ISLAMIC MANAGEMENT - Efektifitas dan Efisiensi
Melakukan suatu pekerjaan yg tepat/di-ridhoi (do the right things) menjadi langkah awal bagi pencapaian tujuan manajemen
Melakukan pekerjaan/kewajiban dengan baik (do the things rightly)
Seni
Manajemen dilakukan untuk mengatur pegawai sebagai mahluk yang memiliki respon terhadap seni.
Manajer dan Bawahan
Adanya hubungan timbal balik antara atasan dan bawahan.
2. SISTEM DALAM ISLAM
Sistem diciptakan karena adanya kewajiban bagi
manusia untuk menunaikan tugas beribadah
kepada Allah swt.
ُِوندُبْعَيِل الِإ َسْناإلَو َّن ِجْلا ُتْقَلَخ اَمَو(٥٦ )
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS Adz Dzariyat: 56)
Sistem (manhaj al hayah) diciptakan sebagai
aturan/hukum dalam kehidupan.
Hukum terdiri dari wajib, sunnah (mandub), mubah,
makruh, dan haram.
* Dr. KH. Didin Hafiduddin, M.Sc Hendri Tanjung, S.Si, MM., Manajemen
Syariah Dalam Praktik, Gema Insani Press
3. TUJUAN SISTEM DALAM ISLAM
Tujuan adanya hukum adalah menjamin keteraturan dan
keselamatan manusia terutaman menyangkut kebutuhan
pokok (al hajatul dharuriyyah).
Dilaksanakan Konsisten : hayatan tayyibah
َف ٌنِمْؤُم َوُهَو ىَثْنُأ ْوَأ ٍَركَذ ْنِم اًحِلاَص َلَِمع ْنَمًةَبِِّيَط ًةاَيَح ُهَّنَيِيْحُنَل
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami
beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan.” (QS An Nahl: 97)
Tidak dilaksanakan Konsisten : ma’isyatan dhankan
َو ًاكْنَض ًَةشيِعَم ُهَل َّنِإَف ي ِرْكِذ َْنع َضَْرعَأ ْنَمَوىَمْعَأ ِةَماَيِقْلا ََ ْوَي ُُُُرشْحَن
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya
pada hari kiamat dalam keadaan buta"(QS Thaha: 124)
4. MANAJEMEN SEBAGAI SUATU SISTEM
Efektifitas dan Efisiensi
Melakukan suatu pekerjaan yg tepat/di-ridhoi (do the
right things) menjadi langkah awal bagi pencapaian
tujuan manajemen
Melakukan pekerjaan/kewajiban dengan baik (do the
things rightly)
Seni
Manajemen dilakukan untuk mengatur pegawai
sebagai mahluk yang memiliki respon terhadap seni.
Manajer dan Bawahan
Adanya hubungan timbal balik antara atasan dan
bawahan.
5. MANAJER MENURUT ISLAM
Islam memandang bahwa manajer harus memiliki
kemampuan memadukan unsur demokratis dan
otokratis, sehingga harus memiliki sifat:
Tegas
Musyawarah
Terbuka
Integritas
6. MANAJER SEBAGAI PEMIMPIN
Islam tidak membedakan peran manajer dan
pemimpin. Keduanya harus bertanggungjawab,
mampu mengatur dan berkomunikasi dengan
setiap unsur dlm organisasi.
Kemampuan yg harus dimiliki:
Teladan
Pandai memberi Motivasi e.g penghargaan
Menempatkan orang dan fungsi.
7. PERKEMBANGAN MANAJEMEN
Awal penciptaan manusia
Adanya dialog antara Allah swt dan malaikat mengenai rencana
penciptaan manusia. (QS Al Baqarah: 30)
Nabi Adam
Penerapan aturan dalam pernikahan generasi pertama Nabi Adam.
Nabi Nuh
Perlunya perencanaan dan antisipasi terhadap kemungkinan kegagalan
program.
Nabi Ibrahim & Ismail
Perlunya dialog atas suatu keputusan penting.
Nabi Yusuf
Pentingnya sifat amanah dan integritas dan kompetensi yg tinggi.
Nabi Muhammad
Pembagian tugas dan penempatan orang pada posisi yang tepat.
8. PEDAGANG ISLAM DALAM SEJARAH
Dalam Wealth of Nations, Adam Smith mengutip
laporan perjalanan Doktor Pocock yang
menjelaskan rahasia kesuksesan para pedagang
Arab.
Keberhasilan mereka, tulis Smith, terletak pada
keramahan dan kemurahannya. Tepatnya, ia
menulis, "ketika mereka memasuki sebuah kota,
mereka mengundang orang-orang di jalan, baik
kaya maupun miskin, untuk makan bersama
dengan duduk bersila. Mereka memulai makan
dengan mengucap bismillah dan mengakhirinya
dengan ucapan hamdalah.“
* Adam Smith, Wealth of Nations [Oxford University Press,1993] h. 261, 541
9. KELEMAHAN MANAJEMEN
KONVENSIONAL
Kritik terhadap aliran manajemen konvensional:
scientific management, bureaucratic, human
relations, behavioral dan pendekatan sistem.
Scientific management hanya menekankan pada
pentingnya efisiensi dan kompensasi ekonomis
sebagai insentif utama bagi pekerja. Padahal,
efisiensi menjadi kontraproduktif bila pekerja
merasa diperlakukan seperti robot. Berapapun
besarnya kompensasi ekonomis akan terasa
kurang bila kebutuhan psikologisnya tidak
terpenuhi.
Konsep ini menimbulkan pertentangan antara
pekerja rendahan dengan manajemen atas.
* Abu Sin dalam bukunya Al-Idarah fi al Islam
10. SYARAT MANAJEMEN ISLAMI
Pertama, manajemen islami harus didasari nilai-
nilai dan akhlak islami.
Kedua, kompensasi ekonomis dan penekanan
terpenuhinya kebutuhan dasar pekerja.
Ketiga, faktor kemanusiaan dan spiritual sama
pentingnya dengan kompensasi ekonomis.
Keempat, sistem dan struktur organisasi sama
pentingnya.
* Abu Sin dalam bukunya Al-Idarah fi al Islam
11. CIRI MANAJEMEN/BISNIS ISLAMI
Pengertian tentang keuntungan bisa mempunyai arti yang
lebih luas dalam kerangka ekonomi Islam, karena bunga
pada modal tidak dapat dikenakan lagi. Keuntungan dalam
Islam mencakup aspek dunia maupun akhirat. Modal
manusia yang diberikan oleh manajer harus diintegrasikan
dengan modal yang berbentuk uang. Dengan demikian ada
pemantauan bersama antara penanam modal dengan
usahawan.
Karena bersifat terpadu organisasi ini menuntut adanya
integritas modal, ketetapan dan kejujuran dalam akuntansi.
Oleh sebab itu, semua barangkali jauh lebih diperlukan
daripada organisasi dalam manajemen konvensional yang
para pemilik modalnya mungkin bukan merupakan bagian
manajemen. Islam menekankan kejujuran, ketepatan dan
kesungguhan dalam urusan perdagangan, karena hal itu
mengurangi biaya suvervisi dan pengawasan.
* M.A. Mannan (1992), Ekonomi Islam: Teori dan Praktek
12. BISNIS ISLAMI VS NON-ISLAMI (1)
ISLAMI KARAKTERISTIK BISNIS NON-ISLAMI
Aqidah Islam (nilai-nilai
transendental)
ASAS Sekulerisme (nilai-nilai material)
Dunia-Akhirat MOTIVASI Dunia
Profit dan benefit, pertumbuhan,
keberlangsungan, keberkahan
ORIENTASI
Profit, pertumbuhan,
keberlangsungan
Tinggi, bisnis adalah bagian dari
ibadah
ETOS KERJA
Tinggi, bisnis adalah kebutuhan
duniawi
Maju dan produktif, konsekwensi
keimanan dan manifestasi
kemusliman
SIKAP MENTAL
Maju dan produktif sekaligus
konsumtif, konsekwensi
aktualisasi diri
Cakap dan ahli dibidangnya,
konsekwensi dari kewajiban
seorang muslim
KEAHLIAN
Cakap dan ahli dibidangnya,
konsekwensi dari reward &
punishment
Terpercaya dan
bertanggungjawab, tujuan tdk
menghalalkan cara
AMANAH
Tergantung kemauan individu
(pemilik kapital), tujuan
menghalalkan cara
Halal MODAL Halal dan haram
* M. Ismail Yusanto dan M. Karebet W, “Menggagas Bisnis Islami”, Gema Insani Press Jakarta, 2002
13.
14. MANAJER YANG RI’AYAH
1. Berikan perhatian atau kepedulian kepada
bawahan
2. Buat perencanaan kerja yang baik
3. Bersungguh-sungguh dan teliti dalam
melaksanakan rencana kerja
4. Lakukan pengawasan secara terus-menerus
5. Lakukan evaluasi hasil secara berkala
6. Tegakkan disiplin dalam waktu kerja
7. Memikul tanggung jawab terhadap hasil akhir
* Prof KH Ali Yafie (2002), Manajemen Bernilai Islami, Republika
15. PERILAKU ATAU KARAKTER PEKERJA
Islam sangat mementingkan perubahan perilaku
atau karakter.
Karakter itu terdiri dari empat hal:
Pertama, karakter lemah; misalnya penakut, tidak berani
mengambil risiko, pemalas, cepat kalah, belum apa-apa sudah
menyerah, dan sebagainya.
Kedua, karakter kuat; contohnya tangguh, ulet, memunyai daya
juang yang tinggi, pantang menyerah, dll.
Ketiga, karakter jelek; misalkan licik, egois, serakah, sombong,
pamer, dll.
Keempat, karakter baik; seperti jujur, terpercaya, rendah hati,
dan sebagainya.
* KH Abdullah Gymnastiar (2006), Menghindari Kemiskinan Jiwa, Pikiran
Rakyat
16. KARAKTER PEKERJA YANG DIHARAPKAN
Karakter pekerja yang diharapkan adalah jika
karakter yang kuat dan baik bersinergi.
Misalkan dia tangguh, ulet tapi tetap rendah hati
dan merupakan pekerja keras yang sangat gigih.
Dia berprestasi gemilang tapi ikhlas.
Inilah yang diharapkan dari setiap pertemuan kita.
Yakni, mewujudkan manusia-manusia tangguh,
berani, gigih, ulet, jujur, rendah hati, dapat
dipercaya, dan sebagainya.
* KH Abdullah Gymnastiar (2006), Menghindari Kemiskinan Jiwa, Pikiran
Rakyat