Makalah ini membahas tentang gastroenteritis akut (GEA) yang merupakan peradangan pada lambung dan usus yang ditandai dengan diare dan mungkin disertai muntah. Dibahas definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, dan pemeriksaan penunjang GEA."
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
MAKALAH ASKEP GEA Kelompok 2(1).pdf
1. MAKALAH
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II
GASTROENTERITIS (GEA)
Dosen pengampu:
Ns. Naziyah., S.Kep, M.Kep
Disusun oleh :
Kelompok 2
1. Chairunnisah 204201516063
2. Jihan Nurhalida 204201516047
3. M. Dani Sumarna 204201516080
4. Nafa Alfia Rahma 204201516088
5. Putri Angelica 204201516049
6. Salsabila Aulianti 204201516072
7. Selvi Indri Astuti 204201516087
8. Seri wahyuni 204201516048
9. Sikka Widya Ningrum 204201516053
10. Sinta Prihatini 204201516082
Kelas A1
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2022
2. i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih dan maha
penyayang. Kami panjatkan puji serta syukur kepada Allah SWT karena berkat
rahmat serta karuniannya ini penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah dengan
baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Kelompok dua dengan materi Gastroenteritis Akut (GEA).
Terimakasih kami ucapkan kepada :
1. Ibu Ns. Naziyah., S.Kep, M.Kep Selaku dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I yang telah membimbing kami dan memberikan
materi kuliah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok
ini.
2. Terimakasih kepada teman-teman kelompok yang telah membantu untuk
menyelesaikan makalah kelompok ini.
Tidak lupa kepada orang terpenting dalam kehidupan kami yaitu Orang tua
yang selalu menemani disaat-saat kami merasa lelah, yang selalu memahami dan
memberikan nasihat kepada kami sehingga kami memiliki inspirasi untuk
menyelesaikan makalah ini semaksimal mungkin.
Terima kasih kepada teman-teman kelompok yang selalu bekerja sama dalam
menganalisa dan mengobservasi objek yang akan dijadikan makalah, Semoga kerja
sama ini membuat dampak yang baik kepada pembaca.
Jakarta,28 Maret 2022
Kelompok II
3. ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
1.3 Tujuan................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 3
2.1 Definisi Gastroenteritis Akut (GEA).................................................................... 3
2.2 Etiologi Gastroenteritis Akut (GEA).................................................................... 4
2.3 Patofisisologi Gastroenteritis Akut (GEA)........................................................... 5
2.4 Manifestasi klinis dari Gastroenteritis Akut (GEA)............................................. 8
2.5 Penatalaksanaan medis dan Farmakologi dari Gastroenteritis Akut (GEA) ........ 9
2.6 Pemeriksaan penunjang Gastroenteritis Akut (GEA)......................................... 10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTROENTERITIS GEA............. 12
3.1 Pengkajian .......................................................................................................... 12
3.2 Analisa data........................................................................................................ 19
3.3 Diagnosa Keperawatan....................................................................................... 20
3.4 Intervensi keperawatan....................................................................................... 21
3.5 Implementassi keperawatan................................................................................ 25
3.6 Evaluasi .............................................................................................................. 28
BAB IV PENUTUP............................................................................................................ 32
4.1 Kesimpulan......................................................................................................... 32
4.2 Saran................................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 34
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gastroenteritis merupakan peradangan pada lambung dan usus yang ditandai
dengan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai
peningkatan suhu tubuh (Suratun, 2010). Menurut WHO (1980) gastroenteritis
adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Gastroenteritis
dapat dibagi dalam gastroenteritis akut dan kronis (Setiawan, 2006; Talley,1998).
World gastroenterologi organisation global guidelines 2005, mendefinisikan
gastroenteritis akut adalah konsistensi tinja yang cair atau lembek dengan jumlah
lebih banyak dari normal, dan berlangsungnya kurang dari 14 hari. Gastroenteritis
bisa disebabkan karena infeksi dan non-infeksi. Penyebab gastroenteritis terbesar
adalah karena infeksiGastroenteritis saat ini masih menjadi salah satu masalah
kesehatan, jutaan kasus dilaporkan setiap tahun dan diperkirakan sekitar 4-5 juta
orang meninggal karena gastroenteritis akut. World Health Organization (WHO)
memperkirakan empat milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta
diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak di bawah umur 5 tahun
(Adisasmito, 2007).
Indonesia mencatat angka kejadian gastroenteritis atau diare yaitu sekitar 120-
130 kejadian per 1000 penduduk, dan sekitar 60% kejadian tersebut terjadi pada
balita. Kejadian luar biasa setiap tahun terjadi sekitar 150 kejadian dengan jumlah
kasus sekitar 20.000 orang dan angka kematian sekitar 2% (Irianto et al., 1994).
Gastroenteritis merupakan salah satu penyakit endemik di Indonesia 2 terutama
gastroenteritis akut. Angka kejadian gastroenteritis akut di sebagian besar wilayah
Indonesia hingga saat ini masih tinggi termasuk angka morbiditas dan
mortalitasnya. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI),
WHO menyebutkan angka kematian karena diare di Indonesia sudah
menurun, tapi angka penderitanya tetap tinggi, terutama di negara berkembang.
Penyebaran penyakit gastroenteritis ini juga tersebar ke semua wilayah di
5. 2
Indonesia dengan penderita terbanyak adalah bayi dan balita. Pada umumnya
gastroenteritis akut di Indonesia disebabkan oleh masalah kebersihan lingkungan,
kebersihan makanan, dan juga infeksi mikroorganisme (bakteri, virus, dan jamur)
(Diastyrini, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Gastroenteritis Akut (GEA) ?
2. Apa saja Etiologi dari Gastroenteritis Akut (GEA) ?
3. Apa yang dimasud dengan Patofisisologi dari Gastroenteritis Akut (GEA) ?
4. Apa saja Manifestasi klinis Gastroenteritis Akut (GEA) ?
5. Bagaimana Penatalaksanaan medis dan Farmakologi dari Gastroenteritis
Akut (GEA) ?
6. Bagaimana Pemeriksaan penunjang dari Gastroenteritis Akut (GEA) ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari Gastroenteritis Akut (GEA)?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami Defnisi Penyakit Gastroenteritis Akut
(GEA).
2. Mahasiswa mampu memahami Etiologi Gastroenteritis Akut (GEA).
3. Mahasiswa mampu memahami Patofisisologi Gastroenteritis Akut (GEA).
4. Mahasiswa mampu memahami Manifestasi klinis dari Gastroenteritis Akut
(GEA).
5. Mahasiswa mampu memahami Penatalaksanaan medis dan Farmakologi
dari GEA.
6. Mahasiswa mampu memahami Pemeriksaan penunjang Gastroenteritis
Akut (GEA).
7. Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan dari Gastroenteritis
Akut (GEA)
6. 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Gastroenteritis Akut (GEA)
Gastroenteritis Akut adalah Gastroenteritis Akut (GEA) adalah buang air
besar yang tidak normal atau berbentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya. Pada Neonatus frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali
sedangkan pada bayi lebih dari umur satu bulan dan anak frekuensinya lebih dari
3 kali sehari (Behrman, 2000).
Gastroenteritis adalah gangguan fungsi penyerapan dan sekresi dari saluran
pencernaan, dipengaruhi oleh fungsi kolon dan dapat diidentifikasi dari
perubahan jumlah, konsistensi, frekuensi dan warna dari tinja (Whaley & Wong,
1996).
Gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, dengan atau
tanpa darah dan/atau lendir dalam feses, sedangkan diare akut sendiri
didefinisikan dengan diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak
yang sebelumnya sehat (Sodikin, 2011). Diare atau Gastroenteritis merupakan
suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya,
ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali
sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah
(Hidayat, 2006).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis
adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami
defekasi sering dengan feses cair atau tidak berbentuk dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya.
7. 4
2.2 Etiologi Gastroenteritis Akut (GEA)
Hampir sekitar 70-90% penyebab dari diare sudah dapat dipastikan.
Secara garis besar penyebab diare dapat dikelompokan menjadi penyebab
langsung atau factor-faktor yang dapat mempermidah atau mempercepat
terjadinya diare (Sodikin, 2011). penyebab diare akut dapat dibagi menjadidua
golongan, diare sekresi (secretori diarrhea) dan diare osmotic (osmoticdiarrhoea).
Diare sekresi dapat disebabkan oleh factor-faktor antara lain:
1. Infeksi virus, kuman-kuman pathogen, atau penyebab lainya (seperti
keadaan gizi, hygiene, dan sanitasi yang buruk, kepadatan penduduk,
social budaya dan social ekonomi.
2. Hiperperistaltik usus halus yang disbabkan oleh bahan-bahan kimia,
makanan (seperti makanan beracun, makanan pedas atau terlalu asam),
gangguan psikis (kelakuan, gugup) gangguan syaraf, hawa dingin, alergi
dan sebagainya
3. Defisiensi imun terutama Sig A (secretary ammunoglobin A ) yang
mengakibatkan berlipat gandanya bakteri atau flora usus dan jamur
(terutama kandida). Diare osmotik disebabkan oleh malabsorpsi
makanan, kekurangan kalori protein (KKP), bayi berat badan lahir
rendah (Sodikin, 2011).
Menurut Soegijanto (2002) Gastroenteristis Akut (Diare akut) pada 25
Tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi kini telah lebih
dari 80 % penyebab telah diketahui. Pada saat ini telah diidentifikasi tidak
kurang 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan Gastroenteristis
Akut (Diare Akut) pada anak. Penyebab itu dapat digolongkan lagi kedalam
penyakit yang ditimbulkan adanya virus, bakteri, dan parasit usus. Penyebab
utama oleh virus yang terutama ialah ratavirus (40-60%) sedangkan vi rus
lainnya ialah virus Norwalk, astrovirus, calcivirus, coronavirus, Minirotavirus,
dan virus bulat kecil. Diseluruh pelosok dunia diestimasikan bahwa Rotavirus
menyebabkan lebih dari 125 juta episode Gastroenteritis Akut (Diare Akut)
8. 5
dan menjadi sebab hampir 1 juta kematian setiap tahun pada bayi dan anak.
Bakteri yang dapat menyebabkan penyakit Gastroenteritis Akut adalah
aeromonas hyrophila, bacilius cereus, Campylobacter jejuni, Clostridium
defficile, Clastridium perfringens, E. Coli, Shigelloides, Salmonella SPP,
Staphylococus aureus, Vibrio colerae dan yersinia enterocolitica. Penyebab
Gastroenteritis Akut (Diare Akut) oleh parasit yaitu balantidiumcoli, capillaria
philippinensis, cryptosporidium, Entamoeba hystolitica, giardia lambia,
isospora billi, fasiolopsis buski, sarcocystis suihominis,strongiloides
strecolaris dan tricuris trichiuria (Soegijanto, 2002)
2.3 Patofisisologi Gastroenteritis Akut (GEA)
Penyebab utama diare pada anak adalah bakteri atau racun (vibrio, e.colli,
salmonella, shigela, capila bacteria, yarsiria, pseudomonas), virus enterovirus
parasit cacing dan protozoa yang kurang baik atau kurang matang. Kemudian
makanan yang terkontaminasi oleh pathogen tersebut. Dapat juga disebabkan
oleh cara memasak yang kurang baik atau kurang matang kemudian makanan
masuk pada traktus gastrointestinal bersama pathogen (Sodikin, 2011).
Patogen-patogen ini memproduksi elektrotoksin, sitotoksin yang dapat
merusak sel atau melekat pada dinding usus dan terganggunya fungsi absorpsi
cairan sehingga sekresi membrane usus mengalami peradangan akibat dan
enterotoksin dimana seseorang yang mengeluh diare dengan peningkatan suhu
tubuh, leukosit meningkat, biasanya disebabkan oleh infeksi misal e.colli,
shigella, salmonella, dan entero virus (Betz & Sowden, 2002).
Menurut Mansjoer (2002) Patofisiologi Gastroenteritis akut yang
disebabkan oleh bakteri dibagi dua, yaitu:
1. Bakteria Enterotoksigenik
Toksin diproduksi bakteri dan akan berikat pada mukosa usus halus,
namun tidak merusak mukosa. Toksin meningkatkan kadar siklik dalam
sel, menyebabkan sekresi aktif arion klorida. Keadaan lumen usus yang
9. 6
diikuti air, ion berkarbohidrat, kation, natrium, kalium. Secara klinik
dapat ditemukan diare seperti air cucian dan meningkatkan dubur serta
deras dan bengkak.
2. Bakteri etroinfasis
Gastroenteristis menyebabkan kerusakan dinding usus berupa rekrosis
ulserasi, dan sekretorik eksudatif. Cairan gastroenteritis seperti parasit
menyebabkan kerusakan berupa usus besar, kerusakan villi yang penting
untuk penyerapan air elektrolit dan zat makanan.
11. 8
2.4 Manifestasi klinis dari Gastroenteritis Akut (GEA)
Manifestasi klinis dari gastroenteritis akut biasanya bervariasi. dari salah
satu hasil penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual (93%), muntah
(81%)atau diare (89%), dan nyeri abdomen (76%) umumnya merupakan gejala
yang paling sering dilaporkan oleh kebanyakan pasien. Selain itu terdapat
tanda-tanda dehidrasi sedang sampai berat, seperti membran mukosa yang
kering, penurunan turgor kulit, atau perubahan status mental, terdapat pada <10
% pada hasil pemeriksaan. Gejala pernafasan, yang mencakup radang
tenggorokan, batuk, dan rinorea, dilaporkan sekitar 10%. 10 Sedangkan
gatroenteritis akut karena infeksi bakteri yang mengandung atau memproduksi
toksin akan menyebabkan diare sekretorik (watery diarhhea) dengan gejala-
gejala mual, muntah, dengan atau tanpa demam yang umumnya ringan, disertai
atau tanpa nyeri/kejang perut, dengan feses lembek atau cair. Umumnya gejala
diare sekretorik timbul dalam beberapa jam setelah makan atau minurnan yang
terkontaminasi.
Diare sekretorik (watery diarhea) yang berlangsung beberapa waktu tanpa
penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena
kekurangan cairan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan
cairan seseorang akan merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi
cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menumn serta suara
menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik.
Sedangkan kehilangan bikarbonas dan asam karbonas berkurang yang
mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (pernafasan
Kussmaul). Reaksi ini adalah usaha badan untuk mengeluarkan asam karbonas
agar pH darah dapat kembali normal. Gangguan kardiovaskular pada tahap
hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi
12. 9
yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah
muka pucat ujung-ujung ektremitas dingin dan kadang sianosis karena
kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
2.5 Penatalaksanaan medis dan Farmakologi dari Gastroenteritis Akut
(GEA)
Panduan pengobatan menurut WHO (World Health Organization)
Diare akut dapat dilaksanakan secara sederhana yaitu dengan terapi cairan dan
Elektrolit per-oral dan melanjutkan pemberian makanan, sedangkan terapi non
Spesifik dengan anti diare tidak direkomendasikan dan terapi antibiotika hanya
Diberikan bila ada indikasi. Pemberian cairan dan elektrolit secara parenteral
Hanya untuk kasus dehidrasi berat (Soebagyo, 2008).Pemberian antibiotik
secara rutin tidak diperlukan. Tetapi antibiotik Diberikan sesuai dengan
tatalaksana diare akut atau apabila ada infeksi non Intestinal seperti pneunomia,
infeksi saluran kencing atau sepsis. Terapi Zinc digunakan untuk mengobati
diare persisten. Terapi zinc Pada kasus diare akut tertentu ternyata dapat
menurunkan kejadian Berlanjutnya diare akut menjadi diare persisten. Indikasi
yang dianjurkan Adalah berat badan untuk umur saat diperiksa kurang dari
70%, diare telah Berlangsung lebih dari lima hari, bayi berusia kurang dari satu
tahun dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan jika terdapat tanda-tanda
defisiensi Zinc, yaitu satu atau lebih gejala. Pemberian antibiotika hanya
terbatas karena Pada umumnya diare dapat sembuh dengan sendirinya (self-
limiting disease), Yang perlu diperhatikan adalah penanganan terhadap
dehidrasi yang terjadi (Soebagyo, 2008).
Menurut Mansjoer (2000), penalaksaan untuk gastroenteristis adalah
sebagai berikut :
1) Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat
etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan
dan elektrolit secara cepat kemudian mengganti cairan yang hilang
13. 10
sampai diarenya berhenti (terapi rumatan). Jumlah cairan yang diberi
harus sama dengan jumlah cairan yang telah hilang melalui diare atau
muntah (previous water losses =PWL) ; ditambah dengan banyaknya
cairan yang hilang melalui keringat, urine, dan pernafasan (normal water
losses=NWL) ; dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung (concomitant
water losses=CWL). Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi, berat
badan anak, dan golongan umur.
2) Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk
menghindarkan efek buruk pada status gizi.
3) Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada
manfaatnya untuk kebanyakan kasus, termasuk diare berat dan diare
dengan panas, kecuali pada disentri, suspek kolera dengan dehidrasi berat,
dan diare persisten.
4) Obat-obatan antidiare meliputi anti motilitas (misal loperamid,
difenoksilat, kodein, opium), adsorben (misal norit, kaolin, attapulgit).
Antimuntah termasuk prometazim, klorpromazin. Tidak satupun obat-
obat ini terbukti mempunyai efek yang nyata untuk diare akut dan
beberapa malahan mempunyai efek yang membahayakan. Obat-obat ini
tidak boleh diberikan pada anak < 5 tahun.
2.6 Pemeriksaan penunjang Gastroenteritis Akut (GEA)
Menurut Betz dan Sowden (2002) pemeriksaan penunjang pada penyakit
Gastroenteritis Akut adalah:
1. Hemates feces, untuk memeriksa adanya darah (lebih umum dengan pada
yang bakterial)
2. Evaluasi feces terhadap volume, warna, konsistensi, adanya kus/pus
3. Hitung darah lengkap dengan diferensial
4. Uji antigen imunoesei enzim, untuk memasttikan rotavirus
14. 11
5. Kultur feces (jika anak dihospitalisasi, pus dalam feces atau diare yang
berkepanjangan), untuk menentukan pathogen.
6. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasite
7. Aspirasi duodenum (jika diduga G. lamblia).
Menurut Mansjoer (2001), Pemeriksaan penunjang pada Gastroenteristis
Akut (Diare Akut) adalah :
1. Pemeriksaan darah lengkap.
2. Pemeriksaan analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin, dan berat
jenis plasma.
3. Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur.
4. Pemeriksaan urine lengkap
5. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai, infeksi
sistemik.
6. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta Helicobacter jejuni sangat
dianjurkan.
15. 12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTROENTERITIS GEA
3.1Pengkajian
1. Identitas
Nama Klien : Ny. S
Usia : 30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku bangsa : Melayu
Pendidikan : SMA
Bahasa : Bahasa Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Komplek TNI AU Pekanbaru
Sumber Informasi : Klien dan Keluarga
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama
Diare 10x, mual, muntah, lemas nafsu makan turun
hanya 2-3 sendok porsi makan, minum kurang
2) Kronologis keluhan
• Faktor pencetus :Setelah memakan makanan pedas
• Timbulnya keluhan : Mendadak
• Lamanya : Sejak dua hari sebelum masuk RS
• Upaya mengatasi : Minum obat anti diare tradisional
b. Riwayat kesehatan masa lalu
16. 13
1) Riwayat Penyakit sebelumnya :Sakit maag,demam ,batuk,
diare
2) Riwayat Alergi (Obat, Makanan, Binatang, Lingkungan):
Tidak ada
3) Riwayat pemakaian obat : Tidak ada
c. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram)
Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini
d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi
factor resiko : Tidak ada
3. Riwayat Psikososial dan Spiritual.
a. Adakah orang terdekat dengan klien : Ada (suami)
b. Interaksi dalam keluarga :
• Pola Komunikasi : Komunikasi dalam keluarga baik
• Pembuatan Keputusan : Suami, melalui musyawarah keluarga
c. Dampak penyakit klien terhadap keluarga
Kegiatan rumah tangga terganggu
d. Masalah yang mempengaruhi klien : Tidak ada masalah
e. Mekanisme Koping terhadap stress : melalui pemecahan masalah
f. Persepsi klien terhadap penyakitnya
•Hal yang sangat dipikirkan saat ini : Klien merasa terganggu
dengan penyakit yang dideritanya
•Harapan setelah menjalani perawatan : Bisa sembuh kembali
secepatnya
•Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit : BB terasa turun
g. Sistem nilai kepercayaan :
• Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan : Tidak ada
• Aktivitas agama/Kepercayaan yang dilakukan : Klien tetap
mengingat Tuhannya dengan berdoa
17. 14
h. Kondisi Lingkungan Rumah yang mempengaruhi kesehatan saat
ini : Lingkungan rumah rapih dan bersih
i. Pola kebiasaan
Hal yang di kaji
Pola kebiasaan
Sebelum sakit Sesudah sakit
1. Pola Kebiasaan Nutrisi
a. Frekwensi………x /
hari
b. Nafsu makan;
baik/tidak
Alasan
(mual,muntah, dll)
c. Porsi makan yang
dihabiskan
d. Makanan penyebab
alergi
e. Makanan yang di
pantang
2. Pola Personal Hygiene
a. Mandi
•Frekwensi…..x/ hari
•Waktu (pagi, siang,
sore)
b. Oral Hygiene
•Frekwensi….x / hari
•Waktu (pagi, siang,
sore)
3x / hari
Baik
-
Porsi dewasa
Tidak ada
Tidak ada
3x/ hari
Pagi,siang,sore
3x / hari
Pagi,siang,sore
1 x / hari
Tidak
Mual,muntah
2-3 sendok
Tidak ada
Pedas, asam
2x / hari
Pagi, sore
2 x / hari
Pagi, sore
18. 15
3. Pola Eliminasi
a. BAK
•Frekwensi ….x/ hari
•Warna Urine
•Keluhan
b. BAB
•Frekwensi ….x/ hari
•Waktu
(Pagi,sore,tidak
tentu)
•Keluhan
4. Pola Istirahat
a. Lama tidur siang,
jam/hari
b. Lama tidur malam
jam/hari
c. Kebiasaan sebelum
tidur
3– 4 x/hari
Kuning jernih
Tidak ada
1 x / hari
Pagi
Tidak ada
± 2 jam/hari
± 6 – 7 jam/hari
Tidak ada
Setiap Bab
Kuning jernih
Tidak ada
10 x / hari
Tidak tentu
Mules, melilit
± 1 jam
± 6 jam
Tidak ada
4. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan Fisik Umum
• Berat badan : 50 Kg (Sebelum Sakit : 55 Kg)
• Tinggi Badan :145 cm
• Keadaan umum : Lemah
19. 16
2. Sistem Penglihatan
• Posisi mata : Simetris
• Konjungtiva : Merah muda
• Sklera : Anikterik
• Reaksi terhadap cahaya : Tidak ada kelainan
3. Sistem Pendengaran
• Fungsi pendengaran : Normal
• Gangguan keseimbangan :Tidak
4. Sistem Pernapasan
• Jalan napas : Bersih
• Pernapasan : Tidak sesak
• Frekwensi : 18 x / menit
• Irama : Teratur
• Jenis pernapasan : Spontan
• Insfeksi : Simetris
• Palpasi dada : Tidak ada kelainan
• Perkusi dada : Tympani
• Auskultasi : Vesikuler
5. Sistem Kardiovaskuler
• Nadi : 62 x/ menit
Irama : Teratur
Denyut : kuat
• Tekanan darah : 100 / 60 mm/Hg
• Temperatur kulit : Hangat
• Warna kulit : Kemerahan
• Pengisian kapiler : 1,2 detik
6. Sistem Hematologi : tidak ada kelainan
7. Sistem Syaraf Pusat
• Tingkat kesadaran : Compos mentis
20. 17
• Glasgow coma scale (GCS) E : 4, M : 6 V : 5
8. Sistem Pencernaan
• Abdomen
a. Inspeksi : Tidak ada kelainan
b. Auskultasi : BU 20 x / menit
c. Perkusi : Kembung (+)
d. Palpasi : Distensi otot perut (-), nyeri
tekan epigastrium (+)
• Muntah : Ya
a. Konsistensi : Makanan dan Cairan
b. Warna muntahan : warna makanan
c. Frekwensi : 5 x dalam sehari
d. Jumlah : ± 100 cc / muntahan
• Diare : Ya
a. Lamanya : Sejak 2 hari , Frekuensi : 10 x
dalam sehari
b. Warna feces : Kuning kehijauan
9. Sistem Urogenital
• Balance Cairan :
Intake ± 3.530 cc ,
Output : 3.450 cc
• B.a.k : Warna: Kuning jernih
10. Sistem Integumen
• Turgor kulit : Sedang, Elastis, warna
kemerahan
• Temperatur kulit : Hangat
• Kondisi kulit daerah pemasangan Infus : Tidak ada kelainan
11. Sistem Muskuloskeletal
22. 19
3.2Analisa data
No Data Masalah Etiologi
1. Data Subyektif :
• Klien mengatakan nafsu makan
menurun, mual, muntah, badan
terasa lemas
• Klien mengatakan kurang minum
• Terasa haus tapi tidak ada selera
untuk minum
Data Obyektif :
• Klien tampak lemas, porsi diet 2 – 3
sendok habis,
• Hasil TTV
TD : 100 / 60 mmHg Nadi : 62 x /
menit
Suhu : 37.5 C
Defisit nutrisi Ketidakmampuan
mencerna makanan
23. 20
RR : 18 x / mnt
BB 50 kg
2. Data Subyektif :
• Klien mengatakan BAB cair lebih
10x dalam sehari, mules dan melilit
saat BAB
Data Obyektif :
• Feces cair, tidak ada darah atau
lendir, warna dan aroma khas feces
,
• BU : 20 x/mnt.
• Bibir klien tampak pucat
• klien tampak lemas
Diare Proses Infeksi
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan mencerna makanan
2. Diare berhubungan dengan proses infeksi
24. 21
3.4Intervensi keperawatan
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN
(SDKI)
TUJUAN&KRITERIA HASIL
(SLKI)
INTERVENSI (SIKI)
1. Defisit nutrisi berhubungan
dengan Ketidakmampuan
mencerna makanan
Setelah dilakukan Tindakan
keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan status nutrisi membaik
dengan kriteria hasil :
1. Porsi makan yang dihabiskan
meningkat (Skala 5)
2. Frekuensi makan membaik
(Skala 5)
3. Nafsu makan membaik (Skala
5)
4. Perasaan cepat kenyang
menurun (Skala 5)
5. Nyeri abdomen menurun
(Skala 5)
6. Diare menurun (Skala 5)
Manajemen nutrisi
1. Observasi
▪ Identifikasi status nutrisi
▪ Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
▪ Identifikasi makanan yang
disukai
▪ Identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrient
▪ Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastrik
▪ Monitor asupan makanan
▪ Monitor berat badan
▪ Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
2. Terapeutik
▪ Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
▪ Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
▪ Sajikan makanan secara
25. 22
menarik dan suhu yang
sesuai
▪ Berikan makan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
▪ Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
▪ Berikan suplemen
makanan, jika perlu
▪ Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasigastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
3. Edukasi
▪ Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
▪ Ajarkan diet yang
diprogramkan
4. Kolaborasi
▪ Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
▪ Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
26. 23
2.
Diare berhubungan dengan
proses infeksi
Setelah dilakukan Tindakan
keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan eliminasi fekal
membaik dengan kriteria hasil :
1. Kontrol pengeluaran feses
meningkat (Skala 5)
2. Keluhan defekasi lama dan
sulit menurun (skala 5)
3. Mengejan saat defekasi
menurun (skala 5)
4. Nyeri abdomen menurun (skala
5)
5. Kram abdomen menurun (skala
5)
6. Konsistensi feses membaik
(skala 5)
7. Frekuensi defekasi membaik
(skala 5)
Manajemen diare
1. Observasi
▪ Identifikasi penyebab diare
(mis. Inflamasi
gastrointestinal, iritasi
gastrointestinal)
▪ Identifikasi riwayat
pemberian makanan
▪ Identifikasi gejala
invaginasi
▪ Monitor warna, volume,
frekwensi, dan konsistensi
tinja.
▪ Monitor tanda dan gejala
hipovolemia
▪ Monitor iritasi dan ulserasi
kulit didaerah perineal
▪ Monitor jumlah
pengeluaran diare
▪ Monitor keamanan
penyiapan makanan
2. Terapeutik
▪ Berikan asupan cairan oral
▪ Pasang jalur intravena
▪ Berikan cairan intravena
▪ Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap
dan elektrolit
27. 24
▪ Ambil sampel feses untuk
kultur, jika perlu
3. Edukasi
▪ Anjurkan makanan porsi
kecil dan sering secara
bertahap
▪ Anjurkan menghindari
makanan, pembentuk gas,
pedas, dan mengandung
lactose
▪ Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI
4. Kolaborasi
▪ Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas
▪ Kolaborasi pemberian obat
antispasmodic/ spasmolitik
▪ Kolaborasi pemberian obat
pengeras feses.
28. 25
3.5 Implementassi keperawatan
Hari/tanggal
jam
DX Implementasi Tanda Tangan
Rabu
04 Februari 2020
09.00
11.00
14.00
1
▪ Identifikasi status nutrisi
▪ Identifikasi alergi dan intoleransi
makanan
▪ Identifikasi makanan yang disukai
▪ Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
nutrient
▪ Monitor asupan makanan
▪ Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
▪ Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
▪ Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
▪ Berikan suplemen makanan, jika perlu
▪ Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
▪ Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
29. 26
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
Kamis
5 Februari 2020
13.00
15.00
2
▪ Identifikasi penyebab diare (mis.
Inflamasi gastrointestinal, iritasi
gastrointestinal)
▪ Identifikasi riwayat pemberian
makanan
▪ Identifikasi gejala invaginasi
▪ Monitor warna, volume, frekwensi,
dan konsistensi tinja.
▪ Monitor tanda dan gejala hipovolemia
▪ Monitor iritasi dan ulserasi kulit
didaerah perineal
▪ Monitor jumlah pengeluaran diare
▪ Berikan asupan cairan oral
▪ Pasang jalur intravena
▪ Berikan cairan intravena
▪ Ambil sampel darah untuk
30. 27
17.00
pemeriksaan darah lengkap dan
elektrolit
▪ Ambil sampel feses untuk kultur, jika
perlu
▪ Anjurkan makanan porsi kecil dan
sering secara bertahap
▪ Anjurkan menghindari
makanan, pembentuk gas, pedas, dan
mengandung lactose
▪ Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas
▪ Kolaborasi pemberian obat pengeras
feses.
31. 28
3.6 Evaluasi
Hari/Tanggal DX Evaluasi TTD
Kamis
7 Februari 2020
08.00
1 S :
Klien mengatakan mual sudah
berkurang, muntah tidak ada, nafsu
makan sudah meningkat, Klien
mengatakan rasa haus tidak ada, badan
terasa segar
O :
Klien tampak lebih segar,
Diet: ½ porsi diet RS habis,
Hasil TTV :
• TD: 110/70mmHg,
• Nadi; 78 x/mnt,
• Suhu: 36C,
• RR: 18x/mnt
A: Masalah sudah teratasi sebagian
32. 29
10.00 2
P : Intervensi dilanjutkan
S :
Klien mengatakan Bab sudah
berkurang (5 x sejak tadi malam), rasa
mules dan melilit tidak ada.
O :
Feces sudah ada ampas, B/U: 10
x/menit, Klien tampak segar, mukosa
mulut dan bibir basah, turgor baik,
akral basah, tanda dan gejala dehidrasi
(-)
A : Masalah sudah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
33. 30
Jumat
8 Februari 2020
09.00
1 S :
Klien mengatakan mual dan muntah
sudah tidak ada Nafsu makan sudah
kembali seperti biasa
O :
Klien tampak segar, porsi diet RS
habis, Hasil TTV :
TD: 110/70mmHg,
Nadi; 78 x/menit,
Suhu: 36C,
RR: 18 x/ menit
A. Masalah sudah teratasi
P. Intervensi dihentikan
34. 31
11.00 2 S :
Klien mengatakan Bab sudah kembali
normal (GE negative)
O :
Feces sudah ada ampas, B/U: 6
x/menit, kembung (-)
A : Masalah sudah teratasi
P : Intervensi dihentikan
35. 32
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gastroenteritis Akut adalah Gastroenteritis Akut (GEA) adalah buang air besar
yang tidak normal atau berbentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya. Pada Neonatus frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali sedangkan pada
bayi lebih dari umur satu bulan dan anak frekuensinya lebih dari 3 kali sehari
(Behrman, 2000).
Gastroenteritis adalah gangguan fungsi penyerapan dan sekresi dari saluran
pencernaan, dipengaruhi oleh fungsi kolon dan dapat diidentifikasi dari perubahan
jumlah, konsistensi, frekuensi dan warna dari tinja (Whaley & Wong, 1996).
1. Diagnosa yang muncul pada kasus GEA pada Ny. S adalah Defisit nutrisi
berhubungan dengan Ketidakmampuan mencerna makanan dari yang
dibutuhkan tubuh berhubungan Dengan mual, muntah dan nafsu makan
menurun.
2. Tindakan yang dapat terlaksana dengan baik dalam perawatan Ny. S adalah
Mengobsrvasi keadaan umum klien, Memantau tanda dan gejala dehidrasi,
Memantau pemasukan dan pengeluaran cairan, Mengobservasi tanda-tanda
vital, Menjelaskan pentingnya cairan untuk tubuh, Melanjutkan terapi dari
dokter untuk Obat antidiare dan antiemetic, Menganjurkan pasien untuk makan
sedikit tapi sering, Memberikan diet sesuai dengan kondisi klien seperti
anjuran ahli gizi,Menganjurkan klien untuk banyak minum.Cairan dan
elektrolit dan elektrolit tubuh berhubungan dengan out put berlebihan.
36. 33
4.2 Saran
Berdasarkan kasus yang diangkat penulis dengan judul auhan keperawatan
dengan gastroenteritis untuk Saran bagi perawat agar lebih memperhatikan dalam
menegakkan diagnosa keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan
mempertahankan agar intervensi berjalan secara optimal. juga dapat mengenali
bagaimana proses dan tanda gejala serta faktor Penyebab terjadinya gastroenteritis
sehingga untuk kedepannya dapat Merubah pola hidup menjadi lebih baik.
37. 34
DAFTAR PUSTAKA
Desak Putu Kunti Wedayanti, (2017).,Jurnal GASTROENTERITIS AKUT. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah
Handayani, f. (2018). Profil Peresepan obat peyakit diare Pada pasien rawat inap
anak di Rsu dr. kanujoso djatiwibowo Balikpapan. Jurnal ilmu Kesehatan, 5(2),
130–136. https://doi.org/10.30650/jik.v5i2.63.
Hasanah, F. (2018). Gambaran Penggunaan antibiotik pada Penderita diare akut anak
rawat Jalan di uptd puskesmas lhok Bengkuang kecamatan tapaktuan. 18, 5.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016.Tata Laksana Diare Pada Balita,
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, 2016, Jakarta.
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., MOCHAMAD IQBAL PRIHANTOSA, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2013
http://repository.pkr.ac.id/1078/1/ASUHAN%20KEPERAWATAN%20PADA%20Ny
%20S%20DENGAN%20GANGGUAN%20SISTIM%20PENCERNAAN%20
GE%20%28GASTROENTERITIS%29%20DI%20RUANG%20HERCULES%
20II%20RSAU%20dr%20SUKIRMAN%20PEKANBARU.pdf
http://repository.ump.ac.id/7151/3/Solihin%20BAB%20II.pdf
https://bangsalsehat.blogspot.com/2018/08/patofisiologi-dan-pathway-gea.html