4. Definisi Dispepsia
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaiu dys- (buruk) dan -peptein (pencernaan) B
erdasarkan konsensus International Panel of Clinical Investigators,
Dispepsia adalah perasaan tidak nyaman atau nyeri pada abdomen bagian atas atau
dada bagian bawah. Salah cerna (indigestion) mungkin digunakan oleh pasien untuk
menggambarkan dyspepsia gejala regurgitasi atau flatus (Pierce A , 2006 )(At a Glan
ce Ilmu Bedah Ed 3)
Dispepsia fungsional didefinisikan sebagai sindrom yang mencakup satu atau lebih
dari gejala-gejala berikut: perasaan perut penuh setelah makan, cepat kenyang, atau
rasa terbakar di ulu hati, yang berlangsung sedikitnya dalam 3 bulan terakhir, dengn
awal mula gejala sedikitnya timbul 6 bulan sebelum diagnosis.
5. Klasifikasi Dispepsia
Dispepsia organik, bila telah diket
ahui adanya kelainan organik seb
agai penyebabnya. Sindroma dis
pepsi organik terdapat kelainan y
ang nyata terhadap organ tubuh
misalnya tukak (luka) lambung, u
sus dua belas jari, radang pankre
as, radang empedu, dan lain-lain.
Dispepsia Organik
Dispepsia nonorganik atau dispe
psia fungsional, atau dispesia
nonulkus (DNU), bila tidak jelas
penyebabnya.Dispepsi fungsional
tanpa disertai kelainan atau gang
guan struktur organ berdasarkan
pemeriksaan klinis, laboratorium,
radiologi, dan endoskopi
(teropong saluran pencernaan).
Dispepsia Fungsional
6. Epidemiologi
1.90%
3.30%
5%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
1988 2003 2010
Menurut studi berbasiskan populasi pada tahun 2007, ditemukan peningkatan prevalensi dispepsia fungsional dari 1
,9%pada tahun 1988 menjadi 3,3% pada tahun 2003. Istilah dispepsia sendiri mulai gencar dikemukakan sejak akhir
tahun 1980-an, yang menggambarkan keluhan atau kumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak
nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa penuh, sendawa, regurgitasi, dan rasa panas
yang menjalar di dada. Sindrom atau keluhan ini dapat disebabkan atau didasari oleh berbagai penyakit, tentunya te
rmasuk juga di dalamnya penyakit yang mengenai lambung, atau yang lebih dikenal sebagai penyakit maag. Dispep
sia fungsional, pada tahun 2010, dilaporkan memiliki tingkat prevalensi tinggi, yakni 5% dari seluruh kunjungan ke s
arana layanan kesehatan primer.7 Bahkan, sebuah studi tahun 2011 di Denmark mengungkapkan bahwa 1 dari 5 pa
sien yang datang dengan dispepsia ternyata telah terinfeksi H. Pylori yang terdeteksi setelah dilakukan pemeriksaan
lanjutan.
7. Etiologi
Masalah Gastric
Drugs
Psikolog
Penyakit
Masalah Gastric
1. Adanya gangguan atau pe
nyakit dalam lumen saluran c
erna seperti tukak gaster/duo
denum, gastritis, tumor, infek
si Helicobacter pylori.
Stress
Adanya stres akut dapat memeng
aruhi fungsi gastrointestinal dan
mencetuskan keluhan pada orang
sehat. Adanya penurunan kontrak
tilitas lambung yang mendahului
keluhan mual setelah pemberian s
timulus berupa stres.
Drugs
2. Obat-obatan: seperti Obat
Anti Inflamasi Non Steroid (
OAINS), aspirin, beberapa je
nis antibiotik, digitalis, teofil
in dan sebagainya.
Penyakit
Penyakit pada hepar, pankrea
s, sistem billier: hepatitis, pa
nkreatitis, kolesistitis kronik.
10. Patofisiologi
Perubahan pola makan yg tak teratur,
obat-obatan yg tak jelas, zat-zat seperti
nikotin & alkohol serta adanya keadaan
kejiwaan stress,adanya bakteri H.pylori,
pemasukan makanan menjadi minus se
hingga lambung kosong, kekosongan l
ambung bisa membuat dampak erosi p
ada lambung dampak gesekan antara d
inding-dinding lambung, keadann demik
ian bisa membuat dampak peningkatan
produksi HCL yg mau merangsang terja
dinya keadann asam pada lambung, se
hingga rangsangan di medulla oblongat
a membawa impuls muntah sehingga in
take tak adekuat baik makanan maupun
cairan.
11. • Keluhan utama yang menjadi kunci untuk mendiagnosis dispepsia adalah adanya nyeri dan atau rasa tidak
nyaman pada perut bagian atas.
Keluhan
• Esofagogastroduodenoskopi dapat dilakukan bila sulit membedakan antara dyspepsia fungsional dan
organik, terutama bila gejala yang timbul tidak khas, dan menjadi indikasi mutlak bila pasien berusia lebih
dari 45 tahun dan didapatkan tanda-tanda bahaya
Esofagogastroduodenos
kopi
• Apabila kelainan organic ditemukan, dipikirkan kemungkinan diagnosis banding dispepsia organik,
sedangkan bila tidak ditemukan kelainan organik apa pun dipikirkan kecurigaan ke arah dispepsia
fungsional.
Pengelompokan
Klasifikasi Dyspepsia
• Pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasi adanya faktor infeksi seperti lekositosis, pankreatitis
(amilase/lipase) dan keganasan saluran cerna.
Laboratorium
• Pemeriksaan ultrasonografi untuk mengidentifikasi kelainan-kelainan seperti: batu kandung empedu,
kolesistitis, sirosis hepatis dan sebagainya.
Ultrasonografi
• Pemeriksaan radiologi dapat mengidentifikasi kelainan struktural dinding/mukosa saluran cerna bagian atas
seperti adanya tukak atau gambaran yang mengarah ke tumor. Pemeriksaan ini bermanfaat terutama pada
kelainan yang bersifat penyempitan/stenotik/obstruktif dimana skop endoskopi tidak dapat melewatinya.
Radiologi
(Djojoningrat, 2006) (Murdani Abdullah, Jeffri Gunawan,2012)
14. Prinsip Pengobatan
Golongan obat ini mengatur se
kresi asam lambung pada stadi
um akhir dari proses sekresi as
am lambung.
PPI (Proton Pump Inhibitor)
Obat-obat yang termasuk golong
an PPI adalah omeperazol, lanso
prazol, dan pantoprazol.
• 5. Sitoprotektif
• 6. Golongan prokinetik
Prostoglandin sintetik seperti
misoprostol (PGE1) dan enpro
stil (PGE2). Selain bersifat sito
protektif, juga menekan sekresi
asam lambung oleh sel parietal
.
Sitoprotektif
Obat yang termasuk golongan i
ni, yaitu sisaprid, domperidon,
dan metoklopramid.
Golongan Prokinetik
Golongan ini cukup efektif untuk
mengobati dyspepsia fungsional
dan refluks esofagitis dengan me
ncegah refluks dan memperbaiki
bersihan asam lambung (acid cle
arance)
Sukralfat berfungsi meningkatkan
sekresi prostaglandin endogen,yang
selanjutnya memperbaiki mikrosirkul
asi, meningkatkan produksi mucus
dan meningkatkan sekresi bikarbon
at mukosa, serta membentuk lapisa
n protektif ( site protective), yang be
rsenyawa dengan protein sekitar les
i mukosa saluran cerna bagian atas
(SCBA).
15. Prinsip Pengobatan
Golongan obat ini mudah di
dapat dan murah. Antasid a
kan menetralisir asam lamb
ung
Antasida
Antasid biasanya mengandung N
a bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2,
dan Mg triksilat. Pemberian anta
sid jangan terus-menerus, sifatn
ya hanya simtomatis, untuk men
gurangi rasa nyeri.
Perlu diperhatikan, karena k
erja obat ini tidak spesifik.
Antikolinergik
Golongan obat ini banyak dig
unakan untuk mengobati dys
pepsia organik atau esensial
seperti tukak peptik.
Antagonis Reseptor H2
Obat yang termasuk golongan a
ntagonis respetor H2 antara lain
simetidin, roksatidin, ranitidin, da
n famotidin.
Obat yang agak selektif yaitu pire
nzepin bekerja sebagai anti rese
ptor muskarinik yang dapat mene
kan seksresi asama lambung sek
itar 28-43%. Pirenzepin juga me
miliki efek sitoprotektif.
Kadang kala juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti- depresi
dan cemas) pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang
keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan
depresi
17. Columns Layout
Pasien: Tn. SJ
Umur/BB/Tinggi: 61th/-/-
Ginjal: ( - )
Hepar: ( + )
Diagnosis : Sindroma Dispepsia
Riwayat Penyakit : Stroke 1 tahun yang
lalu, Hipertensi 2 tahun yang lalu ,Dislip
idemia
Riwayat Pengobatan : ( - )
Keluhan Utama : Sesak napas, perut kaku
Keluhan tambahan: mual (+), 8 hari tidak
BAB, ulu hati sakit, demam, susah untuk
makan.
Alergi : -
Kopi : -
Kepatuhan : -
Merokok/Alkohol : +/+
Obat Tradisional : -
OTC : -
Makanan Pedas : -
18. S – O – A – P
This PowerPoint Template has clean and neutral design that can
be adapted to any content and meets various market segments.
With this many slides you are able to make a complete
PowerPoint Presentation that best suit your needs.
21. CATATAN PERKEMBAN
GAN PASIEN
Tanggal Problem/ Kejadian/ Tindakan Klinisi
23 Juni 2010
Pasien masuk UGD dengan keluhan sesak napas, perut kaku, mual,
8 hari tidak BAB, ulu hati sakit, demam, dan susah untuk makan ka
rena mualnya
Kondisi pasien : TD 140/90 mmHg, nadi : 84 x/min
Suhu axial : 37,3oC
24 Juni 2010
Kondisi pasien : TD: 130/90 mmHg, suhu: 37,4oC
Nadi: 84 x/min, dan mual
Dari data lab didapatkan data kolesterol total : 174 mg/dl,
LDL : 102 mg/dl, HDL : 32 mg/dl, dan TG : 124 mg/dl
Hasil lab di atas menunjukkan nilai normal sedangkan pasien dulu
punya riwayat dislipidemia
Dari data didapat nilai leukosit pasien abnormal dan pasien juga de
mam sejak hari pertama MRS.
Pasien konsul pada dokter spesialis jantung
22. CATATAN PERKEMBAN
GAN PASIEN
Tanggal Problem/ Kejadian/ Tindakan Klinisi
25 Juni 2010 Kondisi pasien : TD: 120/80 mmHg, nadi: 82 x/min, Suhu: 36,2oC
Pasien masih mengeluh mual. Selain itu, kondisi fisik pasien baik
tetapi pasien terlihat seperti orang bingung. Sesekali jalan di sekitar
bangsal tetapi lupa jalan kembali ke tempat tidurnya.
Pasien konsul pada dokter spesialis saraf
26 Juni 2010 Data klinis pasien : TD: 120/80 mmHg, RR: 24 x/min,
Nadi: 80 x/min, suhu : 36oC
Pada data lab nilai Hb tinggi sejak tanggal 25 Juni 2010
27 Juni 2010 Kondisi pasien : TD: 140/90 mmHg, RR: 20 x/min
Nadi: 81 x/min, mual
28 Juni 2010 Kondisi pasien: TD : 140/90 mmHg, nadi : 84 x/min, dan masih mu
al
Pasien terlihat gelisah, setelah di assessment pasien mengaku kalau
stres karena tangal tua dan belum menerima gaji.
Hasil laboratorium menunjukkan kadar kalium yang rendah
Malamnya pasien diberi infus drip KCl untuk menaikkan kadar kali
um 2 fles
23. CATATAN PERKEMBAN
GAN PASIEN
Tanggal Problem/ Kejadian/ Tindakan Klinisi
29 Juni 2010 Kondisi pasien: TD : 140/90 mmHg, nadi : 88 x/min, suhu : 36,7oC,
dan masih mual
Hasil laboratorium terbaru menunjukkan peningkatan kadar kalium
Pasien terlihat bingung ditandai dengan saat ngobrol, respon pasien
lambat dalam menanggapi pertanyaan yang diajukan
30 Juni 2010 Kondisi pasien: TD: 180/90 mmHg, nadi: 88 x/min, suhu 36oC
Pasien tidah mengeluh apapun walau TD tinggi. Pasien makan sepe
rti biasanya dan bisa tidur nyenyak. Selain itu, pasien sudah tidak
mengeluh mual dan kembung
Pasien sudah tidak terlihat seperti orang bingung. Saat diajak bicara
pasien mampu merespon dengan baik.
1 Juli 2010 Kondisi pasien: TD: 120/80 mmHg, nadi: 88 x/min, suhu: 36oC
Pasien KRS
30. PROFIL PENGOBATAN PADA SAAT MRS
Pemantauan
kefarmasian
Komentar dan alasan
Jenis obat* Rute Dosis Frek
Indikasi obat pada
pasien
RL : D5 i.v 1:2 Pengganti cairan/elektrolt
yang hilang dan gula
Pasien lemas dan
susah makan
Dilihat dari pasien yang lemas dan maka
infus RL masuk untuk pemulihan
cairan/elektrolit yang hilang D5 digunakan
karena susah makan makanya di beri
glukosa secara iv agar tidak terjadi
hipoglikemi dan lemas
NS i.v Pengganti cairan elektrolit Menyeimbangkan
tubuh
NS cairan infus untuk elektrolit keseimban
gan cairan dalam tubuh
KCL i.v 2 fl Mencegah Hipokalemi Kadar K+ tanggal
28 : 2,6 mEq/L
Untuk meningkatkan kadar kalium yang re
ndah pada tanggal 28
Digoksin i.v
p.o
0,5 mg
0,25 mg
1x1
1x1
Meningkatkan efisiensi ja
ntung sehingga silkulasi d
arah menjadi lebih baik.
riwayat stroke Dapat mengendalikan detak jantung dan
meningkatkan efisiensi jantung sehingga
silkulasi darah menjadi lebih baik. Dapat
mempercepat kerja jantung sehingga aliran
darah dari jantung ke otak lebih cepat, agar
tidak menyebabkan riwayat penyakit
sebelumnya timbul kembali
31. Spironolakton p.o 25 mg 1x1
(pagi)
antihipertensi Riwayat antihiper
tensi tekanan 140/
100
Untuk menurunkan tekanan darah pasien y
ang memiliki tekanan darah yang tinggi.
Bisa juga dapat mengatasi kadar kalium ya
ng rendah.
Valsartan p.o 160 mg 1x1 antihipertensi TD tinggi 140/90
Tanggal 28
Valsartan golongan . Akibatnya tekanana
darah menurun dan jantung lebih mudah
memompa darah ke seluruh tubuh.
Aspilet p.o 80 mg 1x1 antikoagulan Riwayat stroke,
Konsumsi alcohol
dan merokok
Diberikan antiplatelet untuk mencegah ter
jadinya aterotrombotik yang dapat menye
babkan stroke tetapi penambahan obat ini
dapat berisiko karena ditakutkan ada pend
arahan pada lambung maka dapat di ganti
klopidogrel karena aspirin juga mengham
bat cox 1 yang menyebabkan mukosa lam
bung tidak terbentuk melukai lambung ka
rena dosis yang rendah bisa di toleransi
Parasetamol p.o 500 mg 3x1 Demam Pasien awal MRS
demam suhu 37,3
-37,4
Dipilih Acetaminophen untuk mengobati
demam dan nyeri karena tidak mengiritasi
lambungCeftriaxone i.v 1 gram 2x1 antibiotik Tanggal 24
LED 30
WBC 17.600
Mengatasi infeksi yang terjadi, yang
ditandai dengan peningkatan WBC dan
LED
Antibiotik golongan cephalosporin yang da
pat digunakan untuk mengobati dan mence
gah kondisi akibat infeksi bakteri H.pylori
Metoklopramid
i.v 2x1 amp
2x1 amp Pirokinetik dan antiemet
ik
Mengatasi mual
MRS
Sebagai mencegah refluks dan memperbai
ki bersihan asam lambung dan dapat meng
32. Lansoprazol p.o 30 mg 2x1 menghambat pompa pr
oton sehingga sekresi a
sam lambung menurun
Karena Pasien M
RS akan mengala
mi stress ulcer, m
ual, serta gastritis
lansoprazol masuk untuk menghambat sekres
i asam lambung berlebih pada stadium akhir
dari proses sekresi asam lambung Lebih kuat
dari pada antagonis H2
Ranitidin i.v
p.o
50 mg
50 mg
2x1
3x1
Menghambat sekresi as
am lambung
mual, nyeri Sebagai obat penghambat reseptor H2
Menurunkan kadar asam lambung yang berle
bihan
Antasida p.o 5 ml
15 ml
3x2
3x1
Menetralkan asam lam
bung
Mual , nyeri Berfungsi untuk menetralkan asam lambung
Digunakan untuk meredakan rasa nyeri yang
disebabkan kandungan asam yang berlebihan
pada lambung.
Sinvastatin p.o 5 mg 1x1
(mlm)
Obat dislipidemia tgl 24/6 :HDL 32 Pasien diberikan simvastatin dikarenakan kad
ar HDL yang rendah dimana LDL merupakan
lemak jahat yang dibawa bersama aliran dara
h yang memungkinkan terjadinya pembekuan
plak-plak di dinding pembuluh darah (dislipe
mia)
Sangobion p.o 1 tab. 1x1 mencegah anemia, men
ingkatkan absorbsi zat
besi dan vitamin B12,
mencegah susah BAB
LED meningkat
HCT menurun me
nandakan berkura
ngnya sel darah
merah
Diberikan sangobion untuk mencegah terjadi-
nya anemia yang bisa diakibatkan penyakit p
encernaan yaitu maag (perdarahan perlahan-l
ahan selama jangka waktu yang relatif panjan
g). Obat ini mengandung sorbitol yang berma
nfaat untuk : meningkatkan absorbsi zat besi
dan vitamin B12, mencegah susah BAB yang
umumnya terjadi pada suplementasi zat besi
34. • Pasien mengalami sesak nafas pada
tanggal 23, 26 dan 27
• Pasien didiagnosa dyspepsia dan m
engalami asam lambung yang berle
bihan
• Diberikan terapi O2 untuk mengata
si sesak
• Antiplatelet aspilet di change den
gan klopidogrel