Sistem ekonomi Islam berlandaskan tauhid dan kepemilikan Allah atas seluruh alam semesta. Manusia hanya berperan sebagai khalifah yang mengelola sumber daya secara adil untuk kemaslahatan bersama. Pada masa Islam klasik, fungsi perbankan dilakukan oleh bankir tanpa lembaga formal perbankan melalui berbagai transaksi yang bebas dari unsur riba.
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
SEK-SISTEM EKONOMI ISLAM
1. 1.Terangkan perbedaan utama antara sistem ekonomi konvensional dan sistem ekonomi
islam menurut khursid ahmad
-paradigma ilmu ekonomi konvensional di masa kini memiliki dua karakteristik utama Pertama, ilmu
ekonomi berkembang terintegrasi di sekitar inti kepentingan individu, usaha privat, mekanisme pasar,
serta motif mencari keuntungan, dengan berusaha memecahkan semua persoalan ekonomi dalam
matriks kerangka individu ini. Kedua, paradigma tersebut pada hakikatnya memutus hubungan antara
ilmu ekonomi dan persoalan-persoalan transendental dan keprihatinan terhadap etika, agama, dan
nilai-nilai moral. Kedua paradigma di atas sangat sekuler, bersifat keduniaan, positivistik, dan
pragmatis, serta jelas tidak islami
Secara mendasar, SEK tidak memasukkan peran serta Tuhan, Sang Pencipta, di mana seharusnya
pelaku ekonomi mendasarkan tingkah laku ekonominya sebagai wujud pengabdian kepada-Nya. SEK
bersifat netral, bebas dari nilai-nilai pengabdian kepada Sang Pencipta, serta tidak memposisikan
langkah-langkahnya dalam rangka mengabdi kepada Sang Pencipta tersebut.
2.Terangkan interprestasi tauhid sebagai landasan filosofis sistem ekonomi islam menurut
Monzer Khaf
-Pertama, dunia termasuk isinya merupakan milik Allah swt. Pengakuan kepemilikan individual
secara tidak terbatas (seperti pada doktrin kapitalisme yang diadopsi sistem ekonomi konvensional)
merupakan sebuah pengingkaran kepada kekuasaan Allah swt. Manusia hanya berlaku sebagai
khalifah-Nya di muka Bumi yang harus mengabdi kepada-Nya dan bertindak adil kepadamanusia lain
-Kedua, Allah swt itu Esa, dan semua manusia adalah sama di hadapan-Nya. Tidak dikenal si kaya
dan si miskin atau si kuat dan si lemah, yang membedakan hanya ketakwaan masing-masing. Karena
persamaan itu manusia dituntut menjalin kebersamaan dan persaudaraan yang saling tolong menolong
dalam kegiatan ekonomi
-Ketiga, keimanan kepada hari akhir, yang membawa manusia untuk selalu mempertimbangkan
tingkah lakunya, khususnya dalam kegiatan perekonomian, karena tindakan akan ada ganjarannya di
akhirat.
3.Apa yang dimaksud bankir tanpa bank di masa islam klasik dan apa karakteristik
aktifitas ekonomi di masa itu
-di mana Islam mengharamkan segala bentuk transaksi yang mengandung riba, maisir, garar,dıarar,
risywah, maksiat, dan kezaliman.7 Sejak masa kekhalifahan al-Muqtadir (908-932 M) dari dinasti
Abbassiyah,hampir semua fungsi dasar perbankan modern telah dipraktekkan dengan tidak dilandasi
riba. Akan tetapi praktek ini tidak secara formal dilembagakan, sehingga dinyatakan dengan aktivitas
bankir tanpa bank
4.Terangkan konsep kepemilikan individu dalam islam
-Secara umum kepemilikan diserahkan kepada yang berhak dan ahlinya.
-Dalam Fiqh dikenal istilah ahliyyah, yang secara etimologi berarti kecakapan menangani
urusan.
-ahliyyah ada 2 macam: ahliyyah alada’(telah memiliki kecakapan untuk memiliki dan
mempertanggungjawabkan) dan ahliyyah alwujub (telah memiliki kecakapan untuk
memiliki,tetapi belum cakap untuk dibebani tanggung jawab).
5.Kedudukan Harta dalam islam
Kedudukan harta bagi manusia sangat penting. Harta termasuk salah satu keperluan pokok
manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini,sehingga para ulama ushul fiqh memasukkan
persoalan harta dalam salah satu adh-dharuriyat al-khamsah (lima keperluan pokok), yang
terdiri atas agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
2. Dalam ayat-ayat al-Qur’an, harta memiliki kedudukan antara lain:
1. Harta sebagai amanah (titipan) dari Allah swt Manusia hanyalah pemegang amanah untuk
mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuan-Nya. Sedangkan pemilik harta
sebenarnya tetap pada Allah swt. (Q.S. Al Hadid: 7) (Q.S. An Nur : 33)
2. Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia menikmatinya dengan baik dan
tidak berlebih-lebihan. Manusia memiliki kecenderungan yang kuat untuk memiliki, menguasai
dan menikmati harta.(Q.S. Ali Imran/3 : 14) (Q.S. Al ‘Alaq/96: 6-7)
3. Harta sebagai ujian keimanan. Hal ini terutama menyangkut soal cara mendapatkan dan
memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam ataukah tidak (al-Taghabun/64: 15)
4. Harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksanakan perintah-Nya dan melaksanakan
muamalah di antara sesama manusia, melalui kegiatan zakat, infaq, dan shadaqah (Q.S. At
Taubah/9: 41; 60; Ali Imran/3 : 133)