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
  • 65. Diagnosis Pemeriksaan Fisik • Penilaian hemodinamik (denyut nadi, tekanan darah) • Kehilangan darah cukup banyak jika ada takikardi saat istirahat dan hipotensi ortostatik • Laju pernafasan • Status kesadaran • Konjungtiva yang pucat • Capillary refill yang melambat • Tidak ditemukannya stigmata sirosis hati kronik Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des 2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
  • 66. Pemeriksaan Penunjang • Pemasangan nasogastric tube (NGT) • Darah merah segarevaluasi endoskopik segera dan perawatan di unit intensif • Warna coffee ground rawat inap dan evaluasi endoskopik dalam waktu 24 jam. • Sekitar 15% pasien dengan aspirat normal, tetap mempunyai perdarahan saluran cerna aktif atau risiko tinggi mengalami perdarahan ulang. • Penurunan kadar hemoglobin 1g/dL kehilangan darah 250mL • ENDOSKOPI • Tidak hanya mendeteksi ulkus peptikum, namun juga dapat digunakan untuk mengevaluasi stigmata yang dikaitkan dengan peningkatan risiko perdarahan ulang Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des 2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
  • 67. Pemeriksaan Penunjang (2) • Klasifikasi Forrest mengklasifikasi temuan selama evaluasi endoskopik • Ulkus dengan perdarahan aktif menyemprot (Forrest IA) • Ulkus dengan perdarahan merembes (Forrest IB) • Ulkus dengan pembuluh darah visibel tak berdarah (Forrest IIA) • Ulkus dengan bekuan adheren (Forrest IIB) • Ulkus dengan bintik pigmentasi datar (Forrest IIC) • Ulkus berdasar bersih (Forrest III). Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des 2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
  • 68. Tatalaksana PRINSIP TERAPI • Tatalaksana dini • Endoskopi • Terapi eradikasi H.pylori • Pemeriksaan H.pylori disarankan untuk semua pasien dengan PUP. Eradikasi dengan Triple Therapy jika hasil (+). Konsensus Nasional Penatalaksanaan Perdarahan Saluran cerna atas non varises di Indonesia – PGI 2012
  • 69. TATALAKSANA AWAL 1. Resusitasi cairan + oksigen 2. Transfusi jika Hb ≤ 7.0 g/dL (kecuali bila perdarahan masih terus berlangsung atau masif serta adanya penyakit jantung koroner, gangguan hemodinamik (hipotensi dan takikardi) dan usia lanjut) 3. Hb minimal untuk dilakukan endoskopi: 8 mg/dL 4. Endoskopi terapeutik: Hb minimal 10 mg/dL (+hemodinamik pasien stabil) 5. Pemberian PPI sebelum endoskopi 6. Pasien risiko tinggi perdarahan berulang  dirawat di unit rawat intensif 7. Pemasangan NGT dilakukan pada perdarahan yang diduga masih berlangsung + gangguan hemodinamik mencegah aspirasi, dekompresi, dan menilai perdarahan (tidak diperlukan pada semua pasien dengan perdarahan) Konsensus Nasional Penatalaksanaan Perdarahan Saluran cerna atas non varises di Indonesia – PGI 2012
  • 70. Endoskopi • Pro identifikasi sumber pendarahan + terapi pada saat yang sama • Konsensus internasional dan Asia-Pasifik: menganjurkan endoskopi dini dalam waktu 24 jam setelah pasien dirawatmenurunkan lama rawat inap dan memperbaiki luaran klinis • PRINSIP TERAPEUTIK: menghentikan pendarahan aktif (hemostatik)dan mencegah perdarahan ulang dengan injeksi, ablasi dan mekanik. • Pasien dengan stigmata risiko rendah (ulkus dasar bersih atau bintik pigmentasi pada area ulkus) tidak membutuhkan terapi endoskopik Konsensus Nasional Penatalaksanaan Perdarahan Saluran cerna atas non varises di Indonesia – PGI 2012
  • 71. Prinsip Terapi Endoskopi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Perdarahan Saluran cerna atas non varises di Indonesia – PGI 2012
  • 72. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Perdarahan Saluran cerna atas non varises di Indonesia – PGI 2012
  • 73. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Perdarahan Saluran cerna atas non varises di Indonesia – PGI 2012
  • 74.
  • 75. Definisi • Perdarahan yang terjadi atau bersumber pada saluran cerna di bagian distal dari ligamentum Treitz. • Manifestasi perdarahan: • Hematokezia • Maroon stool • Melena Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des 2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
  • 76. • Darah segar yang keluar lewat anus/rektum • Darah yang tidak melewati asam lambung: dari anus, rektum, kolon, distal small intestine Hematokezia • Darah berwarna merah hati (kadang bercampur dengan melena), berasal dari perdarahan di kolon bagian kanan (ileo-caecal) atau dari SCBA/usus kecil bila waktu transit usus cepat. • Feses berwarna hitam seperti kopi (bubuk kopi) atau seperti ter (aspal), berbau busuk (karena perubahan hemoglobin menjadi hematin) Maroon stool Melena
  • 77. Etiologi • Hematokezia (sebagai tanda yang paling umum untuk SCBB) • 74% berada di KOLON, 11% berasal dari SCBA, 9% USUS KECIL, dan 6% tidak diketahui sumbernya • Perdarahan akut dan hebat sering e.c angiodisplasia dan divertikulosis • Kronik intermiten hemoroid dan keganasan kolon Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des 2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
  • 78. Perdarahan SCBB yang akut & Berat Jika terdapat kondisi berikut: • Menimbulkan keadaan hipotensi ortostatik atau renjatan • Penurunan hematokrit minimal 8-10% setelah resusitasi volume intravaskular dengan cairan kristaloid atau plasma expander • Faktor risiko seperti pada usia lanjut atau terdapat penyulit lainnya yang bermakna. Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des 2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
  • 79. Diagnosis • Perdarahan bercampur dengan feses kolitis /lesi di proksimal rektum • Perdarahan terpisah dari feses /menetes hemoroid • Pemakaian antikoagulan • Disertai demam lama tifoid, kolitis infeksi • BB turun kronis, perubahan pola defekasi  kanker • Tanpa rasa sakithemoroid intema, angiodisplasia • Nyeri perut kolitis infeksi, iskemia mesenterial • Tenesmus ani fisura, disentri Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des 2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
  • 80. Pemeriksaan Fisik • Tanda vital hipotensi postural (Tilt test) • Rectal Touchemenilai sifat darah yang keluar dan ada tidaknya kelainan pada anus (hemoroid interna, tumor rektum) • Pemeriksaan fisik abdomen • Nyeri tekan: iskemia mesenterial • Rangsang peritoneal: divertikulitis • Massa intraabdomen: tumor kolon, amuboma, penyakit Crohn • Artritis IBS • Demamkolitis infeksi • Gizi buruk kanker • Penyakit jantung koronerkolitis iskemia Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des 2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
  • 81. Penunjang (1) • Anoscopy/Rectoscopy • dapat segera mengetahui sumber perdarahan bila berasal perdarahan hemoroid interna / tumor rektum. Dapat dikerjakan tanpa persiapan yang optimal • Sigmoidoskopi • Hanya distal colon • Kolonoskopi • Elektif, mengidentifikasi di seluruh bagian kolon sampai ileum terminal • Hb harus >10 gr/dl Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des 2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
  • 82. Penunjang (2) • Barium enema (colon in loop) • Elektif, mengidentifikasi lesi yang dapat diprakirakan sebagai sumber perdarahan (tidak dapat menentukan sumber perdarahan). • Angiografi/Arteriografi • Injeksi zat kontras lewat kanul yang dimasukkan melalui arteri femoralis dan arteri mesenterika superior atau inferior, memungkinkan visualisasi lokasi sumber perdarahan • Operasi Laparatomi Eksplorasi (LE) • diindikasikan bila perdarahan hebat yang tidak dapat diatasi secara konservatif Anonim. 2016. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Diakses tanggal 3 Des 2017. https://dokumen.tips/documents/pendarahan-saluran-cerna-atas.html
  • 83.
  • 84. meduPEDIA Perdarahan Saluran Cerna SCBA SCBB Perdarahan pada saluran cerna atas: Lambung & Duodenum bagian proximal dari Ligamentum Treitz GEJALA: Melena Hematemesis Hematochezia : pada beberapa kasus ulkus dalam atau perdarahan aktif TERAPI PERDARAHAN SCBA: *lihat algoritma di slide • ABC—terutama jika ada syok hipovolemik; Resusitasi cairan dan oksigen • Transfusi jika Hb ≤7 g/dL • Pemasangan NGT • Endoskopi (Syarat Hb > 8g/dL dan >10 u/ endoskopi teurapetik + hemodinamik stabil) Pemberian PPI Pre Endoskopi – berdasarkan • Terapi eradikasi H.pylori jika ditemukan (triple therapy) Perdarahan pada saluran cerna bawah: Saluran Cerna bagian distal dari Ligamentum Treitz GEJALA: Melena Hematochezia Maroon Stool TERAPI PERDARAHAN SCBB Hemodinamik Stabil: evaluasi elektif: radiografi & rujuk untuk kolonoskopi  terapi definitif Hemodinamik Tidak Stabil • ABC—terutama jika ada syok hipovolemik; Resusitasi cairan dan oksigen • Angiografi/Scintigraphy – temukan sumber perdarahan  Terapi definitif jika ditemukan sumber perdarahan  Operasi CITO jika tidak ditemukan sumber perdarahan